Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171048 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kafi`uddin
"Dalam penelitian ini membahas tentang studi refrigeran campuran R-290/134a (70/30 % berat) sebagai pengganti R-22, di mana di dalamnya rnenerangkan atas alasan pemilihan campuran refrigeran dan koinposisinya dengan analisa sifat-sifat termodinamikanya yang dibantu program REFPROP 6.01. Penelitian dilanjutkan dengan membandingkan unjuk kerja refrigeran yang telah ditetapkan campurannya dengan R-22 dan R-290 dalam sistem pendingin.
Parameter pengujian yang dilakukan adalah dengan menyamakan efek pendinginan yang diperoleh melalui pengaturan banyak pengisian refrigeran dengan kondisi sisi sekunder yang sama. Kemudian pengujian dilakukan dengan melakukan perubahan temperatur udara inlet evaporator pada sisi sekunder dengan kondisi pendinginan di kondensor tetap.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa.Refrigeran campuran R-290/134a (70/30) menunjukkan unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan dengan R-22, dan sedikit lebih buruk dibandingkan dengan R-290. Sebagai refrigerant baru, refrigeran campuran ini dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan diantara banyak refrigeran pengganti yang ditawarkan saat ini, karena refrigeran campuran ini dapat langsung dipakai pada sistem R-22 yang sudah ada dan memiliki harga indeks GWP yang jauh lebih rendah dari R-22.

The present Thesis describes the differences between the refrigerant R-22 and the replacement candidates R-290 and the zeotropic refrigerant R-290/R-134a (70/30 % weight). The study of the composition of blends was performed to determine the mass fraction of each component in the mixtures that are most promising on the basis of work pressure.
Starting from the thermodynamic point of view, different methods of comparison will be applied :
a) The theoretical comparison using thermo dynamical calculation leading to results as if the different fluids worked each in physically optimized system for the fluid in the ideal cycle of the refrigeration system.
b) The experimental comparison in concerning the external behavior based on equal secondary fluid temperatures taking in the evaporator and condenser also into account the heat exchange in the evaporator, and The result show that the zeotropic refrigerant mixtures were used as working fluids shown to increase the coefficient of performance (COP) by 7% compared R-22, but the propane (R-290) performs up to 16% better than the refrigerant mixtures. The conclusion of this study is the refrigerant mixtures R-290/134a (70/30 % weight) can be used at all air conditioning system, because approximately they work at the same pressure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Helmi Dadang Ardiansyah
"ABSTRAK
Karaketeristik didih alir R-290 menjadi hal yang penting untuk diteliti setelah R-22 mulai dibatasi, karakteristik ini pertukaran kalor, penurunan tekanan, dan pola aliran yang diharapkan dapat menggantikan posisi R-22 dengan R-290 sebagai media pendingin berbahan refrijeran alami. Dalam percobaan aliran didih R-290 dan R-22 sebagai pembanding dilakukan dalam pipa konvensional yang masih banyak digunakan dalam industri dan sistem pendingin rumah tangga. Variasi fluks kalor dari 5.09 kW/m2 sampai 19.03 kW/m2, fluks massa dari 339.74 kg/m2.s sampai 751.74 kg/m2.s dan temperatur saturasi 5.59 oC sampai 18.12 oC untuk R-22 dan sedangkan R-290 dari 114.91 kg/m2.s sampai 637.63 kg/m2.s dan temperatur saturasi dari 4.77 oC sampai 16.45 oC dengan fluks kalor yang sama dengan R-22. Hasil yang didapat adalah penurunan tekanan dipengaruhi oleh fluks kalor, fluks massa dan temperatur saturasi serta R-290 mempunyai penurunan tekanan lebih rendah dibanding R-22. Sedangkan untuk perpindahan kalor, variasi fluks massa menunjukkan tidak ada perubahan baik untuk R-22 dan R-290. Persamaan prediksi Lokhart-Martinelli (1949) hasil yang paling baik untuk penurunan tekanan eksperimen. Kandlikar (1990) mempunyai prediksi paling baik untuk R-22. Untuk pola aliran dibandingkan antara observasi langsung dengan prediksi pola aliran dari Wojtan et al (2005) dan Wang et al (1997).

