Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180848 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hibban Heldian
"Latar belakang: Prevalensi diabetes di dunia dan Indonesia tinggi. Gula darah yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi berupa kerusakan organ-organ. Obat diabetes harus digunakan dalam waktu lama sehingga membutuhkan biaya besar serta memiliki beberapa efek samping. Pengobatan diabetes menggunakan daun Ficus carica menjadi alternatif potensial dalam pengobatan diabetes karena mudah didapatkan dan memiliki efek antidiabetes dan antioksidan, tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitasnya dalam pencegahan komplikasi diabetes. Penelitian ini menelusuri hubungan ektrak etanol daun Tin terhadap pencegahan komplikasi diabetes dilihat dari kerusakan yang terjadi pada sel Langerhans pankreas dan Tubulus ginjal. Metode: Tikus Wistar jantan dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif (metformin), dan tiga kelompok daun Tin (200 mg/KgBB, 400 mg/KgBB, 800 mg/KgBB), semuanya diinduksi dengan Streptozotocin (STZ) dosis tunggal 40 mg/KgBB kecuali kelompok normal. Setelah 4 minggu, dilakukan terminasi tikus untuk diambil organnya. Pengamatan histologi menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin (H&E) dilakukan untuk mengamati kerusakan sel Langerhans pankreas, mengamati ukuran, jumlah, dan sel dominan, serta tubulus ginjal, mengamati dilatasi dan nekrosis. Selanjutnya dikelompokkan menjadi tidak ada kerusakan, kerusakan kecil, kerusakan sedang, dan kerusakan berat. Hasil: Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada semua kelompok tikus baik pada kerusakan pankreas (p=0,239), kerusakan terkecil Tin 800 mg/KgBB, maupun ginjal (p=0,116), kerusakan terkecil Tin 400 mg/KgBB. Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol daun Tin tidak memberikan efek penurunan yang berbeda pada kerusakan pankreas tikus, kerusakan paling kecil pada Tin 800 mg/KgBB, dan ginjal tikus, kerusakan paling kecil pada Tin 400 mg/KgBB.

Introduction: The diabetes prevalence in the world and Indonesia is high. Blood sugar that is’t controlled will cause complications, organ damage. Diabetic drugs must be used for a long time, hence it will cost a lot and have several side effects. Treatment of diabetes using Ficus carica leaves is a potential alternative treatment of diabetes because it is easy to obtain and has anti-diabetic and antioxidant effects, but further research is still needed to determine its effectiveness in preventing diabetes complications. This study explores the relationship of ethanol extract of tin leaves to the prevention of diabetes complications, the damage that occurs in pancreatic Langerhans cells and kidney tubules. Method: Male Wistar rats were divided into six groups consisted of normal group, negative control, positive control(metformin), and three groups of tin leaves (200 mg/KgBW,400 mg/KgBW,800 mg/KgBW), which were induced with Streptozotocin (STZ) single dose of 40 mg/Kg BW except the normal group. After 4 weeks, the rats were terminated for their organs. Histological Hematoxylin Eosin (H&E) staining were carried out to observe damage to pancreatic Langerhans cells, observe size, number, and predominant cells, as well as renal tubules, observe dilatation and necrosis, grouped into no damage, minor damage, moderate damage, and heavy damage. Result: There were no statistically significant differences found in all groups of rats, both in pancreatic damage (p=0.239), the smallest damage in the 800 mg/KgBW fig group, and in the kidney (p=0.116), the smallest damage in the 400 mg/KgBW fig group. Conclusion: Ethanol extract of fig leaf did not give a different reduction effect on pancreatic damage, the smallest damage was in the 800 mg/KgBW Tin group, and the rat kidney damage, the smallest damage was in the 400 mg/KgBW Tin group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christofer Novrisatya Hartawan
"Diabetes melitus adalah sindrom metabolik yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus dapat terjadi karena gangguan sekresi insulin atau gangguan pada reseptor insulin. Gangguan sekresi insulin pada diabetes melitus disebabkan oleh kerusakan pankreas, yang terjadi salah satunya akibat penumpukan stres oksidatif. Daun Tectona grandis adalah salah satu bahan herbal yang dikatakan memiliki efek antidiabetik. Penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun Tectona grandis dengan histopatologi pankreas belum pernah dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan total sampel sebanyak 30 sampel yang dibagi menjadi 6 kelompok, yakni kelompok kontrol normal (tanpa perlakuan), kontrol positif (diabetes dengan metformin), kontrol negatif (diabetes tanpa perlakuan), perlakuan 1 (diabetes dengan pemberian ekstrak daun jati 200 mg/kgBB), perlakuan 2 (diabetes dengan pemberian ekstrak daun jati 400 mg/kgBB), dan perlakuan 3 (diabetes dengan pemberian ekstrak daun jati 800 mg/kgBB). Organ pankreas akan dibaca di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 dan 200 kali untuk diamati jumlah pulau Langerhans, ukuran pulau Langerhans, dan sel yang mendominasi pulau Langerhans. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara pemberian ekstrak etanol daun Tectona grandis dengan histopatologi organ pankreas (p>0.05).

