Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Intan Mardiana
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Surti Nastiti
"Disertasi ini membahas mengenai bagaimana kedudukan dan perempuan dalam masyarakat Jawa Kuna (abad ke-8 --15 M.) berdasarkan data tekstual (prasasti, naskah, sumber asing) dan data artefaktual (arca, figurin, relief). Tujuan penulisan ini adalah membuat rekonstruksi kedudukan dan peranan perempuan pada masa Jawa Kuna dan menjelaskan bagaimana memaknai nilai-nilai budaya yang ada dalam hubungan gender, peranan gender, dan ideologi gender yang telah direkonstruksi di dalam masyarakat Jawa Kuna. Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode kualitatif dan pendekatan etnoarkeologi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pada masa Jawa Kuna, kedudukan dan peranan perempuan telah setara dengan lakilaki. Mereka dapat bergerak di ranah domestik sekaligus di ranah publik.

The focus of this study is regarding the status and roles of women in Old Javanese society (8th--15th Centuries A.D.) based on textual data (inscriptions, manuscripts, foreign sources) and artifacts (statues, figurines, reliefs). The objective of this study is to illustrate a reconstruction of the positions and roles of women in Old Javanese society and to interpret the cultural values in gender relations, gender roles, and gender ideology in old Javanese society. This research used qualitative method and ethno archaeology approach. The conclusion of this research is that during the Old Javanese period, the positions and roles of women were at an equal level as men. They could progress in both domestic and public domain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D623
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kusparyati Boedhijono
"Penelitian tentang kehidupan Anak-anak pada masa lampau belum banyak dilakukan. Berdasarkan alasan itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi kelangkaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran anak-anak di masa lampau dalam kegiatan kesehariannya. Kegiatan keseharian yang dimaksud adalah aktivitas anak pada saat tertentu sepanjang hari, yang meliputi : Anak dan pengasuhan, Anak dan pendidikan, Anak dan kegiatan rumah tangga, Anak dan kesehatan, Anak dan keagamaan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data artefaktual dan data tekstual. Dimaksud dengan data artefaktual adalah Arca dan Relief Anak, sedangkan data tekstual adalah ceritera tentang anak dalam sumber tertulis, yaitu prasasti dan naskah kuna yang berbahasa Jawa Kuna dan Jawa Tengahan. Tiga hal pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Identifikasi profil anak-anak; Lingkungan masyarakat di mana mereka hidup; Kehidupan keseharian anak-anak. Untuk mencapai Tujuan Penelitian digunakan tiga tingkat cara penelitian yang biasa dilakukan dalam penelitian Arkeologi yaitu: Tingkat pengumpulan data, Pengolahan data, dan Penafsiran data.
There were not many researchers focus on the children?s life in the ancient times. This research was done based on that fact. Objective of this research is to comprehend the children?s roles in the ancient time, in their daily activities. Daily activities that included in this research are: child and nurture, child and education, child and home activities, child and health, and, child and religion. This research was done based on the artifacts? data and textual data. Artifacts? data are statues and reliefs, while textual data are written stories about children; i.e. inscriptions and ancient manuscripts in ancient Java language and mid-ancient Java language. Three main objects of research are: children?s profile identification, community environment in where they lived, children?s daily life. Research methodologies are: data collection, data processing, and data interpretation."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian tentang kehidupan Anak-anak pada masa lampau belum banyak dilakukan. Berdasarkan alasan itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi kelangkaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran anak-anak di masa lampau dalam kegiatan kesehariannya. Kegiatan keseharian yang dimaksud adalah aktivitas anak pada saat tertentu sepanjang hari, yang meliputi : Anak dan pengasuhan, Anak dan pendidikan, Anak dan kegiatan rumah tangga, Anak dan kesehatan, Anak dan keagamaan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data artefaktual dan data tekstual. Dimaksud dengan data artefaktual adalah Arca dan Relief Anak, sedangkan data tekstual adalah ceritera tentang anak dalam sumber tertulis, yaitu prasasti dan naskah kuna yang berbahasa Jawa Kuna dan Jawa Tengahan. Tiga hal pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Identifikasi profil anak-anak; Lingkungan masyarakat di mana mereka hidup; Kehidupan keseharian anak-anak. Untuk mencapai Tujuan Penelitian digunakan tiga tingkat cara penelitian yang biasa dilakukan dalam penelitian Arkeologi yaitu: Tingkat pengumpulan data, Pengolahan data, dan Penafsiran data.

