Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartini Nara
"Hasil penelitian Post-Kommer dan Perrone (dalam Isaacson, 1996), diketahui bahwa 30 % dari siswa berbakat di sekolah menengah yang menjadi responden penelitian merasa tidak siap dalam membuat keputusan mengenai karir mereka. Menurut Santrock (2003), orang tua dan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat pada pemilihan karir remaja. Suasana yang ada dalam keluarga banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, intelektual, konsep diri, dan selanjutnya juga mempengaruhi proses pemilihan karir. Suasana dalam keluarga terkait erat dengan pola asuh yang digunakan orang tua dalam membesarkan anaknya sehari-hari apakah otoriter (Authoritarian), permisif (Permissive) atau otoritatif (Authoritative) (Baumrind dalam Santrock, 2003).
Hal lain yang diduga mempengaruhi pemilihan karir adalah persepsi jender. Perempuan sering distereotipkan kurang kompeten dibandingkan laki-laki, penyatuan stereotip jender ke dalam konsep diri anak memicu anak perempuan ke arah rasa kurang percaya diri dibandingkan dengan anak laki-laki dalam kemampuan intelektual umum mereka. Kurangnya rasa percaya diri dapat menyebabkan anak perempuan memiliki harapan yang rendah untuk berhasil pada kegiatan akademis dan pekerjaan (Santrock, 2002).
Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji 8 hipotesis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh (otoriter, otoritatif, permisif) dan persepsi jender secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap pemilihan karir pada siswa akselerasi. Selain itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki.. Sampel penelitian adalah siswa kelas 2 program akselerasi dari 4 sekolah di Jakarta sebanyak 47 siswa. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearsons Product Moment, Multiple Regression dengan metode step wise dan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif dengan pemilihan karir tetapi ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif dengan pemilihan karir. Ditemukan juga ada hubungan yang signifikan antara persepsi jender dengan pemilihan kanr. Sedangkan secara bersama-sama, pola asuh otoriter, otoritatif, permisif dan persepsi jender memberikan sumbangan yang bermakna terhadap pemilihan karir namun hanya pola asuh otoritatif yang memberikan sumbangan sedangkan dua pola asuh yang lain tidak. Temuan yang cukup menarik adalah tidak adanya perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki, hal ini mengindikasikan adanya pergeseran cara pandang kaum muda terhadap peran jender tradisonal.
Saran kepada orang tua agar lebih mengutamakan penggunaan pola asuh otoritatif daripada dua pola asuh yang lain. Berusaha menjadi sahabat dan mendengarkan keinginan anak adalah salah satu cara untuk membantu mengarahkan mereka dalam pemilihan karir. Disarankan kepada guru bimbingan konseling agar lebih proaktif membantu anak akselerasi, mengeksplorasi berbagai informasi karir baik melalui penjelasan langsung maupun melalui media cetak dan elektronik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganis Lenggogeni Biran
"Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan pada beberapa aspek yang saling berhubungan, baik dalam aspek fisik, kognitif, maupun psikososial (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Masa ini merupakan masa yang tergolong kritis dimana individu harus rnulai serius memikirkan masa depannya, termasuk didalamnya masalah karir. Merencanakan dan memilih karir yang sesuai dengan diri adalah suatu hal yang penting, karena karir seseorang akan menentukan berbagai segi kehidupannya (Sukadji, 2000). Pada remaja, perencanaan dan pemilihan karir adalah saatnya mengarahkan diri kepada Suatu tahap baru dalam kehidupan, melihat posisi mereka dalam kehidupan dan menentukan arah yang akan dituju. Suatu bidang pekerjaan biasanya didukung oleh program pendidikan tertentu. Hal ini dimulai dari penentuan jurusan atau program pendidikan (Bahasa, IPS maupun IPA) di sekolah lanjutan (SMU) kemudian diikuti dengan penetapan fakultas maupun jurusan bidang di perguruan tinggi (Sukadji, 2000).
