Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188712 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Bagus Qomaruddin
"ABSTRAK
Hubungan antara Faktor Sosial Ekononi dan Persepsi
Sehat-sakit Dengan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
Pada Hasyarakat Perkotaan (Sebuah Studi di kecanatan Tegal-
sari Kotamadya Surabaya), 1992, XI + 138 halanan + lanpiran;
Perilaku pencarian pelayanan Ke§§hatan nenpunyai hubun-
gan dengan persepsi tentang sehat-sakit dan faktor sosial
ekononi Serta juga denéan faktor denografi. Hasih adanya
kesenjangan antara persepsi sehat-sakit petugns kesehatan
dengan nasyarakat. Senentara itu tenpat pelayanan kesehatan
yang ada belun diguhakan secara naksinal oleh nasyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk nenpelajari persepsi
nasyarakat tentang sehat-sakit, faktor sosial ekonomi yang
nenpengaruhinya Serta hubungannya dengan perilaku pencarian
pelayanan kesehatan pada nasyarakat perkotaan di Kee. Tagal-
sari Kodya Surabaya.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan
pendekatan Cross-Sectional. Dan infornasi dikunpulkan dengan
nelakukhn wawancara terhadap Kepala Keluarga dan tokoh
nasyarakat setenpat. Teknik analisis data digunakan analisis
univariat, bivariat dengan nenggunakan uji Chi-Square dan C-
kontingensi Serta analisis nultivariat dengan_ nenggunakan
uji Hi-lbglinier.
Diperoleh hasil bahia sebagian besar responden datang
ke tempat pelayanan kesehatan hanya untuk berobat saja-
Sedang yang datang ke tenpat pelavanan kesehatn untuk keper-
luan yang lain seperti chek-up kesehatan nasih sedikit
sekali- Sedangkan nasyarakat yang nengobati sendiri penya-
kitnya juga nasih cukup banyak. Persepsi sehat-sakit nasya-
rakat neskipun belun baik, tapi sudah nanunjukkan kecende-
rungan ke arah baik bila dilihat dari jawaban-jawaban per
item pernyataan tentang sehat-sakit.
Dari analisis bivariat diperoleh hasil bahwa ada hubun-
gan antara tingkat pendidikan dengan persepsi tentang sehat-
sakip, unur dengan persepsi tentang sehat-sakit, jenis
pekerjaan dengan persepsi tentang sehat-sakit, tingkat
pendidikan dengan tindakan pencarian pengobatan Serta antara
persepsi tentang sehat-sakit dengan tindakan pencarian
pengobatan. Kemudian dari analisis multivariat diketahui
bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan, persepsi
tentang sehat-sakit dan tindakan pencarian pengobatan.
Akhirnya. disarankan agar dilakukan uji lebih jauh gqngep sehat-sakit yang digunakan dalan penelitian ini, Serta nelakukan penelitian lebih jauh dengan nenanfaatkan variabel-variabel utana yang dihasilkan dalan penelitian ini. Disarankan juga untuk dilakukan penyuluhan tentang
konsep sehat-sakit seperti yang dikenukakan oIéh WHO yang
neliputi aspek fisik, mental dan sosial. Serta perlu diupa-
yakan peningkatan kontrol, yang selana ini telah dilaknkan
terhadap peredaran obat yang seharusnya dibeli dengan resep
dokter"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Hirania Wiryasti
"Stroke adalah penyakit kronis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya. Sebagai akibatnya penderita stroke akan mengalami sties. Untuk dapat menangani stresnya, penderita stroke membutuhkan dukungan sosial. Efektifitas dukungan sosial dalam membantu penanganan stres penderita stroke dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu persepsi terhadap tipe dukungan sosial dan kepuasan terhadap sumber dukungan sosial.
Penelitian dilakukan untuk menemukan hubungan antara persepsi terhadap tipe dukungan sosial dan kepuasan terhadap sumber dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke (N=39). Ada tujuh tipe dukungan, yaitu: Keterikatan. Integrasi Sosial, Penghargaan. Hubungan yang Dapat Diandalkan, Bimbingan, Kesempatan Untuk Mengasuh, dan Instrumental. Selanjutnya, ada tiga kategori sumber dukungan: Pasangan Hidup, Keluarga, dan Non-Keluarga. Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam, maka hendak diketahui pula hubungan antara persepsi terhadap tiap tipe dukungan dan kepuasan terhadap tiap kategori sumber dukungan dengan stres pada penderita stroke.
