Ditemukan 53607 dokumen yang sesuai dengan query
Jakarta: Imparsial, 2006
341.48 PER
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Selby, David
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1988
323 SEL h
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Patricia Beata Kurnia
"Di Indonesia, Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia (PPHAM) memainkan peran penting dalam mendukung hak asasi dan keadilan gender. Namun, mereka sering dihadapkan pada berbagai jenis kekerasan berbasis gender, yang membahayakan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Keadaan ini diperparah oleh kurangnya perlindungan resmi negara; akibatnya, PPHAM harus bergantung pada mekanisme perlindungan informal dari keluarga, teman, dan komunitas. Studi ini menyelidiki pengalaman PPHAM dalam menghadapi kekerasan berbasis gender, serta upaya mereka untuk memperoleh perlindungan informal melalui aksi kolektif dan solidaritas feminis. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Analisis didasarkan pada teori burnout dan self-care oleh Gorski (2015) dan dinamika perlindungan informal dipahami melalui teori aksi kolektif dan solidaritas feminis Sweetman (2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPHAM menghadapi kekerasan fisik, psikis, finansial, dan digital yang mengancam keselamatan mereka selain kekerasan fisik dan psikologis. Penelitian ini menyoroti pentingnya perlindungan yang komprehensif dan inklusif bagi PPHAM serta pentingnya memperkuat mekanisme perlindungan informal berbasis solidaritas komunitas. Perlindungan informal yang diberikan oleh keluarga, teman, dan komunitas terbukti sangat penting dalam mendukung pemulihan PPHAM.
In Indonesia, Women Human Rights Defenders (WHRDs) play an important role in supporting human rights and gender justice. However, they are often exposed to various types of gender-based violence, which endangers their safety and well-being. This situation is exacerbated by the lack of official state protection; As a result, WHRDs must rely on informal protection mechanisms from family, friends and communities. This study investigates WHRDs’ experiences in facing gender-based violence, as well as their efforts to obtain informal protection through collective action and feminist solidarity. This research is qualitative research that uses participant observation and in-depth interviews. The analysis is based on burnout and self-care theory by Gorski (2015) and the dynamics of informal protection are understood through Sweetman's theory of collective action and feminist solidarity (2015). The research results show that PPHAM faces physical, psychological, financial and digital violence that threatens their safety in addition to physical and psychological violence. This research highlights the importance of comprehensive and inclusive protection for WHRDs as well as the importance of strengthening informal protection mechanisms based on community solidarity. Informal protection provided by family, friends and community has proven to be crucial in supporting WHRDs’ recovery."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Paris: Unesco, 1970
323.4 CUL
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
A.A.Sg. Dwinta Kuntaladara
"Jika kawasan pada umumnya memilih untuk hanya mendukung universalitas HAM, maka tidak demikian bagi ASEAN. Ia mendukung prinsip universal melalui instrumen-instrumen HAM internasional. Dengan bersamaan, ia membuat AHRD yang turut mengatur bahwa HAM harus ditegakkan dengan mempertimbangkan partikularitas regional maupun nasional. Penelitian ini menganalisis bagaimana diskursus kontestasi HAM menjelaskan pembuatan AHRD tersebut. Penelitian ini berupaya mendapatkan penjelasan yang mendalam dan tuntas melalui pendekatan kualitatif dan interpretatif. Penelitian ini juga menggunakan logika dari Queer Theory yang memungkinkan untuk mengalisis kasus tersebut. Ternyata ditemukan bahwa ketika AHRD dianalisis dengan menggunakan teori tersebut, AHRD dapat dipahami sebagai dokumen yang menawarkan jawaban bagi kebutuhan realita sosial ASEAN.
Regions in general choose to only support universality in human rights. However, ASEAN supports universality through various international instruments. At the same time, the region also supports particularity through its AHRD by considering both regional and national particularities. This research aims to see how the contestation between both principles explain this case. In doing so, this research uses qualitative and interpretative approaces to achieve deep and thorough explanations. It also uses the logics of Queer Theory in realising such goal. When AHRD is analysed using that logic, it is found, that the document offers answers to ASEAN’s social reality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47339
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
New York: Aspen Institute for Humanistic Studies, 1979
341.48 HUM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Nino, Carlos Santiago
Oxford: Oxford University Press, 1993
323 NIN e
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
New York: United Nations , 1987
341.48 HUM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
London: Routledge, 1999
305.42 GEN
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Lawson, Edward
New York: Taylor and Francis, 1991
R 323.403 LAW e
Buku Referensi Universitas Indonesia Library