Pada kenyataannya masih banyak remaja yang bingung akan arah karirnya, hal ini terkadang membuat mereka terjebak dalam arus yang penting kuliah atau yang penting jadi sarjana. Fenomena ini pun tampak di berbagai daerah di Indonesia. Melakukan perencanaan dan pemilihan karir memang bukan suatu hal yang mudah, karena hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: kemampuan, bakat, minat, pengetahuan vokasional, kepribadian, self-efficacy, keluarga, teman sebaya, sekolah. gender serta kemewahan dan gengsi. Mengingat pentingnya perencanaan karir yang tepat sangatlah dibutuhkan olah seorang remaja dan melihat kenyataan yang ada di kalangan remaja saat ini, peneliti merasa perlu diadakan semacam pelatihan yang djadakan bagi para remaja, khususnya para siswa sekolah menengah umum. Melalui pelatihan diharapkan para siswa SMU ini dapat mengembangkan perencanaan karir yang tepat sehingga dapat memberikan kepuasaan pada dirinya yang berdampak pada kualitas pekerjaan yang baik.
Untuk membuat rancamgan suatu program pelatihan perlu didahului dengan analisa kebutuhan. Analisa ini berguna untuk menentukan kebutuhan pelatihan dan jenis pelatihan yang dibutuhkan untuk mengatasi perbedaan yang tampak antara apa yang seharusnya dilakukan/terjadi dengan kenyataan yang muncul (Kroehnert, 1995). Hasil analisa kebutuhan untuk pelatihan ini dilakukan kepada 72 orang siswa dari berbagai SMU melalui teknik kuesioner dan 7 orang siswa juga dari berbagai SMU melalui teknik wawancara.
Hasil yang diperoleh adalah kcbutuhan terbesar yang terkait dengan perencanaan karir adalah perlunya peningkatan self-efficacy. Hal ini disebabkan masih banyaknya siswa yang ragu dapat meraih pendidikan dan pekeljaan yang mereka inginkan. Ketidakyakinan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: pemahaman diri yang belum cukup, keinginan yang masih berubah-ubah dan takut menghadapi kegagalan yang dapat menyebabkan kekecewaan yang mendalam. Hal-hal ini selanjutnya membuat mereka tidak berani untuk membayangkan dirinya di masa depan, sehingga mereka lebih memilih untuk menjalani aktivitas sehari-harinya saja tanpa ada tujuan yang jelas. Dengan melihat kondisi tersebut, maka perlu disusun suatu program pelatihan perencanaan karir yang dapat membantu meningkatkan self-efficacy para siswa. Pokok bahasan dalam modul pelatihan ini, adalahz (1) Mimpi dan Cita-cita, (2) Pengenalan Diri: kecerdasan/bakat, kepribadian dan minat, (3) Kesuksesan dan (4) Goal Setting. Melalui serangkaian pelatihan ini diharapkan para siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan dan keterampilan untuk merencanakan karir yang terbaik baginya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Angelia
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara adaptabilitas karir dan prestasi akademik pada mahasiswa. Pengukuran adaptabilitas karir menggunakan modifikasi dari Career Issues Survey milik Creed, Fallon dan Hood (2008). Untuk pengukuran prestasi akademik menggunakan indeks prestasi yang diraih oleh partisipan. Partisipan berjumlah 158 mahasiswa yang memiliki usia remaja, 18-19 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara adaptabilitas karir dengan prestasi akademik pada mahasiswa (r = 0.177; p = 0.026, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi adaptabilitas karir yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi prestasi akademik yang ia miliki. Berdasarkan hasil tersebut, seseorang perlu diintervensi dalam hal adaptabilitas karir agar ia memiliki kemantapan dalam tugas vokasional sehingga kesadaran akan pentingnya memiliki prestasi akademik akan tertanam sejak dini.

This research was conducted to find the correlation between career adaptability and academic achievement among students. Career adaptability was measured using a modification of Career Issues Survey from Creed, Fallon and Hood (2008). For academic achivement was measured using grade point average (GPA) index reached by the participants. The participants of this research are 158 students who have adolescent ages around 18-19 years old.
