Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hari Sukarno
"Studi ini tentang penilaian harga saham berdasarkan analisa fundamental dengan pendekatan PER. Meskipun ada modifikasi, tapi model yang digunakan tetap mengacu pada multiple regression model yang dipergunakan para peneliti sebelumnya, baik dalam maupun luar negeri.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui relevansi penentuan PER dalam keputusan investasi di BEJ. Kemudian dirinci, untuk mengetahui : apakah growth rate, dividen payout ratio dan financial leverage mempengaruhi besarnya PER; variabel manakah (earning growth atau dividen growth) yang paling berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER; apakah pengaruh masing-masing variabel eksplanatori terhadap PER tetap konsisten dari tahun ke tahun dan apakah model empiris yang diajukan dapat dipakai sebagai security selection serta mengkaji apakah kebijaksanaan BAPEPAM tentang PER maksimal 15 kali memadai.
Hasil analisa tahun 1989-1993 maupun keseluruhan menunjukkan bahwa semua persamaan regresi (kecuali 1989) memiliki F-test signifikan dan adjusted R2 minimal 75%. Berarti di samping secara serentak berpengaruh, perubahan variabel eksplanatori mampu menjelaskan perubahan variabel PER paling rendah 75%. Pengaruh secara parsial, berdasarkan t-test, umumnya variabel growth rate dan dividen payout ratio signifikan berpengaruh. Tapi variabel financial leverage tidak signifikan berpengaruh.
Akan tetapi bila ditinjau koefisien regresi masing-masing variabel eksplanatori menunjukkan bahwa umumnya terdapat arah dan hubungan positif antara variabel growth rate dan dividen payout ratio terhadap PER. Sebaliknya terdapat arah dan hubungan negatif antara variabel financial leverage dengan PER . Jadi meskipun pengaruhnya kurang signifikan, dengan semakin meningkatnya financial leverage akan mendorong risiko financial makin tinggi dan PER menjadi makin menurun.
Sementara itu variabel earning growth diketahui lebih berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER daripada variabel dividen growth. Hanya pada 1990 saja variabel dividen growth memiliki adjusted R2 dan t-test lebih signifikan. Diketahui pula bahwa variabel growth rate dari tahun ke tahun tetap dominan berpengaruh terhadap besarnya PER. Namun demikian besar dan arah pengaruhnya berubah-ubah. Dan model empiris yang diajukan ternyata kurang cocok untuk security selection.
Akhirnya, bertolak dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa anjuran BAPEPAM tentang batas PER tidak lebih dari 15 kali untuk perusahaan yang akan go public semua sektor industri adalah kurang tepat. Memang rata-rata PER empiris dibawah 15 kali bila variabel eksplanatori konstan (=0). Yaitu 6,1271 kali (1989); -0,0027 kali (1990); -35,6735 kali (1991); 0,1289 kali (1992); 12,2483 kali (1993) dan 0,099 kali(1989-93).
Tapi jika salah satu variabel, misalnya growth rate, bernilai positif maka hasil P/NE menjadi diatas 15 kali. Tentunya setiap perusahaan memiliki prospek untuk tumbuh. Karenanya BAPEPAM disarankan meninjau kembali himbauan tentang batas PER."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Susanti Toha
"Salah satu analisis fundamental yang sering digunakan untuk menilai harga saham adalah analisis PER. PER dapat dihitung dengan membagi harga saham pada suatu saat dengan laba perlembar saham (earning per share IEPS) suatu periode tertentu. PER mencerminkan seberapa besar investor bersedia membayar harga suatu saham dibandingkan dengan labanya. Analisis ini sering digunakan karena kesederhanaannya yaitu mudah menghitungnya karena informasi mengenai harga dan laba mudah diperoleh.
variabel deviden payout ratio, return on equity dan risiko perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi PER, dimana variabel risiko perusahaaan diwakili oleh standard deviasi tingkat pertumbuhan EPS, standard deviasi return dan beta, penulis ingin mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap PER. Untuk proxy resiko akan dilihat variabel manakah dari ketiga proxi resiko tersebut yang lebih mewakili faktor risiko di Bursa Efek Jakarta. Disamping itu juga penulis mencoba untuk menilai kewajaran harga saham perusahaan-perusahaan go publik di BEJ berdasarkan analisis PER dan ingin mengetahui apakah saham-saham yang dinyatakan undervalued berdasarkan analisis PER dapat memberikan return yang lebih tinggi daripada saham-saham yang dinyatakan overvalued.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda berdasarkan Dividend Discount Model. Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Perusahaan akan dimasukkan sebagai sampel jika : perusahaan membagikan deviden selama periode pengamatan, laba dan ROE perusahaan tidak negatif selama periode pengamatan dan perusahaan tidak mengeluarkan ekuiti baru.
