Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lengkong, Chriesty Elisabeth
"DAS Tondano Hulu mempunyai arti yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Minahasa dan Kota Manado. Hal ini dimungkinkan mengingat DAS ini memiliki fungsi perlindungan, terutama dari segi tata air, terhadap seluruh bagian DAS. Adanya aktivitas di bagian hulu akan berdampak, tidak hanya pada wilayah tersebut, tetapi juga pada bagian hilir.
Jumlah penduduk di DAS Tondano Hulu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas pemanfaatan sumberdaya lahan. Terlebih penduduk yang ada di wilayah ini telah beraktivitas sampai ke lereng-lereng gunung atau daerah marjinal. Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat pemanfaatan lahan yang berlebihan adalah laju erosi pada permukaan tanah yang semakin tinggi. Erosi adalah proses pengikisan kulit bumi yang senantiasa terjadi di permukaan bumi. Namun, dengan adanya aktivitas manusia, proses erosi-yang semula terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat-dapat dipercepat. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air, serta mengakibatkan timbulnya pendangkalan (sedimentasi), baik di sungai, danau atau waduk. Untuk mengantisipasi terjadinya laju erosi yang semakin meningkat diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan DAS secara terpadu, khususnya penerapan dari aspek teknis yang salah satu di antaranya dengan menggunakan teknologi Sistem Infonmasi Gcografis (SIG). SIG adalah suatu perangkat yang dapat digunakan untuk inventarisasi dan analisis data yang berhubungan dengan erosi. Penyajian inkrnnasi keruangan SIG adalah berupa pima erosi.
Masalah pertama adalah berkaitan dengan laju erosi dan persebarannya yang hingga saat ini belum terinventarisasi dengan baik. Masalah ini dapat diatasi melalui perhitungan laju erosi menggunakan metode Universal Sail Loss Equation (USLE.). Satuan unit analisis yang digunakan adalah bentuk lahan. Melalui perhitungan USLE, laju erosi dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya.
Masalah kedua adalah berkaitan dengan potensi bahaya erosi dan persebarannya. Potensi bahaya erosi sering disebut tingkat bahaya erosi (TBE). Masalah ini dapat diatasi melalui perhitungan lndeks Bahaya Erosi (IBE) menggunakan konsep Hammer dari data yang telah diketahui laju erosi dan laju erosi yang dapat ditoleransi/Tolerance Soil Loss (TSL). Melalui perhitungan tersebut, maka IBE dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya. Informasiinformasi ini penting diketahui untuk pelaksanaan konservasi tanah.
Masalah ketiga adalah berkaitan dengan tindakan awal dalam konservasi tanah, yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju erosi. Dalam metode USLE, digunakan empat faktor yang mempengaruhi erosi. Dengan menggunakan analisis korelasi, maka dari keempat faktor tersebut dapat ditentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap laju erosi di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan sistem informasi yang bersifat geografis atau infornasi spasial dan membangun basis data sumberdaya lahan, berupa pemetaan potensi laju erosi di DAS Tondano Hulu, bagi perencanaan wilayah dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disusun hipotesis kerja sebagai berikut: (1) Jika bentuk lahan di DAS Tondano Hulu dianalisis dengan menggunakan nu ti de USLE, maka laju erosi tinggi akan tersebar pada bentuk lahan dengan kemiringan lereng lebih dari 45%, jenis tanah peka erosi, curah hujan tinggi, dan indeks penggunaan lahan yang tinggi; (2) Jika laju erosi pada bentuk lahan dianalisis dengan menggunakan perhitungan IBE, maka laju erosi yang terjadi di wilayah penelitian berada pada TBE tinggi; dan (3) Jika faktor yang mempengaruhi laju erosi dianalisis menggunakan analisis korelasi, maka faktor penggunaan lahan akan diperoleh sebagai faktor yang paling berpengaruh. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dan dilakukan dengan metode ekposfakto menggunakan pendekatan korelasional. Alat yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah (1) SIG yang terdiri dari perangkat lunak AutoCad versi 12 untuk digitasi peta, Arclnfo versi 15.1 untuk pengolahan data spasial, dan ArcView versi 3.1 untuk layout dan pencetakan peta, (2) Perangkat lunak Excel 2000, dan (3) Perangkat lunak Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10.00. Di wilayah penelitian terdapat 15 bentuk lahan yang di dalamnya terdapat 74 lokasi dari ke-15 bentuk lahan. Salah satu fungsi analisis yang digunakan dalam SIG adalah overlay peta. Overlay peta dilakukan untuk mendapatkan laju erosi setiap bentuk lahan. Overlay peta dilakukan antara peta bentuk lahan, teknik poligon, jenis tanah, penggunaan lahan, dan lereng, yang di dalamnya telah berisi nilai indeks tiap informasi dari peta-peta tersebut. Untuk mengetahui persebaran laju erosi di DAS Tondano Hulu, laju erosi diklasifikasikan atas lima kelas, yaitu kelas 1 (kurang dari 15 ton/ha/tahun), kelas 2 (15-60 ton/ha/tahun), kelas 3 (60-180 ton/ha/tahun), kelas 4 (180-480 ton/ha/tahun), dan kelas 5 (lebih dari 480 ton/ha/tahun). Dari klasifikasi tersebut, teridentifikasi 32 lokasi bentuk lahan dari 74 lokasi bentuk lahan yang memiliki laju erosi tinggi dan sangat tinggi. Dan tersebar di sebagian besar wilayah penelitian, terutama di Kecamatan Tondano, Eris, dan Remboken, serta di sekitar Gunung Soputan di Kecamatan Langowan.
Untuk mengetahui persebaran potensi bahava erosi di DAS Tondano hulu. hail IBE diklasifikasikan atas 4 kelas, yaitu kelas 1 (kurang dari 1,00), kolas 2 (1,00-4,00), kelas 3 (4,00-10,00), dan kelas 4 (lebih dari 10,00). Dari basil klasifikasi tersebut, teridentifikasi 36 lokasi bentuk lahan dari 74 lokasi bentuk lahan yang memiliki TBE tinggi dan sangat tinggi. Dan tersebar di Kecamatan Tondano, Eris, dan Remboken. serta di sekitar Gunung Soputan di Kecamatan Langowan. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis korelasi Karl Pearson dan analisis regresi berganda (koefisien korelasi dan koefisien regresi). Hasil analisis korelasi Karl Pearson menunjukkan bahwa korelasi antara laju erosi dengan penggunaan lahan adalah yang paling kuat, yaitu 0,68. Sedangkan koefisien korelasi dan koefisien regresi dari analisis regresi berganda secara berturut-turut adalah 0,911 dan 0,829. Koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara laju erosi dan keempat komponen USLE . Sedangkan basil koefisien regresi menunjukkan bahwa 83% dijelaskan oleh keempat komponen LISLE, sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain, yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Laju erosi tinggi dan sangat tinggi tersebar pada bentuk lahan dengan curate hujan yang tinggi (indeks erosivitas rata-rata diatas 1000), jenis tanah yang peka erosi (didominasi oleh Alfic hapludands), kemiringan iereng lebih dari 45%, dan indeks penggunaan lahan yang tinggi (didominasi oleh kebun campuran, cengkeh, dan belukar).
2. Laju erosi yang terjadi di DAS Tondano Hulu telah berada di atas batas laju erosi yang dapat ditoleransi dan berada pada tingkat bahaya erosi tinggi dan sangat tinggi.
3. Faktor penggunaan lahan adalah faktor yang paling mempengaruhi laju erosi di DAS Tondano Hulu.

Tondano Upper Watershed plays an important role in developing implementation at Minahasa District and Manado City. Because this watershed has a protection function, especially for water supply to a whole watershed from upper to lower. Activities that happen at the upper will impact not only at that area, but also to the lower area.