The main results of this research show that career adaptability positively correlated significantly with academic achievement (r = 0.177; p = 0.026, significant at L.o.S 0.05). That is, the higher career adaptability of one?s own, the higher having academic achievement. Based on these results, someone needs to intervened in the career adaptability, so they will have a readiness in vocational tasks, so that they will understand the importance of having an academic achievement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Herwanto
"Konseling karier merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan karier yaitu pemberian bantuan secara tatap muka kepada individu ataukelompok dalam hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor (bersertifikat dan memiliki asosiasi) kepada konseli agar dapat menyesuaikan diri, memperbaiki tingkahlaku, membantu pencapaian tujuan, penentuan diri dan mengembangkan potensinya kejalur karier yang realistis.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta dan bagaimana memberdayakan peran Bimbingan dan Konseling Karier dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta.
Pendekatan penelitian ini adalah post-positivis karena berawal dengan menguji teori konseling karier, dengan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam (data primer) dan juga studi literatur (data sekunder) serta strategi triangulasi digunakan untuk validitas dan keabsahan data.
Hasil analisis bahwa Unit konseling karier BKN melakukan praktek konseling psikologis dan membantu kepada Pegawai yang mengalami masalah gangguan kejiwaan dan tidak terfokus pada layanan konseling karier sehingga perlu diluruskan persepsi dan batasan konseling karier itu sendiri dengan membangun struktur, arah dan tujuan konseling karier yang jelas kemudian memberdayakan peran Sumber Daya Manusia dalam memaksimalkan unit layanan konseling karier untuk mengatasi hambatan karier pegawai dan dapat memberikan manfaat bagi organisasi.

Career counseling is a series of activities the most basic of career guidance that is providing assistance in person to individuals or groups in a professional relationship conducted by counselor to the counselee in order to adapt, improve behavior, help meet the goals, self-determination and potential to develop realistic career path.
The purpose of this study is to analyze the role of guidance and career counseling for Civil Servants and how to empower the role of Career Guidance and Counseling in providing career guidance and counseling services for Civil Servants in the National Civil Service Agency (NCSA).
This research approach is post-positivist because it starts with career counseling theory testing, using the method of data collection in-depth qualitative interviews and literature as well as the strategy of triangulation is used for validity and validity of the data.
The results of the analysis unit career counseling in the NCSA practice psychological counseling and help to Employees who experience problems psychiatric disorders and not focused on service career counseling so that needs to be clarified perceptions and limitations of career counseling itself by building the structure, direction and purpose career counseling clear then empower the role of Human Resources in maximizing unit career counseling services to overcome barriers to employee career and can provide benefits to the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petra Rumondang Uli Stefani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh dari motivasi pelayan umum, work value, dan perilaku prososial terhadap intensi mahasiswa untuk menjadi pelayan publik, dalam hal ini sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS. Responden penelitian ini adalah 174 mahasiswa perguruan tinggi di Jabodetabek. Penelitian ini diuji menggunakan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa public service motivation PSM memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan pilihan mahasiswa untuk bekerja sebagai PNS. Dalam hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat PSM yang tinggi memiliki kecenderungan untuk memilih PNS sebagai tempat bekerja. Sementara itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa work value tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemilihan mahasiswa untuk bekerja sebagai PNS, hanya nilai pekerjaan yang memberikan kontribusi kepada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi keinginan mahasiswa secara positif. Nilai pekerjaan yang menarik dapat mempengaruhi juga tetapi secara negatif. Prosocial behavior tidak dapat diuji karena skala pengukuran yang direplika tidak reliabel.

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of public service motivation PSM, prosocial behavior, and work value on the choice of undergraduate students to work as public servant or pegawai negeri sipil. There are 174 undergraduate students from both public and private universities in Jabodetabek. This study is tested using binary logistic. The result of the study shows significant and positive relationship between PSM and the student intention. This means students with higher level of PSM will be more likely to choose to work as a public servant. On the other hand, work values do not show any significant relationship with students rsquo intention. Only interesting job shows a significanty negative relationship and job that gives contribution shows significantly positive relationship with students rsquo intention. Prosocial behavior could not be tested due to the unreliable measurement used in the study."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Priyono
"Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh dari iklan berbahasa Inggris dalam pembentukan persepsi tentang produk . Iklan yang dipilih adalah iklan radio dan produk yang dipilih untuk kepentingan penelitian ini adalah sepatu Bata.