Pengambilan data dilakukan dengan Kuesioner Stres Pada Penderita Stroke* Modifikasi Social Provisions Scale, dan Kuesioner Kepuasan Terhadap Sumber Dukungan Sosial. Proses face validity dilakukan terhadap ketiga alat tersebut dengan menggunakan experl judgment. Selanjutnya, terhadap dua alat pertama juga telah dilakukan uji reliabilitas dengan metode koefisien alpha Cronbach pada program SPSS 10.01.
Uji signifikansi dilakukan dengan metode korelasi producl-inomenl Pearson pada program SPSS 10.01. Hasil perhitungan menunjukkan, hipotesa adanya hubungan antara persepsi terhadap tipe dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke diterima, dan hipotesa adanya hubungan antara kepuasan terhadap sumber dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke tidak diterima. Selanjutnya, persepsi terhadap tipe dukungan yang berhubungan dengan stres pada penderita stroke adalah Integrasi Sosial, Kesempatan Untuk Mengasuh, dan Bimbingan. Sedangkan, kepuasan terhadap tiap kategori sumber dukungan tidak ada yang berhubungan dengan stres pada penderita stroke.
Kesimpulannya, tidak semua tipe dukungan dapat membantu penanganan stres penderita stroke. Hal ini tergantung pada kebutuhan masing-masing penderita. Selanjutnya, merasa puas terhadap sumber dukungan ternyata tidak mempengaruhi tingkat stres yang dirasakan oleh penderita stroke. Peneliti menyarankan, agar lingkungan sosial memahami dengan baik kebutuhan dari penderita stroke yang menerima dukungan darinya. Terakhir, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dilakukan perbaikan alat dan metodologi penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumartini
"ABSTRAK
Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphae diffusa (Cook and Peck) pada tanaman kedelai dan E. polygoni (DC Sawada) pada kacang hijau. Penyebaran penyakit penting ini menyebabkna kehilangan hasil mencapai 35% pada kedelai dan 26% pada kacang hijau. Di Indonesia, penyakit ini terjadi di sentra produksi kedelai dan kacang hijau. Di luar negri, penyebaran penyakit embun tepung meliputi Asia, Amerika Serikat, dan Brazil. Intensitas penyakit biasanya tinggi pada musim kemara, pada saat suh dingin di pagi hari dan kondisi berembun di sekitar pertanaman. Gejala penyakit embun tepung mudah dikenali dengan ciri seperti tepung di permukaan atas daun. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesis dan transpirasi. selain itu, haustorium Erysiphe menyerap fungsi tanaman sehingga menganggu beberapa fungsi dan proses metabolisme. Penyakit embun tepung perlu dikendalikan untuk menekan kehilangan hasil kedelai dan kacang hijau. Cara pengendalian yang disarankan adalah penyemprotan dengan bahan nabati (ekstrak biji mimba, kompos teh, susu sapi, minyak dari citronella, lemongrass, eucalyptus, cinnamon, dan tanaman teh ) pada kedelai dan penggunaan varietes tahan vima-1 pada kacang hijau. "
Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Alvani Gani
"ABSTRAK
Tenofovir disoproksil fumarat (tenofovir) dan telbivudin merupakan dua analog nukleos(t)ida yang tersedia untuk terapi pasien hepatitis B. Tenofovir telah diketahui sebagai agen nefrotoksik pada pasien HIV, namun masih menjadi kontroversi pada pasien hepatitis B kronik. Di lain sisi, telbivudin memiliki efek proteksi terhadap fungsi ginjal dan bahkan meningkatkan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keamanan terhadap fungsi ginjal dari tenofovir dan telbivudin pada pasien hepatitis B kronik di Indonesia.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif pada pasien hepatitis B kronik yang mendapat terapi tenofovir atau telbivudin dalam rentang waktu Januari 2013 - Desember 2016. Pasien yang mempunyai eLFG awal <60 mL/ menit/1,73 m2 sebelum mulai terapi, mengalami perubahan regimen, lost to follow up, atau meninggal dalam 1 tahun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Data kreatinin serum yang dinilai adalah data pada minggu ke 24 dan 48 setelah pemberian tenofovir atau telbivudin.
