Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kuwatno
"Bahan kimia berbahaya merupakan substansi yang kita butuhkan sekaligus dapat menyebabkan bahaya. Bahaya yang terjadi diantaranya dapat menyebabkan, korosi, radiasi, peledakan, kebakaran, keracunan atau gangguan penyakit. Gudang farmasi kabupaten dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor : 610fmenkes//SK?XI/81, mempunyai tugas melaksanakan, penerimaan, penyirnpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sampai sekarang telah dibentuk gudang farmasi kabupaten di seluruh Indonesia. Dari pengamatan sernentara, penyimpanan, penanganan, asilitas, alat pelindung diri, standart prosedur operasi, pendidikan dan pelatihan, hygien personal belum berjalan baik. Dari kondidi diatas perlu dilakukan penelitian resiko bahan kimia berbahaya yang disimpan di GFk Belitung. Penelitian ini hanya terbatas pada analisa resiko kebakaran dan keracunan. Pertanyaannya adalah bagaiaman tingkat resiko kebakaran dan keracunan terhadap pekerja, properti dan pelayanan kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat resiko masing masing bahan kimia berbahaya. Metodologi penelitian adalah analisa diskriptif, semi kuantitatif dengan pendekatan manajemen rsiko, meliputi identifikasi, analisa, evaluasi dan pengendalian. Hasil yang didapat dari tingkat resiko kebakaran untuk etil kloridan dan etanol adalah tinggi, metanol, aceton, eter adalah rendah, sedangkan malathion dan fonnaldehida adalah sangat rendah.Tingkat resiko kemcunan untuk metanol adalah sedang, aceton, malathion, ormaldehida, etanol, etil klorida adalah rendah, sedangkan eter adalah sangat rendah. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian bio monitoring terhadap pekerja, dan penelitian pengukuiran konsentrasi uap bahan mudah terbakar.

The chemicals hazard are subtance needed, but also dangerouslts are dangrous to human, property and environment. The chemicals hazard are caution to corrosive, radiation, explotion, fire , injury and toxic. Warehouse farmaceutical regency is establish by Minister of Heealth rules, no 610/Menkes/SK/XL/81 .The job and fungtion of warehouse regency is recieving, storing and distributing farmaceutical goods, health tools, for health commmunity services, prevention and eliminate disease. Now, warehouse farmaceutical regency have built every regency in Indonesia. By empiris observation, storing, handling, facility, safety and health protection, standart operation procedure, training and education, personal hygiens,are not carefully. By above the condition , this reseach is to explore chemical hazard risk in the warehouse Belitung regency. The reseach is limited to iire risk analysis and toxic risk analysis. The questions are,how fire risk level and toxic risk level to occupational, property and community health services. The aim of this reseach is understanding of risk level each chemical hazard. The reseach method,s is discription analysis, semikuantitative by risk management. Risk management step,s are identification, analysis, evaluation and control risk. The reseach showed that the tire risk level of ethyl chloride, ethanol are high, so methanol, aceton, ether are medium and formaldehide, malathion are very low. The toxic risk level of methanol is medium, aceton, malathion, formadehide, ethyl chloride are low, and than ether is very low. The suggestion to improve this reseach is biomonitoring reseach to occupational, and messure volatile chemical hazard concentration in work place."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bretherick, L.
London: Butterworth, 1990
R 660.2804 BRE b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Simeon
"Terpajan pestisida secara kronis dapat mempengaruhi status kesehatan. Efek tersebut bergantung pada toksisitas pestisida dan tingkat pajanannya. Bisnis petani kebanyakan memerlukan pestisida untuk meingkatkan hasil pertanian. Petani yang menggunakan petisida harus memakai APD untuk mengurangi dampak yang timbul oleh pestisida.
Desain kasus-kontrol telah digunakan untuk mengetahui risiko pajanan pestisida pada asma di kalangan petani, dengan 70 sampel yang menderita asma dan 210 sampel kontrol yang tidak asma, bertempat tinggal di desa dan bekerja sebagai petani, telah dilakukan di kabupaten karo provinsi sumatera utara. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah penggunaan APD dan variabel tingkat pendidikan. dalam penelitian ini tingkat eksposur dan penggunaan APD dikategorikan menjadi tiga kategori.
