Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39150 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Windarto Adi
"Persaingan yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk memperbaiki dirinya dan mengembangkan serta meningnkatkan kemampuannya agar dapat mempertahankan dan meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan. Dalam upaya meningkatkan keuanggulan dan agar dapat memenangkan persaingan untuk menghadapi lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan dinamis, maka terdapat tahapan proses bagi perusahaan dalam mengidentifikasikan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk menilai aspek-aspek dalam kinerja perusahaan secara menyeluruh.
Karya akhir ini melakukan studi pada PT Wijaya Kusuma Emindo dan difokuskan untuk membantu perusahaan dalam menyusun strategi dan menerapkan penilaian kinerja dengan pendekatan balanced scorecard serta menentukan tolak ukur yang tepat bagi masing-masing perspektif yang ada dalam balanced scorecard dan mencoba menerapkannya sesuai dengan kondisi yang ada pada PT. Wijaya Kusuma Emindo sehingga perusahaan menjadi organisasi yang berfokuskan pada strategi.
Saat ini, penilaian kinerja yang dilakukan di PT Wijaya Kusuma Emindo mencakup laporan keuangan dan non keuangan. Dalam laporan keuangan bersifat konvensional yaitu membandingkan perbedaan antara anggaran dengan biaya yang terjadi dan laba realisasinya. Sedangkan laporan non keuangan, perusahaan menilai kinerja dari setiap proyek yang ditanganinya melalui koordinasi pertemuan mingguan huna meninjau kemajuan proyek. Hal tersebut membantu perusahaan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan sendiri sekaligus kinerja proyek."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Sihar Maringan
"PT.Asuransi Jasindo merupakan sebuah BUMN yang bergerak dalam asuransi kerugian berfungsi sebagai pemberi jasa proteksi mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan perekonomian nasional. Dampak arus globalisasi mulai dirasakan oleh dunia asuransi di Indonesia dimana persaingan bisnis semakin ketat. Dalam hal ini PT. Asuransi Jasindo dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk bangsa Indonesia dalam menggerakkan roda perekonomian.
Peranan PT. Asuransi Jasindo disektor asuransi kerugian dalam melaksanakan kegiatannya berkompetisi dengan perusahaan asuransi swasta nasional maupun patungan swasta dengan pihak asing, dituntut untuk meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan. Namun demikian dengan selalu berpedoman pada aturan bisnis serta tidak ada kemudahan-kemudahan maupun proteksi dari pemerintah, dengan demikian hasil yang dicapai akan sangat tergantung kepada kemampuan dan kemauan dari manajemen dalam meningkatkan kinerja.
Selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan masih memberikan perhatian besar pada aspek keuangan yang mempunyai kelemahan. Pengukuran kinerja berdasarkan data akuntansi hanya menginformasikan laporan aktivitas keuangan periode tertentu sehingga akan memuat manajemen menitikberatkan pada tindakan jangka pendek.
Pengukuran kinerja PT Assuransi Jasindo menggunakan pendekatan Balanced Scorecard meliputi empat aspek yaitu pengukuran kinerja terhadap aspek pembelajaran dan pertumbuhan, aspek proses bisnis internal, aspek pelanggan serta aspek keuangan. Pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah untuk mendapatkan aftematif pengukuran kinerja yang lebih baik dari yang selama ini telah dilakukan terhadap PT.Asuransi Jasindo. Pengukuran kinerja di PT. Asuransi Jasindo selama ini telah diwarnai dengan pendekatan Balanced Scorecard namun belum diterapkan sepenuhnya.
Dalam melakukan pengukuran kinerja ini, telah dilakukan penyebaran
kuisioner kepada Para pejabat, karyawan serta pelanggan PT. Asuransi Jasindo. Untuk pegawai dengan total populasi 964 dan sampel yang disebar sebanyak 200 dan responden yang mengembalikan sebanyak 112 . Total sampel pelanggan adalah sebanyak 500 pelanggan dan yang mengembalikan dan mengisi dengan benar sebanyak 328 responden.
Berdasarkan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard tersebut, diketahui bahwa secara keseluruhan PT, Asuransi Jasindo memperoleh skor 61 (enam puluh satu) dengan rincian, aspek pembelajaran dan pertumbuhan memperoleh skor 22 (dua puluh dua) dengan predikat 'Baik", aspek proses bisnis internal memperoleh skor 8 (delapan) dengan predikat "Baik" dan aspek pelanggan memperoleh skor 4 (empat) dengan predikat 'Baik', sedangkan aspek hasil keuangan mendapatkan skor 27 (dua puluh tujuh) dengan predikat "baik sekali", sehingga total skor keseluruhan 61 (enampuluh satu) dari total skor maksimal 75 dengan predikat "Baik"
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan ke depan, manajemen perusahaan harus memelakukan peninjauan kembali kebijakan yang menyangkut sisem penggajian, sistem karir, sosialisasi kibijakan yang baru dikeluarkan, sistem penghargaan dan hukuman, mewujudkan "customer satisfaction ; proses inovasi yang berkesinambungan, sesuai dengan tuntutan persaingan dan pemenuhan kepuasan terhadap karyawan dan pelanggan.

