Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156683 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Encik Mohammad Ibnussabil
"Salah satu fokus kajian gender adalah posisi perempuan sebagai pihak yang paling sering dirugikan. Hal tersebut tergambarkan dengan jelas dalam film. Film menjadi alat atau media untuk menyampaikan opini, termasuk mengenai perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kedudukan perempuan dalam film Turning Red. Peneliti melihat kedudukan perempuan yang tidak berdaya direpresentasikan secara verbal maupun nonverbal dalam film tersebut. Studi ini menggunakan teori gender dan metode penelitian semiotika. Hasil telaah menunjukkan kedudukan perempuan direpresentasikan sebagai berikut: 1) tunduk kepada orang tua, 2) tidak berdaya untuk menyampaikan pendapat dan perasaan, 3) tidak berdaya untuk memilih dan 4) menjadi korban dari harapan keluarga.

Among other issues, women's disproportionately disadvantaged position has been one of the main focuses of gender study. This phenomenon is also eloquently portrayed in a film--a tool or medium for communicating ideas, including those about women. This particular study seeks to explain how the film "Turning Red" portrays women's positions in the family. The author notes how the film--verbally and nonverbally--depicts the position of disempowered women. By utilizing gender theory and semiotic research techniques, this study finds women are represented as follows: 1) being obedient to parents, 2) being unable to express their thoughts and feelings, 3) being unable to make decisions, and 4) becoming victims of familial expectations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Asiila Ramadhina
"ABSTRAK
Komunikasi keluarga memberikan dampak dalam meningkatkan pemahaman kesetaraan gender kepada anak-anak. Komunikasi keluarga memiliki corak yang berbeda dalam berbagai masyarakat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Pada suku Minangkabau yang menganut sistem matriarki, corak tersebut bersifat istimewa. Apalagi jika dibandingkan dengan komunikasi keluarga pada beberapa suku lainnya seperti Batak, Korowai, dan Bugis. Posisi perempuan dan laki-laki dalam beberapa suku tersebut memberikan implikasi yang besar dalam adat kehidupan hingga turun temurun. Peran keluarga sebagai komunitas paling inti menjadi yang sangat berperan dalam pengarusutamaan gender. Peran keluarga tersebut perlu diperkuat agar dapat menjadi gerbang utama sebelum mencapai pengarusutamaan gender pada lapisan lainnya yaitu komunitas, organisasi, institusi, pemerintah, dsb.

ABSTRACT
Family communication has an impact in increasing gender understanding to children. Family communication has a different pattern in various societies according to their respective customs and cultures. In the Minangkabau tribe that adheres to a matriarchal system, this pattern is special. Particularly, when compared to family communication in several other tribes such as the Batak, Korowai, and Bugis. The position of women and men in some of these tribes has a great impact on traditional life for generations. The role of the family as the most core community has a very important role in gender mainstreaming. The role of the family needs to be achieved to become the main gate before gender mainstreaming in other layers, such as communities, organizations, institutions, government, etc."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Asiila Ramadhina
"Komunikasi keluarga memberikan dampak dalam meningkatkan pemahaman kesetaraan gender kepada anak-anak. Komunikasi keluarga memiliki corak yang berbeda dalam berbagai masyarakat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Pada suku Minangkabau yang menganut sistem matriarki, corak tersebut bersifat istimewa. Apalagi jika dibandingkan dengan komunikasi keluarga pada beberapa suku lainnya seperti Batak, Korowai, dan Bugis. Posisi perempuan dan laki-laki dalam beberapa suku tersebut memberikan implikasi yang besar dalam adat kehidupan hingga turun temurun. Peran keluarga sebagai komunitas paling inti menjadi yang sangat berperan dalam pengarusutamaan gender. Peran keluarga tersebut perlu diperkuat agar dapat menjadi gerbang utama sebelum mencapai pengarusutamaan gender pada lapisan lainnya yaitu komunitas, organisasi, institusi, pemerintah, dsb.