Hasil analisis: Risiko kejadian asma pada tingkat pajanan sedang dibandingkan dengan rendah (OR = 2,33, 95% CI: 0,72 - 7,61) sedangkan risiko kejadian asma pada tingkat pajanan tinggi dibandingkan dengan rendah (OR = 3,24, 95% CI: 1,06 - 10,37). Risiko kejadian asma pada penggunaan APD sedang dibandingkan dengan kurang (OR = 0,37,95% CI: 0,19 - 0,72), sedangkan risiko kejadian asma pada penggunaan APD baik dibandingkan dengan penggunaan APD buruk (OR = 0,2, 95% CI: 0,07 - 0,53). Efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma dipengaruhi oleh penggunaan APD, semakin lengkap penggunaan APD semakin kecil efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma.

Chronic exposed of pesticide have harmful effect on health. Those harmful effect depends on the level of exposure and toxicity of pesticide. The farmer business mostly need pesticide must be use personal protected equipments to reduced harmful effect of pesticide.
Design case-control have been use to study the risk of pesticide exposure on asthma among farmers, with 70 sample who suffer from asthma and 210 control sample who are not asthmatic, residing in the village and worked as farmer, has been done in Karo district of North Sumatera Province. The confounding in this study are use PPE variable and education level variable. In this study the level of exposure and use PPE are categorized into three categories.
Result analysis: the effect of middle level exposure of pesticide of compared to low level on asthma (OR = 2.33, 95% CI: 0.72 to 7.61), while the effect of high level compared with low exposure on asthma (OR = 3.24, 95% CI: 1.06 to 10.37). the effect of middle level usage of PPE compared to less on asthma (OR = 0.37, 95% CI: 0.19 to 0.72), while the effect of good usage of PPE compared to less (OR = 0.2, 95% CI: 0.7 to 0.53). Effects of exposure level of pesticide on asthma is reduced by the use of PPE, more complete isage of PPE more diminishing the effect of exposure level on asthma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T41440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cornellio Geordie Setianto
"Platform chemicals as a substrate allow for the formation of high-value products used in many applications, ranging from energy to pharmaceutical industry. Traditionally, these chemicals originated from fossil fuels-based refinery, necessitating a shift towards sustainable and renewable sources. Lignocellulosic biomass, one of the world’s most abundant sources, emerges as a leading alternative. Levoglucosenone (LGO) and 5-Chloromethylfurfural (CMF) are examples of bio-based platform chemicals derived from biomass, offering versatile applications, namely as capsule coating in pharmaceutical industry and as bio-based pesticides. The research focuses on a thermochemical conversion of pre-treated hardwood biomass (Victorian ash) to platform chemicals (LGO and CMF) through a two-step pyrolysis process in a fluidized bed reactor to improve product selectivity. The analysis result indicates successful removal of impurities, such as furfural and anhydrous sugar, during the first stage pyrolysis, allowing for product purification. Optimal conditions for maximum LGO concentration (38.82 mg/mL of bio-oil) were achieved at temperature combinations of 250oC and 300oC. Alternatively, increasing the temperature to 250oC and 350oC proved ideal for both LGO (22.16 mg/ mL) and CMF (14.44 mg/mL) production. The study demonstrates the viability of generating bio-based platform chemicals (LGO and CMF) from pre-treated hardwood biomass through a two-step pyrolysis process, presenting a promising pathway for utilizing sustainable and renewable sources in the production of high-value products.