Diabetes mellitus is a metabolic syndrome that is suffered by many people in Indonesia. Diabetes mellitus can occur due to impaired insulin secretion or insulin receptor disorders. Impaired insulin secretion in diabetes mellitus is caused by damage to the pancreas, one of which occurs due to accumulation of oxidative stress. Tectona grandis leaf is one of the herbal ingredients that are said to have antidiabetic effects. Research on the effect of Tectona grandis leaf extract on pancreatic histopathology has never been done. This research is an experimental study with 30 samples divided into 6 groups, normal control group (without treatment), positive control (diabetes with metformin), negative control (diabetes without treatment), treatment 1 (diabetes with extract 200 mg/kgBW), treatment 2 (diabetes with extract 400 mg/kgBW), and treatment 3 (diabetes with extract 800 mg/kgBW). The pancreas organ will be read under a microscope with 100 and 200 times magnification to observe the number of islets of Langerhans, the size of the islets of Langerhans, and the cells that dominate the islets of Langerhans. The results of the Kruskal-Wallis test showed that there was no significant effect between the administration of the ethanolic extract of the leaves of Tectona grandis and the histopathology of the pancreas (p>0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nabillah
"Latar belakang: Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronik yang terus meningkat secara global. Pengobatan yang panjang, mahal, dan memiliki efek samping membuat penelitian tentang pengobatan herbal diabetes terus dikembangkan. Sejumlah senyawa biokimia ekstrak etanol daun tin berpotensi sebagai antidiabetes, tetapi penelitian mengenai efek protektifnya terhadap hati tikus diabetes belum banyak dilakukan.
Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan 30 ekor tikus wistar yang terbagi dalam 6 kelompok. Streptozotocin 40 mg/kgBB diberikan secara intraperitoneal dan diberi perlakuan sesuai kelompok. Gula darah puasa diukur setiap 2 kali seminggu. Hati tikus diambil dan diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 100x dan 400x. Persentase perubahan sel hepatosit dihitung, meliputi sel normal, degenerasi hidropik, degenerasi melemak, dan nekrosis.
Hasil: Data dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan uji Mann-Whitney. Hasil uji Kruskal-Wallis, pemberian ekstrak etanol daun tin pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin berpengaruh nyata terhadap kadar gula darah puasa (p<0,05). Terjadi perubahan gambaran histopatologi hati, meliputi perubahan sel hepatosit normal, degenerasi hidropik, dan degenerasi melemak. Terdapat perbaikan gambaran histopatologi hati pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun tin dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB terhadap kontrol negatif.
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol daun tin berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah puasa tikus diabetes, dengan dosis 800 mg/kgBB menunjukkan rata-rata persentase penurunan terbesar (53,61 ± 13,84%) dibandingkan kelompok lainnya. Pemberian ekstrak etanol daun tin juga berpengaruh pada perubahan gambaran histopatologi hati tikus diabetes

Introduction: Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease that continues to increase globally. Long and expensive treatment with its side effects influence the studies on diabetes herbal medicine continue to be developed. A number of biochemical compounds from ethanol extract of fig leaves have potential as antidiabetics, but studies on their protective effects on the liver of diabetic rats have not been carried out.