Population of Tondano Upper Watershed has been increasing for years. So, people demands on land for a living will be increasing. Because land area is limited, so people are going to inhabit on slopes of hills or mountains or even at marginal area to land utility. One of the negative impacts of overwhelming land utility is soil erosion.
Soil erosion is physical removal of topsoil process that happens at all the time. But, it becomes serious, when the process is accelerated by human activity. Soil erosion caused loss of fertile soil, lack of soil capability to absorb and restrain water, and sedimentation in rivers, lakes, or reservoirs. Watershed management and planning have been needed to anticipate erosion rates that have been increasing, especially in focus to technical aspects. One of them is by using Geographical Information Systems (GIS) technology. GIS is a tool that is used for inventory and spatial analysis of soil erosion. Output from GIS for this research is spatial potentially of erosion.
The first problem is distribution of erosion rates that have not been recorded yet. This problem can be identified by predicting soil erosion, using Universal Soil Loss Equation (USLE) method. The unit of analysis is landform. By using USLE, erosion rates can be classified in its classes.
The second problem is distribution of erosion hazard assessment. This problem can be estimated by calculating erosion hazard index, using Hammer's concept. The erosion hazard index is derived from tolerance soil loss identification and erosion rate. Erosion hazard index can be classified in its classes. This information is important to know for implementing land conservation.
The third problem focuses on factors of erosion which are the most influence on erosion rates within this watershed. This problem can be analyzed by using statistic of analyses, such as Karl Pearson correlations and multiple regression analysis. The purpose of this research is providing geographic information systems or spatial information and setting up land resources data base, such as erosion rates potential maps at Tondano Upper Watershed for regional planning and input for decision makers.
According to the research problems stated above, the hypotheses are as follows:
1. If landforms at Tondano Upper Watershed were analyzed by using USLE method, then high erosion rates would distribute to region with slope more than 45%, lack of resistance of soil, high rainfall, and high of land use index.
2. If erosion rates on land form were analyzed by using I13E, then the erosion rates would achieve at high erosion hazard level.
3. If factors of erosion were analyzed by using correlations analyses, then land use factor would be the most factors influencing erosion.
The type of this research is descriptive-analytic, using expos-facto method focusing on correlation approaches. Tools used in data processing and analysis are (1) GIS, such as AutoCad version I2 for diggit.asing, Arclnfo version 3.5.1 for data spatial processing, ArcView version 3.1 for output. (2) Excel 2000, and (3) SPSS version 10.00. There arc 15 landforms in this research area, covering 74 locations of 15 landforms. Analysis function that is used in GIS is overlaying techniques. Overlay is done to get erosion rates on landforms. A logical overlay involves finding those areas, in these case landforms, where a specified set of conditions occur (or not at the same time) together (Aronoff, 1993:208). The overlaying techniques are between land form map and polygon technique map, soil map, slope map, and land use map. Erosion rates on landforms are classed into five classes, there are first class (less than 15 ton/ha/yr), second class (15-60 ton/ha/yr), third class (60-180 ton/ha/yr), fourth class (180-480 ton/ha/yr), and fifth class (more than 480 ton/ha/yr). Identified 32 locations of landforms from 74 locations of landforms have high and very high erosion rates. Those are distributed in a large part of research area, especially at Kecamatan Tondano, Ens, and Remboken, also at the slope of Soputan Mount in Kecamatan Langowan. Erosion hazards index on landforms are classified into four classes, consisting of first class (less than 1,00), second class (1,00-4,00), third class (4,00-10,00), and fourth class (more than 10,00). Identified 55 locations of landforms from 74 locations of landforms which are above TSL and identified 36 locations from 74 locations of landforms have high and very high erosion hazard levels. Those are distributed in Kecamatan Tondano, Eris, and Remboken, also in the slope of Soputan Mount in Kecamatan Langowan. Statistical analyzes that are used in this research are Karl Pearson correlations and multiple regression analysis (coefficient correlations and coefficient regression). Karl Pearson correlations indicate that land use factors is the most factor influencing erosion rates, that is 0,68. The coefficient correlation and coefficient regression is 0,911 and 0,829 respectively. Coefficient correlations indicate there are strong relationships between erosion rates and factors of erosion. While coefficient regression indicates that 83% can be explained with factors of erosion and the rest can be explained with other factors which are not examined in this research.