ABSTRACT
The characteristic of flow boiling R-290 is very important immediately to observeinstead of R-22 was limited, there are such as heat transfer, pressure drop flow boiling and flow pattern that are hoped can change R-22 into R-290 as natular refrigeration. The experiment of flow boiling R-290 and R-22 as comparable was conducted in conventional channel which was used industry. Variation of heat flux was strarted from 5.09 kW/m2to 19.03 kW/m2, Mass flux was 339.74 kg/m2.s to 751.74 kg/m2.s and saturation temperature was 5.59 oC to 18.12 oC for R-22 and R-290 was 114.91 kg/m2.s to 637.63 kg/m2.s and saturation temperatur was4.77 oC to 16.45 oC within heat flux sas big as R-22. The result given interesting value to deeply observation later. Pressure drop was depended by heat flux, mass flux and saturation temperatur and The experiment admitted that R-290 has pressure drop lower than R-22. Mass flux lower slightly changed on heat transfer coefficient for R-22 and R-290. Lokhart-Martinelli (1949) given good prediction on pressure drop data experiment and Kandlikar (1990) has smaller error for prediction of heat transfer flow boiling. This paper presented comparation of flow pattern form Wojtan et al (2005) and Wang et al (1997)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikar Maulana
"Penurunan Tekanan dalam sistem pendingin merupakan salah satu faktor yang penting. Penurunan tekanan yang rendah dalam sistem pendingin dapat mengurangi space dari sistem pendingin. Pada penurunan tekanan rendah, koefisien perpindahan kalor akan meningkat dan membutuhkan luas penampang pada evaporator lebih kecil untuk menyerap besar kalor yang sama, sehingga ukuran dimensi sistem pendingin dapat dibuat lebih compact dan dapat menghemat ruang dalam kapal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena didih alir dari refrijeran R-290 dan R-22 dengan menganalisa penurunan tekanan serta penggambaran pola aliran pada pipa konvensional. Kemudian dibandingkan dengan persamaan yang telah diberikan peneliti sebelumnya.
Hasilnya adalah refrijeran kenvensional R-22 memiliki nilai penurunan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan refrijeran alami R-290. Sedangkan perbandingan nilai penurunan tekanan eksperimen dengan nilai penurunan tekanan prediksi pada fluida kerja R-22 yang paling mendekati nilainya adalah korelasi Lockhart dan Martinelli (1949). Sedangkan pada fluida kerja R-290, nilai penurunan tekanan prediksi yang paling mendekati adalah Lockhart dan Martinelli (1949).

Pressure drop in the cooling system is one of the important factors. Low pressure drop in the cooling system can reduce the size of the cooling system. At low pressure drop, heat transfer coefficient will increase and require cross-sectional area at the evaporator to absorb less of the same heat, so that the volume of the cooling system can be made more compact and can save space in the ship.
The purpose of this study is to investigate the phenomenon of flow boiling refrigerant R-290 and R-22 by analyzing the pressure drop and flow patterns in the portrayal of the conventional pipe. The result will be compared with the equation given earlier researchers.
The result is conventional refrigerant R-22 has a higher pressure drop compared with the natural refrigerant R-290. The comparison of experimental pressure drop with pressure drop’s correlation prediction in refrigerant R-22 closest valie is correlation Lockhart and Martinelli (1949). While the working fluid R-290, the value of the pressure drop is predicted that most closely Lockhart and Martinelli (1949).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Oktorio
"Isu lingkungan mengenai pembatasan penggunaan refrijeran R-22 mulai diberlakukan. Untuk itu dibutuhkan refrijeran alternatif yang lebih baik untuk menggantikannya. Ciri dari refrijeran yang baik yaitu refrijeran yang memiliki nilai perpindahan kalor yang tinggi karena berpengaruh terhadap jumlah panas yang ditransfer dalam proses pendinginan. Dengan heat transfer yang tinggi, maka dapat membuat evaporator menjadi lebih kecil untuk menyerap besar kalor yang sama, sehingga ukuran dimensi sistem pendingin dapat dibuat lebih compact dan dapat menghemat ruang dalam kapal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena didih alir dan karakteristik Koefisien perpindahan kalor dari refrigeran R-290 dan R-22 pada pipa konvensional. Penelitian ini juga menjelaskan pengaruh dari mass flux, heat flux dan temperature saturasi terhadap nilai koefisien perpindahan kalor. Hasil dari eksperimen kemudian dibandingkan dengan persamaan yang telah diberikan peneliti sebelumnya yaitu Gungor-Winterton, Shah, Kwang-il Choi, Tran dan Kandlikar.