There were not many researchers focus on the children's life in the ancient times. This research was done based on that fact. Objective of this research is to comprehend the children's roles in the ancient time, in their daily activities. Daily activities that included in this research are: child and nurture, child and education, child and home activities, child and health, and, child and religion. This research was done based on the artifacts' data and textual data. Artifacts data are statues and reliefs, while textual data are written stories about children; i.e. inscriptions and ancient manuscripts in ancient Java language and mid-ancient Java language. Three main objects of research are: children's profile identification, community environment in where they lived, children's daily life. Research methodologies are: data collection, data processing, and data interpretation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Cahyanita
"ABSTRACT
Seseorang yang meninggal menyebabkan munculnya berbagai permasalahan mengenai kelanjutan hak dan kewajibannya, penyelesaiannya akan diatur dalam hukum waris. Pewarisan sudah berlangsung sejak zaman dahulu seperti pada masa Jawa Kuna. Pewarisan masa Jawa Kuna dapat diketahui berdasarkan prasasti dan kitab-kitab dari masa tersebut seperti kitab agama dan Manawadharmasastra. Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian mengenai pewarisan masa Jawa Kuna, tetapi belum pernah dibahas secara mendalam. Penelitian ini membahas mengenai penerapan pewarisan pada masa Jawa Kuna. Pewarisan dalam prasasti dikaitkan dengan kitab agama dan Manawadharmasastra yang menghasilkan penjelasan mengenai penerapan pewarisan masa Jawa Kuna. Pewarisan pada masa tersebut memiliki tiga unsur yaitu pewaris, harta warisan, dan ahli waris. Pewaris dan ahli waris masa Jawa Kuna berdasarkan prasasti tidak membedakan jenis kelamin. Harta warisan yang diteruskan dibagi menjadi dua yaitu harta berwujud yang berupa tanah, kebun, dan sawah, serta harta tidak berwujud berupa takhta, hak-hak istimewa, hutang piutang, dan pajak. Pewarisan pada masa Jawa Kuna menerapkan pewarisan parental seperti masyarakat adat Jawa sekarang ini.

ABSTRACT
People who dies causes the emergence of various problems regarding the continuity of his rights and obligations, the settlement will be regulated in law of inheritance. Inheritance has been going on since long time ago as in ancient Javanese. The inheritance of the Old Javanese can be known by the inscriptions and books of the period such as agama and Manawadharmasastra. Some researchers have done research on ancient Javanese inheritance, but have not been discussed in depth. This research discusses the application of inheritance in the Old Javanese period. Inheritance in the inscription is associated with the agama and Manawadharmasastra books which resulted in an explanation of the application of the ancient Javanese inheritance. Inheritance at that time had three elements: inheritors, inheritance, and heirs. The inheritors and the heirs of Javanese Kuna based on the inscription do not distinguish the sexes. The proceeds of the inheritance are divided into two: tangible property in the form of land, gardens, and fields, and intangibles in the form of thrones, privileges, accounts payable, and taxes. The inheritance of the Old Javanese implements parental inheritance such as the Javanese indigenous people today."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Surti Nastiti
Bandung: Pustaka Jaya, 2016
959.82 TIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Juriati Rahmatiwi