Bahan kimia dasar sebagai substrat memungkinkan pembentukan produk bernilai tinggi yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari industry energi hingga farmasi. Secara tradisional, bahan kimia ini berasal dari pengolahan bahan bakar fosil, sehingga diperlukannya pergeseran menuju sumber daya berkelanjutan dan terbarukan. Biomassa lignoselulosa, salah satu sumber daya terbanyak di dunia, muncul sebagai alternatif utama. Levoglucosenone (LGO) dan 5-Chloromethylfurfural (CMF) adalah contoh bahan kimia dasar berbasis biomassa yang menawarkan aplikasi serbaguna, seperti pelapis kapsul dalam industri farmasi dan pestisida berbasis biomassa. Penelitian ini berfokus pada konversi termokimia biomassa hardwood (Victorian ash) yang telah melalui pre-treatment menjadi bahan kimia dasar (LGO dan CMF) melalui proses pirolisis dua tahap dalam reactor fluidized bed untuk meningkatkan selektivitas produk. Hasil analisis menunjukkan hilnagnya zat-zat kontaminan, seperti furfural dan gula anhidrat, pada tahap pertama pirolisis, memungkinkan purifikasi produk akhir. Kondisi optimal untuk konsentrasi maksimum LGO (38,82 mg/mL bio-oil) tercapai pada kombinasi suhu 250oC dan 300oC. Sebagai alternatif, peningkatan suhu menjadi 250oC dan 350oC terbukti ideal untuk produksi maksimum LGO (22,16 mg/mL) dan CMF (14,44 mg/mL). Studi ini membuktikan kelayakan dalam penghasilan bahan kimia dasar berbasis biomassa dari hardwood (yang telah melalui proses pre-treatment) dengan proses pirolisis dua tahap. Hasil penelitian menunjukkan jalur yang manjanjikan untuk pemanfaatan sumber daya berkelanjutan dan terbarukan dalam memproduksi produk bernilai tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Putri Permatasari
"Permasalahan pengelolaan lingkungan masih menjadi aspek yang belum terimplementasi sesuai dengan regulasi yang berlaku, termasuk pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Untuk mendasari perencanaan pengelolaan limbah B3 yang belum diberlakukan di UI sebagai kampus berkelanjutan (sustainable campus), diperlukan studi analisis potensi limbah yang meliputi perhitungan volume, penentuan jenis, dan karakterisasi limbah B3 potensial untuk dilanjutkan menjadi studi inventarisasi limbah. Studi analisis limbah potensial dipaparkan dengan objek studi Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan sebagai salah satu laboratorium di UI yang menghasilkan limbah B3. Laboratorium tersebut terbagi menjadi dua yaitu 1) Laboratorium Lingkungan dan 2) Laboratorium Mikrobiologi Lingkungan dengan fokus studi pada timbulan limbah B3 dari kegiatan praktikum mahasiswa. Basis analisis adalah PP No. 18 Tahun 1999 jo. PP No. 85 Tahun 1999 serta ditunjang oleh regulasi EPA. Perhitungan dilakukan melalui studi rasional berdasarkan hukum kimia dan karakterisasi limbah berdasarkan material safety data sheets (MSDS) sehingga diperoleh bahwa 1) Laboratorium Lingkungan menghasilkan limbah B3 potensial bersifat eksplosif, mudah terbakar reaktif, iritan, beracun, karsinogenik, korosif, mutagenik, dan ekotoksik dari keseluruhan 23 jenis limbah B3 potensial dengan volume limbah tersestimasi 173, 150 liter per tahun; 2) Laboratorium Mikrobiologi Lingkungan menghasilkan limbah B3 potensial bersifat eksplosif, mudah terbakar, iritan, beracun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan ekotoksik dari keseluruhan 8 jenis limbah B3 dengan volume limbah potensial tersestimasi 8,06 liter per tahun.

Environmental management is still a problem aspect that has not been implemented in accordance with applicable regulations, including the management of hazardous and toxic waste. For underlying hazardous waste management plan that has not been enforced in the UI campus, the necessary studies include analysis of potential waste volume calculations, the determination of the type, and a characterization of the potential to be continued later to hazardous waste into the waste inventory study. Studies of potential waste analysis study presented to the object Sanitary and Environmental Engineering Laboratory as one of the laboratories in the UI generating hazardous waste. The laboratory is divided into two: 1) Environmental Laboratory and 2) Environmental Microbiology Laboratory where this study is focused on the generation of hazardous waste practicum by students. The analysis base is PP. 18 Year 1999 jo. PP. 85 Year 1999 and supported by the EPA regulations. The calculation is done through rational study of law is based on the chemical and potential waste characterization based on Material Safety Data Sheets (MSDS) to obtain that 1) Environmental Laboratory‟s potential hazardous waste are charactherized as explosive, reactive flammable, irritant, toxic, carcinogenic, corrosive, mutagenic, and ecotoxic of the overall 23 type potenstial