Measuring the Performance of PT. Asuransi Jasindo based on the Balanced Scorecard ApproachPT. Asuransi Jasindo is a State-owned Corporation engaging in the business of insurance services which provides protection services and play a significant role in the development of national economy. The impact of globalization flow has perceived by the insurance sector in Indonesia in which business competition has become stricter. In this case, PT. Asuransi Jasindo is demanded to be able to provide its larger contribution to Indonesia in generating its economy.
In carrying out its activities, especially relating to its role in providing the risk insurance, PT. Asuransi Jasindo has compete with some national and foreign insurance companies, which demand it to improve its performance. Nevertheless, since it is faced with some business regulation and lack of facilities and protection provided by the government, then the results which it may be achieve will greatly depend on the capability and willingness of management in developing its performance.
Up to present, the performance measurement have been emphasized on the financial aspect with some weaknesses. Performance measurement which is based on the accounting data may only present the financial report for certain periods, which will make the management to emphasize on the short-term actions.
Performance measurement of PT. Asuransi Jasindo is applied and based on the Balanced Scorecard which involve four aspects as follows: performance measurement in its relation to the learning and growth aspect. internal business process aspect, customer-related aspect and financial aspect. Performance measurement which is based on the Scorecard Balanced is intended for obtaining an alternative performance measurement which is better than the previously performed at PT. Asuransi Jasindo. Performance measurement at PT. Thus far, Asuransi Jasindo has been based on the Balanced Scorecard approach, yet it has not been fully implemented.
This performance measurement is carried out by distributing questionnaires to some officials, employees and customers of PT. Asuransi Jasindo. For the employees with total population of 964 and 200 samples distributed. Total respondents which returned the questionnaire are 112. Total samples are 500 customers and total samples returning and completing questionnaire correctly are 328 respondents.
Based on the performance measurement with balanced scorecard approach, it is known that, as a whole, PT. Asuransi Jasindo obtain the scores of sixty one (61), in which, the learning and growth aspect obtain the score of twenty two (22) with predicate "Good", internal business aspect obtain the score of eight (8) with predicate "Good", and the customer aspect obtain the score of four (4) with predicate "Good", while financial aspect obtain the score of twenty seven (27) with predicate "Very Good". Total score is, therefore, sixty one (61) of total maximum score of 75 with predicate "Good".
In order to improve the future performance of the company, the management should review all policies relating to the compensation system, career system, socialization of the program which is newly established. reward and penalty system. It should also realize the customer satisfaction, continuous innovation process which is in line with the demand of competition and satisfaction demanded by the employees and customers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchtar Luthfi
"Era globalisasi atau pasar bebas dapat diartikan tidak ada lagi batasan antar negara dalam perdagangan, semangat kompetisi global dengan cepat merubah teknologi, menggeser demografi, gejolak ekonomi dan kondisi dinamis lainnya yang mengisyaratkan perusahaan untuk lebih adaptif dan lincah (Walker 1992:17). Termasuk penerapan AFTA berdampak pada dominasi pelayaran asing dalam arus muatan ekspor dan impor. Globalisasi merupakan mekanisme pasar yang melibatkan semua negara internasional untuk melaksanakan transaksi, konsekuensinya setiap negara harus mampu menghadapi persaingan bebas pada semua bidang termasuk usaha angkutan lewat laut agar tidak terhempas oleh keadaan. Dalam hal ini perusahaan pelayaran nasional pada umumnya dan PT. Djakarta Lloyd (Persero) pada khususnya akan dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk bangsa Indonesia.
Peranan PT. Djakarta Llyod (Persero) sebagai perusahaan pelayaran nasional (BUMN) disektor angkutan laut dalam melaksanakan kegiatannya berkompetisi dengan perusahaan pelayaran asing yang mempunyai kapal lebih canggih dan bermodal kuat. Namun demikian selalu berpedoman pada aturan bisnis serta tidak ada kemudahan-kemudahan maupun proteksi dari pemerintah, dengan demikian hasil yang dicapai akan sangat tergantung kepada kemampuan dan kemauan dari manajemen dalam meningkatkan kinerja. Selama ini pengukuran kinerja PT. Djakarta Lloyd (Persero) dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang juga telah mempertimbangkan aspek-aspek operasional dan aspek administrasi. Hal ini memang sesuai dengan beberapa ketentuan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002.
