Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192577 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Canberra: Australian Center for International Agricultural Research, 2006
R 597.309598 ECO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Annisa
"Sebagian besar pemanfaatan hiu dan pari di Indonesia masih bersifat ekstraktif. Hal tersebut meningkatkan ancaman terhadap keberadaanya yang ditunjukkan dengan penurunan populasinya. Padahal ada jenis pemanfaatan lain yaitu pemanfaatan nonekstraktif
berupa ekowisata hiu dan pari. Penelitian ini membandingkan nilai ekonomi kegiatan ekowisata hiu dan pari dengan nilai ekonomi yang diberikan oleh kegiatanperikananya, di lokasi target penangkapan yaitu di Meulaboh, Takalar dan Tanjung Luar.
Nilai ekonomi ekstraktif didapatkan dari nilai pasar dengan data Surat Rekomendasi KKP sedangkan non-ekstraktif diberikan dalam bentuk use value melalui metode TCM, dan
non-use value menggunakan CVM. Rasio antara nilai perikanan dengan estimasi nilai rekreasi yaitu 1:33, 1:28 dan 1:2,7 untuk masing-masing lokasi Meulaboh, Takalar, dan Tanjung Luar. Dengan demikian, ekowisata hiu dan pari jelas dapat menjadi alternatif
kegiatan penangkapan hiu dan pari di lokasi-lokasi yang menjadikan mereka sebagai
target penangkapan. Temuan lainnya yaitu estimasi rata-rata nilai konservasi dari
keberadaan hiu dan pari yang sebanyak Rp. 105.403/orang.

Most of the use of sharks and rays in Indonesia is still largely extractive. Those situation
increased the threat to their existence as indicated by the decline in their population. This
study compares the economic value of sharks and rays ecotourism with the economic
value from extractive use, in target fishing locations, Meulaboh, Takalar and Tanjung
Luar. The extractive economic value is obtained from the market value using KKP Surat
Rekomendai data, while non-extractive is given the use value through the TCM method,
and non-use value using CVM. The ratio between fishery value and recreation value
estimation is 1:33, 1:28 and 1:2,7 for Meulaboh, Takalar, and Tanjung Luar locations,
respectively. Thus, sharks and rays ecotourism can clearly be an alternative for sharks
and rays fishing activities in locations where they are targeted for capture. Another
finding is the estimated average conservation value of the presence of sharks and rays, is
Rp. 105.403/person.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stead, David G.
Sydney: Angus and Robertson, 1963
597.3 STE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiawathi
"Penelitian ini betfokus untuk menelaah faktor yang mempengaruhi perawat, careworker Indonesia bermigrasi ke Jepang dan motivasi mereka untuk beketja di Jepang dalam kerangka IJEPA dengan metode studi pustaka, kuantitatif dan wawancara kepada para nara sumber. Dari hasil analisa kuisioner serta wawancara dengan para narasurnber didapatkan kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi perawat dan careworker Indonesia untuk: bermigrasi ke Jepang adalah faktor-faktor yang berasal dari Juar diri responden yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Pada dasarnya keseluruhan faktor pendorong dan faktor penarik ini bermuara pada faktor ekonomi yaitu kesempatan pemenuban kehutuhan ekonomi yang lehih baik. Kemudian, motivasi mereka untuk bekerja di Jepang berkaitan denga:n 3 motivasi berikut inl yaitu, 1) Motivasi pemenuhan kebutuhan keamanan ekonomi. 2) Motivasi pemenuhan kebutuhan esteem/ harga diri yaitu pengakuan terhadap kemampuan yang dimiliki. dan 3) Motivasi untuk pemenuhan kebutuhan self actualization/aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33466
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Indah Reza
"ABSTRAK
