Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Chandra
"Secara umum industri petrokimia merupakan industri dengan tingkat potensi bahaya kecelakaan proses sangat berbahaya bagi para pekerja, masyarakat dan lingkungan sekitar. PT. XYZ sebagai perusahaan produsen Pupuk Urea (NH₂)₂CO merupakan salah satu pabrik petrokimia di Indonesia dimana dalam menjalankan proses bisnis PT XYZ tidak terlepas dari berbagai ancaman risiko bahaya proses yang tinggi baik dari hulu (proses pengolahan bahan baku gas alam menjadi bahan baku setengah jadi) hingga hilir (proses produksi Pupuk). Maka dari itu dibutuhkan suatu sistem manajemen khusus untuk mengidentifikasi, mitigasi, mengendalikan hingga merepson bahaya dari semua aktifitas maupun proses produkti di tempat kerja. Process Safety Management (PSM) merupakan suatu sistem manajemen keselamatan berbasis proses proaktif dalam mengidentifikasi, mitigasi, mengendalikan serta merespon bahaya dari semua aktifitas ataupun proses produksi di tempat kerja yang banyak digunakan industry petrokimia yang diimplementasikan PT XYZ di salah satu pabriknya yaitu pabrik 2B. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis tingkat maturitas penerapan PSM pada pabrik 2B PT XYZ yang terdiri dari 14 elemen yaitu Process Safety Information (PSI), Process Hazard Analysis (PHA), Operating Procedure (OP), Employee Participation (EP), Training (TRA), Contractor (CTR), Pre Startup Safety Review (PSSR), Mechanical Integrity (MI), Permit To Work (PTW), Management Of Change (MOC), Incident Investigation (II), Emergency Response and Planning (ERP), Compliance Audit (CA), dan Trade Secret (TS) dimana tingkat maturitas penerapan PSM penting bagi organisasi agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dari setiap elemen yang telah mereka terapkan agar dapat mengidentifikasi dan menetapkan tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerapan elemen PSM sehingga dapat menurunkan potensi kecelakaan proses. Dalam melakukan penilaian tingkat maturitas PSM penelitian menggunakan metode mix methode analisis deskriptif semi kualitatif dengan melakukan pendekatan sumber informasi kunci yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara, observasi lapangan dan tinjauan dokumen perusahaan dengan jumlah sample 93 orang. Hasil penelitian didapatkan penilaian terhadap 14 elemen PSM di pabrik 2B PT XYZ berada pada commited to excellence dimana dari 14 elemen tersebut hanya terdapat 4 elemen berada pada level compliant.

Commonly, petrochemical industry is the type of industry with a high level of potential process accident hazards that can affect workers, the community and the surrounding environment. PT. XYZ as a producer of Urea Fertilizer (NH₂)₂CO is one of the petrochemical industry in Indonesia and their business processes cannot be separated from upstream process hazards (processing natural gas raw materials into semi-finished raw materials) to downstream process hazards (fertilizer production process). Therefore, a special management system is needed to identify, mitigate, control and respond to hazards from all products and processes activity in the workplace. Process Safety Management (PSM) is a proactive process-based safety management system in identifying, mitigating, controlling and responding to hazards from all activities or production processes in the workplace that are widely used by the petrochemical industry which is implemented by PT XYZ in one of its factories, it’s 2B plants. The purpose of this study is to analyze the maturity level of PSM implementation at PT XYZ's 2B plants which consists of 14 elements, namely Process Safety Information (PSI), Process Hazard Analysis (PHA), Operating Procedure (OP), Employee Participation (EP), Training (TRA). ), Contractor (CTR), Pre Startup Safety Review (PSSR), Mechanical Integrity (MI), Permit To Work (PTW), Management Of Change (MOC), Incident Investigation (II), Emergency Response and Planning (ERP), Compliance Audit (CA), and Trade Secret (TS) where the maturity level of PSM implementation is to be able to identify the advantages and disadvantages of each element implemented in order to identify and determine actions that can be taken to improve the implementation of PSM elements so as to reduce the potential for the accident process. In conducting research to assess PSM implementation maturity level, the research uses a mixed method of semi-qualitative descriptive analysis by approaching the sources of information obtained through questionnaires, interviews, and observations field and research company documents with a sample of 93 people. The results of the assessment research on 14 PSM elements at PT XYZ's 2B factory are committed to excellence where from these 14 elements there are only 4 elements at the compliant level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atta Rizky Suharto
"Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan dapat diukur dengan berapa banyak kecelakaan yang terjadi setiap tahun dan banyak profesional telah mengembangkan indikator utama sebagai budaya keselamatan untuk mencegahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang migas juga memiliki potensi risiko kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang penerapan budaya keselamatan di tempat kerja, khususnya perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi dan akan digunakan sebagai perilaku keselamatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Studi penelitian melibatkan 356 pekerja di kantor dan lapangan PT XYZ melalui survei online yang menanyakan item demografis dan dimensi iklim keselamatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji T sampel independen yang membandingkan item iklim keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan dalam dimensi organsisasi, pekerjaan dan individu memperolah nilai masing-masing 4,23, 3,98 dan 4,36. Dilihat dari faktor keselamatannya, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) secara umum memiliki persepsi skor tertinggi di antara yang lainnya, sedangkan lingkungan kerja adalah yang paling rendah. Rata-rata perbandingan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklim keselamatan berdasarkan lokasi kerja dan pendidikan. Sedangkan variabel posisi manajemen menunjukkan perbedaan rata-rata yang meliputi komitmen manajemen, komunikasi, lingkungan yang mendukung, keterlibatan, prioritas pribadi dan kebutuhan akan keselamatan, dan lingkungan kerja. Selain itu, terdapat tiga kategori temuan paling sering dari PEKA (Safety Observation) yaitu peralatan dan perlengkapan sekitar 61,29%, kondisi lingkungan 25,32%, dan Alat Pelindung Diri 5,34%. Dari hasil pengukuran Tingkat Kematengan Budaya K3 pada PT XYZ terlihat bahwa PT XYZ berada pada level kalkulatif dengan nilai 3,04. Ditinjau dari Level jabatannya yaitu manajemen 3,1 dan pekerja level bawah 2,98

The implementation of Occupational Health and Safety (OHS) in the company can be measured with how many accidents happened each year and many professionals have developed leading indicators as safety culture to prevent these. This study aims to provide comprehensive overview of safety culture implementation in the workplace, in particular oil and gas refining company and will be utilized as safety behaviour to achieve target set by the company. The research study included 356 workers in both office and field through online survey asking for demographic items and safety climate dimensions. The statistical analysis was performed with independent-samples T test comparing safety climate items. The study resulted the safety climate in the dimensions of the organization, work and individual earned values of 4.23, 3.98 and 4.36, respectively. Based on the safety factor, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) in general having highest score perception among others, while work environment has lowest score. The mean comparison showed there was no significant among safety climates based on work location and education. Meanwhile the variable of management position indicated mean difference including management commitment, communication, supportive environment, involvement, personal priorities and need for safety, and work environment. In addition, Three categories of common finding from Safety Observation (PEKA): equipment and supplies around 61.29%, environmental conditions 25.32%, and Personal Protective Equipment 5.34%. From the measurement results of the Safety Culture Maturity Level at PT XYZ, it can be seen that PT XYZ is at a calculative level with a value of 3.04. In terms of position level: upper management 3.1 and lower management 2.98."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Hapsari
"Industri jasa konstruksi memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Sepanjang Agustus2017 hingga Februari 2018, telah terjadi tiga belas kecelakaan konstruksi dengan tigakasus fatality accident pada proyek pekerjaan jalan tol dan jalan rel di Indonesia. Safetyleadership merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kinerjaKesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan K3L . Penelitian ini mengkajisafety leadership model pada posisi pimpinan di proyek dan departemen operasi proyekinfrastruktur PT X yang bergerak di bidang kontraktor konstruksi. Penelitian inimerupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif berdasarkan dua variabelutama dari safety leadership, yaitu leadership style transformational leadership danbest practices. Data penelitian didapatkan dari kuesioner dan wawancara pada subyekpenelitian serta observasi mengenai penerapan K3L di lokasi proyek PT X pada bulanApril ndash; Mei 2018. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa safety leadership masih kurangmenonjol kecuali pada posisi General Manager. Hal ini dikarenakan kurangnyapemahaman mengenai kebijakan K3L, kurangnya komunikasi, lemahnya konsistensi dankomitmen penerapan K3L, serta kurangnya tindakan proaktif dan inisiatif saatmenghadapi masalah K3L. Hal yang dapat diterapkan untuk meningkatkan safetyleadership tersebut antara lain dengan menyusun dan melaksanakan program pelatihansafety leadership bagi semua level pimpinan serta menjaga monitoring pelaksanaanprogram K3L di tempat kerja.

