Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frans Setiawan
"Bahan bakar biodiesel adalah mono alkyl esters dengan rantai asam lemak panjang yang diturunkan dari sumber lemak yang dapat diperbarui. Biodiesel yang diproyeksikan sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari minyak bumi mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya adalah lebih bersih dalam menghasilkan gas buang, pelumasan yang lebih baik, dan tidak diperlukannya modifikasi mesin ataupun infrastruktur ya. Penelitian ini diawali dengan pengujian bahan bakar solar dan campuran 70 % solar dengan methyl ester sawit 30 % (MES-30) sebagai referensinya, kemudian melakukan pengujian terhadap campuran 70 % solar dengan methyl ester jarak 30 % (MET130). Ketiga kelompok bahan bakar ini diuji dengan menggunakan mesin diesel Hydra, silinder tunggal indirect injection (1 )1). Pengujian dilakukan di Test Cell 1 BTMP-BPPT, PUSPIPTEK - Serpong. Studi kali ini berusaha untuk mempelajari emisi dan heat release biodiesel minyak sawit dan minyak jarak untuk kemudian dibandingkan dengan solar. Dan basil penelitian didapatkan emisi gas buang MES-30 dan MFJ-30 membentuk trend yang serupa dengan solar, menghasilkan emisi smoke, hidrokarbon, dan CO lebih rendah dibandingkan dengan solar. Untuk emisi NOx tidak berbeda jauh nilainya dengan solar dan tidak dapat didefinisikan dengan balk kecenderungannya. Laju heat release memperlihatkan MES-30 dan ME]-30 lebih cepat waktu ignition delay-nya dan lebih panjang di fase premixed dan mixing-controlled combustion, hat ini mengindikasikan pembakaran lebih sempuma dibandingkan dengan solar.

Biodiesel is the mono alkyl esters of long chain fatty acids derived from renewable lipid sources. Biodiesel as a substitute of petroleum fuel has some advantages: it produces cleaner exhaust gas, better in lubrication, and doesn't need engine modification. This research beginning in test of diesel fuel that used in Indonesia, called solar and the blending of solar 70 % - oil palm methyl ester 30 % (MES-30) as references, then test the blending of solar 70 % - physic nut methyl ester 30 1(M 7-30). All of these fuels are tested using Hydra diesel engine, single cylinder indirect injection (IDI)_ Experiment was doing at Test Cell 1 BTMP BPFT, PUSP1TEK - Serpong.
This study focuses in emission and heat release of biodiesel palm and physic nut oil and then, compare with solar. From this experiment, the exhaust emissions of MES-30 and MFJ--30 have similar trend with solar, but lower emission in smoke, hydrocarbon, and CO. For NOx emission, it is not large differences with solar and the trend is not well defined Heat release rate shows the MES-30 and MF.J--3o faster in ignition delay but longer in premixed and mixing-controlled combustion, that indicate more complete combustion than solar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar. Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran dituang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar. Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat tegadi dibandingkan dengan bahan bakar biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan.

The combustion and heat release of engines using diesel fuel and bio-diesel have been investigated. The bio-diesel consists of palm and jatropha oil, and were tested in variation of static injection timing (SIT) with 1500, 2500, 3000, and 3500 Rpm engine speed. The research conduct in a Ricardo Hydra Research Single Cylinder Direct Injection Diesel Engine. Engine in cylinder pressure data were collected and use to evaluate the rate of heat release with respect to crank angle. It was observed that commonly the peak rates of heat release for all fuel blends were less than diesel fuel on low engine speed. But some of bio-diesel getting higher than diesel fuel on high speed of engine. Static Injection Timing (SIT) will give significant effect of heat release rate and emissions. The emissions from bio-diesel and diesel fuel are compared paying special attention to the most concerning emission: Nox, HC, and CO. The result show that smoke emissions further reduced when engine speed was increased. A reduction in charged temperature can reduce NO emission."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25977
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar.
Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran diruang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar.
Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat terjadi dibandingkan dengan bahan baker biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadi
"Mesin diesel IDI berbahan bakar ganda (dual fueled) adalah mesin diesel IDI dengan menggunakan bahan bakar CNG dan solar. Pada sistem dual fueled ini, campuran udara dan CNG sebagai gas karburasi masuk ke dalam intake manifold, kemudian bahan bakar solar disemprotkan ke dalam campuran udara dan CNG kompresi untuk memulai pembakaran. Sistem ini relatif sederhana, hanya menambahkan mixer di saluran masuk (intake manifold). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi/gambaran proses pembakaran yang terjadi pada mesin diesel IDI dual fueled melalui studi emisi smoke dan heat release.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan pada Engine Test Cell I dengan mesin riset hydra 450 cc di BTMP-BPPT Serpong. Pengujian dilakukan pada putaran 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000 rpm dengan komposisi bahan bakar 100% solar, % CNG rendah dan % CNG tinggi. Data yang diambil adalah tekanan silinder, daya dan emisi gas buang.