Kriteria yang terakhir adalah bahwa saham perusahaan minimal telah tercatat di BEJ selama 4 tahun sebelum periode pengamatan.
Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata PER tahun 1994 - 1996 adalah 11.85 - 12 kali, dengan standard deviasi 6.55 - 6.72. Secara keseluruhan dari tahun 1994 - 1996 korelasi antara PER dan ROE tidak sesuai dengan ekspektasi. Bahkan korelasi keduanya adalah negatif dan signifikan, yang berarti berlawanan dengan yang diharapkan. Sedangkan korelasi PER dengan variabel babas lainnya tidak signifikan.
Hasil pooling regression menunjukkan bahwa ROE dan risiko yang diwakili oleh standard deviasi return adalah signifikan dan berpengaruh negatif terhadap PER dengan kesalahan duga (a) 5%, sedangkan beta adalah signifikan dan berpengaruh positif terhadap PER dengan kesalahan duga 10%. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa rata-rata PER pada tahun 1995 adalah signifikan dan lebih rendah dari rata-rata PER pada tahun 1994. Sedangkan rata-rata PER pada tahun 1996 adalah lebih tinggi dari rata-rata PER tahun 1994, namun perbedaannya tidak signifikan.
Secara keseluruhan untuk ketiga tahun pengamatan F-statistik menunjukkan hasil yang signifikan. Sedangkan Adjusted R Square untuk ketiga model dalam tahun pengamatan 1994, 1995 dan 1996 mampu menjelaskan variabilitas PER 9.25% - 18.3% oleh pengaruh-pengaruh variabel bebasnya. Keadaan ini mengindikasikan bahwa lebih dari 81.7% - 90.75% variabilitas PER dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel-variabel tersebut. Regresi pertahun (annual regression) yang dilakukan juga memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil pooling regression.
Untuk menilai kewajaran harga saham penulis menggunakan dua pendekatan. Metode pertama adalah dengan membandingkan besamya rasio PER/ROE. Metode kedua membandingkan PER aktual dengan PER prediksi yang diperoleh dari hasil regresi. Untuk pengamatan 1994, hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi semula dimana diharapkan saham yang dinyatakan dalam kelompok undervalue akan memberikan rata-rata return yang lebih tinggi dari saham yang dinyatakan overvalu. Namun pengamatan 1995 pada kedua metode yang digunakan menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua metode yang digunakan tidak memberikan hasil yang konsisten dan tahun ke tahun. Ternyata kelompok saham yang dinyatakan undervalue tidak selalu memberikan return lebih tinggi dari kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Ketidak konsistenan tersebut nampaknya dikarenakan investor di BET melakukan investasi dalam saham tidak hanya melihat faktor-faktor fundamental saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor nonfundamental seperti rumor-rumor yang beredar di pasar modal, kondisi politik dan lain-lain. Disamping itu juga mungkin dikarenakan adanya factor-faktor lain yang mempengaruhi harga saham di BET yang tidak dimasukkan dalam model yang digunakan dalam analisis ini. Sehingga harga saham tidak hanya mencerminkan variabel-variabel yang termasuk dalam model saja."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feber Suhendra
"Penelitian ini akan melakukan analisis pengaruh perbedaan kebijakan. makro yang terdiri atas kebijakan moneter, inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan aspek-aspek fundamental antara lain Deviden Payout (DPO), Debt to Equity Ratio (DER) dan Deviden Per Share (DPS) pada Price Earning Ratio (PER). Periode Penelitian yang digunakan adalah 1993 - 1996 sebagai periode sebelum krisis sedangkan 1998 - 200i sebagai periode selama krisis. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sebesar 88 emiten, Pada tahap awal pengujian dilakukan secara regresi dengan metode cross section untuk setiap tahun pengamatan, selanjutnya untuk melihat konsistensi nilai variabel tersebut dilakukan pengujian secara pooled section dengan metode data panel untuk periode sebelum dan selama krisis. Sebelum melakukan pengujian diatas terlebih dahulu melakukan pengujian casewisediagnostic, multikolinearitas, while heteroskedastis dan autokorelasi.