Method: This experimental study used 30 wistar rats divided into 6 groups. Streptozotocin 40 mg/kgBW was administered intraperitoneally. Fasting blood glucose levels were measured twice a week. The rat liver was taken and observed under a microscope at 100x and 400x magnification. Hepatocyte cell change percentages were observed, including normal cells, hydropic degeneration, fatty degeneration, and necrosis. Data were analyzed using the Kruskal-Wallis test and continued with the Mann-Whitney test.
Result: The results of the Kruskal-Wallis test, administration of ethanol extract of fig leaves to diabetic rats induced by streptozotocin had a significant effect on fasting blood glucose levels (p<0.05). Changes in the histopathological features of the liver, including changes in normal hepatocyte cells, hydropic degeneration, and fatty degeneration. There was an improvement in the histopathological feature of the liver in the treatment group of tin leaf ethanol extract at doses of 200 mg/kgBW, 400 mg/kgBW, and 800 mg/kgBW against negative control group.
Conclusion: Administration of fig leaf ethanol extract had an effect on reducing fasting blood glucose levels in diabetic Wistar rats, with a dose of 800 mg/kgBW showing the largest average percentage decrease (53,61 ± 13,84%) compared to other groups. Administration of tin leaf ethanol extract also affected changes in the histopathological features of diabetic rats liver
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzul Husna
"ABSTRAK
Latar belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang prevalensinya semakin meningkat. Data RisKesDas menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia memanfaatkan obat herbal untuk mengatasi DM. Daun kari (Murraya koenigii) adalah salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai rempah dan penambah aroma makanan, telah digunakan sebagai herbal untuk mengatasi hiperglikemia pada masyarakat khususnya oleh masyarakat Aceh. Sehubungan dengan itu diperlukan penelitian untuk membuktikan efek antihiperglikemia daun kari untuk memperoleh bukti ilmiah mengenai keamanan dan efikasi penggunaan daun kari untuk mengatasi DM.
Tujuan penelitian. Membuktikan efek antihiperglikemia dan mekanisme dasar efek antihiperglikemia daun kari (Murraya koenigii) pada tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotosin dan nikotinamid.
Metode penelitian. Studi eksperimental in vivo menggunakan 30 tikus Spraque-Dawley yang diinduksi hiperglikemia dengan streptozotosin 55 mg/kg.BB dan nikotinamid 120 mg/kg.BB (STZ-NA). Selanjutnya kelompok tikus diberikan ekstrak etanol daun kari (Murraya koenigii) 200 mg/kg.BB, 400 mg/kg.BB dan glibenklamid 1 mg/kg.BB selama 30 hari. Berat badan dan kadar glukosa darah dihitung secara berkala. Parameter yang diperiksan adalah insulin plasma, kadar MDA dan GSH, aktivitas enzim heksokinase dan glukosa-6-fosfat dehidrogenase, ekspresi mRNA GLUT4, TNF-α dan IL-1β, Fungsi hati dan ginjal dan histopatologi pankreas serta hati yang diwarnai Hematoksilin-Eosin.
Hasil. Ekstrak etanol Murraya koenigii (MKE) dosis 200 and 400 mg/kg.BB menurunkan kadar glukosa darah dan indeks HOMA-IR tikus diabetes secara signifikan dibanding dengan tikus diabetes yang tidak diterapi. Pemberian MKE pada tikus diabetes memperbaiki aktivitas rate limitting enzyme yang terlibat dalam metabolisme glukosa dan meningkatan ekspresi mRNA GLUT4 pada otot skelet yang terlibat dalam homeostasis glukosa. Pemberian MKE juga memodulasi efek inflamasi pada tikus diabetes secara signifikan dan mengendalikan stres oksidatif akibat diabetes.
Kesimpulan. Ekstrak etanol Murraya koenigii (MKE) 200 dan 400 mg/kg.BB mempunyai efek antihiperglikemia. Mekanisme efek antihiperglikemia MKE melalui perannya dalam meningkatkan kapasitas antioksidan, meningkatkan aktivitas rate limiting enzyme yang terlibat dalam metabolisme glukosa, meregulasi transporter glukosa dan meregulasi mediator pro-inflamasi.