The conclusions of this research are as follows:
1. Distributions of high and very high erosion rates are around the area of high rainfall (erositivity index means above 1000), erodible soil type (dominated by Alfic hapludands), slope above 45%, and high land use index (dominated by mixed garden, clove, and shrub.
2. Erosion rates in this area has achieved above TSL as well as in high and very high erosion hazard level.
3. Land use factor is the most factor influencing erosion at Tondano Upper Watershed.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T4009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Noor Julia Gabrielle
"Hasil sedimen (sediment yield) adalah tanah hasil erosi yang diangkut dari suatu tempat ke titik pengukuran, misalnya pada waduk. Keberadaan sedimentasi pada waduk perlu dimonitor secara berkala agar dapat memperpanjang usia efektif waduk, salah satu caranya yaitu dengan menghitung potensi hasil sedimen yang masuk ke waduk. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung potensi sedimen yang masuk ke waduk di Bendungan Gintung menggunakan dua metode, Universal Soil Loss Equation (USLE) dan metode Schaffernak. Metode USLE menghitung sedimen yang berasal dari erosi tanah suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), tetapi potensi erosi tanah yang terjadi tidak selalu menciptakan muatan sedimen yang sebenarnya di badan air sehingga perlu dikorelasikan dengan hasil dari muatan sedimen. Erosi tanah yang berubah menjadi sedimen di badan air dihitung dengan menggunakan metode Schaffernak. Hasil dari masing-masing metode mengkonfirmasi keterwakilan potensi sedimen lahan di Bendungan Gintung.

Sediment yield is eroded soil that transported from a place to a measurement point, for example in a reservoir. Sediment in the reservoir is a problem that can reduce the performance of the reservoir, so it needs to be monitored regularly. One of many ways to monitor is to calculate the potential of sediment that enters the reservoir. The research objective is to calculate the potential of sediment that enters the reservoir at Bendungan Gintung using two methods, the Universal Soil Loss Equation (USLE) and Schaffernak methods. The USLE method calculate sediment that comes from land erosion of a watershed, but the potential land erosion that occurred is not necessarily create actual sediment load at the river bed so it needs to be correlated with the results of the actual sediment load. potential land erosion that transform into the sediment in the water body can be calculate by the value of Schaffernack method. The results from each method confirm the representativeness of the potential land erosion in Bendungan Gintung.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Yudha Bhakti
"Permasalahan lingkungan seperti perubahan kawasan menyerap air menjadi lahan kedap air, erosi tanah dan timbulan sampah yang meningkat akan memberikan dampak negatif terhadap fungsi hidrologis DAS Ciliwung (Degradasi DAS Ciliwung). Untuk mewujudkan perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan yang berpedoman pada keseimbangan lingkungan (DAS Ciliwung yang sehat) maka diperlukan pengendalian terhadap erosi, timbulan sampah dan luasan lahan kedap air. Metode-metode perhitungan laju erosi & laju timbulan sampah yang ada memerlukan proses yang panjang dan membutuhkan berbagai jenis data.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat persamaan matematis yang praktis dan relatif akurat dalam memprediksi laju erosi & laju timbulan sampah berbasis luasan lahan kedap air (impervious cover) di DAS Ciliwung. Pemodelan dilakukan dengan software sistem informasi geografis ArcGis Versi 10.1 Lisensi Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
Perhitungan laju erosi menggunakan metode USLE dan laju timbulan sampah menggunakan proyeksi laju timbulan sampah berdasarkan data kepadatan penduduk & laju timbulan sampah per orang per hari sedangkan perhitungan luasan lahan kedap air menggunakan aplikasi ArcGis 10.1. Analisa korelasi antar variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi antar variabel.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat kuat antara luas lahan kedap air dengan nilai laju erosi potensial & nilai laju timbulan sampah potensial, persamaan matematis yang mewakili adalah persamaan regresi non linier eksponensial masing-masing sebagai berikut Y=6892 e-0,07x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,936 dan Y=53,30 e 0,090x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,868.

