Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73333 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pryadi Satriana
"Multiculturalism in the United States derived from the concept of cultural pluralism. It constitutes as an opportunity to fight against injustice towards minorities. It is not easy lo create a multicultural society as ethnicity relates to primordialism Interactions among racial groups construct images that may lead to racial prejudices. The American government has the responsibility of building a sense of trust among its citizens so that institutions can act as effective agents of change in fostering a thriving multicultural society."
2005
JSAM-X-1-JanJun2005-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rina Maharani
"Kedudukan autos pahlawan olahraga mempunyai peran lebih dari sekedar atlit dalam masyarakat majemuk Amerika sejak tahun 1950an. Mereka tidak hanya dituntut untuk mendominasi bidang olahraganya tetapi juga mewakili perjuangan berbagai kelompok dalam proses penerapan multikulturalisme. Isu-isu yang timbul yaitu pengakuan identitas kolektif dan berbagai isu lain sehubungan dengan perubahan tradisi dalam institusi olahraga tersebut. Tiger Woods seorang pemain golf profesional yang mendominasi bidang olahraganya menjadi sarana dari isu-isu berbagai kelompok yang saling bertentangan, saling mendominasi ataupun benegosiasi. Tiger Woods yang dalam hal ini menjadi media bersikap pragmatis dengan memanfaatkan kembali isu-isu tersebut bagi kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok lain.
Melalui pendekatan kualitatif dan cultural studies, dengan menganalisa representasi tokoh Tiger Woods maka dapat ditunjukkan adanya tuntutan suatu media yang dapat mengakomodasi berbagai benturan dan dukungan dalam berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat Amerika sehubungan dengan proses multikulturalisme. Representasi dari Tiger Woods yang dimaknai berbeda-beda membuat perubahan pada pemahaman suatu identitas yang sifatnya fixed atau stasis menjadi dinamis dan merupakan negosiasi antara masa lalu dan masa kini. Tiger Woods juga menjadi representasi dalam masyarakat multikultural Amerika bukan hanya karena identitas yang ada pada dirinya tetapi karena fungsi representasi dari Tiger Woods bagi kepentingan berbagai kelompok tersebut.
Identitas individu yang dipahami oleh masyarakat didasari oleh kalegori yang berdasarkan pads ras, etnik, gender dan kelas sehingga muncul berbagai tuntutan pada diri Tiger Woods yang memiliki latar belakang biologis multiras dan multi etnik. Kesadaran akan klasifkasi identitas bagi general multiras dimunculkan dalam fenomena ini. Hal ini menunjukan bahwa klasifikasi identitas yang ada dalam masyarakat dituntut untuk dapat disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi sehubungan dengan proses multikulturalisme.
Tiger Woods dapat mendominasi olahraga golf yang menjadi supremasi monokulturalisme (rich, middle-age white men). Perubahan yang terjadi dalam tradisi golf menjadikan Tiger Woods dimaknai sebagai simbol perjuangan multikulturalisme. Olahraga golf disini menjadi sarana pergesekan antara monokulturalisme dan multikulturalisme. Representasi Tiger Woods dalam perubahan tradisi golf dimanfaatkan oleh berbagai kelompok untuk kepentingan mereka sehubungan dengan olahraga golf isu sendiri maupun kepentingan diluar urusan golf.
Dari berbagai pemaknaan dan penggunaan mitos pahlawan olahraga Tiger Woods ini menunjukkan bahwa masyarakal Amerika memerlukan suatu media yang tidak saja merefleksikan suatu proses multikulturalisme tetapi juga terlibat dan berperan dalam pembentukan proses itu sendiri. Representasi Tiger Woods menjadi signifikan karena memproduksi berbagai simbol dan anti, mengorganisir berbagai pemaknaan dan digunakan sebagai acuan berbagai objek, isu, golongan, peristiwa ataupun aturan-aturan secara nyata dalam masyarakat majemuk Amerika, berdasarkan kode-kode yang sesuai dengan latar belakang konsep pemikiran masing-masing kelompok.

The myth of sports heroes or heroines has played some important role in the American multicultural society since the 1950s. They are not demanded not only to dominate the sports but also to represent some groups in the process of implementing multiculturalism. The issues raised are collective identity recognition and some other issues related to the tradition changes in the related sports institutions. Tiger Woods, a dominant professional golfer has facilitated the issues from different groups that opposites, dominated, and negotiated to each other. He, in this respect a negotiator, is pragmatic by employing the issues for his own or other groups' interests.
Through qualitative approach in cultural studies, analyzing the representation of the sports figure Tiger Wood, I can demonstrate that there is a demand that media must be capable of accommodating various conflicts and supports within the American social groups especially if connected to the multicultural process. The representation of Tiger Woods, which is interpreted differently, has changed the understanding of an identity that used to be fixed or static into the one dynamic and negotiating the past and present. Tiger Woods represents the multicultural American society not because of what he has personally but because of his functioning as the representative of those groups.