ABSTRACT
Background. Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia with increasing prevalence in the world. Data from RISKESDAS 2013 showed that certain Indonesian use herbal medicines to treat DM. Curry leaf (Murraya koenigii) is commonly used as a spice and food enhancer and has been used as an herb to treat hyperglycemia in the community, especially by Acehnese. Research to prove the antihiperglycemia effect of curry leaves is scientifically needed to support evidence regarding the safety and efficacy of using curry leaves to the treatment of DM
Aims. The present study aimed to investigate the antihyperglycemic effect and the mechanism of the antihyperglycemic effect of curry leaves (Murraya koenigii) in diabetic rats induced by streptozotocin and nicotinamide.
Methods Thirty Spraque-Dawley rats were induced hyperglycemia by streptozotocin 55 mg/kg b.w and nicotinamide 120 mg/kg b.w (STZ-NA). The hyperglycemic rats were treated with an ethanolic extract of Murraya koenigii 200 mg/kg b.w, 400 mg/kg b.w, and glibenclamide 1 mg/kg b.w 30 days. The body weight and blood glucose levels were recorded. Plasma insulin, MDA and GSH levels, hexokinase and glucose-6-phosphate dehydrogenase activity GLUT4, TNF-α, and IL-1β mRNA expression were examined after 30 days treatment and pancreatic and liver histopathology assessed by Hematoxylin-Eosin staining.
Results. Ethanolic extract of Murraya koenigii (MKE) of 200 and 400 mg/kg b.w showed a significant reduction in blood glucose level and HOMA-IR. Administration of MKE improved the activity of rate-limiting enzymes involved in glucose metabolism and increased GLUT4 mRNA expression in skeletal muscles involved in glucose homeostasis. Besides, supplementation of MKE appeared to modulate the inflammatory reaction in diabetic rats significantly and controled oxidative stress due to hyperglycemia
Conclusions The present study reveals that ethanol extract of Murraya koenigii 200 and 400 mg/kg b.w. possess antihyperglycemic effect. The antihyperglycemic mechanism of the MKE carried out by means of its role in increasing antioxidant capacity, increase the activity of the rate-limiting enzymes involved in glucose metabolism, regulate glucose transporter and modulate pro-inflammatory mediators."
2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrika Wediasari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan penyakit yang menjadi ancaman global. Penelitian dan pengembangan herbal dilakukan untuk menemukan obat antidiabetes yang memberikan manfaat tambahan pada terapi diabetes. Kombinasi ekstrak Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) dan Caesalpinia sappan Linn. (CSE) dilakukan untuk mendapatkan khasiat antihiperglikemia yang lebih baik. Penelitian bertujuan mengevaluasi keamanan dan efek antidiabetes APCSE pada tikus diabetes yang diinduksi dengan STZ.
Metode Penelitian: Empat puluh lima tikus Sprague-Dawley jantan (160-200 g) dibagi menjadi sembilan kelompok, kelompok NC diberi pakan diet normal, kelompok lainnya diet yang mengandung 20% lemak dan diinduksi dua kali dengan dosis STZ 35 mg/kg BB. Tikus diabetes diberikan ekstrak kombinasi APCSE100 dan 200 mg/kg BB selama 2 minggu dibandingkan dengan pemberian ekstrak tunggal APE dan CSE.
Hasil dan Diskusi: Penelitian menunjukkan uji toksisitas akut oral kombinasi ekstrak APCSE aman praktis tidak toksik. Pemberian APCSE 200 mg/dL berbeda secara bermakna terhadap GDS pada kelompok DM (18.65 ± 13.16, p<0.05) menunjukkan bahwa pemberian APCSE cenderung tidak menambah perburukan diabetes pada tikus yang diinduksi STZ. Sedangkan profil lipid kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL menunjukkan level yang tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol normal.
Kesimpulan: Kombinasi ekstrak APCSE100 dan 200 mg/kg BB tidak akan memperburuk diabetes.

ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus is a disease that poses a global threat. Research and development of herbs aims to discover antidiabetic drugs to provide additional benefits in diabetes therapy. A combination of Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) and Caesalpinia sappan Linn. (CSE) extracts were develop to discover better antihyperglycemic properties. This study aims to evaluate the safety and antidiabetic effects of APCSE diabetic rats.