"Suksesi merupakan proses transfer kekuasaan dari satu orang, rezim atau pemerintahan. Pada masa Jawa Kuno, suksesi merupakan proses pergantian takhta dari seorang raja ke penggantinya. Setelah raja-raja tersebut naik takhta, mereka akan melakukan legitimasi untuk membuktikan bahwa ia berhak atas takhtanya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk suksesi dan bentuk-bentuk legitimasi raja-raja pada masa Jawa Kuno, serta bagaimana hubungan antara keduanya. Metode yang digunakan terdiri dari tiga tahapan metode arkeologi, yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan transkrip dari prasasti-prasasti yang digunakan sebagai sumber data, pengolahan data dengan melakukan analisis mengenai bentuk-bentuk suksesi dan legitimasi pada masa Jawa Kuno yang didapatkan dari sumber data, dan penafsiran data dengan mencoba menjelaskan hubungan antara kedua hal tersebut serta perbandingan kedua hal tersebut pada kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan prasasti-prasasti pada masa Jawa Kuno abad VIII-XV, diketahui bahwa prasasti yang memuat keterangan mengenai suksesi juga berisi informasi mengenai legitimasi. Sementara itu, tidak semua prasasti yang memuat informasi mengenai legitimasi, memuat informasi suksesi. Diketahui pula bahwa bentuk suksesi yang dilakukan raja-raja pada masa Jawa Kuno akan mempengaruhi cara ia melegitimasi dirinya. Semakin banyak usaha yang dilakukan seorang raja untuk melegitimasi dirinya, maka semakin bisa diyakini bahwa raja tersebut tidak berhak atas takhtanya.

Succession is the process of transferring power from one person, regime or government. In ancient Java, succession was the process of changing the throne from a king to his successor. After the kings ascend the throne, they will exercise legitimacy to prove that he is entitled to his throne. This study discusses the forms of succession and the forms of legitimation of kings in ancient Java, and how the relationship between both. The method used three stages of archeological methods, first, collecting data by collecting transcripts from inscriptions used as data sources, second, processing data by analyzing forms of succession and legitimation in ancient Java that were obtained from data sources, and third, interpretation data by trying to explain the relationship between these two things and the comparison of the two things to the kingdoms in Central Java and East Java. Based on the inscriptions in the ancient Javanese period VIII-XV, it is known that the inscriptions that contain information about succession also contain information about legitimacy. Meanwhile, not all inscriptions containing information on legitimacy contain succession information. It was also known that the form of succession carried out by the kings in ancient Java would influence the way he legitimized himself. The more effort a king makes to legitimize himself, the more it can be believed that the king is not entitled to his throne."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Santiko
"Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari dan merekonstruksi kebudayaan masa lalu berdasarkan sisa-sisa kebudayaan materi yang mereka tinggalkan. Mengingat kelembaban iklim Indonesia yang sangat tinggi serta akibat proses kimiawi yang terjadi dalam tanah dimana benda-benda tersebut terkubur beratus bahkan beribu tahun, maka benda-benda tinggalan manusia tersebut sudah tidak utuh lagi. Dari sisa-sisa materi yang terbatas inilah ahli arkeologi berusaha untuk merekonstruksi kebudayaan manusia masa lalu, apabila mungkin seutuhnya, Mengingat jangkauan arkeologi sangat luas, maka untuk merekonstruksi kebudayaan masa lalu, selain mempergunakan metode arkeologi secara seksama, apabila diperlukan, dapat diterapkan pula metode-metode yang dipinjam dari ilmu-ilmu lain (Magetsari 1990: 1-2).
Dalam rangka penelitian arkeologi, untuk kali ini, perkenankanlah saya membahas salah satu jenis peninggalan arkeologi yaitu candi, sisa-sisa sarana ritual agama Hindu dan Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa dengan menitik beratkan pembicaraan pada ciri-ciri arsitektur candi serta membandingkannya dengan patokan-patokan yang digariskan oleh kitab Vastusatra (Silpasastra) di India, selanjutnya mencoba merekonstruksi makna simboliknya.