Family communication has an impact in increasing gender understanding to children. Family communication has a different pattern in various societies according to their respective customs and cultures. In the Minangkabau tribe that adheres to a matriarchal system, this pattern is special. Particularly, when compared to family communication in several other tribes such as the Batak, Korowai, and Bugis. The position of women and men in some of these tribes has a great impact on traditional life for generations. The role of the family as the most core community has a very important role in gender mainstreaming. The role of the family needs to be achieved to become the main gate before gender mainstreaming in other layers, such as communities, organizations, institutions, government, etc."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syakira Wardatul Aisyi
"Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan studi kasus peran gender perempuan yang terdapat dalam serial Caliphate. Serial ini menarik untuk dibahas sebab gambaran di dalam film tersebut, diangkat dari kisah nyata sehingga melahirkan pandangan baru terhadap isu perempuan ISIS. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan peran gender perempuan sebagai fokus utama. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari serial Netflix berbahasa Swedia dengan teks terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dalam menganalisis peran gender perempuan ISIS yang terdapat dalam serial Caliphate, penulis menggunakan teori pendekatan semiotik Roland Barthes dan teori analisis gender. Dalam teori tersebut menyimpulkan bahwa para perempuan ISIS dalam serial Caliphate mengisi berbagai peran, mulai dari sebagai istri, pendukung agenda ISIS hingga bagian dari militan. Dari peran-peran tersebut di temukan beberapa manifestasi ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh perempuan di dalam serial.

This study aims to describe case studies of women's gender roles contained in the Caliphateseries. This series is interesting to discuss because the picture in the film is based on a true story that gives birth to a new perspective on the issue of ISIS women. This research was conducted using a qualitative method with the gender role of women as the main focus. The data source used in this study came from the Swedish Netflix series with English and Indonesian subtitles. In analyzing the gender roles of ISIS women in the Caliphate series, the author uses Roland Barthes' semiotic approach and gender analysis theory. This theory concludes that ISIS women in the Caliphate series fill various roles, ranging from being wives, supporters of the ISIS agenda to part of the militants. From these roles, several manifestations of gender inequality experienced by female characters in the series are found."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Rima Dewi
"Masyarakat Jawa merupakan penganut bentuk dasar sistem terminologi bilateral dan generasional yang menyamaratakan kedudukan ayah dan ibu. Namun, pada kenyataannya tetap saja ada perbedaan mengenai pola persaudaraan ini yaitu pembedaan dalam senioritas dan jenis kelamin. Dalam budaya Jawa pun dikenal istilah Kanca Wingking bagi perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat kedudukan perempuan Jawa dalam keluarga yang tergambar novel Hati Sinden karya Dwi Rahyuningsih dilihat dari perspektif gender. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa diskriminasi gender seperti marginalisasi, stereotipe, dan subordinasi melahirkan berbagai kekerasan ekonomi, fisik, psikis, dan seksual.

The Javanese follow the basic rules of bilateral and genarational terminology system which balance the position of men and women in society. However, there is still differentiation found in this type of family pattern, which is the differentiation in seniority and gender. There is also "Kanca Wingking" terminology for women raised in Javanese culture. Therefore, this research analyzes the position of women in Javanese families based on gender perspective illustrated in Hati Sinden, a novel written by Dwi Rahyuningsih. This research, using analytical descriptive method, finds out that the gender discrimination such as marginalization, stereotyping, and subordination often result in economic, physic, psychological, and sexual violence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42852
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Septiani
"Peran ganda perempuan sebagai pekerja sekaligus menjadi ibu rumah tangga merupakan tantangan tersendiri yang harus dijalani. Jumlah perempuan pekerja sambil mengurus rumah tangga lebih tinggi dibandingkan jumlah laki-laki yang bekerja sambil mengurus rumah tangga (BPS RI – Sarkernas, 2017). Dalam menjalankan peran ganda ini diperlukan adanya kerjasama antar suami-istri dalam menjalankan fungsi keluarga untuk mewujudkan ketahanan keluarga atau disebut dengan kemitraan gender. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa ketahanan keluarga guru perempuan pada komponen kemitraan gender, besera faktor pendukung dan penghambatnya. Sepuluh keluarga guru perempuan SMA Labschool Kebayoran dipilih sebagai partisipan dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini. Proses pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur serta sumber data diambil dari para informan, arsip sekolah, artikel, buku dan laman resmi yang berkaitan dengan gender, keluarga dan guru perempuan. Pada hasil penelitian ini ditemukan adanya kemitraan gender pada keluarga guru perempuan dengan strategi koping yang dilakukan seperti strategi koping menambah bantuan, menabung waktu, dan strategi koping mengekonomisasi waktu, serta sistem pengelolaan keuangan keluarga masih mengikuti budaya patriarki, dimana perempuan mendominasi. Faktor pendukung; komunikasi yang efektif, fleksibilitas, empati, apresiasi, keterbukaan, kerjasama, sifat sabar, kehadiran anak, dan lingkungan pekerjaan yang responsif gender. Faktor penghambat; perbedaan kultus, ketidakterbukaan, waktu luang yang minim, dan campur tangan pihak ketiga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan signifikansi teori konflik sosial keluarga dan konsep ketahanan dalam keluarga guru perempuan dalam membangun kemitraan gender guna mewujudkan ketahanan keluarga.