Methods: Forty-five male Sprague-Dawley rats (160-200 g) divided into nine groups, NC group fed with a normal diet, and the other groups with diet containing 20% fat and induced with STZ 35 mg/kg BW. Diabetic mice were given the extract combination of APCSE two weeks and compared with a single extract of APE and CSE.
Results and Discussion: Study shows the combination of APCSE extract was safe and practically non-toxic. The Random Blood Glucose (RBG) level in the APCSE 200 mg/dL was significantly different from the DM group with (18.65 ± 13.16, p <0.05), indicating that APCSE administration will not deteriorate the diabetes condition. Cholesterol lipid profiles, triglycerides, HDL, and LDL showed levels similar results from the normal control group.
Conclusion: The combination of APCSE100 extract and 200 mg/kg BW ameliorates the diabetes condition."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Aprilia Prawidi
"Erythrina subumbrans, yang biasa dikenal dengan Dadap Duri telah digunakan untuk pengobatan kencing manis oleh masyarakat di wilayah Sumatra Barat. Tanaman ini memiliki potensi antidiabetes karena memiliki aktivitas dalam menghambat enzim α-glukosidase, dan menginduksi pengambilan glukosa ke sel. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun Erythrina subumbrans (EEES) terhadap kadar glukosa darah dan kadar MDA pada tikus Wistar diabetes yang diinduksi pakan tinggi lemak (PTL)/Streptozotocin dosis rendah. Hiperglikemia diinduksi pada tikus dengan memberikan PTL selama 4 minggu diikuti dengan injeksi intraperitoneal dua kali kombinasi Nikotinamid 110mg/kg BB dan streptozotocin dosis rendah (40mg/kg BB). Tikus dirandom, dan kemudian dibagi menjadi 6 kelompok (n=4).
Tikus diabetes diobati dengan EEES secara oral dengan dosis 50, 100, dan 200mg/200gBB sekali sehari selama tiga minggu. Metformin (90mg/200gBB, per oral) digunakan sebagai obat referensi. Kadar glukosa darah sewaktu diukur setiap hari ke-7 menggunakan glukometer selama tiga minggu pengobatan. Setelah pengobatan, parameter serum MDA dihitung. Tes toleransi glukosa intraperitoneal dan tes toleransi insulin intraperitoneal dilakukan pada hari terakhir pengobatan. EEES pada dosis 200mg/200gBB yang diberikan secara oral secara signifikan (P < 0,05) dapat menurunkan dan menormalkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan kelompok kontrol PTL/STZ-NA. Penurunan kadar serum MDA selama perlakuan EEES pada dosis 3 berbeda secara signifikan (P ≤0,05) dibandingkan kelompok kontrol PTL/STZ-NA. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun Erythrina subumbrans menunjukkan aksi hipoglikemik dan efek antioksidan yang menjanjikan mulai dari dosis 200mg/200gBB.

Erythrina subumbrans, commonly known as Dadap Duri have been used for the treatment of diabetes by people in West Sumatra. This plant has antidiabetic potential because its’ activity in inhibiting α-glucosidase enzymes, and inducing glucose utilization as well glucose uptake. The present study was designed to investigate the effect of ethanol extract of Erythrina subumbrans leaf (EEES) on blood glucose level and oxidative stress parameter (Serum MDA) in High-Fat diet (HFD)/Low-Dose Streptozotocin- induced diabetic Wistar rats. Hyperglycemia was induced in rats by giving HFD for 4 weeks followed by twice intraperitoneal injection of a combination of Nicotinamide 110mg/kg BW and low dose streptozotocin (40mg/kg BW). Rats were randomized, and then divided into 6 groups (n=4).