Hasil. Sebanyak 68 pasien dalam terapi tenofovir dan 62 pasien dalam terapi telbivudin dimasukkan penelitian ini. Kadar kreatinin serum meningkat pada kelompok tenofovir dari 0,88 (simpang baku [SB] 0,17) mg/dL pada awal studi menjadi 0,93 (SB 0,22) mg/dL setelah 24 minggu (p = 0,02) dan cenderung plateau setelah penggunaan selama 48 minggu. Namun, pada kelompok telbivudin, kadar kreatinin serum menurun dari 0,85 (SB 0,21) mg/dL pada awal menjadi 0,80 (SB 0,18) mg/ dL pada minggu ke 48 (p = 0,003).
Simpulan. Tenofovir berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin serum dan penurunan eLFG pada pasien hepatitis B kronik dengan eLFG >60 mL/menit/1,73 m2."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a unoque ephithelial malignancy that occurs at a high frequency in certain regions of Southeast Asia. Previous study revealed the association between Epstein Barr Virus (EBV) and to a lesser extent, Human papiloma Virus (HPV) with NPC...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Tri Rahayu
"ABSTRAK
Terapi radiasi pada penderita kanker serviks dapat menyebabkan penurunan jumlah se1 limfosit. Keadaan ini diduga disebabkan oleh kerusakan kromosom yang terbentuk selama terapi radiasi, karena kerusakan kromosom dapat menyebabkan kematian sel.
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian pengaruh terapi radiasi terhadap jumlah aberasi kronosom (disentrik, asentrik, cincin dan aberasi- kromosgm yang lain selain tiga tipe pertama) serta dilakukan pengujian jumlah limfosit pada 24 orang penderita kanker serviks. Para penderita mendapatkan dosis radiasi eketerna 2OO cGy per hari (kecuali Sabtu dan Minggu), atau 10OO eGy per minggu, selana 5 minggu. Penderita dikelompokkan menjadj, empat kelompok yaitu: kelompok sebelum mendapat terapi radiasi, kelonpok setelah mendapat terapi radiasi dosis 2000 cGy, 4000 cGy dan sekitar 6O0O cGy (setelah mendapat radiasi eksterna dan satu kali radiasi interna).
Dari perhitungan statistik diperoleh kesimpulan . bahwa terapi radiasi menyebabkan terjadinya aberasi kromosom disentrik dan asentrik- Telah terbentuk keadaan "plateau" pada dosis 4000 cGy untuk kromosom disentrik dan dosis 2000 cGy untuk kromosom agentrik. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa terapi radiasi tidak menyebabkan terjadinya aberasi kromosom cincin dan aberasi lain- Dari analisie korelasi Spearman dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang nyata (p < 0,05) antara jumlah kromosom disentrik dengan jumlah sel limfosit, penderita kanker serviks, sedangkan jumlah kromosom cincin dan aberasi lain tidak ada korelasi dengan junrah sel limfositnya.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Fardillah
"Stigma terhadap penderita HIV/AIDS juga dilakukan oleh sektor pelayanan kesehatan seperti dokter dan perawat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan guna mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengarui stigma terhadap stigmatisasi penderita HIV/AIDS pada mahasiswa kesehatan tingkat akhir program reguler di beberapa fakultas di Universitas Indonesia. Peneiitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal pengalaman masa lalu terkait HIV/AIDS saja yang memiliki hubungan terhadap stigmatisasi penderita HIV/AIDS karena nilai p(0,007) < α,(0,05). Sedangkan faktor-faktor intemal dan ekstemai lain (tingkat pengetahuan, niiai kepercayaan/agama, niiai sosial budaya dan faktor lingkungan sekitar) tidak memiliki hubungan dengan stigmatisasi pada responden yang diambil di Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Keperawatan ini.