Senyawa turunan spiropiperidin berhasil disintesis meggunakan -diketon asam barbiturat/dimedon, formaldehid serta turunan anilin melalui kondensasi Mannich. Dua reaksi dinilai menghasilkan senyawa target senyawa 1 dan senyawa 3 , sementara satu reaksi lain menghasilkan dihidropiridin senyawa 2 . Hasil dikonfirmasi menggunakan karakterisasi FTIR, UV-Vis dan LC-MS. Sintesis senyawa menggunakan nanokatalis Fe3O4 dari proses dekomposisi termal karat besi dengan asam palmitat dalam pelarut paraffin. Paraffin sebagai pelarut memiliki titik didih tinggi dan dapat menggantikan pelarut umum seperti n-oktadekana. Penggunaan karat dan parrafin meningkatkan nilai ekonomis katalis yang dihasilkan. Karakterisasi FTIR pada katalis menunjukkan keberadaan asam palmitat sebagai capping agent mengelilingi Fe3O4. Data XRD memberikan ukuran rata-rata kristal 42,758 nm, sementara gambar TEM mengkonfimasi bentuk kristal berupa kubus dan unsur penyusunnya. Karakterisasi PSA memberikan indeks polidispersitas 0,391 dan Z-average 48,94. Dua senyawa hasil sintesis dioptimasi dalam suhu, waktu reaksi dan jumlah katalis berat yang berbeda. Hasil optimasi reaksi untuk senyawa 1 15-phenyl-2,4,10,12,15-pentaazadispiro[5.1.5.3]-hexadecane-1,3,5,9,11,13-hexa-one memberikan kondisi optimum pada suhu 50 oC, 4 jam reaksi dan 7,5 katalis dengan rendemen 69,30 . Sementara senyawa 2 10-4 chlorophenyl -9,10-dihydropyrido[2,3-d;6,5-d rsquo;]-dypyrimidine-2,4,6,8 1H,3H,5H,7H -tetra-one optimum pada suhu 50 oC, 4 jam dan 5 katalis dengan rendemen 72,34 . Studi penggunaan ulang katalis dilakukan pada senyawa 1 dan memberikan kecendrungan penurunan hasil rendemen dalam lima kali pengulangan.

ABSTRACT
Spiropiperidine derivatives have been successfully synthesized using diketone such as barbituric acid dimedone, formaldehyde and aniline derivatives through Mannich condensation. Two reactions considered produced the targeted compounds compound 1 and compound 3 , while the other reaction produced dihydropyridine compound 2 . These results were confirmed using FTIR, UV Vis and LC MS. These compounds were synthesized using heterogenic Fe3O4 catalyst which was obtained from rust capped palmitic acid in paraffin solvent. Paraffin was chosen as solvent due to its high boiling point which was suitable to replace common solvents n octadecane. The use of rust and paraffin would increase catalyst rsquo s economic value. FTIR characterization of catalyst showed the presence of palmitic acid as capping agent surrounding Fe3O4. XRD data gave average crystal size of 42.758 nm, while the TEM image confirmed the crystal structure as cube and its constituent elements. PSA result gave polydispersity index of 0.391 and Z average 48,94. Two compounds were optimized under various of temperatures, times and amount of catalyst weight . Optimization condition for compound 1 15 phenyl 2,4,10,12,15 pentaazadispiro 5.1.5.3 hexadecane 1,3,5,9,11,13 hexa one came as 50 oC, 4 hours of time reaction and 7.5 catalyst with 69.30 of yield. Meanwhile compound 2 10 4 chlorophenyl 9,10 dihydropyrido 2,3 d 6,5 d 39 dypyrimidine 2,4,6,8 1H, 3H, 5H, 7H tetra one at 50 oC, 4 hours of time reaction and 5 catalyst yielded 72,34 . The study of reusable catalyst was conducted on compound 1 and resulted the yield rsquo s descending rsquo s tendency in each five times of repetitions."
2018
T51473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Kristianti
"ABSTRAK
Hampir setiap hari, masyarakat disuguhkan dengan kehadiran penyanyi-penyanyi
pendatang baru dengan penampilan, gaya, dan jenis musik yang nyaris sama satu
dengan lainnya. Menjadi ikon, terkenal, mencetak hits single, lalu dalam beberapa
bulan kemudian tenggelam oleh eksistensi penyanyi lama dan kehadiran
pendatang baru lainnya. Mereka seakan sulit meniti siklus karier yang panjang.
Mereka diduga tidak mampu mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor
penting bagi penyanyi pendatang baru untuk bersaing di industri musik. Dengan
tipologi strategi generik Porter, pembobotan dengan AHP, analisis SWOT pada
studi kasus, diperoleh prioritas faktor pada diferensiasi : keunikan/ciri khas,
kemampuan inovasi, sumber daya penunjang, kreatifitas, skill dan musikalitas,
nilai komersil. Kepemimpinan biaya : karakter, nilai komersil, skill dan
musikalitas, semakin banyaknya studio musik digital. Fokus : skill dan
musikalitas, kreatifitas, semakin banyaknya perusahaan rekaman, perkembangan
komunitas.