Metode yang dipakai oleh peneliti adalah metode eksperimen dan desain eksperimen yang digunakan adalah before-after dengan kontrol group.
Sebagai variabel independen atau dalam penelitian eksperimen dikenal dengan experi mental stimulus adalah penggunaan bahasa dalam iklan. Variabel ini secara operasional dilihat sebagai "manipulated variabel" yang variasinya adalah iklan bahasa Inggris dan iklan bahasa Indonesia
(dari produk yang sama). Sebagai variabel dependen yaitu persepsi tentang produk yang secara operasional ditunjukkan oleh skor total rata-rata persepsi. Untuk mengukur persepsi digunakan teknik semantik diferensial.
Sampel yang dipilih sebagai subyek eksperimen adalah 80 orang murid SMAN I Bogor. Penarikan sampel dari populasi dilakukan secara acak (random) dan kemudian secara acak pula mereka di tempatkan dalam 2 kelompok, masingmasing: kelompok eksperimen , yaitu kelompok yang dikenai
iklan versi bahasa nggris, dan kelompok kontrol, yaitu kelompok yang dikenai iklan vers i bahasa Indonesia. Untuk menguji pakah terdapat pe :rbedaan persepsi (skortota rata-rata persepsi) pada kelompok- ke lompok
tersebut , dilakukan pengujian dengan testt . Hasil pengujian membawa pada kesimpu1an bahwa tidak terdapat perbedaan antara persesi yang ditimbulkan oleh iklan bahasa Inggris dengan perseps i yang ditimbulkan oleh iklan
bahasa Indonesia. Dengan kata lain , hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa "terdapat :Qerbedaan persepsi pada produk yang di iklankan dengan bahasa Inggris dengan persepsi pada produk yang diklankan dengan bahasa Indonesia tidak terbukti. Kedua jenis iklan aiketahui mampu meningkatklan persepsi tentang produk Bata dan efeknya dalam meningkatkan persepsi menjadi lebih baik adalah tidak berbeda. Begitu pula hasil-hasil pengujian lain menunjukkan bahwa iklan bahasa Inggris memiliki pengaruh yang sama dengan iklan bahasa Indonesia terhadap responden dengan "karakteristik psikografis~ yang berbeda. Hanya saja, analisis menunjukkan.bahwa untuk kelompok-kelompok dengan karakteristik tertentu, (yaitu pada kelompok yang cenderung menyukai "1iburan timur", kelompok yang cenderung
menyukai "sekolah timur", kelompok yang cenderung menyukai "film barat", kelompok yang cenderung menyukai musik pop dan kelompok yang "pernah ke luar negeri"), iklan bahasa Inggris menunjukkan pengaruh yang lebih kuat
dibandingkan dengan iklan bahasa Indones ia. etapi secara keseluruhan , e fek yang ditimbul kan oleh kedua jenis iklan (dalam membentuk persepsi produk yang lebih baik ) adalah tidak berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ketut Sukardi
Jakarta: Rineka Cipta, 1993
158.6 DEW p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hastuti M. Airlangga
"Penilaian yang objektif dengan menggunakan metode penerapan dan instrumen penilaian yang baku sangat diutamakan demi tercapainya pelayanan yang bermutu. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan ini terdiri dari (1) Pedoman Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan yang disebut Instrumen A, (2) Angket yang ditujukan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh gambaran tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan yang disebut Instrumen B, (3) Pedoman Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan selanjutnya disebut Instrumen C.