Environmental problems such as changes in the pervious area becomes impervious, soil erosion and increased waste generation will have negative impacts on hydrological functions of Ciliwung Watershed. To carry out the planning and management of land use based on the balance of the environment (healthy Ciliwung watershed) it is necessary to control erosion, waste generation and impervious cover.
Methods for computation the rate of erosion and waste generation requires a long process and various types of data. This research aims to create mathematical equation that are practical and relatively accurate in predicting of erosion rate and waste generation rate based on impervious land cover on Ciliwung Watershed. Modeling using ArcGIS software version 10.1 License Department of Geography FMIPA University of Indonesia.
Computation of erosion rate using USLE method and waste generation rate using projected based on data density of population and the rate of waste generation per person per day, while computation of impervious land cover area is based on application of ArcGIS 10.1. Analysing correlation between variable in this research was conducted by using regression and correlation analysis.
The conclusion of this research is that there is a very strong relationship between impervious land cover area and the value of potential erosion rate and potential waste generation rate as well. The mathematical equation that represent the relation are exponential non linear regression equations as the following : Y = 6892 * e-0,07x with coefficient of determination (R2) = 0,936 for relation between impervious land cover area and potential erosion rate; and Y = 53.30*e 0,090x with coefficient of determination (R2) = 0.868 for relation between impervious land cover area and potential waste generation rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Afriansyah
"Kurang gizi adalah penyakit yang berhubungan dengan rendahnya keadaan sosial ekonomi penduduk dan buruknya kebersihan lingkungan/sanitasi dan kebersihan diri/hygiene. Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta bayi dan balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, malaria, campak dan lain-lain. 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi. Kekurangan gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta kekurangan zat gizi seperti vitamin A, zat besi, iodium dan zinc. Seperti halnya dalam angka kematian ibu (AKI), angka kematian balita di Indonesia juga tertinggi di Asia Tenggara. Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Terlebih lagi enam bulan terakhir masa kehamilan dan dua tahun pertama pascakelahiran merupakan masa emas dimana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Gangguan kesehatan dan gizi yang terjadi pada masa anak, terutama yang menyangkut tumbuh kembang organ otak bersifat menetap dan tak terpulihkan Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sebaran wilayah rawan gizi di wilayah Kabupaten Tangerang dengan mengetahui perbedaan dan faktor-faktor penyebabnya baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melihat status gizi pada Balita.