Environmental issues concerning usage restrictions R-22 came into effect. That requires refrijeran better alternative to replace it. Characteristic of the good is refrijeran refrijeran which has a high value of heat transfer due to an effect on the amount of heat transferred in the cooling process. With the high heat transfer, it can make a smaller evaporator to absorb the heat of the same, so the size dimension cooling system can be made more compact and can save space in the ship.
The purpose of this study was to determine the characteristics of the phenomenon of boiling flow and heat transfer coefficient of R-290 and R-22 in the conventional pipeline. The study also describes the effect of mass flux, heat flux and saturation temperature of the heat transfer coefficient. The results of the experiment were compared with the equation given previous research Gungor-Winterton, Shah, Kwang-il Choi, Tran and Kandlikar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misael Satrio
"ABSTRAK
Kebutuhan AC rumah di Indonesia yang tinggi disebabkan oleh suhu harian tinggi dan kelembaban udara tinggi, namun industri AC terancam isu pemanasan global setelah pelarangan R-22 di Indonesia. Hidrokarbon fraksi ringan yaitu propana, butana (isobutana dan n-butana), dan propilena berpotensi digunakan sebagai refrigeran pengganti R-22 pada AC rumah karena nilai GWP (potensi pemanasan global) yang sangat kecil. Campuran propana/n-butana, isobutana/n-butana, dan propilena/n-butana dianalisis dengan memvariasikan fraksi mol pada campuran. Simulasi siklus refrigerasi dengan REFPROP mendapatkan data tekanan berbanding entropi dan entalpi untuk mendapatkan laju alir massa refrigeran, kerja kompresor, dan COP. Perbandingan dengan kinerja R-22 dilakukan dengan kapasitas AC rumah sebesar 0,75 hp dan suhu ruangan 30oC. Campuran yang direkomendasikan adalah propilena/n-butana 0,95/0,05 dengan COP 5,56, laju alir massa refrigeran 1,964 g/s, dan kerja kompresor 100,424 W. Kerja kompresor dan COP hampir sama dengan R-22, tetapi massa refrigeran lebih rendah 53,22% dari R-22. Campuran isobutana/n-butana 0,95/0,05 tidak dipilih terlepas dari tingginya COP karena terbentuk liquid pada kompresor. Nilai GWP propilena/n-butana 0,95/0,05 adalah 1,91 atau 0,11% dari GWP R-22.