Ketiga instrumen ini satu sama lainnya saling terkait, dimana dua instrumen yang mullah dianalisis dan dinilai adalah instrumen A dan instrumen B. Kedua instrumen tersebut dapat dinilai melalui penelaahan. Untuk mengetahui perbedaan mutu asuhan keperawatan berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan dan persepsi pasien maka harus dilakukan penilaian mutu asuhan keperawatan di bagian rawat inap Siloam Hospital Lippo Karawaci.
Disain penelitian ini adalah survei dengan rancangan cross sectional. Data kuantitatif diperoleh melalui dokumentasi asuhan keperawatan dalam bentuk cek list dan angket persepsi pasien. Instrumen yang digunakan merupakan modifikasi dari instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005. Sampel sebanyak 98 dokumen asuhan keperawatan dan 98 pasien yang minimal telah dirawat selama 3 hari di Bagian Rawat Inap Siloam Hospital Lippo Karawaci.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu asuhan keperawatan berdasarkan telaah dokumentasi asuhan keperawatan dapat dinilai dengan memberikan angketlkuisioner kepada pasien. Dan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa mutu asuhan keperawatan pada pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan pengkajian, diagnosa, perencanaan, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan dapat dinilai dengan memberikan angketlkuisioner kepada pasien. Namun metoda penilaian ini tidak dapat diterapkan pada aspek tindakan keperawatan.
Adapun mute asuhan keperawatan berdasarkan telaah dokumentasi asuhan keperawatan dan telaah persepsi pasien menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dan masuk dalam kategori baik. Penilaian mutu asuhan keperawatan berdasarkan telaah persepsi pasien terbukti tidak ada perbedaan yang bermakna pada aspek pengkajian, diagnosa, perencanaan, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan. Dan terbukti ada perbedaan yang bermakna pada aspek tindakan keperawatan. Persepsi pasien terhadap dokumentasi asuhan keperawatan masuk dalam kategori baik pada aspek pengkajian, diagnosa, perencanaan dan catatan asuhan keperawatan, sedangkan pada aspek tindakan dan evaluasi keperawatan masuk dalam kategori yang buruk.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka pihak manajemen Siloam Hospital Lippo Karawaci khususnya bagian keperawatan disarankan untuk melakukan penilaian mutu asuhan keperawatan terhadap aspek tindakan keperawatan melalui observasi dengan menggunakan instrumen C, sedangkan pada aspek evaluasi keperawatan agar tercapai mutu asuhan keperawatan yang berhasil guna sebaiknya dilakukan supervisi terhadap proses pendokumentasian asuhan keperawatan

Objective assessment by using applicable method and valid instrument assessment are really needed to reach a qualified service. The evaluation instrument for applicable nursing lead support standard are (1) studies catalog for nursing lead support assessment alias Instrument A, (2) quitioners for the patient and family to get the description of patient perception for nursing lead support quality alias Instrument B, (3) observation studies of the applicable of nursing action alias Instrument C.
The instrument is connected to each other, the instrument A and Instrument B are the easy instrument to analyses and to make an assessment by seeing through. To know the different of nursing lead support quality based on nursing documentation lead support and patient perception, we should make an assessment for nursing lead support at inpatient department of Siloam Hospital Lippo Karawaci.
The used design was a survey with cross sectional. And utilized method are quantitative and the data came from documentation of nursing lead support and patient perception quitionare. The used documentation was the modification from the standard of nursing lead support process evaluation instrument in the hospital, was issues from Healthcare Departement Republic of Indonesia in 2005. The sample research was 98 documentation of nursing Iead support, and the patient that cared minimal 3 days.
The result indicated that the quality of nursing lead support based on see through documentation of nursing lead support are assess able by giving a quitionare to the patient. The bivariat analysis implied that the quality of nursing lead support was able to assess by nursing studies, nursing diagnose, nursing plan, nursing evaluation dan nursing lead support record based on documentation of nursing lead support by giving an quitionare to the patient. But the result indicated that the nursing act was dissable using this methode.