Dari 77 orang responden yang diteliti didapatkan hasil yaitu sebesar 40 orang (51,9%) responden memiliki stigma negatif dan 34 orang lainnya (48,1%) memiliki stigma positif tingginya stigma negatif pada mahasiswa kesehatan harusnya menjadi perhatian khusus dunia pelayanan kesehatan.

Stigma related people with HIV/AIDS are belonging to the health worker like doctor and nurse. The objective of this research is to know the relationshhn between the factors that contributing the stigma with stigmatize related people with HIV/AIDS in the freshman students of healthy at the last stage regular program in several faculties in University of Indonesia.
The analysis result shows that just internal factor experienced related HIV/AIDS that have relation with stigmatize related people with HIV/AIDS because the p value (0,007) < α (0,05). The other internal and external factors (degree of knowledge, the value of believed the value of social culture, and environment) have not relation with stigmattize people with HIV/AIDS in the subjective of this research that token in the Medical Faculty Dental Medical Faculty, and Nursing Faculty.
This research used a descriptive correlation From 77 samples that have been researched the result shown about 40 people (5.19%) samples have a negative stigma and 34 other people (48, 1 %) have a positive stigma. The high level of stigma negative in the ji-eshrnan students of healthy must be have more intention from the healthy world side.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5723
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sugito
"ABSTRAK
AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan kematian dan akibat sosial lainya. Bergesernya norma sosial masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya perilaku sexual berisiko (sex pranikah, sex ganda), akan menjadi ancaman dalam kesehatan keluarga. ibu dalam hal ini mempunyai peran panting dalam penularan maupun upaya penanggulangan AIDS melalui keluarga. Kualitas peran ibu dalam upaya penanggulangan, dipengaruhi oleh kedalaman tingkat pengetahuan maupun persepsi ibu terhadap AIDS.
Untuk mengetahui kedalaman maupun hubungan pengetahuan dan karakteristik sosial ibu dengan persepsi terhadap risiko tertular AIDS digunakan rancangan penelitian potong lintang sesuai penelitian induk SDKI-94. Sampel penelitian adalah semua ibu usia 15-49 tahun yang telah menikah dan pernah memperoleh informasi AIDS. Sedangkan Analisa multivariat dilakukan untuk mencari Fit model melalui pendekatan best subset dengan bantuan program SUDAAN.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan maupun persepsi ibu terhadap risiko tertular AIDS masih rendah ( 26,3dan 16,6 ) dan secara statistik pengetahuan mempunyai hubungan dengan persepsi ibu. Karakteristik sosial ibu yang meliputi tempat tinggal, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, keterpaparan dengan media secara statistik mempunyai hubungan bemakna terhadap pengetahuan dan persepsi dengan nilai p0,0001 0,00001 Sedangkan umur ibu dan pendidikan ibu, secara statistic mempunyai hubungan bermakna terhadap pengetahuan dengan nilai p0,0010,02, namun pada analisa multivariat, variabel umur ibu memberikan efek interaksi terhadap hubungan antara pengetahuan dan persepsi ibu terhadap risiko tertular AIDS.
Model persamaan yang tepat dalam memprediksi tingkat persepsi ibu terhadap risiko tertular AIDS adalah yang melibatkan variabel pengetahuan, umur, pendidikan, keterpaparan ibu terhadap informasi, pekerjaan suami dan variabel interaksi pengetahuan dengan umur ibu.Upaya untuk meningkatkan persepsi yang benar dan pengetahuan ibu yang baik tentang AIDS hendaknya disesuaikan dengan kondisi sosial ibu dengan berbagai media yang ada.
Daftar kepustakaan : 41 ( 1974 - 1995 )

ABSTRACT
AIDS is made up of social health matters which is frequently arising a mortal and other social impact as well. The change of social norm marked by increasing of sexual behaviour (sex prior to marriage, double sexual relationship), shall be a threat in family's health. Mother, in this case has important role in contamination and its AIDS prevention effort through family. Quality of mother's role in this prevention is much influenced by her knowledge level or her perception on AIDS.