ABSTRACT
Almost every day, people served by presence of newcomer singers with
performance, style, and type of music that was almost equal to each other.
Become an icon, famous, scoring hits singles, and then a few months later
drowned by old singer existence and presence of other newcomers. They are as
difficult to pursue a long career cycle. They allegedly are not able to identify and
analyze the important factors for newcomer singers to compete in music industry.
Therefore, the purpose of this paper is to identify and analyze the important
factors. With Porter's typology of generic strategies, weighting using AHP,
SWOT analysis on the case study, obtained priority factors of differentiation:
unique/ distinctive characteristics, innovation capability, supporting resources,
creativity, skill and musicality, commercial value. Cost leadership: character,
commercial value, skill and musicality, the increasing number of digital music
studio. Focus: skill and musicality, creativity, the number of record companies,
the development community."
2013
T35608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Binsar
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1968
S16312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arza Faldy Prameswara
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peringkat risiko sistemik dari enam metodologi pengukuran risiko sistemik yang dikenal serta mengembangkan peringkat risiko sistemik komposit menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), mengacu pada Nucera et al. (2016). Systemically Important Financial Institutions (SIFIs) didefinisikan sebagai 10 perusahaan yang memiliki risiko sistemik tertinggi dalam setiap pemeringkatan dari total sampel 60 lembaga keuangan yang go public selama periode 2008-2016. Dari hasil studi, peringkat komposit yang kami kembangkan lebih konsisten dalam menjelaskan komposisi SIFIs dari kebanyakan pemeringkatan risiko sistemik individu lainnya. Dari hasil PCA, ditemukan bahwa peringkat komposit yang kami hasilkan terutama dijelaskan oleh metode pemeringkatan berbasis data pasar. Lebih lanjut, kami menemukan perbedaan yang substantial antara pemeringkatan berbasis data pasar dan pemeringkatan berbasis data fundamental dalam menjelaskan peringkat risiko komposit. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa peringkat risiko sistemik komposit, yang menggabungkan aspek pasar dan fundamental, akan memberikan informasi yang lebih lengkap bagi pengambil kebijakan dalam membuat keputusan di masa depan.

The aim of this study is to incorporate systemic risk ranking from six generally accepted metrics and develop a single composite ranking using Principle Component Analysis, based on Nucera et al. (2016). We analyze the Systemically Important Financial Institutions (SIFIs) to gather information difference between systemic risk metrics. We identify SIFIs as the top 10 companies in each systemic risk metrics ranking, using a sample of 60 listed financial institutions in Indonesia over the period 2008-2016. We find that our single composite ranking is more consistent in term of SIFIs composition than most individual risk rankings. Furthermore, according to factor loadings of the first component, our single composite ranking is mainly based on market-based instead of fundamental. Based on second factor loading, we find that market-based metrics and fundamental-based metrics deviated substantially in constructing our composite ranking. Therefore, we suspect that our single composite ranking, that combines both market and fundamental aspect, will provide better insight for the regulator to make a decision.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"
ABSTRAK
Selama mesa 4 iompat; tahun. mari tanun 1939 sampai
denqan 1992 teroapat 32 emiten vang melakukan akuisisi, 9
akuisisi eksternal dan 23 akuisisi internal. Hal ini menun~
Jukhan nahwa necenderungan akuisisi di Indonesia adalah
internal. Oleh karena itu hanva diteliti akuisisi internal
selama rantang wantu tahun 1991 dan 1992, mengingat selama
rentang waktu ini dikeluarhan dua reuulasi yaitu Surat
edaran BAFEFAM No. S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991
tentang "Fembelian Saham atau Eenvertaan Pada Perusahaan
Lain" dan surat kenutusan Nu. Hep-O1!PN/1993 tangqal 29
Januari 1993 tentang "Benturan Kepentingan Transaksi Ter-
tentu".