Daya yang dihasi.kan oleh dual fueled lebih tinggi dibandingkan dengan 100% solar dan emisi smoke basil pembakarannya lebih rendah. Phase pembakaran late combustion dual fueled pada putaran dibawah 2500 rpm mempunyai durasi pembakaran yang panjang, Emisi smoke dual fueled putaran mesin dibawah 2500 rpm lebih rendah dibanding dengan 100% solar. Total heat release dual fueled putaran mesin diatas 1000 rpm mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan 100% solar. Pembakaran dual fueled didominasi oleh phase late combustion, sedangkan phase premixed combustion cenderung cepat. Pada phase mixing controlled combustion, mesin diesel IDI dual fueled ini berlangsung sangat cepat/pendek bila dibandingkan dengan 100% solar.

Dual fueled ID1 diesel engine is IDI diesel engine operated with CNG and diesel fuel. In this dual fueled system, the mixture of air and CNG as carburetting gas flow into the intake manifold, then the diesel fuel is sprayed into the mixture of compressed air and CNG to ignite the fire. This system is relatively simple, only by adding the mixer in the intake manifold. The purpose of this research is to collect the information about the ignition process in dual-fueled IDI diesel engines by studying the emission of smoke and heat release.
In this research, the test is conducted on Engine Test Cell I with test engine hydra 450 cc at the BTMP-BPPT at Serpong. The test were carried out at 1000, 1500, 2000, 2500 and 3000 RPM using fuel composition of 100% diesel fuel, with low percentage and with high percentage of CNG. Data collected are pressure of the cylinder, and energy and emission of the exhaust.
The energy created by dual fueled is higher than that of 100% diesel fuel and smoke emission of the combustion is fewer. Firing phase of late combustion dual fueled at less than 2500 RPM has a longer duration, dual-fueled smoke emission at less than 2500 RPM is fewer than that of 100% diesel fuel. Total heat release of dual fueled engine run at more than 1000 RPM is lower than 100% diesel fueL The combustion of dual fueled is dominated by late combustion phase, while premixed combustion phase is most likely fast. At mixing controlled combustion phase, this dual fueled IDI diesel engine went on very quick/short compared to that with 100% diesel fuel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Yuli M.
"Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar yang memiliki sifat fisik yang serupa dengan solar. Sebagai bahan bakar biodiesel memiliki beberapa kelebihan, yaitu ramah terhadap lingkungan dan suatu bahan bakar yang dapat diperbaharui juga tidak diperlukan modifikasi mesin. Penelitian ini biodiesel yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar adalah hasil dari proses transesterifikasi dengan bahan dasar minyak jelantah dengan menggunakan mesin genset merk dong feng. Pengujian dilakukan di Test cell I BTMP-BPPT, Puspitek - Serpong, Tangerang dan PT. PSI (Prolab Sukses Industri).
Studi kali ini untuk mempeiajari perubahan pada sifat-sifat minyak pelumas yang menggunakan bahan solar dan biodiesel dari minyak jelantah, maka diadakan penelitian terhadap minyak pelumas tersebut dengan perlakukan yang sama. Studi mesin beroperasi, biodiesel tersebut akan mengkontaminasi minyak pelumas yang disebabkan sebagian molekul methyl ester yang disemprotkan ke dalam ruang bakar akan menempel pada silinder dan piston, kemudian turun karma gerak piston dan masuk ke bak engkol. Dikarenakan biodiesel yang digunakan terbuat dari bahan dasar 100 % minyak jelantah yang umumnya dari minyak sawit, rnaka biodiesel ini akan menimbulkan pengenceran terhadap minyak pelumas, namun tidak menyebabkan reaksi polimerisasi. Untuk melihat perubahan pada sifat-sifat minyak pelumas tersebut, maka diadakan penelitian terhadap minyak pelumas tersebut. Dan sebagai pembandingnya adalah minyak pelumas dari mesin dengan bahan bakar solar dengan jenis mesin diesel dan perlakukan yang sama.