Pengukuran kinerja PT Djakarta Lloyd (Persero) menggunakan pendekatan Balanced Scorecard meliputi empat aspek yaitu pengukuran kinerja terhadap aspek pembelajaran dan pertumbuhan, aspek proses bisnis internal, aspek pelanggan serta aspek keuangan. Pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah untuk mendapatkan alternatif pengukuran kinerja yang lebih baik dari yang selama ini telah dilakukan terhadap PT. Djakarta Lloyd (Persero). Pengukuran kinerja di PT. Djakarta Lloyd (Pesero) selama ini telah diwarnai dengan pendekatan Balanced Scorecard namun belum diterapkan sepenuhnya.
Dalam melakukan pengukuran kinerja ini, telah dilakukan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para pimpinan, karyawan serta pelanggan PT. Djakarta Llyod (Persero), dengan total kuesioner 326. Total sampling adalah 10 % dari masing-masing jumlah populasi.
Berdasarkan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard tersebut, diketahui bahwa secara keseluruhan PT. Djakarta Lloyd (Persero) memperoleh skor 124.5 (seratus dua puluh empat koma lima) dengan rincian, aspek pembelajaran dan pertumbuhan memperoleh skor 22,5 (dua puluh dua koma lima) dengan predikat "Baik", aspek proses bisnis internal memperoleh skor 11 (sebelas) dengan predikat "Baik" dan aspek pelanggan memperoleh skor 7.5 (tujuh koma lima) dengan predikat "Baik", sedangkan aspek hasil keuangan mendapatkan skor 83.5 (delapan puluh tiga koma lima) dengan predikat "Baik Sekali".
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan ke depan, pimpinan perusahaan harus menetapkan visi dan misi PT.Djakarta Lloyd kearah yang lebih baik dan berkesinambungan, sesuai dengan tuntutan persaingan dan pemenuhan kepuasan terhadap karyawan dan pelanggan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Trudo Valens Matio
"Krisis ekonomi yang texjadi di tahun 1997 rnembuat PT X menyadari bahwa indikator kinerja keuangan saja tidak culcup untuk mengidentifilcasi kondisi pemsahaan, Untuk itu dibutuhkan suatu sistern yang dapat mengukur kinelja dari semua bidang pelceljaan. Balanced Scorecard mempakan sistem yang tepat digmmakan dalam perusahaan ini, yang mengukur kinelja dari 4 perspelctiil yaim perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspelctif proses bisnis intemal, perspektif pembelajaran dan perkembangan. Tujuan clari penelitian ini adalah mengukur kinexja pemsahaan dengan rancangan Balanced Scorecard yang sudah dibuaL Faktor-faktor penghambat dan pendukung kinerja juga dianalisa agar dapat memberikan masukan pada perusahaan berdasarkan hasil dari pengulcumn lcinexja. Seluruh dam dalam penelitian ini diperoleh dari interview, kuesioner dan dari data perusahaan. Untuk mengolah data digunakan telcnik-teknik pengukuran kinerja yang sesuai dengan key performance bzdicators masing-masing perspektitl untuk mendapatkan pembobotan digunakan telmik paired comparison dan kinerja keseluruhan diolah dengan sojiware Balanced Scorecard yaitu PB Views. Walaupun secara keseluruhan PT X mendapatkan nilai kinerja yang baik, tetapi beberapa key performance indicators menunjukkan hasil yang tidak memuaskan Hasil yang tidak memuaskan ini dapat menjadi faktor penghambat kinerja. Tampak bahwa key peljbrmance indicators pada proses layanan dan kapabilitas karyawan merupakan falctor yang rnenjadi penghambat kinezja. Selain itu, perspektif proses bisnis intemal dan perspektif karyawan masil terlihat lemah dan harus ditingkatkan.