The diabetic rats were treated with EEES orally at the doses of 50, 100, and 200mg/200gBW once daily for three weeks. Metformin (90mg/200gBW, orally) was used as a reference drug. The non-fasting blood glucose levels were measured every 7th day using a glucometer during three weeks of treatment. After treatment, Serum MDA was estimated. Intraperitoneal glucose tolerance test and insulin tolerance test were done on the last day of treatment. EEES at the dose of 200mg/200gBW orally significantly (P < 0,05) reduced and normalized blood glucose levels as compared to that HFD/STZ-NA control group. Reduction of serum MDA level during EEES treatment on dose 3 significantly different (P ≤ 0,05) compared to that HFD/STZ-NA control group. This study concludes that Erythrina subumbrans leaf demonstrated promising hypoglycemic action and antioxidants effect starting at a dose of 200mg/200gBW.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zia Ade Achmad
"Latar Belakang: Murraya koenigii (MKE) atau daun kari memiliki efek antihiperglikemik. Akan tetapi, bukti mekanisme molekuler dari efek antidiabetes tumbuhan ini masih belum cukup. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo untuk mengetahui ekspresi relatif mRNA PCK1 pada hati tikus Sprague-Dawley. Kelompok hati tikus dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok normal + MKE 400 mg/kgBB/hari (NMK), kelompok diabetes, kelompok diabetes + MKE 200 mg/kgBB/hari (MK 200), kelompok diabetes + MKE 400 mg/kgBB/hari (MK 400), dan kelompok diabetes + glibenklamid 1 mg/kgBB/hari (DM). Hasil: Ekspresi mRNA PCK1 pada kelompok DM meningkat daripada kelompok normal secara signifikan. Selain itu, ekspresi mRNA PCK1 pada kelompok MK 200, MK 400, dan GB mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok DM. Ekspresi mRNA PCK1 pada kelompok MK 200 menurun secara signifikan dibandingkan dengan kelompok GB. Sayangnya, tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok MK 400 dan GB. Kesimpulan: Ekspresi PCK1 kelompok diabetes lebih tinggi daripada kelompok normal. Di samping itu, pemberian ekstrak MKE sebanyak 200 mg/kgBB/hari dan 400 mg/kgBB/hari pada tikus diabetes menurunkan ekspresi PCK1. Selain itu, efek pemberian ekstrak MKE tidak bergantung pada dosis. Ekstrak MKE dosis 200 mg/kgBB/hari terbukti lebih efekif menurunkan ekspresi PCK 1 dibandingkan dengan glibenklamid.

Background: Murraya koenigii (MKE) or curry leave has antihyperglycemic effects, but molecular mechanisms of its antidiabetic effect is still insufficient. Method: This research is in vivo experimental study to determine the relative expression of PCK1 mRNA in Sprague-Dawley rat’s liver tissue.We devided the group of rat’s liver in 6 groups, normal group, normal group + MKE 400 mg/kgBW/day (NMK), diabetic group, diabetic group + MKE 200 mg/kgBW/day (MK 200), diabetic group + MKE 400 mg/kgBW/day (MK 400), and diabetic group + glybenclamide 1 mg/kgBW/day as a positive control (GB). Result: PCK1 mRNA expression in DM group was increased than normal group significantly. Moreover, expression in MK 200, MK 400, and GB groups was decreased than DM group significantly. PCK1 mRNA expression in the MK 200 group was decreased than GB group significantly. Unfortunately, we could not find any significant result in comparison MKE 400 with GB group. Conclusion: PCK1 expression in liver tissue of DM group higher than normal group. Moreover, PCK 1 expression in MK 200 and MK 400 groups are decreased than DM group. Additionally, the effect of MKE extract is not dose dependent. Furthermore, MK 200 appeared to be more effective than glibenclamide in reducing PCK1 expression."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wulandah Fitriani
"Interaksi obat dapat terjadi pada penggunaan dua atau lebih obat secara bersamaan, termasuk penggunaan obat sintetik dengan obat herbal. Kombinasi glibenklamid dengan sari buah mengkudu seringkali digunakan pasien diabetes melitus untuk pemeliharaan kadar glukosa darah yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari buah mengkudu terhadap glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan yang dibuat diabetes. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang terbagi dalam 6 kelompok. Sebelum diberi perlakuan, hewan uji dibuat diabetes dengan diinduksi aloksan (32 mg/200 g bb tikus) terlebih dahulu, kecuali kelompok 1 yang merupakan kontrol normal. Kelompok 2 merupakan kontrol diabetes yang tidak diberikan bahan uji. Kelompok 3 dan 4 adalah kelompok kontrol tunggal dari masing-masing bahan uji, yaitu glibenklamid (0,9 mg/200 g bb tikus) dan sari buah mengkudu (2,5 ml/200 g bb tikus). Kelompok 5 dan 6 adalah kelompok uji interaksi glibenklamid (0,9 mg/200 g bb tikus) dengan sari buah mengkudu (2,5 ml atau 5,0 ml/200 g bb tikus) dengan selang waktu pemberian satu jam. Kadar glukosa darah ditentukan menggunakan metode spektrofotometri dengan pereaksi o-toluidin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari buah mengkudu dengan dosis 5,0 ml/200 g bb tikus dapat memperbesar penurunan kadar glukosa darah oleh glibenklamid setelah dua minggu pemberian.