Dari basil penelitian yang-dilakukan, maka di dapatkan bahwa pada mesin diesel dengan bahan bakar biodiesel yang dioperasikan selama 50 jam, terjadi pengenceran minyak petunias sebesar 3,5% dan kandungan soot sebanyak 10 abslcm. Dan kandungan logam yang terdapat pada minyak pelumas yaitu Al: 9 ppm, Cr: 11 ppm, Cu: 6 ppm, Fe: 151 ppm, Pt: 3 ppm, dan Si: 14 ppm. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan minyak pelumas dari mesin berbahan bakar solar. Hal ini memperlihatkan bahwa pemakaian bahan bakar biodiesel mempunyai pengaruh terhadap minyak pelumas dari mesin diesel dan menambah kemampuannya dalam pelumasan terhadap komponen-komponen mesin.

Bio-diesel is an alternative fuel for diesel, which has a physical similarity with diesel. As a fuel, bio-diesel has some advantages, which are environment friendly, a renewable fuel and not need an engine modification for using this type of fuel. This bio-diesel an alternative fuel of diesel research is the result from transesterifikasi process of used cooking oil using dong feng generator The test is done at Test cell 1 BTMP-BPPT, Puspitek-Serpong, Tangerang and PT. PSI (Prolab Sukses lndustri).
Purpose of study is to examine changes on lubricant characteristic that using diesel fuel and bio-diesel fuel that derive from used cooking oil.- Hence, there were researchs on that lubricant using same technique When the engine is operating, the bio-diesel will be contaminated the lubricant, which caused by part of methyl ester molecule that sprayed into combustion chamber, which adhered on the cylinder and piston, then move down because the piston movement and enter the crankshaft box. Since it using a bio-diesel fuel that derived from 100 % used cooking oil that made of palm oil, then this bio-diesel will be resulting watery on lubricant but not causing polymerizations reaction. There were some tests on the lubricant, which have to be done to see the changes on the lubricant characteristics As a comparison, the lubricant that taken out from the same type of diesel engine and applied the same test to it.
From the research result, gathered some evidence that on an diesel engine, which used bio-diesel and operates for 50 hours, that must be watery effect on the lubricant as big as 3.5 % and soot contained as much as 10 abs/cm. The metal content in the lubricant are Al: 9 ppm, Cr: 1 I ppm, Cu: 6 ppm, Fe: 151 ppm, Pt: 3 ppm, dan Si: I4 ppm. This result will be lower if compare to the lubricant from diesel engine. This research shows that the use of bio-diesel fuel has effect an lubricant of diesel engine, and adding the capability of lubrication machine part."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Darsono
"ABSTRAK
Polusi telah menjadi masalah serius, salah satu penyebabnya penggunaan bahan bakar fosil yang terus meningkat khususnya oleh sektor transportasi. Pemanfaatan bahan bakar alternatif bisa mengurangi dampak tersebut. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang sangat potensial, karena memiliki sifat yang mirip dengan Solar. Untuk itu diperlukan suatu penelitian dengan pendekatan simulasi khususnya pada proses injeksi bahan bakar, pencampuran dan pembakaran. Tujuan penelitian ini, adalah untuk melakukan simulasi injeksi bahan bakar dengan variasi bahan bakar yang berbeda dan menyelidiki proses pembentukan semprotan dan campuran. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software AVL FIRE. Hasil simulasi menunjukan bahwa campuran Solar dengan Biodiesel menunjukan kualitas pembakaran yang baik.

ABSTRACT
Pollution has become a serious problems, one of the cause is the rapid fossil fuels consumption, especially in transportation sector. Utilization of alternative fuels can reduce these impacts. Biodiesel is an alternative fuel with huge potential, because it has similar properties to diesel fuel. For that we need a study with a simulation approach, especially in the process of fuel injection, mixing and combustion. The purpose of this study is to simulate injection process with different variations of fuel by investigating spray and mixture formation process. The simulation is conducted by using AVL FIRE software. The output from the simulation using mixture between diesel and biodiesel shown a good combustion quality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27757
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oksi Sigit Pradipta
"Bahan bakar alternatif merupakan salah satu solusi untuk bahan bakar yang terbaharukan. Biodiesel minyak jagung merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakar pada mesin diesel. Namun agar dapat digunakan, bahan bakar pengganti tersebut harus memiliki kualitas yang kurang lebih sama dengan bahan bakar yang dipergunakan saat ini.