Otherwise, the quality of nursing lead support based on see through nursing documentation lead support and see through the patient perception are showing un different meaning in the good category. The quality assessment of nursing lead support based on see through the patient perception are showing the different meaning in nursing studies, nursing diagnose, nursing plan, nursing evaluation and nursing lead support note. For there more, that in the nursing act are showing a different meaning. The patient perception by nursing documentation Iead support are in the good category in the aspect nursing studies, nursing diagnose, nursing plan and nursing lead support note, otherwise, in the nursing act aspect are in the worst category.
Based on this research, are recommended to the Siloam Hospital Lippo Karawaci specially in nursing management, to reach the quality assessment in nursing lead support for nursing act aspect, to make an assessment better using the observation methode or using the instrument C, otherwise in the nursing evaluation aspect, to reach the applicable nursing quality lead support the nursing management should do the supervision in nursing documentation lead support process.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Rizky Amelia
"Sekolah Menengah Kejuruan berada pada posisi sulit akibat lambat merespon perubahan teknologi. Sementara itu, Teknologi telah mengubah sifat pekerjaan dan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja yang adaptable terhadap perkembangan teknologi di sektor dengan intensitas digital tinggi. Tidak hanya untuk pekerja dengan keterampilan tinggi, tetapi juga pekerja dengan keterampilan rendah-menengah. Berdasarkan teori signaling dan investasi modal manusia, permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan. Menggunakan data Sakernas 2015 dan 2018, dan regresi logistik, penelitian ini memiliki tiga point pembahasan (1) kecenderungan lulusan sekolah menengah untuk bekerja di sektor dengan intensitas digital tinggi (SID tinggi) (2) probabilitas SMK teknik dan teknologi, untuk berkerja di kerah putih SID tinggi, (3) kecenderungan pendidikan tinggi vokasi dalam meningkatkan probabilitas bekerja di pekerjaan kerah putih SID tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa lulusan SMK teknik dan teknologi memiliki kecenderungan tertinggi untuk bekerja di SID tinggi. Namun bekerja di sektor tersebut tidak dapat diasosiasikan dengan jenis pekerjaan  dan kesejahteraan yang lebih baik (decent job) dibandingkan sektor lain. Hal ini mengacu pada temuan kedua yang menunjukkan lulusan SMK teknik dan Teknologi mempunyai probabilitas yang lebih rendah untuk bekerja sebagai kerah putih di SID tinggi. Maka dari itu, untuk meningkatkan upah dan posisi pekerjaan, dibutuhkan peningkatan pendidikan, karena dalam temuan terakhir pendidikan tinggi vokasi terbukti dapat meningkatkan probabilitas untuk bekerja di pekerjaan kerah putih SID tinggi.

As technology alters the way organizations work, the need for labor adjustment which more adaptable to technological changes has risen in high digital intensive sectors. This change will require not only high skill workers but also medium-low skill workers to update or deepen their existing skill sets. However, vocational graduates face difficulties regarding this situation as their vocational school failed to equip them with advanced technological skills. Based on signaling and human capital investment theory, this problem can be solved by increasing education and training. Using 2015 and 2018 Sakernas data and logit regression, this thesis seeks to answer three points, (1) The likelihood of secondary school graduates to work in high digital intensive sectors (HDI sectors), (2) The probability vocational engineering and technology graduates to work as white-collar in HDI sectors , and (3) The likelihood of vocational higher education increasing probability to works as white-collar in HDI sectors. The result shows that vocational engineering and technology graduates have the highest probability to work in HDI sectors. however, working in a HDI sector cannot be associated with a better type or a more decent job than other sectors. This refers to the second finding that shows graduates of engineering and technology vocational schools have a lower probability of working as a white-collar even working at HDI sectors. According to the last finding, vocational tertiary education has shown to increase the probability of working as white-collar in HDI sectors, therefore a level up in education is needed to increase wages and improve job positions."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Arjani
"Pramuwisata Perempuan dan Strategi Mengatasi Hambatan yang Dihadapi dalam Menjalankan Peran Reproduktif, Produktif dan Peran Sosial diangkat sebagai masalah dalam tesis ini, karena Bidang kerja kepramuwisataan termasuk bidang kerja yang relatif baru dimasuki oleh tenaga kerja perempuan. Bidang kerja ini oleh masyarakat Bali dianggap sebagai bidang kerja yang kurang cocok ditekuni oleh perempuan karena waktu dan tempat kerjanya tidak tetap. Hal ini menyebabkan perempuan pramuwisata menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan profesinya. Sementara itu, sebagai pekerja, perempuan tidak bisa lepas dari peran lainnya di rumah tangga dan di masyarakat sehingga perlu strategi untuk bisa menjalankan semua perannya.