The economic system which was happenned in 1997 has made PT X realized that financial performance indicator solely is not adequate to identify the company health condition- A new tool which can measure company performance moroughly and provide feedback is requierd. The alternative tool that suitable for this company need is Balanced Scorecard, as it measured performance based on 4 perspectives 1 financial, consumer, internal business process, leaming and development perspectives. The aim of this research is to measure company performance thus the result can be acquired. By using Balanced Scorecard, both inhibited and supportive factors toward company performance can be acknowledge, thus feedback can be given to company. All the data was gathered as per key performance indicators from each perspectives. It was gathered through interviews, quetionnaire and company data. Perfomance measurement tools were used for data processing, paired comparison method was used for weighting and Balanced Scorecard software produced by PB Views was used for performance measurement. Overall performance of PT X can considered as good. However some key performance indicators result are not satisfying. This unsatisfying result were performance inhibited factors. For PT X, key performance indicators in service process and employee capabilities are performance inhibited factors. Thus, intemal business process and employee perspectives in this company is still weak and needs to be improve."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farid Fanani
"PT ASDP (Persero) yang merupakan sebuah BUMN yang bergerak di bidang tranportasi penyeberangan dalam pengukuran kinerjanya mengacu puas pada KEP.MEN BUMN No.100 tanggal 2 Juni 2002, yaitu penilaian kinerja berdasar 3 aspek, yaitu aspek nansial dengan bobot 50, aspek operasional dengan bobot 35 dan aspek administrasi dengan bobot 15. Berdasarkan aspek penilaian kinerja teisebut, PT ASDP (Persero) selama 4 tahun (1999-2002) dalam pencapaian skor rata-rata sehesar 67,3 dengan kritteria " Sehat". Hal yang perlu dicermati, skor tersebut berbeda tipis 2 point dari lamas "Kurang Sehat" yaitu 65. Hasil tersebut adalah kccenderungan pencapaian skor menurun pada aspek keuangan khususmya indicator ROI (Return On Investment), HJJE (Return on Equity) dan TATO (Tote ! Assets T um Over) khususE1y pada tahun 2002 dan 2001.
Penilaian kinerja, yang selama ini masih memberi perhatian besar 1 bobot lebih besar pada aspek keuangan mempunvai kelemahan. Dasar penilaian aspek keuangan dari laporan keuangan mempunyai keterbatasan, yaitu hanya pada laporan aktifitas keuangan periode 1 masa tertentu dan tidak mampu secara maksimal menjelaskan hubungan atau keterkaitan antar periode. Sikius bisnis dalam melaksanakan visi dan misi strategis perusahaan, mengalami tiga tahap yaitu berkembang (growth), bertahan (sustain) dan panen (harvest). tentu berbeda dalam pola pedapatan, pola biaya operasi maupun kebijakan investasi sehingga penilaian kinerja yang terbatas aspek keuangan kurang efektif sebagai dasar pengambilan keputusan.
Pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard memberi alternatif lain,karena aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja tersebut meliputi 4 aspek yaitu aspek keuangan, aspek proses internal bisnis dan aspek pembelajaran & berkembang. Aspek keuangan dalam pendekatan Balanced Scorecard tetap dipandang strategis karena kinerja keuangan merupakan result atau hasil dari kinerja lainnya.
Alur berpikirnya adalah sebagai berilcut : kinerja keuangan yang diwakili oleh ROCE (return on capital employed) merupakan pengukuran Scorecard dalam perspektif keuangan. Ukuran ini merupakan hasil dari penjualan produk jasa yang terus berulang dan berkembang dari konsumen yang mencerminkan tingginya tingkat loyalitas di antara para pelanggan. Loyalitas terjadi karena adanya kepuasan pelanggan atas tingkat kualitas pelayanan. Peningkatan kualitas pelayanan dicapai melalui proses bisnis internal dengan inelalui pelatihan, perbaikan tingkat keahlian pegawai dan kepuasan kerja pegawai.
Hasil pengukuran kinerja PT ASDP (Persero) dengan pendekatan Ba!anced Scorccard mercapai total skor 6 dari total skor maksimal 90 dengan kriteria berdasar Keputuan Menteri Negara BUMN yang dominan dengan pendekatan aspek keuangan perlu dicermati dan menjadi pertimbangan dalam mengukur kinerja."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rokhniyah
"Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan yang merupakan unsur pelaksana teknis di lingkungan Departemen Hukum Dan HAM RI yang mempunyai tugas di bidang peraturan perundang-undang, dimana tugas dan fungsinya yang sangat strategis karena negara hukum yang demokratis peran hukum sebagai sarana untuk mewujudkan kebijakan pemerintah dan memberikan legitimasi terhadap kebijakan publik, belum pernah melakukan pengukuran kinerja dari berbagai aspek. Pengukuran yang dilakukan hanya menyangkut aspek keuangan dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP), sedangkan untuk aspek yang lainnya belum pernah diukur.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk melakukan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard yang mengukur kinerja dari 4 perspektif yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan dan perspektif keuangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan yang berjumlah 187 orang, dan pelanggan dari seluruh instansi pemerintah yaitu Departemen dan Lembaga Non Departemen yang membuat Undang-Undang, sebagai sampelnya dari pegawai Direktorat Jenderal Peraturan Perundang¬undangan diambil secara acak sebanyak 110 responden, sedangkan dan pelanggan diambil 10 Departemen/lembaga non Departemen perdepartemen diambil 5 orang sehingga sampelnya menjadi 50 orang sebagai responden, serta 4 orang responden ahli yang diambil dari pejabat di Dit Jen PP yaitu satu orang sekretaris, satu orang Direktur dan 2 orang Kasub Dit pada Direktorat Jenderal Peraturan Perudang-undangan.
Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah baik dengan total skor 47, dan basil pengukuran skor serta bobot untuk keseluruhan aspek sebesar 3,92 sehingga termasuk kategori kinerja baik.
Perincian pengukuran ini adalah sebagai berikut: kinerja pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur dengan kepuasan pegawai, internalisasi visi dan misi serta kemampuan sistem informasi memperoleh penilaian baik yaitu dengan skor 11, kinerja proses bisnis internal yang diukur dengan indikator inovasi, operasi dan layanan setelah RUU menjadi UU memperoleh penilaian baik dengan skor 12, , kinerja pelanggan yang diukur dengan lima indikator yaitu tangibility, reliability, responsiveness, assurance dan empathy memperoleh penilaian baik dengan skor 20 dan kinerja pada aspek keuangan yang diukur dengan indikator penyerapan keuangan memperoleh skor 4 berarti baik dengan tingkat penyerapan anggaran hanya mencapai 81,24%.
Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan harus terus dilakukan agar tingkat kinerja Dit Jen PP berada pada kondisi yang lebih baik/sangat baik. terutama pada aspek pembelajaran dan pertumbuhan yaitu pada komponen kepuasan pegawai, internalisasi visi misi, dan kemampuan sistem informasi agar di prioritaskan karena untuk kemampuan sistem informasi hanya memperoleh penilaian cukup baik. Selain itu pada aspek lainnya juga perlu diperhatikan, misalnya pada konsistensi pelaksanaan proses bisnis internal yang telah ditetapkan dan peningkatan tingkat layanan dan kepuasan pelanggan, serta kinerja keuangan juga supaya ditingkatkan agar dana yang tersedia dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin tetapi efektif dan efisien sehingga program kerja Dit Jeri PP dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga kinerja Direktirat Jenderal Peraturamn Perundang-undangan menjadi sangat baik.

Directorate General of Legalization is one of technical implementation units in Department of Law and-Human Rights whose duty is in the field of legalization. Its duty is very strategic because Indonesia is a democratic country and the law has a role to accomplish government policies and legitimize the public policies. Directorate General of Legalization has never done complete performance measurement. The performance is only measured through financial aspect and performance accountability, while the other aspects of performance have never been measured yet.
In this research, the author tries to measure performance using Balance Scorecard approach that measures performance from four perspectives, which are learning and growth perspective, internal business process perspective, customer perspective, and financial perspective.
The population in this research are 187 employees from Directorate General of Legalization, and customers from all government organizations (Department and non-Department) who formulate laws. The sample taken from employees are 110 respondents. The sample taken from customers are 5 respondents from each Department/non-Department whose total is 50 respondents. This research also take 4 samples who are experts I officials at Directorate General of Legalization consist of I secretary, 1 director, and 2 heads of sub-directorate.
The result of this research can be concluded that the performance of Directorate General of Legalization measured with Balance Scorecard is good with total score is 47, and the result of score measurement to whole aspects is 3.92 and it can be categorized as good performance.
The details of this measurement are as follow. The learning and growth performance measured with employee's satisfaction, vision and mission internalization, and information system capability has good score (score 11). The internal business process performance measured with indicators of innovation, operational and service after the drafts become laws has good score (score 12). The customer performance measured with 5 indicators which are tangibility, reliability, responsiveness, assurance, and empathy has good score (score 20). The financial performance measured with indicator of finance accomplishments also has good score (score 4) and the level of budget accomplishment is 81.24%.
The efforts to improve the performance of Directorate General of Legalization should be remain continually so the level of performance can achieve better/the best conditions, mainly to aspects of learning and growth which are components of employee's satisfaction, vision and mission internalization, and information system capability that only has sufficient score. Besides that, the other aspects should be paid more attention, for examples the consistency of current internal business process implementation, the improvement of service quality and customer's satisfaction, and also the financial performance should be improved so the allocated budget can be used optimally, effectively, and efficiently. By doing that, the work program of Directorate General of Legalization can be implemented as planned and its performance can be improved to the best.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romy Igor Prakash Putra
"Pcrkembangan industri rumah sakit akhir akhir ini sangatlah bcrkembang, hal ini menunlut industri rumah sakit unluk bersain dan mempunyai kincrja yang baik. Bnicmced Score Card adalah salah satu alat untuk mengukur kincrja dari sualu organisasi, yang akan membcrikan seperangkat ukuran bagi pecapaian stratcgi industri dan memberikan kcrangka kcrja bagi pengukurzm dan sistem manajemeu strategis.