Undernutrition is a disease related to economy social status in the community and poor hygiene and sanitation. Under-five children with undernutrition status have a higher risk to death than those who are not. More less 11 million infants and children all over the world died due to the upper respiratory tract infection, diarrhea, malaria, mumps, etc. There was 54% out of all children died related malnutrition. Undernutrition occurred on under-five children consists of protein energy malnutrition and vitamin A, iron, iodium, and zinc malnutrition. Like maternal mortality rate, under-five children mortality rate is also the highest in South East Asia. Under-five children period becomes more important due to its critical period in forming a quality human resource. Furthermore, the last six-month pregnancy and the first two-year postpartum are golden years in which brain cells grow and develop optimally. Health and nutrition disorder occurred in the children period, particularly related to development and growth of the brain was permanently disorder and irreversible. The aim of this study was to assess the distribution of undernutrition vulnerable area in the District of Tangerang by assessing the differences, direct and indirect determinant factors from nutrition status on under-five children."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T29020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikri Arzi
"Erosi yang melebihi batas ambang merupakan ancaman bagi keseimbangan ekosistem di permukaan bumi. Kemunduran sifat fisik tanah dan sedimentasi merupakan salah satu akibat dari erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana erosi di bentuk muka bumi berupa unit-unit geomorfologi di komplekngunung intrusive Sanggabuana. Prediksi erosi dalam penelitian ini menggunakan metode USLE. Parameter yang digunakan yaitu erosivitas (R), erodibilitas (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), vegetasi (C), dan konservasi (P). Hasil penelitian ini yaitu vegetasi (C) berupa hutan: bambu, mahoni, puspa, jeng-jeng; dan sawah tadah hujan/irigasi: padi; dengan konservasi (P) tanah umumnya teras bangku memiliki prediksi erosi yang normal dan ringan. Sementara vegetasi (C) kebun/perkebunan: pisang, singkong, kelapa, jati; tegalan/ladang: tanaman campuran; dan semak/belukar; dengan konservasi tanah (P) umumnya berupa pengelolaan tanah di lereng dan tanah tanpa tindakan konservasi memiliki prediksi erosi berat dan sangat berat. Lereng (LS), curah hujan (R), dan jenis tanah (K) terlindungi nilai indeks C dan P yang rendah sehingga menyebabkannerosi ringan di wilayah penelitian. Prediksi erosi sangat berat terluas di wilayah penelitian terdapat di dataran intrusive vulkanik sebesar 929,24 ha atau 15,61% dari luas unit-unit geomorfologi tersebut dan prediksi erosi sangat berat dengan persentase terbesar di masing-masing unit-unit geomorfologi terdapat di dataran teras alluvial muda yaitu 23,52% atau 60,94 ha dari luas wilayah unit geomorfologi tersebut.

Erosion that has exceed the threshold is a threat to the ecosystem balance in the earths surface. Deterioration of physical properties of soil and sediment is one result of erosion. This research aims to determine how the erosion in the earth form of geomorphologic units in the complex of the Sanggabuana intrusive mountain. Prediction in this research using USLE method. The parameters used are erosivity (R), erodibility (K), length and slope (LS), vegetation (C), and soil conservation (P). The result of this research is in the form vegetation (C) of forest: bamboo, mahogany, puspa, jeng-jeng; and rain/irrigated field: rice; with soil conservation (P) bench terraces generally have predicted normal and low erosion. While vegetation (C) gardens/estates: bananas, cassava, coconut, teak; moor/farm: a mixture of land management; and soil conservation (P) land on the slopes and without conservation measures have predicted heavy and very heavy erosion. Slope (LS), rainfall (R), and soil type (K) are influenced by C and P which have low index makes low erosion in the research area. Very severe erosion predictions contained in the widest in research area found in the intrusive volcanic plains are 929,24 hectares or 15,61% of geomorphologic units of the region and very severe erosion predictions with the largest percentage in geomorphologic units found in the younger alluvial terrace plains are 23,52% or 60,94 hectares of geomorphologic units of the region."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1379
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Tua Rohot
"Prakiraan laju erosi permukaan dengan mengg-u-nakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) adalah rrerupakan hasil perkalian dari variabelvariabel erosi yaitu indeks erosivitas hujan, indeks erodibilitas tanah, indeks panjang dan lemiringan lereng, indeks pengelolaan tanaman serta indeks pengelolaan dan konservasi lahan. Penentuan indeks-indeks USLE membutuhkan parameter sebaran spasial morphologi, topgrafi, jenis penutup tanah dan data pengelolaan tanaman serta konservasi tanah dirnana data-data tersebut diolah dari peta-pets tematik tercetak. Pembuatan peta tematik membutuhkan waktu yang relatif lama, apalagi untuk suatu cakupan daerah aliran sungai yang luas.