Agama Hindu dan Buddha berkembang di Indonesia antara abad VII--XV Masehi, dan kebudayaan materi yang mereka tinggalkan kebanyakan adalah tempat-tempat suci yaitu candi, stupa, gua penapaan dan kolam suci (patirthan).
Kehadiran bangunan suci candi mula-mula dilaporkan oleh orang-orang Belanda yang melakukan perjalanan di Jawa Tengah pada sekitar abad XVIII, Misalnya C.A. Lons, seorang pegawai VOC di Semarang mengunjungi Kartasura dan Yogyakarta, menyempatkan diri mengunjungi peninggalan-pcninggalan purbakala sekitar Yogyakarta termasuk kompleks candi Prambanan (Rara Jonggrang). Laporan-laporan tersebut rupanya menarik hati pejabat-pejabat Belanda, sehingga tahun 1746 Gubernur Jendral Van Imhoff mengunjungi kompleks Prambanan, kemudian berdatanganlah orang-orang, baik atas perintah atasannya maupun atas kehendak sendiri. Kemudian Sir Stamford Raffles yang menjadi Gubemur Jendral di Indonesia pada tahun 1814 sangat tertarik dengar kebudayaan Jawa. Dengan bantuan teman-teman dan bawahannya (orang Jawa) ia meneliti kebudayaan Jawa termasuk candi-candi yang kemudian diterbitkan daiam bukunya yang terkenal yaitu The History of Java (1817) . Pada waktu itu rupanya orang-orang Belanda dan Inggris telah mempunyai pandangan berbeda terhadap "barang-barang aneh" tersebut. Mereka mulai mengagumi candi dan berpikir betapa tingginya nilai seni yang ditampilkan, serta timbul kesadaran betapa tinggi peradaban bangsa Indonesia di masa lalu (Soekmono 1991:3).
Pada tahun 1885 Y.W. Yzerman mendirikan Archaeologische Vereenigins van Jogya, yaitu semacam Badan Purbakala. Sejak itu penelitian terhadap benda benda purbakala dilakukan lebih sistematis, demikian pula mulai dilakukan pemugaran candi-candi besar maupun candi kecil.
Penelitian candi-candi di Jawa maupun di luar Jawa telah banyak dilakukan Karangan-karangan tentang deskripsi candi paling banyak ditemukan, kemudian menyusul karangan mengenai relief candi, fungsi candi, Tatar belakang keagamaan seni arcanya, peranan candi dalam industri pariwisata dan sebagainya."
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0462
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Razan Fadhlilah
"Penelitian ini adalah penelitian yang mencoba mengkaji hubungan antara relief alat musik berdawai pada masa Jawa Kuno (VIII-XV Masehi) dengan sikap dan cara pakai yang diambil dari kitab Natyasastra dan Berbagai buku Ikonografi sebagai sumber tertulis mengenai seni pertunjukan melalui pendekatan Behavioral Archaeology. Dalam penelitian ini, digunakan metode Arkeologi untuk memahami sikap dan cara pakai alat musik berdawai serta implikasinya terhadap praktik sosial dan nilai-nilai masyarakat pada masa itu. Pendekatan Behavioral Archaeology digunakan sebagai kerangka teoretis untuk memahami bagaimana hubungan alat musik berdawai dengan cara pakai menjadi bagian integral dari aktivitas manusia pada masa Jawa Kuno. Teori ini memungkinkan kita untuk melihat alat musik berdawai sebagai cerminan perilaku atau cara pakai masyarakat pada zaman itu. Penelitian ini akan melibatkan analisis relief-relief candi yang menggambarkan penggunaan alat musik berdawai pada masa Jawa Kuno. Data akan dikumpulkan melalui perekaman verbal dan piktorial, dan analisis kontekstual untuk memahami bagaimana alat musik berdawai digunakan dalam berbagai posisi seperti duduk, berdiri, maupun penggambaran terbang yang terdapat pada relief.