hazardous waste by estimated volume 173, 150 liters per year; 2) Environmental Microbiology Laboratory‟s potential hazardous waste are charactherized as explosive, flammable, irritant, toxic, carcinogenic, teratogenic, mutagenic, and ecotoxic of total 8 types hazardous waste with estimated potential waste volume 8.06 liters per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henki Wibowo Ashadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian hubungan parameter sensori dengan parameter kimiawi dan mikrobiologi pada penurunan kesegaran ikan nila selama pengesan telah dilakukan. Ikan nila hidup dimatikan secara hypothermia, kemudian disusun dalam kotak berinsulasi yang berisi es dengan perbandingan es : ikan = 2:1 (bIb). Ikan dalam kotak yang berisi es tersebut disimpan pada suhu ruang dan setiap hari dilakukan penggantian es yang mencair. Pengamatan terhadap penurunan kesegaran ikan dilakukan setiap 3 hari secara sensori (Demerit Point Scores/DPS), kimiawi (Total Volatile Base/TVB, K value), dan mikrobiologi (Angka Lempeng Total/ALT) sampai ikan dinyatakan ditolak oleh panelis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan penyimpanan 15 hari dalam es, ikan nila segar masih diterima panel is, namun setelah 18 hari penyimpanan, sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Pada penyimpanan 18 hari DPS mencapai 25,9, nilai TVB mencapai 48 mgN%, K value mencapai 76,4%, dan nilai ALT 5,0 x 10 pangkat 5 cfu. Hasil pengamatan terhadap korelasi parameter uji menunjukkan bahwa DPS berkorelasi positif dengan nilai TVB maupun K value tetapi tidak berkorelasi positif dengan nilai jumlah bakteri total."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dasrul
"Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan sistem landfill di Indonesia dimulai sejak tahun 1994. Dasar dari pengelolaan dengan sistem landfill tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Limbah Saban Berbahaya dan Beracun. Sebelum adanya PP Nomor 19/1994 tersebut tidak ada Iimbah B3 yang dikelola sesuai dengan standar lingkungan termasuk belum ada landfill limbah B3 di Indonesia. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan industri maka pertumbuhan Iimbah B3 semakin banyak oleh karena itu pemerintah merasa perlu membangun pusat pengelolaan Iimbah B3 termasuk landfill.
Terdapat dua alasan mengapa dibangun Pusat Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. Pertama, sebagian besar industri di Indonesia merupakan industri skala menengah dan skala kecil. Kedua, jika setiap industri diharuskan untuk mengelola dan menimbun limbahnya sendiri, maka biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih besar terutama bagi pengahasil skala kecil. Sebagai perbadingan adalah untuk memproses 4000 ton limbah berbahaya biayanya mencapai US$ 539 per ton, sedangkan biaya untuk mengolah 52.000 ton Ilimbah hanya membutuhkan US$ 63 per ton dengan menggunakan "fuel blending process" (Kupchenko, 1993).
Namun demikian sudah hampir 12 tahun sejak landfill pertama dibangun di Cileungsi, Bogor, belum ada lagi fasilitas serupa dibangun di tempat lain di Indonesia, padahal ada beberapa investor yang tertarik untuk masuk kedalam bisnis ini. Dilihat dari potensi pasar, maka PT. PPLI yang mengoperasikan landfill limbah B3 di Cileungsi Bogor tersebut baru dapat menyerap sekitar 10% dari potensi pasar limbah B3. Dengan demikian ada sekitar 90% lagi limbah B3 yang dikelola atau dibuang secara illegal. Dari survey yang dilakukan terhadap responden/calon investor diketahui bahwa ada paling tidak empat faktor yang menjadi kendala bagi investor untuk masuk kedalam bisnis landfill yaitu, sulitnya mencari lokasi yang sesuai dengan persyaratan teknis, sulitnya prosedur perizinan, resiko yang relatif besar dan adanya masalah sosial masyarakat. Responden mengharapkan jika keempat kendala tersebut bisa teratasi oleh pemerintah maka akan menarik bagi mereka untuk masuk kedalam bisnis landfill."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Dahlia
"Usaha Jasa Boga Golongan A3 merupakan salah satu industri kecil sektor informal yang melayani kebutuhan umum dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja. Dalam mengolah bahan makanan usaha jasa boga di Jakarta pada umumnya menu tnakan bahan bakar elpiji karena elpiji mempunyai beberapa keunggulan dibanding bahan bakar lain. Disamping mempunyai keunggulan, elpiji juga tidak luput dari terjadinya kebakaran. Prevalensi kebakaran yang disebabkan oleh elpiji cukup tinggi, hal ini dikarenakan pengetahuan dan perilaku yang salah oleh pekerja dalam men gunakan elpiji.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat (Green 1991) dengan perilaku keselamatan kerja penggunaan elpiji pada pekerja bagian pengolahan usaha jasa boga golongan A3 di Jakarta Selatan tahun 2002.