Penelitian ink merupakan penelitian ekploratif dengan pendekatan observasi dan wawancara terhadap 10 perempuan pramuwisata yang terdiri dari 7 informan yang sudah berstatus menikah dan 3 informan belum menikah. Dalam membahas masalah penelitian ini dipakai beberapa pemikiran atau temuan yang berkaitan dengan masalah motivasi kerja yang antara lain dikemukakan oleh Munandar dan Ware.
Dikemukakan oleh Munandar dan Ware bahwa faktor yang memotivasi perempuan melakukan kerja nafkah adalah motivasi ekonomi seperti menambah penghasilan keluarga atau karena ingin mempunyai penghasilan sendiri dan motivasi nonekonomi antara lain karena ingin mencari pengalaman dan ingin mengaktualisasi diri. Terkait dengan masalah hambatan dipakai pemikiran Wadhera (1987) dan Baruch (1972) yang mengemukakan bahwa bagi perempuan pekerja terutama yang sudah menikah, hambatan sering kali datang dari suami/orang tua/mertua dan dari lingkungan masyarakat. Di samping itu hambatan juga sering datang dari dalam diri perempuan itu sendiri yang biasanya dipengaruhi oleh adanya peran tradisional perempuan. Masalah strategi dipakai konsep Moser yaitu terkait dengan kebutuhan gender praktis dan kebutuhan gender strategis.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor utama yang memotivasi informan melakukan kerja nafkah dan menekuni pekerjaan pramuwisata. Motivasi nonekonomi dianggap sebagai motivasi sampingan. Tantangan yang dihadapi oleh informan datang dari dalam dirinya sendiri yaitu munculnya perasaan bersalah karena dirinya tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan baik. Tantangan lain bersumber dari orang lain dalam keluarga yang terutama muncul akibat adanya sikap kurang setuju terhadap pekerjaan yang ditekuni oleh informan dan adanya nilai jender bahwa pekerjaan rumah tangga hanya menjadi tugas perempuan. Tantangan dari lingkungan kerja terkait dengan masalah profesionalisme kerja dan pembagian kerja yang kurang adil. Sedangkan tantangan dari lingkungan masyarakat/banjar terutama terkait dengan partisipasinya dalam mengikuti kewajiban adat. Gosip dan pelecehan tidak bisa terelakkan dari kehidupan pramuwisata perempuan karena masih banyak orang yang menganggap pekerjaan pramuwisata tidak cocok untuk perempuan, karena itu perempuan yang menekuni profesi ini dianggap sebagai melakukan penyimpangan dari norma yang ada di masyarakat.
Strategi yang diambil dalam mengatasi masalah yang dihadapi pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan praktis perempuan dengan cara mengatur waktu sebaik mungkin, mencari pengganti untuk kepentingan tugas-tugas rumah tangga, tugas kantor dan kewajiban adat. Strategi ini cenderung bersifat mempertahankan nilai jender yang ada pada masyarakat Bali tentang pekerjaan rumah tangga adalah tugas utama perempuan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain bahwa tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh perempuan pramuwisata (informan) pada dasarnya bersumber dari adanya nilai jender dalam masyarakat yang bersifat merugikan perempuan seperti pekerjaan rumah tangga hanya dianggap sebagai tugas dan tanggung jawab perempuan dan pekerjaan pramuwisata hanya dianggap sebagai dunianya laki-laki. Strategi yang dilakukan oleh informan cenderung hanya bersifat untuk memenuhi kebutuhan gender praktisnya, sementara strategi untuk memenuhi kebutuhan gender strategisnya belum begitu nampak."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>