This research is an attempt to study the relationship between the relief of stringed musical instruments in ancient Java (VIII-XV AD) with attitudes and uses taken from the books of Natyasastra and various books of Iconography as written sources on the art of performance through the approach of Behavioral Archaeology. In this study, archaeological methods were used to understand the attitudes and ways of using musical instruments as well as their implications for social practices and values of society at the time. Behavioral Archaeology is used as a theoretical framework to understand how the relationship between musical instruments and their use became an integral part of human activity in ancient Java. This theory allows us to see the musical instrument as a reflection of the behavior or the way society used it at that time. This research will involve a relief-relief analysis of the temple that describes the use of musical instruments in ancient Java. The data will be collected through verbal and pictorial recordings, and contextual analysis to understand how the instrument is used in various positions such as sitting, standing, and flying depictions on the relief."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mokhammad Lutfi Fauzi
"Kebudayaan dapat diterjemahkan sebagai keseluruhan sistem ide, tindakan serta hasil dari tindakan manusia, yang saling berkait satu dengan lainnya. Salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah sistem agama, baik yang kini masih hidup maupun telah punah, yang dapat diamati melalui peninggalannya. Dengan demikian, agama sebagai salah satu unsur kebudayaan, khususnya yang pernah ada pada masa lampau merupakan salah satu jelajah studi arkeologi di pandang dari sudut kebudayaan (Nurhadi Magetsari, 1995:1).
Sutjipto Wirjosuparto (1964: 6-7) menyatakan bahwa kebudayaan Indonesia Kuna banyak dijiwai atau diliputi oleh suasana keagamaan. Oleh Karena itu, kiranya tepat pendapat P.J. Zoetmulder (1965:327) yang menekankan pentingnya memahami agama pada rnasa tersebut sebagai kunci untuk memahami kebudayaannya. Pendapat di atas, sesuai dengan fakta banyaknya peninggalan arkeologi dari masa Indonesia Kuna yang terbentang dari abad V hingga XVI Masehi, baik berwujud bangunan peribadatan, maupun area-area yang bernafaskan agama Hindu maupun Buddha. Wujud peninggalan tersebut seringkali dipandang sebagai `buah' dari hubungan budaya antara Indonesia dan India yang diperkirakan terjadi secara intensif sejak abad II Masehi Bosch, 1983:11. Dengan demikian, aktivitas pemujaan terhadap dewa-dewa Hindu maupun Buddha yang tersimpul di dalam berbagai bentuk peninggalan pada masa Indonesia Kuno merupakan wujud dari hubungan kebudayaan antara Indonesia dan India pada masa itu.
Dalam kebudayaan India, Dewa Wisnu telah muncul sejak jaman Veda, seperti yang dinyalakan di dalam syair-syair (saiithita) Veda meskipun kedudukannya masih rendah, setara dengan kelompok Dewa Aditya. Kepercayaan terhadap sifat-sifat Dewa Wisnu pada masa tersebut tumpang tindih dengan dewa-dewa lainnya. Misalnya, Dewa Wisnu dipercayai memiliki sifat-sifat Dewa Surya dan Indra. Sifat Dewa Surya pada Dewa Wisnu dipersonifikasikan dengan energi matahari yang menyinari dunia dan telah mengunjungi tujuh bagian dunia, serta mengedari dunia dengan tiga langkahnya (irivikrama). Dengan tiga langkahnya itu, Wisnu dianggap sebagai penakluk seluruh alam semesta dan dianggap sebagai dewa perang yang gagah berani berasal dari `pemberian' sifat Dewa Indra. Justru melalui kepercayaan terhadap Wisnu yang menjalankan triwikrasna menjadikannya terkenal hingga masa Hinduisme, karena dianggap melindungi manusia dari bahaya dan menaklukkan seluruh alam semesta baik di darat, air maupun angkasa.