Penelitian ini menggunakan data primer tentang umur, pendidikan, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan tentang elpiji, pengetahuan tentang keselamatan kerja, prosedur kerja, fasilitas, pelatihan, kebijakan dan perilaku keselamatan kerja penggunaan elpiji pada pekerja bagian pengolahan usaha jasa boga golongan A3. Desain penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, Iokasi penelitian di 10 (sepuluh) usaha jasa boga golongan A3 yang mempunyai izin tetap penyehatan makanan di Jakarta Selatan. Pcngambilan sampel secara purposive pada 100 pekerja bagian pengolahan, pengumpulan data primer melalui kuesioner untuk variabel umur, pendidikan, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan tentang elpiji, pengetahuan tentang keselamatan kerja, prosedur kerja, fasilitas kerja, pelatihan dan kebijakan. Wawancara dan observasi dilakukan untuk variabel dependen yaitu perilaku keselamatan kerja penggunaan elpiji_ Data dianalisa dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden berperilaku keselamatan kerja baik (73%), sedangkan yang berperilaku keselamatan kerja kurang baik sebesar (27%), sebagain responden berjenis kelamin Iaki-laki (70%), umur responden sebagian besar antara 18 - 49 tahun (91%), tingkat pendidikan tinggi (5%), menengah (59%) dan rendah (36%). Masa kerja responden sebagain besar kurang dari 10 tahun (74%) sedangkan pengetahuan responden tentang elpiji balk (44%), sedang (16%), kurang (40%) dan pengetahuan responden tentang keselamatan kerja baik (42%), sedang (32%) dan kurang (26%). Prosedur kerja, responden menjawab (57%) sesuai dan (43%) tidak sesuai. Fasilitas tersedia (42%), tidak tersedia (58%), ada pelatihan (33%), ada kebijakan (30%), dan sebagain besar tidak ada pelatihan dan kebijakan.
Hasil analisis bivariat temayata pengetahuan tentang elpiji (M0,048), pengetahuan tentang keselamatan kerja (P),037), prosedur kerja (P.),004), pelatihan (P),005) berhubungan secara bermakna dengan perilaku keselamatan kerja penggunaan elpiji pads pekerja bagian pengolahan usaha jasa boga golongan A3 di Jakarta Selatan. Dari basil multivariate, variabel prosedur kerja (P,0256) dan pelatihan (M0,0295), memberikan hubungan yang bermakna dengan perilaku keselamatan kerja penggunaan elpiji.
Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku keselamatan kerja penggunaan elpiji, maka penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa prosedur kerja dan pelatihan adalah faktor yang paling dominan dan erat hubungannya dengan perilaku keselamatan kerja maka penelitian ini juga memberikan saran agar memberikan pelatihan, monitoring, pengawasan tentang perilaku keselamatan kerja mengguaakan elpiji. Untuk semua usaha jasa boga agar meningkatkan fasilitas, memperhatikan prosedur kerja dan mensosialisasikan kebijakan agar tejadi suasana kerja yang mengutamakan keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

The A3 category of catering known is one of the informal small industries sector serving public need, which is processed by using special kitchen and helped by some hired hands. The process of raw food materials for catering business in Jakarta, generally uses elpiji because it has some advantages compared other fuels. Besides its advantages, elpiji as well as other fuels can not avoid the fire to happen. The rate of occurrences of fire caused by elpiji is high enough, and this is because the know how and correct manner is not sufficiently observed by workers using it.
The study has purpose to find out whether or not there is predisposition, causing and encouraging factors relationship (Green 1991) with working safety manners of the workers involved in catering business category A3 in South Jakarta in 2002.
This study uses primary data on age, education, gender, works experience/duration, knowledge on elpiji, the knowledge of the work safety, work procedures, facility, training, policy and manner of using elpiji safely at the processing division catering A3.
The design of study was quantitative to cross sectional approach, location at 10 (ten) catering A3 that hold permanent license of food sanitary at South Jakarta. The purposive sample selection is done to 100 processing workers, primary data collection through questioner on variable ages, education, gender, work experience/duration, knowledge of elpiji, knowledge of working safety, working procedures, working facilities, training and policies. Interviews and observation performed for dependent variable, that is working safety measures of using elpiji. Data analyze using univariat, bivariat and multivariat analyses.