Cetane number biasanya dijadikan standard untuk menentukan baik buruknya kualitas bahan bakar pada mesin diesel. Selain sebagai bahan bakar alternatif, penambahan biodiesel minyak jagung dengan persentase tertentu merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar yang ditandai dengan naiknya pula cetane number dari campuran bahan bakar tersebut. Dengan dasar inilah, pada penelitian kali ini penulis mencoba membuktikan dengan melakukan penambahan biodiesel jagung dengan persentase 10%, 20%, dan 30% pada 90%, 80%, dan 70% minyak solar murni. Sebagai perbandingan kualitas, campuran minyak ini akan diuji nilai performa dari Specific Fuel Consumption (SFC) , Brake Horse Power (BHP) , effisiensi thermal, dan tingkat opasitasnya.
Hasil dari pengujian didapatkan campuran biodiesel dibanding minyak solar murni, walaupun memiliki rata-rata BHP yang lebih kecil dan SFC yang lebih boros, namun memiliki effisiensi thermal dan tingkat opasitas yang lebih baik. Dapat diambil kesimpulan, seluruh campuran minyak jagung dengan persentase 10 - 30% dapat digunakan pada mesin diesel tanpa memodifikasi mesin tersebut.

An alternative fuel is one of the solutions for the renewable energy source. Corn-oil biodiesel is the potential alternative fuel can be developed purpose for diesel engine fuel. However, it only can be useful if it have a fuel quality almost or equal with the fuel that used right now.
Cetane number is standard value to determine the fuel for diesel engine quality, whether poor or good. Adding corn-oil biodiesel with certain percentage can improve the fuel quality identified by the increasing of its cetane number. With this basic theory, using the blend mixed fuel with composition 10%, 20%, and 30% percentage of corn-oil fuel and 90%, 80%, 70% percentage of pure solar-oil fuel, this research try to proof it using Specific Fuel Consumption (SFC), Brake Horse Power (BHP), thermal efficiency, and opacity level performance as compared items.
As the result, despite the blended corn-oil biodiesel have lower BHP and higher SFC, but it have better either thermal efficiency or opacity level compared with pure diesel oil (solar). For the conclusion, all of the blended corn-oil biodiesel with certain percentage (10 - 30%) can be applied for the diesel engine without modification.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S36230
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armand Arief Renaldi
"Penelitian ini mengkaji satu karakteristik biodiesel dan campuran biodiesel-solar yakni stabilitas oksidasi, bahan bakar dengan stabilitas oksidasi rendah dapat dengan mudah teroksidasi dengan udara, bila telah rancid atau tengik dapat mengakibatkan korosi dan kerusakan pada injektor, tangki dan elemen mesin lain. Metode 743 Rancimat (modified) round robin test khusus untuk menguji stabilitas oksidasi biodiesel, campuran biodiesel-solar dan solar melalui determinasi waktu induksi/induction time, hasilnya B100-UFO atau biodiesel minyak jelantah murni (Used Frying Oil/UFO) memiliki stabilitas oksidasi 1,6 jam (pada 110oC), B95-UFO 2,95 jam, B90-UFO 3,56 jam, B80-UFO 17,13 jam dan B30-UFO 98,24 jam. Dengan standar minimal stablilitas oksidasi 6 jam (EN 14112), Stabilitas oksidasi yang aman bagi mesin diesel dimulai B80 dan grafik trendline meperlihatkan B85 masih aman di kisaran 10 jam. Adapun kinerja mesin diperoleh hasil dibandingkan dengan solar, minyak jelantah sebagai campuran mengakibatkan kenaikan konsumsi bahan bakar untuk daya yang sama, mengakibatkan penurunan Brake Horse Power/BHP untuk semua campuran. Terdapat keunikan pada B15-UFO dibandingkan campuran biodiesel jelantah-solar yang lain yakni memiliki efisiensi thermal yang naik (0,26%) sedangkan campuran yang lain turun, pada kondisi putaran poros tetap memiliki kenaikan SFC yang paling rendah (2,34%) dan memiliki penurunan BHP yang paling rendah (9,38%).