Untuk menguji pengaruh perbedaan efek kebijakan makro menggunakan uji Mann-Whitney U dan regresi linear secara dummy variabel. Adapun asumsi dummy yang diajukan Kebijakan Moneter (KM) sama dengan 1 jika Bank Indonesia menurunkan tingkat diskon mulai sebelum awal tahun hingga sesudah akhir tahun pendapatan. KM sama dengan 0 jika BI menaikkan tingkat diskon mulai sebelum awal tahun hingga sesudah akhir tahun pendapatan; Inflasi tinggi sama dengan 1 jika tingkat inflasi dalam satu tahun lebih dari 10 %, dan rendah jika kurang dari 10 %; Pertuinbuhan ekonomi yang meningkat diberi kode 1 dan menurun sama dengan 0.
Pada pengujian regresi yang konsisten signifikan mempengaruhi PER adalah DPO, sedangkan DER tidak signifikan pada tahun 1995, 1999, 2000 dan 2001 karena adanya pengaruh stock split. Pengujian secara pooled section baik sebelum maupun selama krisis menghasilkan DPO, DER, dan LnDPS secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap PER. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh DPO dan DER terhadap PER adalah positif, sebaliknya pengaruh DPS terhadap PER adalah negatif.
Pada pengujian Mann Whitney U, variabel PER secara konsisten selalu signifikan. Untuk pengujian regresi secara dummy variabel diperoleh apabila bank sentral menurunkan tingkat suku bunga pada periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan bertambah; dan apabila terjadi efek inflasi yang tinggi periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan turun; serta apabila terjadi efek pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan meningkat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McCloskey, Donald N.
New York: Macmillan, 1985
338.521 Mcc a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlifah
"Investasi dalam saham dinilai mempunyai risiko lebih besar dibanding investasi bentuk lain seperti dalam obligasi, tabungan, dan deposito. Hal ini disebabkan karena return yang diharapkan dari saham tidak pasti, dirnana return saham diperoleh dari dividen dan capital gain. Kemampuan perusahaan dalam membayar dividen ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalarn menghasilkan laba, sehingga capital gain ditentukan oleh fluktuasi harga saham (perbedaan antara harga bell dan harga jual).
Price earning ratio adalah model valuasi yang sering digunakan pars analis untuk menentukan harga saham. Perbandingan antara harga saham dan earning per share yang ditunjukkan dengan price earning ratio adalah pertumbuhan dividen yang berarti laba. Semakin tinggi pertumbuhan dividen maka semakin tinggi price earning ratio. Husnan (1996, h.279-280).
Penelitian ini mencoba melihat beberapa faktor fundamental yang mempengaruhi price earning ratio perusahaan. Faktor-faktor tersebut diwakili oleh dividend payout, return on equity, earning growth, dan kurs rupiah. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang konsisten di kelompok Jakarta Islamic Index dan LQ 45 tahun 2004 sampai 2005.
Dari basil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara bersamasama berpengaruh terhadap tingkat price earning ratio. Pada periode tahun 2004 untuk kelompok Jakarta Islamic Index, variabel yang berpengaruh signifikan adalah dividend payout, return on equityn dan earning growth. Hal yang sama juga terjadi pads kelompok LQ 45.
Pada periode tahun 2005 untuk kelompok Jakarta Islamic Index, variabel yang berpengaruh signifikan adalah dividend payout dan kurs rupiah. Hal yang sama juga berlaku untuk kelompok LQ 45.
Dengan demikian keputusan untuk melakukan investasi dalam saham perusahaan dengan berpedoman pada price earning ratio hendaknya juga memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi price earning ratio.

Stock investment is predicted has bigger risk than investment in other form such as saving account, saving bond, and bank deposit, because we can not certainly expected the return of the stock which gained from dividend and capital gain. The capability of a company to pay dividend is determined by profit outcome of company it self, while capital gain is determined by fluctuation of stock rate (differentiation of buying and selling price).
Price earning ratio is valuation model that is often used by the analyst to determine of stock price. The comparison between the stock rate and earning per share that is showed by price earning ratio, is the growth of dividend -means profit. The higher the growth it gains, the higher price earning ratio too. Husnan (1996, p. 279-280).
Through this research I try to see various fundamentally factors that impact price earning ratio of company. The factors are dividend payout ratio, return on equity, earning growth, and rupiah rates. As the sample of this research is the company who consist in Jakarta Islamic Index group and LQ 45 group, at Jakarta Stock Exchange period 2004 till 2005.
According to the result of this research showed that the factors in the same times influenced to price earning ratio. At period 2004 the Jakarta Islamic Index group mean while dividend payout, return on equity, and earning growth are given significant impact. At the same with LQ 45.