The result of the study indicates that some respondents are good at observing safety manner (73%), while those behaving rather badly is (27%). Some respondents are of male sex (70%). Most of respondents age is between 18 - 49 years (91%); those of low education is (36%). Work experience/duration of some of the respondents is less than 10 years (74%), while their knowledge about elpiji ranges from good (42%), moderate (32%) and somewhat bad (26%). Work procedures answered by (57%) is in accordance with the regulation and as much as (43%) is not. About 42% of facilities is available, unavailable (58%); training provided (33%); policies imposed (30%), and mostly there is no training and policies provided.
The analysis outcome of bivariat indicates that the knowledge on elpiji (P=0.048), knowledge on safety (P~_037), work procedures (P=0.004), training (P=0.005) has significant relationship with the safety manner of using elpiji at the processing of catering business in Jakarta Selatan. As from the result of multivariate analysis, work procedure variables is (P=0.025) and training is (P=0.029), has significant relationship with the working safety manner of using elpiji.
From the factors having relationship with safety manner of using elpiji, this study concludes that work procedures and training is a dominant factor and has close relationship with working safety behavior. Thereby this study also offers suggestions to establish training, monitoring, control on working safety manner following the use of elpiji. For catering it is advised to foster facility, observe work procedures and socialize policies so that there will be an acceptable work atmosphere that put working safety and work health in the first place.
Bibliography : 44 (1980-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ashov Birry
"Meskipun mungkin belum banyak diketahui, setidaknya 29 pabrik tekstil di Indonesia telah secara sukarela mengungkapkan informasi data pelepasan bahan kimia berbahaya dari fasilitasnya kepada publik. Pengungkapan informasi dilakukan melalui media internet dengan alamat http://wwwen.ipe.org.cn/. Dalam periode 2013 hingga 2019, secara bersama-sama, tercatat 75 kali pengungkapan informasi dilakukan. Pengungkapan informasi dilakukan dengan pendekatan sistem PRTR yang dilakukan secara individu atau detail per pabrik; detail mengungkap 11 grup bahan kimia berbahaya serta parameter konvensional sebagaimana diatur standar baku mutu pembuangan limbah cair Indonesia khususnya untuk industri tekstil; kemana, misal badan air apa, limbah cair tersebut dibuang; dan detail dari fasilitas perusahaan yang melepaskan polutan tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis komparatif kualitatif yang berorientasi pada kasus.
Penelitian ini menemukan tujuh lajur dengan konfigurasi faktor-faktor yang menghasilkan pengungkapan informasi. Terdapat tiga faktor yang bersifat ‘tidak cukup’ namun ‘diperlukan’ dalam semua lajur menuju pengungkapan informasi. Faktor tersebut yaitu: tingkat kepadatan di mana pabrik beroperasi, keberadaan IPAL dalam fasilitas pabrik, dan keterlibatan pembeli dalam proses pengungkapan informasi. Penelitian ini juga mengurai proses pengungkapan informasi yang dilakukan, serta persepsi dari para pemangku kepentingan terkait manfaat, biaya atau risiko, dan skema adaptasi atau adopsi ideal atas inisiatif tersebut oleh pemerintah Indonesia.

Although perhaps not yet well known, at least 29 textile factories in Indonesia have voluntarily disclosed information on the release of hazardous chemicals from their facilities to the public. Disclosure of information is done through an internet platform at http://wwwen.ipe.org.cn/. In the period of 2013 to 2019, together, 75 information disclosures were made. Disclosure of information is done with the PRTR system approach that is done individually or detailed per factory; reveals 11 groups of hazardous chemicals as well as conventional parameters as regulated by the Indonesian waste water discharge standards, especially for the textile industry; where, for example what body of water, the waste water is discharged; and details of the company's facilities that release the pollutants. The study used a qualitative approach and qualitative comparative analysis methods which is case- oriented.
This study found seven paths with a configuration of factors that resulted in information disclosure. There are three factors that are 'insufficient' but 'necessary' in all paths leading to information disclosure. These factors are: the level of density at which the factory operates, the presence of WWTP in factory facilities, and the involvement of buyers in the information disclosure process. The study also describes the information disclosure process undertaken, as well as the perceptions of stakeholders regarding the benefits, costs or risks, and the ideal adaptation or adoption scheme for the initiative by the Indonesian government.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>