Kedudukan Dewa Wisnu dalam konsepsi Trimurti (§iwa, Brahma serta Wisnu) dipandang sebagai perwujudan dari Brahman yang menyandang aspek pemelihara (sthiti), Dewa Siwa menyandang aspek perusak dan Dewa Brahma menyandang aspek pencipta. Di antara ketiga dewa tersebut yang seringkali dipuja sebagai dewa tertinggi oleh penganutnya adalah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu, sedangkan Dewa Brahma tidak banyak dijumpai. Fenomena pemujaan terhadap Dewa Wisnu di India telah muncul sejak abad II SM dan berpengaruh besar di India selatan pada abad XI Masehi (Gonda, 1954:228-229). Bagi penganut agama Waisnawa Dewa Wisnu ditempatkan sebagai dewa tertinggi, sedangkan keberadaan dewa-dewa lainnya dipandang sebagai aspek Nya, seperti disebutkan dalam Bhugavurlgita (X-20-41) (Basham, 1956:300-301; Gonda, 1954:238; 1970:88). Dengan demikian, penganut Wisnu tidak menolak keberadaan Dewa Sawa dan Brahma, akan tetapi kepercayaan terhadap kedua dewa tersebut dipandang sebagai aspek dari Wisnu.
Dalam agama Hindu, lazimnya Dewa Wisnu dipandang memiliki tugas khusus sebagai dewa pelindung keselamatan manusia dan alam semesta (Gonda, 1954:120). Sebagai dewa pelindung (bhatr-) seperti disebutkan di dalam beberapa kitab Purana, Wisnu terjun langsung ke dunia dalam wujud aubtara. untuk menyelamatkan kebaikan, memelibara dunia dari kebudayaannya, menghancurkan pelaku kejahatan, serta menegakkan dharma di dunia (Gonda, 1954:125). Di India yang paling menonjol adalah dasaufrtara yang berkaitan dengan tugas Wisnu menghancurkan berbagai rintangan perputaran dunia di dalam 10 macam peristiwa.
Pengarcaan Wisnu berdasarkan naskah-naskah agama Waisnauh, seperti terdapat di dalam kitab-kitab Sarihita dan Agarna, secara umum diwujudkan di dalam tiga sikap, yaitu berdiri (sthanaka-murti), duduk (asana-mirti), serta berbaring (sayana-miirti). Secara arkeologis ketiga sikap area tersebut dapat dijumpai pada beberapa kuil Wisnu di India Selatan yang memiliki tiga relung utama pada bangunan induknya, seperti kuil Vaikunthapperumal di Conjeevaram, Kudal-alagar di Madura, Tirukkottiyur dan Mannakoyil di Tinnevelly. Dari ketiga sikap area tersebut masing-masing ditempatkan pada relung bawah, tengah, serta relung atas (Rao, 1, 1968:77-79). Selain itu, dalam pengarcaan Dewa Wisnu yang di tempatkan pada kuil khusus agama Waisnawa, Wisnu didampingi oleh satu atau dua sbkti-nya, yaitu Laksmi dan atau Sri.
Kaitannya dengan salah satu kewajiban raja sebagai pelindung rakyatnya, terdapat keterkaitan erat dengan sifat-sifat Wisnu yang senantiasa melindungi manusia dari segala perilaku kejahatan. Taittiriya Brahma (1,7,4) meyebutkan bahwa Wisnu menyertai semua raja, dan penyamaan diri seorang raja dengan Wisnu dipercayai dapat menaklukkan dunia (wisnor eva bhuivenzwnl lokan abhijayati) (Gonda, 1954:164). Jalan penyamaan raja dengan sifat kedewaan Wisnu antara lain dapat dilakukan melalui upacara abhiseka- dari Dewa Wisnu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>