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh pcrlunya kinerja yang balk oleh Rumah Sakil Husada. Rumah sakit Husada rnemerlukan pcngukuran kinerja menggunakan mctode Balanced Score Card karena selama ini pcngukuran pada Rumah sakit Husada hauya bcrdasarkan pengukuran Iinansial saja.
Pengukuran kinerja Rumah Sakit Husada dengan menggunakan mctode Balanced Score Card memberikan hasil yang bervariasi pacla keempal perspektifnya. Secara kcseluruhan tiap perspeklif membcrikan hasil yang cukup memuaskan pada pengukuran tahun 2004.

These days the growth of /realtlr lrrduslry raises the hospital to compete and have a good performance. Balanced Score Card is one of the tools to measure the performance of an organotatlon. which will provide j?-anrework to pejarrnance rrreasurerrreftl and cornpan y 's slralegic system.
This research is based on yhe need of good performance evaluation in Husada Hospital. Hrrsada Hospital need to use the Balanced Score Cardfor- performance evaluation to improve the old method that only rneasrrre the financial perpspectfve.
Performance evalualiorr in Husada Hospital using the Balanced score card gave a various result for each perspective. Overall each perspective gave a good resullfor-evaluation in the year' 2004.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Wijaya
"Pemerintah melalui SK Menteri Keuangan No. 826/KMK.013/1992 telah menetapkan cara melakukan pengukuran tingkat kesehatan BUMN, menurut Keputusan Menteri Keuangan ini kinerja BUMN hanya diukur berdasarkan indikator keuangan saja yaitu berdasarkan rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan tiga indikator tambahan lainnya. Penilaian kinerja dengan cara seperti ini dinilai oleh kalangan BUMN termasuk PT (Persero) JIEP dianggap sangat memberatkan karena BUMN selain ditugaskan mencara laba juga mengemban tugas sebagai agen pembangunan. Guna memberikan dasar pengukuran kinerja yang lebih memadai, penulis menerapkan pendekatan Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja PT (Persero) JIEP. Pendekatan ini mengukur kinerja perusahaan bukan hanya dari aspek keuangan saja melainkan pula dari aspek non keuangan. Aspek non keuangan ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu : aspek pertumbuhan dan pembelajaran, aspek proses bisnis internal dan aspek pelanggan. Penelitian mengenai pengukuran kinerja PT (Persero) JIEP ini dilakukan secara deskriptif analitis untuk mendeskripsikan bagaimana mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard dan bagaimana pula cara pengukuran menurut SK Menteri Keuangan No. 826/KMK.013/1992 serta menganalisis faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya dimasa yang akan datang. Dari hasil penelitan diketahui bahwa tingkat kesehatan PT (Persero) JIEP dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard adalah berada dalam kondisi Baik dengan total skor 74 dengan perincian sebagai berikut : kinerja pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan pada saat ini berada dalam kondisi baik dengan total skor 22 sedangkan kinerja proses bisnis internal perusahaan pada saat ini berada dalam kondisi baik dengan total skor 12 dan kinerja pelanggan berada dalam kondisi baik dengan total skor 11 serta kinerja yang terakhir adalah kinerja keuangan perusahaan berada dalam kondisi sehat sekali dengan total skor 29 dan bobot nilai berdasarkan keputusan Menkeu sebesar 164,57. Untuk lebih meningkatkan kinerjanya dimasa mendatang PT (Persero) JIEP harus lebih meningkatkan kinerja khususnya pada aspek tingkat kepuasan pegawai, peningkatan sistem informasi perusahaan, peningkatan layanan purna jual dan kualitas layanan perusahaan harus lebih ditingkatkan lagi khususnya untuk penanganan masalah banjir di lingkungan kawasan, keamanan dan ketertiban, kebersihan dan kemacetan serta secara rutin melakukan evaluasi untuk mengukur kinerjanya untuk setiap aspeknya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaniwarti
"Instalasi Rawat inap Utama RSMH Palembang yang berpotensi sebagai unit bisnis strategis dengan sasaran masyarakat segmen ekonomi menengah ke atas masih menghadapi berbagai masalah yaitu rendahnya tingkat hunian karena ketidak puasan pasien terhadap pelayanan, rendahnya tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan dan secara finansial belum melakukan perhitungan biaya satuan sebagai dasar penentuan tarif sehingga belum diketahui secara pasti recovery pendapatan terhadap biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian kinerja IRNA Utama dengan pendekatan Balanced Scorecard yang secara komphrehensif dapat menelusuri harapan pelanggan, memotivasi pegawai, mengukur pencapaian kinerja keuangan dan membuat tujuan strategis untuk melakukan suatu perubahan yang diukur dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, bisnis internal, pelanggan dan finansial (Lynch dan Cross, 1993 dalam Yuwono, 2002).