To find out the mothers deepness understanding and correlation of knowledge and social characteristic and perception on contaminated AIDS risk, cross-cutting research design is used in line with main research of SDKI-94. Research samples is all manage women between 15-19 years old and those who ever had information on AIDS. While multivariat analysis is conducted to find out Fit model through best subset approach by supporting SUDAAN program.
The results of research indicated that mother's knowledge level and perception on AIDS infected risk is still low (26,3% and 16,6%) and statistically these knowledge has closely correlation with mother perception. Mother social characteristic covering the residence, occupation, husband's occupation, backwardness of media statistically has significant correlation toward knowledge and perception under the value of p= 0,0001-0,00001. Meanhile, age and education have significant correlation statistically on knowledge under the value of p= 0,001 - 0,02, however, by means of multivariat analysis, mother's age variable provides inter-action effect on correlation between knowledge and perception of the mother against AIDS infected risk.
The proper equation model in predicting mother's perception level on AIDS infected risk is involving knowledge, mother's age, education, backwardness variables on information, husband's occupation and knowledge interaction variable with the mother's age. Effort to improve right perception and mother's knowledge on AIDS shall be adjusted with her social condition to various existing media.
Bibliography: 41 (1974 - 1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar W. Roestam
"ABSTRAK
Petugas pemberi pelayanan kesehatan adalah suatu kelompok yang seharusnya menyadari bahwa dirinya termasuk kelompok risiko tinggi tertular AIDS/HIV. Untuk itu petugas kesehatan harus tahu cara pencegahannya. Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pemberi pelayanan kesehatan adalah penting untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan oleh pihak managemen dalam melindungi tenaga kerjanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku petugas kesehatan mengenai penyakit AIDS, baik etiologi, cara penularan dan usaha/tindakan pencegahannya.
Dilakukan survei tentang hal tersebut terhadap pemberi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pads bulan November 1993 sampai bulan Januari 1994. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan mengisi kuesiner yang telah dikembangkan secara khusus untuk itu, dan juga dilakukan pengamatan terhadap dokter, dokter gigi, perawat, petugas laboratorium, pekarya dan petugas di kamar jenazah.
Responden terdiri dari 40 (14%) dokter, 156 (51%) perawat/bidan, 16 (5.5%) petugas laboratorium dan 30.5% pekarya dan petugas kamar jenazah.
Unit pelayanan yang diamati adalah OK Bedah, Unit Rawat Jalan, Instalasi Gawat darurat, Bagian Bedah Mulut, Unit Rawat Inap, Unit Kamar Jenazah dan Patologi Klinik.
Pengetahuan responden terhadap etiologi (host, agent dan environment) HIV, cara deteksi, cara penularan, pencegahan dan akibat AIDS menunjukkan tingkat baik pada 65.1% responden. Kelompok pekarya yang sebagian besar menjadi tenaga kebersihan dan petugas kamar jenazah dan mempunyai risiko tinggi terpapar HIV karena pekerjaannya, merupakan kelompok yang paling rendah tingkat pengetahuannya.
Namun, meskipun hampir seluruh responden mengetahui bahwa AIDS/HIV adalah penyakit menular dan dapat mengakibatan kematian, sikap setuju dan bersedia melakukan tindakan perawatan pada penderita dengan HIV positip dan kesediaan melakukan tindakan pencegahan ditemukan baik pada 72.4% responden.
Perilaku yang sudah pernah dilakukan oleh responden menunjukkan tingkat baik pada 46.38% saja. Pernah tertusuk jarum dialami oleh 1 dari 4 responden, demikian juga pernah tidaknya tersobek sarung tangan sewaktu melakukan tindakan pada penderita. Pemakaian alat pelindung seperti sarung tangan, apron dan masker juga hanya ditemukan pada sekitar 1 diantara 3 petugas kesehatan.
Hubungan antara pengetahuan tentang AIDS dan perilaku terhadap tindakan pencegahan tertular AIDS terbukti ada hubungan yang bermakna. Demikian juga terdapat hubungan bermakna antara sikap dan perilaku yang baik.