Individual identity is understood as categorization with the basis of race, ethnic, gender, and class; therefore, there come demands to Tiger Woods, the one who is biologically of multi races and multi ethnics. The awareness of identity classification of the multiracial generation is raised in this phenomenon. This shows that such social classification is required to adjust to the progress of multicultural process.
Tiger Woods can dominate golf, a monoculture hegemony (rich, middle-aged white men). The changes of this tradition have made Tiger Woods a symbol of the multicultural movement. Golf facilitates the negotiation of monoculture-multicultural conflicts. This representation in changing golf tradition is made good use of by some groups for sports and non-sports purposes.
From the meaning and use of the myth of sports heroes, Tiger Woods shows that American society needs a medium that not only reflects the multicultural process but also involves and takes part in the process itself. The representation becomes significant because it produces symbols and meanings, manages several meaning-makings, and is used as standards of various objects, issues, social groups, events or regulations explicitly in the multicultural America with the basis of codes which conform the background thoughts of each social group.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schlesinger, Arthur Meier
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997
973 SCH dt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Kristanty
"Penelitian ini mengetengahkan rasisme yang terdapat dalam film "Crash" berdasarkan sudut pandang khalayak film, yakni melihat pemaknaan khalayak, khususnya masyarakat kalangan menegah atas atau lebih tepatnya di lihat berdasarkan Reception Studies. Di mana dalam penelitian ini berusaha menunjukkan bahwa khalayak tidak mudah didominasi pesan media massa klmsusnya dalam hal ini adalah pesan dalam film yang dibuat oleh kreator film, karena setiap khalayak memiliki kemampuan untuk memproduksi makna. Dalam hal ini khalayak dianggap sebagai khalayak aktif dan bukan khalayak pasif.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, pendekatan kualitatif, yakni dengan metode penelitian etnografi serta sifat penelitian deskriptif. Dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam terhadap para informan., diketahui bahwa para informan tidak mengintemalisasi rasisme ke dalam kehidupan sehari - hari mereka, berkaitan dengan pemaknaan., maka pemaknaan inforrnan selaku khalayak film "Crash" terbagi atas pemaknaan dominan, negosiasi dan oposisi. Hasil yang diperoleh berdasarkan wawancara mendalam adalah bahwa para informan memaknai film "Crash" berhasil merepresentasikan rasis yang terjadi di Amerika, namun beberapa adegan film tersebut ada yang dilebih - lebihkan sehingga film "Crash" dimaknai berupaya menyebarluaskan ideologi Amerika yai!u E Pluribus Unum selaigus membentuk image Amerika sebagai savior of all man kind.
Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya bidang kajian pemaknaan dan media massa, di mana khalayak memiliki kemampuan untuk memaknai pesan dengan menggunakan batas idealisme mereka masing masing dan agar penelitian ini menjadi edukasi bagi para khalayak film khususnya, bahwa f.tlm terkadang bermuatan ideologi yang dikemas begitu apik sehingga membentuk kesadaran palsu khalayaknya.

The purpose of this research is to describe audience reception s about racism which there are in film "Crash", specially in the upper class society or more precisely seeing pursuant to Reception Studies. This research try to indicate that audience do not easy to predominated by message of mass media specially in this case is message in made by film creator's, because every audiences has different ability to produce meaning. In this case the audiences considered to be active audiences and non passive audiences.
In this case, the audience is considered as the active audience and not passive audience. Research using this paradigm constructivism, a qualitative approach, namely with the ethnographic research methods and descriptive nature of the research. By using the method of data-depth interviews of the informants, it is known that the informant does not deepens racism in everyday life - their day, associated with meaning, the informants as the audience perceptive film "Crash" divided up perceptive dominant, negotiation and opposition. Results are based on depth interviews is that the informant perceptive film "Crash" represents racism successfully going on in America, but some scenes the film is tall - so thick film "Crash" mean attempt disseminate American ideology that is E Pluralists Unum at once form the image United States as the savior of all man kind.
Hopefully this research can enrich study area of reception studies and mass media, where the audiences have ability to mean message by using their idealism boundary and this research can be educated all audiences, because sometimes the film can make the audiences have false consciousness, this is because the film is potentially to share the ideology where is tydi with the plot and acting an actress and an actor, and also the visual effect in the film.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T29164
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Parsudi Suparlan, 1938-2007
"Tulisan ini ingin menunjukkan bahwa upaya membangun Indonesia yang multikultural hanya mungkin terwujud bila (1) konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya; (2) kesamaan pemahaman di antarapara ahli mengenai makna multikulturalisme dan bangunan konsep-konsep yang mendukungnya, dan (3) upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini."
2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
James Danandjaja
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2003
398.097 3 JAM f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Rahadianto Sutopo
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Pusat Kajian Sosiologi, LabSosio, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Rubrik berita kali ini masih memuat informasi lanjutan tentang resume panel-panel yang digelar pada acara Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA ke-3 tanggal16-19 Juli 2002, di Universitas Udayana, Bali. Selain resume dari sebagian sebagian panel tersebut, disajikan pula berita tentang Workshop on Visual Anthropology dalam rubrik berita ini"
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>