Perspektif pelanggan dinilai melalui kepuasan pasien, harapan pasien terhadap pelayanan dengan analisis kuantitatif Inovasi dan bisnis tingkat strategis digali dari manajer puncak dan manajer tengah dengan analisis kualitatif, dan dari tingkat pengguna ditelusuri dari pelanggan dengan analisis kualitatif Pertumbuhan dan pembelajaran diketahui dari keikutsertaan karyawan dalam pendidikan dan latihan serta perencanaan. Dilakukan juga studi kepuasan karyawan secara kuantitatif. Finansial diketahui dengan menghitung biaya satuan dan Cost Recovery Rate dengan metode Activity Based Costing (Tunggal, 2001 & Mulyadi, 2003) dan analisis titik impas (Gani, 1996).
Visi dan Misi belum mengacu kepada indikator kesejahteraan karyawan dan keuangan. Kinerja keseluruhan belum mengarah kepada pencapaian Visi dan Misi. Kinerja pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan 67,7% karyawan pemah ikut diktat, 23,8% pemah membuat perencanaan. Total karyawan yang puas 49,2%. Harapan karyawan yang belum terpenuhi adalah penghargaan atas prestasi yang dicapai. Inovasi dan manajemen mutu layanan belum ada, inovasi dan proses operasional termasuk kategori sehat berdasarkan standar Depkes, BOR dan TGI tahun 2003 dalam Grafik Barber-Johson tidak efisien.
Pelanggan memilih IRNA Mama karena harga 37,6%, fasilitas 30, 83%, dokter 5,83% dan fasilitas/dokter 15,83%. Pasien 99,17% menyatakan peralatan biasa saja, 89,17% setuju diadakan alat canggih dengan biaya mahal. Pasien yang puas 48,3% dengan unsur yang belum dapat memenuhi harapan dan belum mendapat perhatian manajemen adalah pelayanan dokter dan perawat tepat waktu, rumah sakit mampu memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat, gangguan nyamuk selama dirawat dan kebesihan alat makan. Cost Recovery Rate biaya satuan Musi Elok Super VIP 232,4%, Musi Elok VIP 139,4%, Ogan Permai 160,6%, Komering Cindo 88,3%, Enim Indah 62,6% dan Lematang Indah 95,3% dengan Total Cost Recovery Rate 70,20%.
Disarankan untuk meninjau ulang Visi dan Misi, meningkatkan pelatihan customer service bagi karyawan , memberikan apresiasi terhadap karyawan berprestasi berwujud bonus,sertifikat, tur dan merealisasikan pengadaan dokter jaga serta pengadaan kendaraan antar jemput. Perlu perhatian tehadap ketepatan dokter/perawat memberikan pelayanan dengan memberikan pelatihan customer service secara intensif kepada perawat.

The Mohammad Hoesin's Main Inpatient Services Department that is potential to become a strategic business unit with upper middle class economical stratum mark faces some problems. Those are inferiority of occupancy because of patients' disappointment to services, inferiority of employee responsible to their job, and financially, the department hasn't yet done unit cost accounting as the basic to decide the tariff, therefore the income recovery to cost is not known yet.
This research intend to get the numbers of department performance achievement with Balance Scorecard that comprehensively is able to delve customers expectation, to motivate the employee, to measure financial performance achievement, and to make a strategic goal to do some innovations that are measured from growing and learning, internal business, customers, and finances perspective (Lynch and Cross, 1993 in Yuwono, 2002).
Customers perspective is evaluated by patient satisfaction, patient expectation to services with quantities analysis. Innovation and strategic level business is delved from top manager and middle manager with qualities analysis. Growing and learning is known from employee participation in education, training, and also planning. Furthermore, Employee satisfactions studying are also done quantitatively. Finances are known by unit cost accounting and Cost Recovery Rate using Activity Based Costing method (Tunggal, 2001 and MuIyadi, 2003) and break-even point analysis (Gani, 1996).
Growing and learning performance indicates that 67,7% of employee have ever followed training, 23,8% have ever made a planning. The total numbers of satisfied employee are 49,2%. Employee expectation that hasn't been fulfilled is about achievement awareness. There are not innovation and quality service management yet. Furthermore, innovation and operational process included health category based on Health Ministry standard, BOR, and TOI at 2003 in Barber-Johnson Graphic get inefficient evaluation.