This research is studying oxidation stability of biodiesel and biodiesel-petrodiesel blends, fuel with low oxidative stability will be oxidized by atmosphere air easily, rancid fuel is corrosive and will damage the injector, tank and other elements. 743 Rancimat Method (modified) round robin test is only for determining the oxidative stability of biodiesel, biodiesel-petrodiesel and petrodiesel by determining induction time. The result : B100-UFO or the neat Used Frying Oil (UFO) Biodiesel has oxidation stability 1,6 hours (at 110oC), B95-UFO 2,95 hours, B90-UFO 3,56 hours, B80-UFO 17,13 hours and B30-UFO 98,24 hours. the minimum standard of oxidation stability is 6 hours (EN 14112), B80 is safe for diesel engine and graph trendline shows B85 is still safe as around 7 hours. The Diesel engine performance results are : w The Diesel engine performance results are : With petrodiesel as the standard, Used Frying Oil as blender make an increase of fuel consumption for the same power, make a decrease of Brake Horse Power/BHP for all blends. There are some uniqueness of the B15-UFO compared with other UFO biodiesel-petrodiesel such as it has an increase thermal efficiency (0,26%)as the other blends are decrease, at constant rotational speed (rpm) it has the lowest increase of SFC (2,34%) and the lowest decrease of BHP (9,38%). ith petrodiesel as the standard, Used Frying Oil as blender make an increase of fuel consumption for the same power, make a decrease of Brake Horse Power/BHP for all blends. There are some uniqueness of the B15-UFO compared with other UFO biodiesel-petrodiesel such as it has an increase thermal efficiency (0,26%)as the other blends are decrease, at constant rotational speed (rpm) it has the lowest increase of SFC (2,34%) and the lowest decrease of BHP (9,38%).;This research is studying oxidation stability of biodiesel and biodiesel-petrodiesel blends, fuel with low oxidative stability will be oxidized by atmosphere air easily, rancid fuel is corrosive and will damage the injector, tank and other elements. 743 Rancimat Method (modified) round robin test is only for determining the oxidative stability of biodiesel, biodiesel-petrodiesel and petrodiesel by determining induction time. The result : B100-UFO or the neat Used Frying Oil (UFO) Biodiesel has oxidation stability 1,6 hours (at 110oC), B95-UFO 2,95 hours, B90-UFO 3,56 hours, B80-UFO 17,13 hours and B30-UFO 98,24 hours. the minimum standard of oxidation stability is 6 hours (EN 14112), B80 is safe for diesel engine and graph trendline shows B85 is still safe as around 7 hours. The Diesel engine performance results are : w The Diesel engine performance results are : With petrodiesel as the standard, Used Frying Oil as blender make an increase of fuel consumption for the same power, make a decrease of Brake Horse Power/BHP for all blends. There are some uniqueness of the B15-UFO compared with other UFO biodiesel-petrodiesel such as it has an increase thermal efficiency (0,26%)as the other blends are decrease, at constant rotational speed (rpm) it has the lowest increase of SFC (2,34%) and the lowest decrease of BHP (9,38%). ith petrodiesel as the standard, Used Frying Oil as blender make an increase of fuel consumption for the same power, make a decrease of Brake Horse Power/BHP for all blends. There are some uniqueness of the B15-UFO compared with other UFO biodiesel-petrodiesel such as it has an increase thermal efficiency (0,26%)as the other blends are decrease, at constant rotational speed (rpm) it has the lowest increase of SFC (2,34%) and the lowest decrease of BHP (9,38%)."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26757
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Peningkatan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) mengakibatkan penurunan cadangan BBM fosil.Pemerintah berupaya mencari sumber-sumber BBM alternatif yang dapat diperbaharui, salah satunya biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pengolahan biodiesel dan mengetahui kualitas bahan bakar biodiesel dari bahan baku minyak goreng bekas. Teknologi pengolahan biodiesel minyak goreng bekas menggunakan variasi 3 (tiga) jenis penyaringan mikrofilter, yaitu 1 prn, 5 urn, dan 16 urn. Sintesis biodiesel menggunakan satu tahap transesterifikasi dengan katalis NaOH. Variasi proses transesterifikasi berlangsung selama 30, 60, dan 90 men it pada suhu 65°C. Teknologi pemurnian biodiesel menggunakan teknik dry washing. Identifikasi dan interpretasi biodiesel menggunakan metode Gas Chromatograhy-Mass Spectroscopy (GC-MS). Kondisi optimum biodiesel minyak goreng bekas adalah dengan perlakuan filtrasi ukuran 16 urn dan lama proses transesterifikasi 60 menit. Struktur senyawa yang dihasilkan dari biodiesel minyak goreng bekas adalah metil ester oleat, metil ester palmitat, metil ester stearat, metil ester risinoleat, metil ester tridekanoat, dan metil ester arachidat. Karakteristik sifat fisik biodiesel secara umum telah memenuhi standar SNI-04-7182-2006, kecuali temperatur destilasi 90% vol biodiesel yang dihasilkan telah melampaui syarat mutu SNI-04-7182-2006, namun dinilai masih memenuhi persyaratan biosolar."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>