ABSTRACT
High demand of home air-conditioning system (AC) in Indonesia is triggered by high daily temperature and high humidity, but the demand is overshadowed by global warming issue after R-22 ban in Indonesia. Light hydrocarbons such as propane, butane (isobutane and n-butane), and propylene are potential to be used as R-22 replacement in air conditioning systems due to low global warming potential (GWP). Propane/n-butane, isobutane/n-butane, and propylene/n-butane are simulated to obtain refrigeration performance and GWP, by varying mole fraction. REFPROP simulation obtained enthalpy and entropy data from pressure variation that is used to find refrigerant mass flow rate, compressor work, and COP. Comparation to R-22 is done for 0.75 hp capacity AC and 30o"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Peter Lewis Hamonangan
"Penelitian ini membahas tentang karakteristik perpindahan kalor aliran dua fasa yang didapat berdasarkan pengujian dan dibandingkan dengan prediksi korelasi yang terdapat pada literatur. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan refrijeran R-22 dan R-290 yang dilakukan dalam pipa konvesional berdiameter 7,6 mm dengan bahan stainless steel (SS 316) dan panjang 1,07 m. Pengujian dilakukan dengan variasi fluks kalor (q), fluks massa (G), dan temperatur saturasi.
Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah nilai fluks massa yang tinggi cenderung memiliki nilai koefisien perpindahan kalor yang tinggi pada awal evaporasi dan jika diberikan fluks kalor yang tinggi maka nilai koefisien perpindahan kalor juga akan naik, dan sistem dengan nilai temperatur saturasi yang tinggi maka akan dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas nucleat boiling. Perbandingan refrijeran mengindikasikan bahwa nilai koefisien perpindahan kalor R-290 lebih tinggi daripada R-22.

This study discusses about the characteristics of two-phase flow which obtained by experiment and the data is compared with predictions data of correlations in the literature. This experiment was conducted using refrijeran R-22 and R-290 in a conventional 7,6 mm pipe with stainless steel (SS 316) material and length of 1,07 m. Tests carried out with variations of heat flux (q), mass flux (G), and the saturation temperature.
The result of this study is high value of the mass flux values tend to have a high coefficient of heat transfer at the beginning of evaporation and high heat flux will increase the heat transfer coefficient value. Systems with a high value of the saturation temperature will be influenced by nucleat boiling heat transfer coefficient. Refrijeran comparison indicates that the value of heat transfer coefficient of R-290 is higher than R-22.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Syafei Agustian
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang perbandingan koefisien perpindahan kalor aliran
dua fasa dari hasil percobaan dengan hasil prediksi dari korelasi yang terdapat
pada literatur. Percobaan dilakukan pada kondisi perpindahan panas konveksi
didih pada kanal mini horizontal dengan refrigeran R-22. Test section terbuat dari
pipa stainless steel dengan diameter dalam 3 mm, panjang 1000 mm dan
dipanaskan secara merata di sepanjang pipa tersebut dengan heat flux divariasikan
antara 5 kW/m2 sampai dengan 15 kW/m2. Dalam penelitian ini menggunakan
korelasi Chen (1963), korelasi Gungor-Winterton (1986) dan korelsi Zhang et al.
(2004). Selanjutnya koefisien perpindahan kalor dari tiap korelasi dihitung dan
dibandingkan mean deviation dan average deviation-nya terhadap hasil percobaan
untuk mengetahui penyimpangan pada setiap korelasi. Koefisien perpindahan
kalor yang diperoleh dengan menggunakan korelasi Chen memiliki mean dan
average deviaion lebih rendah dibandingkan dengan korelasi lain. Nilai koefisien
perpindahan kalor dipengaruhi oleh heat flux yang diberikan, dimana semakin
besar heat flux yang diberikan maka semakin besar pula nilai koefisien
perpindahan kalornya.

ABSTRACT
This study discusses the comparison of two phase flow heat transfer coefficient of
the experimental results with predicted results from the correlation found in the
literature. Experiments were performed on the convective boiling heat transfer in
horizontal minichannel with R-22. The test section was made of stainless steel
tube with inner diameter of 3 mm, length of 1000 mm and it is uniformly heated
along the tube with heat flux was varied from 5 kW/m2 up to 15 kW/m2. In this
studi using Chen?s correlation (1963), Gungor-Winterton?s correlation (1986) and
Zhang?s correlation (2004). Furthermore, the heat transfer coefficient from each
correlation was calculated and compared with the mean deviation and average
deviation of the experimental results to determine deviations in each correlations.
Heat transfer coefficients obtained by using Chen?s correlation has a mean and
average deviation lower than other correlations. The value of heat transfer
coefficient is affected by the heat flux was given, where the higher value of heat
flux given will result the higher value of heat transfer coefficient."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1798
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Bandung, 2012
KULTURA 1:1 (2012)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>