Customers prefer Main Inpatient Services because of price is amount 37,6%; facility is amount 30,83%, doctor 5,83%, and facility/doctor 15,83%. As amount of 99,17% patients declare that the equipment is ordinary, 89,17% agree about sophisticated and expensive equipment supply. As amount of 48,3% patients are satisfied with unexpected factors and management uncontrolled are about doctor services and on-time nurse services, hospital can give a service fastly and exactly, mosquito disturbance along nursery and dinning equipment cleanliness. Cost Recovery Rate of unit cost of Musi Elok Super VIP 232,4%, Musi Elok VIP 139,4%, Ogan Permai 160,6%, Komering Cindo 88,3%, Enim Indah 62,6%, and Lematang Indah 95,3% with Total Cost Recovery Rate is amount 70,20%.
Increasing of customer service training for employee is suggested aside from to appreciate high achievement employee with bonus giving, certificate, tour, and to actualize stand by doctor shift and also transportation supply. Doctor/nurse on-time shifting must be attended, especially in giving services by the customer service training and workshop program to nurse intensively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Kartini
"PD PAL JAYA adalah salah satu kelompok usaha pelayanan umum/utilitas Badan Usaha Milik Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang bertugas memberikan jasa pelayanan penyaluran air limbah dan pengumpulan melalul sistem perpipaan, sistem setempat, serta pengolahannya. Disamping itu, dengan berdirinya PD PAL JAYA diharapkan mampu menggerakkan potensi dan partisipasi masyarakat serta memberikan kontribusi bagian labs sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi Derah Khusus Ibukota Jakarta.
Selama ini pengukuran kinerja PD PAL JAYA mengacu pada Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 849 tahun 1994 tenting Pedoman Penyusunan dan Penilaian Kinerja Badan Usaha Milik Daerah di Lingkungan Pemerlntah DKI Jakarta. Sistem pengukuran kinerja ini semata-mata hanya mengukur aspek keuangan atau cenderung untuk pemenuhan kepentingan pihak eksternal perusahaan. Untuk mewujudkan sistem pengukuran yang lebih menyeluruh dibutuhkan pengukuran kinerja yang memperhatikan kebutuhan internal PD PAL JAYA, yaltu melalui Metode Balanced Scorecard . Hal Ini yang mendasari penulis untuk mencoba menggunakan pengukuran kinerja Metode Balanced Scorecard pada PD PAL JAYA.
Metode Balanced Scorecard ini menilai aspek keuangan dan aspek non keuangan seperti : aspek pembelajaran/pertumbuhan, aspek proses bisnis internal, serta aspek pelanggan. Dengan kata lain, pengukuran ini lebih menyeluruh.
Populasi penelitian ini adalah 105 orang pegawai PD PAL JAYA dan 1.174 pelanggan PD PAL JAYA. Dari populasi pegawal PD PAL JAYA diambil 100 orang (tidak termasuk 4 orang Direksi) sebagai sampel dan disebarkan kepada mereka kuesioner untuk mengukur aspek pembelajaran/pertumbuhan dan aspek proses bisnis internal, ternyata hanya 70 orang pegawai yang layak menjadi responden penelitian. Kemudian dari populasi pelanggan 1001 pelanggan rumah tanga diambil 228 pelanggan sebagai sampel secara simple proporsionate random sampling, ternyata yang layak menjadi responden sebesar 208 pelanggan rumah tangga, kepada mereka disebarkan kuesioner untuk mengukur indikator dalam aspek pelanggan dan penilaian inovasi perusahaan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan secara keseluruhan kinerja PD PAL JAYA melalui Metode Balanced Scorecard meliputi keempat aspek yang diukur yaitu : Aspek pembelajaran/pertumbuhan dikriteriakan hampir baik (skor=31), aspek proses bisnis internal dikriteriakan baik (skor=12), aspek pelanggan juga dikriteriakan baik (skor=8), dan aspek keuangan dikriteriakan cukup baik (skor=19). Untuk meningkatkan aspek pembelajaran/pertumbuhan PD PAL JAYA harus meningkatkan kepuasan pegawai, kemampuan sistem informasi perusahaan, melalui penempatan karyawan berdasarkan prinsip kesesuaian dan kelayakan, pembenahan sistem informasi yang terpadu dan menggunakan standar prosedur operasi.
Untuk meningkatkan pelayanan ke pelanggan sebaiknya perusahaan berupaya mengantisipasi meluapnya limbah kala hujan deras dan mengganti tutup main hole di jalan yang banyak hilang.
Untuk meningkatkan kinerja keuangan PD PAL JAYA sebaiknya memperhatikan prinsip ekonomis, efisiensi, dan efektifitas dalam mengelola modal dan aktiva perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitlan awal mengenai implementasi Metode Balanced Scorecard ke dalam PD PAL JAYA. Untuk mendapatkan rancangan sistem pengukuran kinerja yang lebih baik maka perlu melibatkan seluruh komponen perusahaan dan para ahli/konsultan didukung sistem informasi manajemen yang baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>