Karena sulitnya penentuan indeks-indeks metode USLE, maka dicari suatu alterneif yaitu dengan memanfaatkan indeks-indeks morphometry. Indeks morphometry adalah suatu besaran geometris yang menggambarkan karakteristik morphologi dan topografi suatu daerah aliran sungai sedangkan indeks-indeks USLE adalab merupakan besaran morphologi, topografi dan jenis penutup tanah dengan demikian indeks-indeks morphometri berpotensi untuk dapat me.-iggantikan indeks-indeks USLE.
Untuk menentukan indeks morphometry yang potensial untuk menggantikan indeks USLE adalah dengan membuat grafik hubungan dan dinilai sejauh mana hubungannya berdasarkan bentuk grafik yang ter adi, yaitu ; grafik berbentuk garis lures dengan suatu kemiringan dinilai "terlihat jelas sekali", grafik berbentuk garis ekponensial dinilai "terlihat jelas", grafik berbentuk garis hiperbola dinilai "terlihat cukup jelas" dan grafik berbentuk garis tegak lurus terhadap sumbu X atau sumbu Y dinilai "tidak ada hubungan". Dari hasil penilaian tersebut dicari indeks morphometry yang mempunyai hubungan dengan indeks USLE dimana dalam menentukan indeks morphometry tersebut tidak terlalu sulit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agung Irawan
"
ABSTRAK
Pada masa mendatang, pengembangan wilayah/perkotaan di DKI Jakarta
bertendensi ke arah Utara Pengembangan kota Jakarta yang bergerak ke arah
Utara dengan cara melakukan reklamasi, diharapkan akan mampu membantu
mengatasi permasalahan kecenderungan perkembangan kota yang selama ini
bergerak ke arah Selatan.
Sesuai dengan konsep pengendalian banjir DKI Jakarta, sungai-sungai yang
berhulu di wilayah Jawa Barat dan alurnya melintasi wilayah DKI, berubah fungsi
menjadi bagian dari sistem drainase kota. Sistern drainase wilayah DKI tidak dapat
dipisahkan dari sistem drainase alamiahnya, yang terdiri dari sungai-sungai yang
mengalir melalui wilayah DKI dan bennuara di Teluk Jakarta
Wilayah DKI Jakarta termasuk dalam DAS Sistem Aliran Cengkareng
Drain yang meliputi sebagian wilayah DKI, sebagian Tangerang dan sebagian
wilayah Bogor. Pada saat sekarang ini, wllayah DKI sebagian besar sudah berubah menjadi daerah pemukiman dan perkantoran sedangkan di wilayah Tangerang dan
Bogor sedang terjadi perubahan tata guna Iahan dari daerah yang hijau menjadi
pemukiman. Perubahan tata guna lahan dari daerah yang hijau menjadi daerah
pemukiman menyebabkan erosi yang tenjadi semakin besar akibat dari permukaan
tanah yang tidak terlindung.
Perkiraan erosi yang terjadi pada suatu DAS dapat diketahui dengan
menggunakan Metode USLE ( Universal Soil Loss Equation ). Dalam
menggunakan Metode USLE ini dibutuhkan data - data mengenai curah hujan, jenis
tanah, panjang sungai, jenis tata guna Iahan dan kemiringan lereng.
Lahan pada DAS yang bermacam-macam fungsinya mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap besarnya erosi. Tata guna lahan yang berubah secara cepat
dari lahan yang semula berupa hutan menjadi sawah, kebun dan akhirnya menjadi
daerah pemukiman pada saat sekarang ini sebagai akibat dari pertambahan
penduduk, telah menyebabkan erosi yang terjadi Iebih besar dibandingkan dengan
erosi yang terjadi di waktu lampau.
Skripsi ini membahas mengenai perkiraan erosi yang terjadi akibat
perubahan tata guna lahan dengan menggunakan Metode USLE.
"
1997
S34657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>