At period 2005, the Jakarta Islamic Index group mean while dividend payout and rupiah rates, are give significant impact. At the same with LQ 45.
It means that the decision of doing investment in stock company which is based on price earning ratio, it will be better to pay attention the factors that influence of price earning ratio.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T20548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryota Nagasawa
Tokyo: Kinokuniya Book-store Co. Ltd, 1964
338.52 Ryo m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rahmi
"Sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, secara rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagian besar dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi makanan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Oleh karena itu kebijakan yang berhubungan dengan barang makanan atau kebijakan pangan merupakan salah satu kebijakan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk memformulasikan kebijakan tersebut, maka terlebih dahulu diperiukan studi yang membahas perilaku konsumsi makanan masyarakat, baik menurut wilayah pedesaan atau perkotaan maupun menurut tingkat pendapatan masyarakat. Salah sate pendapatan yang digunakan dalam studi tersebut yaitu model Alomost Ideal Demand System (AIDS), dimana dalam penulisan ini diaplikasikan untuk menganalisa permintaan makanan di Jawa Barat, yang dikelompokkan menjadi 8 kelompok.
Berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi makanan rumah tangga di pedesaan dan perkotaan Jawa Barat relatif sama , dengan proporsi pengeluaran yang terbesar yaitu untuk konsumsi kelompok path - padian, kelompok ikan & daging, kelompok sayuran dan kelompok makanan jadi. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga , maka terjadi pergeseran pola konsumsi dari kelompok sayuran & kacang - kacangan dan kelompok padi-padian ke konsumsi kelompok ikan & daging , kelompok telur & susu dan kelompok buah - buahan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Basuki
"Tesis ini disusun untuk meneliti pengaruh beberapa faktor fundamental terhadap Price Earning Ratio pada industri properti di Bursa Efek Jakarta. Terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Pertama, untuk meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan pertumbuhan earning Per-Share (g.EPS) terhadap nilai Price Earning Ratio (PER) dalam industri properti. Kedua, untuk meneliti pengaruh faktor fundamental yang paling dominan terhadap Price Earning Ratio (PER) dalarn industri properti.
Metode yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis-hipotesis yang terdapat di dalam tesis ini adalah Metode regresi berganda dengan SPSS 12.0. Hipotesis yang akan diuji adalah apakah DER, ROE, dan pertumbuhan EPS mempunyai pengaruh terhadap PER.
Penelitian ini menghasilkan beberapa hal. Pertama, Debt to Equity Ratio merupakan faktor fundamental yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap nilai PER. Kedua, Return on Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PER. Ketiga, Pertumbuhan EPS tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PER.

This thesis is made arrangements for to check influence some fundamental factor to Price Earning Ratio at industry of property in Jakarta Stock Exchange (JSX). There are some target of which will reach in this research. First, to check influence of Debt Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), and growth of Earning Per-Share (g.EPS) to value of Price Earning Ratio ( PER) in industry of property. Second, to check influence of basal factor which most dominant to Price Earning Ratio ( PER) in industry of property.
Method used to examination of hypothesiss which there are in this thesis is Method of regression doubled with SPSS 12.0. Hypothesis to test what is DER, ROE, and growth of EPS have influence to PER.
This research yield several things. First, Debt To Equity Ratio represent fundamental factor which have influence most dominant to value PER. Second, Return on Equity ( ROE) do not have influence which signifikan to PER . Third, Growth of EPS do not have influence which signifikan to PER.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Bambang Rijanto
"Stock Split is one of popular corporate action in capital market. Stock Split is the split of a company's existing stock into more shares. Each stockholder would receive an additional share for each share formerly held depend on the ratio of the split. The implication of the stock split is the pace of the stock becomes cheaper than before, this is something worth for the investors. Furthermore, the demand for the stock will be higher, and the price of the stock will up to certain level which means profitable for the investors. Liquidity is the most mainly listed companies's motivation within stock split, since liquidity is the central theme in the secondary market.
This research will examines some problems within stock split are :
1. Does stock split influences the stock price changes?
2. Does composite stock price indices influences the stock price changes?
3. Does earning per share influences the stock price changes?
Regarding those problems mentioned above, the objective of this research are :
1. Analyzing the influence of stock split to the stock price changes.
2. Analyzing the influence of composite stock split indices to the stock price changes.
3. Analyzing the influence of earning per share to the stock price changes.
The period of the stock split study started from January 1 until December 31 on the year 2000. The samples which is used in the study are the stock listed in the Jakarta Stock Exchange minimum 7.5 months before the effective date of the stock split. The study period in this research from July 1 1999 until April 30, 2001. The study period started 7.5 months before the first listed company announce the stock split in the year 2000 and 4.5 months after the last listed company announce the stock split in the year 2000.