Drug interactions can occur in the use of two or more drugs simultaneously, including the use of synthetic drug with herbal medicine. Combination of glibenclamide with noni juice (Morinda citrifolia Linn.) often used by diabetic patient to decrease their blood glucose level. The aim of this research was to know the interaction between glibenclamide and noni juice administration on blood glucose level. This research used 24 Sprague-Dawley male rats which were divided into 6 groups. Before the experiment, the rats were first induced by alloxan, except group 1, which was the normal control. Group 2 was the control of diabetic without given any drugs. Group 3 and 4 were the control of glibenclamide (0.9 mg/200 g body weight of rat) and control of noni juice (2.5 ml/200 g body weight of rat). Group 5 and 6 were the interaction test group which were given glibenclamide (0.9 mg/200 g body weight rat) and noni juice (2.5 ml or 5.0 ml/200 g body weight of rat) with an hour interval. Measurement of blood glucose level used spectrophotometer with o-toluidine as reagent. The result of this research shows that noni juice at a dose 5.0 ml/200 g body weight rat is able to enlarge the reduction of blood glucose levels from glibenclamide after two weeks administration."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S197
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Demtari Tuah
"Latar belakang: Resistensi insulin dan berbagai komplikasi organ yang ditemukan pada kasus diabetes telah berkembang sejak tahapan prediabetes, diantaranya gangguan fungsi ginjal. Suplementasi vitamin D menjadi terapi yang menjanjikan untuk mencegah perkembangan gangguan ginjal. Oleh karena itu, dilakukan studi untuk menganalisis pengaruh suplementasi vitamin D baik dosis tinggi dan dosis rendah pada model tikus prediabetes dalam mencegah perburukan fungsi ginjal. Metode: Digunakan metode penelitian praklinis eksperimental pada tikus Wistar jantan. Tikus diberikan diet tinggi lemak dan glukosa kemudian dibagi menjadi empat kelompok acak yakni 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok prediabetes (Tidak mendapat suplementasi vitamin D, mendapat vitamin D dosis rendah 100 IU/kgBB/hari atau dosis tinggi 1000 IU/kgBB/hari). Setelah 12 minggu, diambil serumnya untuk mengevaluasi kadar urea, kreatinin, dan albumin. Hasil: Studi ini menunjukkan bahwa kadar urea (p = 0,275) dan kreatinin (p = 0,067) tidak memiliki perbedaan signifikan pada setiap kelompok intervensi. Kelompok prediabetes dengan suplementasi vitamin D 1000 IU/kgBB/hari memiliki kadar urea serum lebih rendah dibandingkan 100 IU/kgBB/hari. Namur, suplementasi vitamin D 100 IU/kgBB/hari lebih menurunkan serum kreatinin dibanding 1000IU/kgBB/hari. Terdapat perbedaan signifikan pada kadar albumin (p = 0,003). Suplementasi vitamin D 100IU/kgBB/hari dan 1000IU/kgBB/hari ditemukan meningkatkan albumin serum. Kesimpulan: Pemberian suplementasi Vitamin D, baik dosis rendah maupun dosis tinggi tidak memberikan perbedaan signifikan pada urea dan kreatinin serum dibandingkan tikus yang tidak mendapat suplementasi namun didapati perbedaan signifikan pada kadar albumin serum tikus. Akan tetapi, perbedaan signifikan ini ditemukan pada albumin serum tikus sehat dibandingkan dengan tikus prediabetes. Suplementasi vitamin D meningkatkan kadar albumin serum secara signifikan.