The dual role of women as workers as well as housewives is a challenge that must be faced. The number of women working while taking care of the household is higher than the number of men working while taking care of the household (BPS RI – Sarkernas, 2017). In carrying out this dual role, it is necessary to have cooperation between husband and wife in carrying out family functions to realize family resilience or what is called gender partnership. The purpose of this study was to analyze the resilience of female teachers' families in the gender partnership component, along with the supporting and inhibiting factors. Ten families of female teachers from SMA Labschool Kebayoran were selected as participants in this qualitative research with a case study approach. The data collection process uses semi-structured interviews and data sources are taken from informants, school archives, articles, books and official websites related to gender, families and female teachers. In the results of this study, it was found that there was a gender partnership in the female teacher's family with coping strategies such as coping strategies to add assistance, saving time, and time-saving coping strategies, and the family financial management system still follows a patriarchal culture, where women dominate. Supporting factors; effective communication, flexibility, empathy, appreciation, openness, cooperation, patience, presence of children, and a gender responsive work environment. Obstacle factor; cult differences, openness, minimal free time, and third-party interference. Based on the results of the study, it was found the significance of the theory of family social conflict and the concept of resilience in the family of female teachers in building gender partnerships in order to realize family resilience."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia , 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Firma Kustia
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S5104
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Verrina Salsabilla
"Sextortion adalah pemerasan yang dilakukan melalui jaringan komputer dan melibatkan beberapa ancaman untuk melepaskan gambar korban yang eksplisit secara seksual. Kejahatan ini merupakan kejahatan teknologi berbasis gender baru yang masih kurang diteliti di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran relasi gender dalam viktimisasi sextortion terhadap perempuan melalui pengalaman empat narasumber, yaitu AY, AP, I, dan WNS dengan menggunakan feminist radical theory. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendengar pengalaman para narasumber secara mendalam. Berdasarkan pengalaman para narasumber, diketahui bahwa relasi gender sangat berpengaruh dalam pembangunan nilai-nilai maskulinitas agresif dan budaya patriarkis. Hal ini dengan melihat aspek kontrol dan kekuasaan, perilaku seksisme, dan objektifikasi tubuh perempuan, dari pengalaman para narasumber. Penelitian ini juga melihat pengaruh online misogini terhadap kekerasan terhadap perempuan, serta melihat kontinum kekerasan seksual yang meliputi perilaku sextortion.

Sextortion is a type of extortion carried out through a computer network and involves threats to release sexually explicit images of the victim. This crime is a new gender-based technology crime that is still under-researched in Indonesia. Therefore, this study aims to look at the role of gender relations in the victimization of sextortion against women through the experiences of four informants, namely AY, AP, I, and WNS using a feminist radical theory. This study uses qualitative methods to know more about the experiences of the informants deeply. Based on the experiences of the informants, it is known that gender relations are very influential in the development of aggressive masculinity values and patriarchal culture. This is done by looking at the aspects of control and power, sexist behavior, and the objectification of women's bodies, from the experiences of the informants. This research also looks at the influence of online misogyny on violence against women, and looks at the continuum of sexual violence which includes sextortion behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kholisoh
"Penanggulangan terorisme masih menjadi tantangan global termasuk Indonesia, tahun 2014 Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mendeklarasikan sebagai Khilafah Islamiyah yang mentriger agresi Warga Negera Indonesia (WNI) baik laki-laki maupun perempuan, Di sisi lain, regulasi terkait penanganan tindak pidana terorisme di Indonesia belum bisa menjawab pola-pola kejahatan baru terorisme tersebut, sehingga hal ini menghambat upaya hukum dalam penanganan WNI eks pro ISIS yang dipulangkan dari Suriah termasuk rombongan keluarga yang melibatkan suami, istri dan anak-anak. Dalam pola terorisme lama, perempuan hanya diberikan peran sebagai support system. Sedangkan, perkembangan terbaru perempuan justru menjadi aktor utama. Tesis ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kasus untuk menggambarkan dimensi gender dalam proses penanganan dan pengaruhnya dalam proses hukum penanganan keluarga returnee. Dimensi gender sebagai pendekatan untuk melihat perang, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terlibat kelompok ekstrem, dalam kasus penanganan returnee persoalan mekanisme penanganan yang tidak jelas serta kekosongan hukum berpengaruh pada subjektivitas penegak hukum yang masih menggunakan logika kemanusiaan dan pandangan yang bias gender dalam menanangan kasus perempuan dan laki-laki eks pro ISIS.