Faktor pemungkin (enabling factors) yaitu ketersedian sarana kerja dinyatakan kurang memadai menurut responden dan hasil pengamatan, demikian juga faktor penguat (reinforcing factors) antara lain anjuran/petunjuk atasan tentang cara pencegahan HIV masih kurang.
Meskipun menurut responden sumber informasi tentang AIDS sudah banyak sumber dan sangat beragam, namun disarankan masih perlu disebarkan informasi terutama untuk cara/tindakan praktis pencegahan agar tidak tertular HIV khususnya bagi petugas kesehatan terutama kelompok pekarya dan perawat.

ABSTRACT
Knowledge, Attitude and Practice of AIDS Among Health Provider On Cipto Mangunkusumo HospitalThe health provider is any one who should concern that they have high risk on expose and transmitted of AIDS/HIV. They should know how to prevent it. To be able to know the level of knowledge, attitude and practice of AIDS/HIV among them is very important to management.
This survey is undertaken to know the level of knowledge, attitude and practice among health provider of AIDS especially on etiology, transmission of infection and prevention infection against AIDS/HIV and also to know the relation between those factors and other factors.
This survey were done among health provider in Cipto Mangunkusumo Hospital on November 1993 until January 1994. Data gathering done by interview and self-administered questionnaire and also by observation using observation checklist. The respondents are doctor,. dentist, nurse/midwives, laboratory personnel and janitor including cadaver unit personnel.
The total number of respondents is 304 covering 40 (14%) doctors and dentists, 156 (51%) nurses and midwives, 16 {5.5%) laboratory personnel and 92 (30.5%) janitor from many departments namely Surgery Operation Room Department, Accident/Emergency Department, Mouth dan Teeth Department, Out-patients Department, In-patients Department ( Unit IRNA A ) and cadaver Unit.
Sixty five percents of respondents have a good degree of knowledge about etiology, detection, transmission of infection, prevention and prognosis of AIDS. The janitor group who are those work as cleaning service and cadaver personnel which have high risk on expose to HIV, is the lowest degree of knowledge about AIDS/HIV. Although, almost all respondents know that AIDS/HIV is communicable disease with has death pronosis, they have a good degree of attitude and 72.4% of them agree to curing and caring HIV positive patients and have a good willing to do the infection prevention activities.
The past behavior about the prevention infection activities done by the respondents pointed that only 46.38% of all respondents have a good degree of behaviour. One person out of 4 respondent have experience of noccuring the needle stick injury and also damaging gloves during service.
Using of personnel protective equipment such as gloves, masker and special cloth wear only one person out of 3 respondents.
The relation between the degree of knowledge and behaviour to prevention infection activities against HIV and the relation between, between attitude and behaviour , proven that there is a significant relationship.
Regarding the enabling factors such as adequate supplies of work facilities (gloves, disposible spuit, masker etc) still not enough, based on observation results and respondents opinion. The same results concerning the reinforcing factors such as guidance from management about how to prevent HIV is still neglected.
However, although there are a lot of sources of information about AIDS, we recommend that information especially practice activities to prevent HIV needed to disseminate. This information concern especially for nurses and janitor or all of health provider."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Marrisa Indah Pratiwi
"Latar belakang: Sejak kasus infeksi pertama yang dilaporkan oleh laboratorium yang berada di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, lebih dari 2 tahun pandemi Covid-19 membatasi mobilitas dan interaksi orang-orang hampir di seluruh dunia. Setelah diteliti para ahli mengidentifikasi patogen tersebut sebagai beta-coronavirus baru dan diberi nama 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) yang merupakan penyebab coronavirus disease (Covid-19). Gejala yang pada seseorang yang terinfeksi Covid-19 ditandai adanya infeksi saluran pernapasan akut, kelelahan, dan gangguan pada saluran pencernaan. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan agar penyebaran virus tidak meluas, untuk saat ini strategi terbaik dalam menghadapi pandemi Covid-19 dengan upaya pencegahan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Tenaga kesehatan merupakan salah satu role model bagi masyarakat dan memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi dan melakukan upaya pencegahan penyakit terutama saat pandemi saat ini.  Hal ini tidak terlepas dari peran mahasiswa kedokteran yang dapat memberikan edukasi kesehatan pada masyarakat. Tentunya Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) perlu adanya evaluasi pada mahasiswa kedokteran. Dengan adanya penelitian mengenai PSP ini diharapkan menjadi survei esensial yang perlu dilakukan selama masa pandemi, karena didalam survei PSP yang dapat mengidentifikasi pengetahuan dasar, miskonsepsi, keyakinan, perilaku, hingga sikap responden terhadap penyakit.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional) menggunakan data sekunder kuesioner daring Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Jumlah responden sebanyak 213 mahasiswa yang merupakan mahasiswa tingkat 4 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia baik dari kelas Reguler dan Internasional. Kuesioner penelitian terdiri dari 3 bagian yaitu Pengetahuan, Sikap dan Perilaku yang masing-masing terdapat 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban. Hasil jawaban kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26.0 dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square Test dan Fisher’s Exact Test.