Fenelitian dilakukan terhadap akuisisi industri yang
tidah terhait (ATT) Dan sebagai variabel kontrol adalah
akuisisi terkait RAT). ATT hanva terjadi nada suatu indu-
stri yang memnunyai peftumbuhan Dermintaan relatii rendah
[ihdU5tFl telah )enuh) mengahuisisi lndustri lain yanu
mempunyai percumbunan permlntaan tinggi. Industri denaan
tingkat pertumbuhan DEFmlKtB&U tinqqi merarti oertumbunan
Déhjualan Cepat berartl Quia memmunyai profit tinqgi. Hal
ini memungkinkan perusahaan dalam industri tersebut mudah
memperoleh dana hutang. Hasil penelitian menungukkan bahwa pengakuisisi
ATT menqakulsisi perusahaan yang mempunyai EF, ROE dan debt
ratio lebih tinggi. Hal lni dapat dilihat Setelah adanya
penyeeuaian laporan keuangan maeing-masing meningkat seba-
sar 2.578Z. 2.732Z namun tldak eignifikan secara statistlk
sedang debt ratio naik 31.3131 yang signifikan pada tingkat
75Z. Hal tersebut tidak terjadi pads pengakuieisi AT yaitu
mereka mengakuisisi perusahaan yang mempunyai EP, NPN, ROE
leb1h rendah atau menurun 1E.471Z, 1.594Z, 10.5112 dan
leverage lebih tinggi yaitu meningkat 1l.BO4Z.
Temuan ini mengimplikasikan bahwa kekayaan pemegang
saham pada ATT meningkat namun realisasinya tergantung dari
biaya ahuisisi yang dikeluarkan. Demikian juga strategi
pembiayaan akuisisi dalam usaha mempertahankan kondisi
leverage keuangan mu1a'mula."
1994
Tpdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Musthofa Zainudin
"ABSTRAK
Hiu adalah predator tingkat atas di ekosistem laut, sehingga hiu mempunyai peranan penting sebagai hewan pengontrol populasi di ekosistem laut. Status sumberdaya hiu di dunia terancam punah akibat kelebihan tangkap (overfishing). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa status, peluang dan tantangan pengelolaan hiu di Indonesia berbasis ekosistem. Penelitian menggunakan metode kualitatif, pembahasan secara deskriptif dan didukung dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia adalah Negara terbesar penghasil hiu di dunia. Sebagian besar produk perikanan hiu di Indonesia di hasilkan dari hasil tangkapan sampingan (72 %), dan hanya 28 % perikanan dihasilkan sebagai target tangkapan Utama. Saat ini sumberdaya perikanan hiu di Indonesia mengalami penurunan, dengan penurunan CPUE hingga 26-50% dibanding dengan hasil tangkapan 10 tahun yang lalu. Dari hasil penilaian performa indikator EBFM, hasil performa per domain perikanan hiu Indonesia adalah sebagai berikut : domain sumber daya ikan adalah buruk; domain habitat dan ekosistem adalah sedang; domain aspek teknis dan alat tangkap ikan adalah buruk; domain sosial adalah sedang; domain ekonomi adalah sedang; dan domain kelembagaan adalah sedang. Hingga saat ini belum ada peraturan perundangan yang mengatur spesifik perikanan hiu di Indonesia. Namun, instrument kebijakan yang dimiliki Indonesia saat ini sudah cukup untuk membuat pengelolaan hiu. Pengelolaan hiu berbasis ekosistem dapat menjadi landasan terbaik saat ini di Indonesia.

ABSTRACT
As high-trophic level predators, sharks play important role in marine ecosystem, especially in controlling fish population. In recent years, the status of worldwide shark stock is overfished and nearly extinct. In that regard, this research aims to analyse status, opportunities and threats of ecosystem-based fisheries management for sharks in Indonesia. The method used is qualitative one; the data and finding are provided in descriptions supported by purposive sampling. The result shows that Indonesia is one of the biggest global shark producers. In Indonesia sharks are mostly captured as bycatch (72%), only 28% considered as target species. Nowadays, Indonesian shark stock decreases, it is indicated through downward CPUE from 26% to 50% if compared catch in the last 10 years. Through outcomes of EBFM performance indicator assessment, the performance of Indonesian shark fisheries classified per domain can be concluded as follows: fish stock domain is low, habitat and ecosystem domains are medium, technical aspects and fishing gears domain are low, social domain is medium, economical domain is medium and institutional domain is medium. Up to now, Indonesia doesn?t have laws in place which specifically regulate shark fisheries. Yet, the existing policy instruments are quite sufficient to manage shark fishing in Indonesia. In summary, ecosystem-based fisheries management is the best current method, tool and arrangement that can be directly incorporated into the policy instruments to develop proper management system for shark fisheries in Indonesia.
"
2011
T30219
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>