Introduction: Insulin resistance and organs complication related to diabetes have developed since prediabetic stage. One of this complications is impaired kidney function. Vitamin D supplementation become a promising therapy to prevent worsening of kidney function. Therefore, this study was conducted to assess and compare the effect of high dose and low dose vitamin D supplementation on markers of kidney function. Methods: This study is experimental preclinical study on animal model using serum sample of male Wistar rat. The rats received high fat and glucose diet and divided into a group of normal control and three groups of prediabetic (without vitamin D supplementation, with low dose (100IU/kgBW/day) and high dose (1000IU/kgBW/day) vitamin D supplementation). After 12 weeks, blood samples were collected to evaluate level of serum urea, creatinine, and albumin. Result : This study showed that serum urea (p=0,275) and creatinine (p=0,067) were not different statistically between groups. Group of prediabetic with 1000 IU vitamin D supplementation had lower serum urea compared to prediabetic group with 100 IU supplementation. On the contrary, vitamin D 100 IU/kgBW/day supplementation produced better result than 1000 IU/kgBW/day to lower serum creatinine. There was significant difference in serum albumin between all groups (p=0,003). Vitamin D supplementation of 100IU/kgBW/day and 1000IU/kgBW/day increased serum albumin levels more than normal groups. Conclusion: Low dose and high dose Vitamin D supplementation did not give significant difference to serum urea and creatinine level compared to nontherapy group. However, serum albumin was increased with supplementation of vitamin D 100 IU/kgBW/day and 1000 IU/kgBW/day in prediabetic rat than normal rat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Priasti Maulina
"Pada penelitian sebelumnya, telah diketahui bahwa biji beligo (Benincasa hispida) glukosidase sehingga tanaman ini memiliki potensi sebagai obat hipoglikemik dalam terapi diabetes mellitus. Pada penelitian ini, dilakukan uji inhibisi ekstrak daun dan batang beligo terhadap aktivitas glukosidase, bioassay menggunakan metode brine shrimp lethality test (BSLT) dan pemisahan komponen senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun dan batang beligo yang memiliki daya inhibisi tertinggi. Pengukuran aktivitas glukosidase dilakukan pada kondisi optimum yaitu pada gelombang maksimum 401 nm, konsentrasi enzim dan substrat masing-masing 0,3 unit/mL dan 10 mM, Pada konsentrasi yang sama (150 ppm) diketahui daya inhibisi tertinggi terdapat di fraksi etil asetat untuk ekstrak daun sebesar 47,03% dan pada fraksi air untuk ektrak batang sebesar 49,06%. Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT menunjukkan bahwa nilai LC50 terkecil pada sampel daun dan batang fraksi etil asetat yakni sebesar 1309,5 ppm dan 1477,3 ppm. Dari data tersebut menggambarkan bahwa ekstrak batang dan ekstrak daun bersifat tidak toksik karena berada pada kisaran di atas 1000 ppm.
In previous study reported that Beligo seed (Benincasa hispida) agains glucosidase activity. Therefore this plant has a potential as hypoglycemic medicine for diabetes mellitus therapy. In this study, there are research about inhibition test of beligo leaf and stem extract against glucosidase activity, continued to isolation components in beligo leaf and stem extract which has the highest inhibition ability, then doing bioassay using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). The result of inhibition glucosidase activity are in optimum condition, such as wavelength 401 nm, with enzyme concentration 0,3 unit/mL and concentration of p-NPG substrate 10 mM. For the highest concentration (150 ppm) each of fractions, the highest inhibition for leaf extract ethyl acetate fraction is 47,03% and for stem extract water fraction is 49,06%. The result for bioassay BSLT showed that the lowest LC50 for leaf and stem extract ethyl acetate fraction are 1309,5 ppm and 1477,3 ppm. The result showed that stem and leaf extract are nontoxic because both of their LC50 value less than 1000 ppm."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S57734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>