Hasil: Hasil analisis univariat mengenai Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku, Mahasiswa tingkat 4 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik (73,7%), sikap positif (96,2%), dan perilaku positif (83,6%) mengenai infeksi Covid-19. Hasil analisis bivariat menggunakan Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mengenai infeksi Covid-19 karena didapatkan p value 0,211 (p ≥0,05). Sedangkan dengan uji Chi-Square Test didapatkan hasil terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mengenai infeksi Covid-19 dengan p value = 0,044 (p<0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan sikap mengenai infeksi Covid-19 dan Adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mengenai infeksi Covid-19 Mahasiswa tingkat 4 Fakultas Kedokteran Indonesia. Dengan demikian adanya penelitian Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) penting untuk mengetahui sejauh mana PSP pada mahasiswa.

Introduction: Since the first case of infection reported by a laboratory in Wuhan City, Hubei Province, China, pandemic Covid-19 has limited the mobility and interaction of people almost all over the world. After research, experts identified the pathogen as a new beta-coronavirus and named it 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) which causes coronavirus disease (Covid-19). Symptoms for someone infected with Covid-19 are characterized by acute respiratory infections, fatigue, and digestive disorders. Even though the government has issued various policies so that the spread of the virus does not spread, for now the best strategy in dealing with the Covid-19 pandemic is prevention such as wearing masks, washing hands, and physical distancing. Health workers are a role model for the community and have the responsibility to provide education and make efforts to prevent disease, especially during the current pandemic. This is inseparable from the role of medical students who can provide health education to the public. Of course, to find out the level of knowledge, attitude and practice (KAP) it is necessary to evaluate medical students. With this research on KAP, it is hoped that it will become an essential survey that needs to be carried out during a pandemic, because it is in the KAP survey that can identify basic knowledge, misconceptions, beliefs, practice, and respondents' attitudes towards disease.
Method: The design of this study used a cross-sectional method using secondary data from the online questionnaire Knowledge, Attitudes and Practice. The number of respondents in this study involved 213 students Preclinical Medical Students of Universitas Indonesia, both from Regular and International classes. The research questionnaire consists of 3 sections, namely Knowledge, Attitudes and Practice, each of which contains 15 questions with a choice of answers. The results of the questionnaire answers were processed using SPSS version 26.0 and analyzed using the Chi-Square Test and Fisher's Exact Test
Result: The results of univariate analysis regarding Knowledge, Attitudes, and Practice in Preclinical Medical Students of Universitas Indonesia showed a good level of knowledge (73.7%), positive attitude (96.2%), and positive practice (83.6%) regarding infection Covid-19. The results of the bivariate analysis using the Fisher's Exact Test showed that there was no relationship between the level of knowledge and attitudes regarding Covid-19 infection because a p value was obtained of 0.211 (p ≥ 0.05). Whereas with the Chi-Square Test it was found that there was a relationship between the level of knowledge and practice regarding Covid-19 infection, obtained p value = 0.044 (p <0.05).
Conclusion: There is no statistically significant relationship between the level of knowledge about Covid-19 infection and There is a statistically significant relationship between the level of knowledge and practice regarding Covid-19 infection in Preclinical Medical Students of Universitas Indonesia. Thus the existence of Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) research is important to find out the extent of KAP in students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>