The Signaling Hypothesis Theory is the foundation of the research, which indicate the stock split announcement intended to rise a positive signal to the investors. A good prospect of the company is something managements objective of the announcement of stock split. In this scheme, stock split will increase the value of the company.
Based on the test and analysis of the statistical result, founded some conclusions which are :
1. Stock split during the year 2000 has no positive response from investors. It indicates investors judge the stock split has no influence to company's growth profitability signal for the future.
2. During study period, earning per share and earning per share changes significantly correlate to the changes of stock price. This result support the previous research such as Benston (1966), Ball & Brown (1988), and Beaver (1968), where earning per share (EPS) as an accounting profit measurement has a significant influence to the changes of stock price.
3. Composite stock price indices (IHSG) variable has no significant influence to the relative stock price changes, nevertheless the changes of composite stock price indices's variable has a significant influence to the relative stock price changes.
4. All of the independent variables those are earning per share, composite stock price indices, and stock split together have a significant influence to the relative stock price changes.
Based on the conclusion above, researcher gives any suggestions or recommendations to the party related the stock split concern to the investment activity at Jakarta Stock Exchange, those are :
1. Timing is a determinant factor for the successful of stock split. Successful timing will determined the liquidity of the stock after stock split. For certain level, bearish market will not support the liquidity of the stock after stock split. That's why maintaining the market psychology for the company is relevant.
2. Since investing in the common stock related to the prospect of the company, management must consider and managing the fundamental of the company before making a planning of stock split. Prospective fundamental will support the effectiveness and successfull of the stock split.
3. Regarding the decrease of the volume of stock trading, management must aware the the decreasing the value of the stock price, which means management must maintain the appropriate level due to the company's performance. Periodic evaluation of the stock price changes must be scheduled.
4. During the study period, researcher find an anomaly due to Signaling Hypothesis Theory. For that reason, based on the theory of Efficient Capital Market, stock split should be implemented for the atmosphere of efficient market On that, stock price reflected the real market reaction under stock split.
5. Stock split still remain a puzzling phenomenon to financial analyst and also researchers. That's why, next researchers which cover wider data and period including bullish and bearish market are highly importment to discover the phenomenon of stock split."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Susanti
"Karya akhir ini membahas mengenai pengaruh caming per share (EPS), price camning ratio (PER), price to book value (PBV) dan debt to total equity ratio (DER) terhadap harga saham pada industri farmasi periode 2003 - 2007. EPS, PER, dan PBV dipilih sebagai variabel bebas (independen) karena ketiga rasio keuangan tersebut memang selalu digunakan untuk memproyeksikan harga saham perusahaan dan sekaligus mewakili capital market ratio sedangkan DER dipilih sebagai bagian dari variable bebas lainnya karena mewakili kinerja leverage rario. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda merupakan bentuk persamasn regresi yang memiliki variabel bebas lebih dari satu (independen; variables) yang akan digunakan membentuk variabel terikat (dependent variables) dengan tingkat signifikansi lima persen (a-5%). Dari hasil pengujian didapat babwa rasio EPS signifikan terhadap harga saham scbanyak 100% membuktikan bahwa bisa digunakan sebagai prediksi. Kemudian DER, PER, dan PBY tidak signifikan. Ini berarti, tidak bisa digunakan sebagai prediksi terutama untuk pengambilan keputusan dan strategi investasi.

This final paper discusses the effect of earnings per share (EPS), price earnings ratio (PER), price to book value (PBV) and debt to total equity ratio (DER) on stock prices in the pharmaceutical industry for the period 2003 - 2007. EPS, PER , and PBV was chosen as the independent variable because the three financial ratios are always used to project the company's stock price and at the same time represent the capital market ratio, while DER was chosen as part of the other independent variables because it represents the performance of the leverage ratio. The analytical model used is multiple linear regression which is a form of regression equation that has more than one independent variable (independent; variables) which will be used to form the dependent variable with a significance level of five percent (a-5%). From the test results, it is found that the EPS ratio is significant to the stock price of 100%, proving that it can be used as a prediction. Then DER, PER, and PBY are not significant. This means, it cannot be used as a prediction, especially for decision making and investment strategies."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>