Counter terrorism is still challenges in global area, In 2014, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) was declared Khilafah Islamiyah (Islamic State) which triggered aggression of Indonesian citizens (WNI) decide to move to Suriah. On the other side, regulations relating to combatting terrorist acts in Indonesia have not been able to answer the new patterns of terrorism crime, so this is hampering legal efforts in addressing ex-ISIS Indonesian citizens repatriated from Syria including family groups involving husbands, wives and children. Thus, the handling pattern is different from the previous models of terrorism crimes. In the old pattern of terrorism, women were only given a role in the domestic sphere and ensured the regeneration of their groups. Meanwhile, the latest development of women has become the main actor and recruitment agent for new group members. This thesis uses a descriptive analysis method using a case approach to describe the gender dimension is related to handling and how it influences the views of gender in the legal process of handling family returnees. The gender dimension as an approach to see war, functions and responsibilities of men and women involved in extreme groups, in the case of handling returnees the problem of unclear handling mechanisms and legal vacuum affect the law enforcement subjectivity that still uses humanitarian logic and gender biased views in tackling the case of women and men ex-ISIS. Therefore, in the future law enforcers must use agenda theory in which each individual, both men and women have their respective roles involved in extreme groups"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rachmayani
"Penelitian ini adalah sebuah analisis diskursus kritis terhadap penggambaran gender di dalam sebuah film Indonesia yang disutradarai dan diproduseri oleh perempuan. Kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah Pasir Berbisik. Film adalah sebuah industri yang melibatkan modal besar, karena itu para pekerja film umumnya enggan mengambil resiko dalam pemilihan tema. Mereka cenderung memilih tema yang tunduk pada selera pasar. Namun, Pasir Berbisik telah membuktikan bahwa dalam membuat sebuah film, pasar bukanlah segalanya, idealisme tetap merupakan faktor penting. Karena itulah, penggambaran gender dalam film ini berbeda dari film lain. Dalam banyak film, wajah perempuan dan laki-laki yang ditampilkan merupakan bentuk yang memakai sudut pandang laki-laki. Perempuan cenderung digambarkan sebagai sosok yang pasif, lemah, cengeng dan tertindas, tergantung pada laki-laki, didominasi dan menerima keputusan yang dibuat oleh laki-laki. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang kuat, tegar, mempunyai kekuasaan, mandiri dan melindunti Penggambaran seperti ini lahir disebabkan dominasi lelaki dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam film. Cara pandang lelaki dalam menokohkan perempuan dan laki-laki dalam film, telah mempertahankan susunan masyarakat yang berpihak kepada salah satu gender. Untuk mengetahui penggambaran gender dalam Pasir Berbisik, analisis yang dilakukan adalah critical discourse analysis melalui tahap analisis teks dengan metode framing, tahap discourse practice, serta sosiocultural practice. Berdasarkan analisis teks, diperoleh gambaran bahwa film ini membentuk perempuan sebagai sosok yang mandiri, tegar, dominan. Sementara itu laki-laki digambarkan sebagai sosok yang pasif, lemah dan tergantung pada perempuan. Berdasarkan pembentukan karakter ini, Pasir Berbisik telah merombak stereotipe perempuan dan laki-laki yang selama ini dibentuk dan dikekalkan media. Pembentukan karakter perempuan dalam film ini sarat dengan nilai-nilai ideologi feminisme. Namun dalam penggambaran posisi sosial, nampak masih berlakunya stereotipe. Dimana pekerjaan sebagai pedagang sukses dan tentara masih dipegang oleh laki-laki, dan pekerjaan sebagai penjual jamu dan bidan masih dipegang oleh perempuan. Teks dalam Pasir Berbisik terlahir dari proses produksi yang dijelaskan dalam analisis discourse practice. Dominannya perempuan dalam jajaran decision makers, dan orientasi gender yang mereka miliki, memungkinkan lahimya sebuah teks yang mengandung nilai-nilai feminisme. Sementara itu, analisis pada tingkatan sosiocultural practice menunjukkan bahwa dalam sebuah industri yang melibatkan modal besar, idealisme tidak selalu ditundukkan oleh kepentingan pasar. Kepentingan komersial dan kepentingan idealis dapat sating mendukung. Pasir Berbisik muncul sebagai budaya tandingan bagi film-film yang mensubordinatkan perempuan. Fenomena budaya tandingan ini dapat dimanfaatkan untuk merubah penggambaran gender di media massa yang semula dipengaruhi ideologi patriarki menjadi nilai-nilai yang egaliter, dan tidak bersifat eksploitatif terhadap perempuan maupun laki-laki."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>