The construction industry has a high risk of occupational injury. Throughout August 2017to February 2018, there had been thirteen construction accidents with three cases offatality accidents in toll road and rail road projects in Indonesia. Safety Leadership is oneof the important components in improving Safety, Health and Environment SHE performance. This study examines Safety Leadership Model at the lead position in theproject and the operations department of the infrastructure project at PT X as aConstruction Contractor Company. This study was a descriptive research withquantitative method based on two main variables of Safety Leadership, those areLeadership Style and Best Practice. Research data obtained from questionnaires,interviews, and observations on the application of SHE at PT X rsquo s project location in April May 2018. This research obtained that Safety Leadership is still weak except TheGeneral Manager. This is due to lacks of understanding of SHE policies, communication,consistency and commitment to the implementation of SHE, proactive and initiativeaction when facing SHE issues. This suggests that company should improve by preparingand implementing Safety Leadership training program for all manager levels as well asmaintaining the monitoring of SHE program implementation in the workplace."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diennur Izzati Sugito
"Industri konstruksi memiliki risiko bahaya yang sangat tinggi, tidak terkecuali untuk industri EPC. EPC memiliki tahapan pekerjaan konstruksi yang sangat kompleks dengan durasi pekerjaan yang relatif lama. Karena ini, kecelakaan kerja sering terjadi di proyek EPC. PT XYZ merupakan industri konstruksi di bidang EPC dengan catatan TRIR (Total Recordable Incident Rate) di bawah 1 tetapi memiliki catatan near miss dan tindakan/kondisi tidak aman yang cukup tinggi. Hal ini berdampak kepada tingkat budaya keselamatan PT XYZ. Saat ini PT XYZ sedang berada di tingkat “independent” dan berencana di Tahun 2023 mencapat tingkat “Interdependent”. Untuk mencapainya maka tujuan penelitian adalah untuk melakukan identifikasi indikator SMK3 yang mempengaruhi budaya keselamatan, identifikasi hubungan antar variabel dan pengembangan model budaya keselamatan, dan identifikasi strategi untuk meningkatkan antar indikator budaya keselamatan yang sudah terbentuk. Untuk melakukan evaluasi digunakan indikator dari SMK3 Peraturan Pemerintah No. 50/2012 dan ISO 45001:2018. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat 84 indikator SMK3 dan budaya keselamatan yang teridentifikasi dan divalidasi oleh pakar. Telah teridentifikasi 69 indikator dominan menggunakan SEM-PLS dengan perangkat lunak SMART PLS.
Hubungan antar variabel menunjukkan bahwa SMK3 ISO 45001:2018 memediasi
SMK3 PP 50/2012 dengan budaya keselamatan. Validasi Pakar menunjukkan bahwa
terdapat hubungan signifikan terhadap SMK3 PP 50/2012 dengan budaya keselamatan.
Telah teridentifikasi 11 rekomendasi strategi dari model hubungan yang terbentuk.

The construction industry has a very high risk of danger, and the EPC
(Engineering, Procurement, Construction) industry is no exception. EPC has a very
complex stage of construction work with a relatively long duration of work. Due to this,
a syringe work accident occurred in the EPC project. PT XYZ is a construction industry
in the EPC sector with a TRIR (Total Recordable Incident Rate) record below 1 but has
a fairly high record of near miss and unsafe actions / conditions. This has an impact on
the safety culture level of PT XYZ. Currently PT XYZ is currently at the "independent"
level and plans identify indicators of OHSMS and safety culture, a system of
relationships between variables and the development of models for safety culture, and
strategies to improve the established indicators of safety culture. To conduct evaluation
and indicators of OHSMS Government Regulation No. 50/ 2012 and ISO 45001: 2018.
To carry out the evaluation used indicators from SMK3 Government Regulation no.
50/2012 and ISO 45001:2018. The results of the study concluded that there were 84
indicators of SMK3 and safety culture which were validated by experts. There have
been 69 dominant indicators using SEM-PLS with SMART PLS software. The
relationship between variables shows that ISO 45001:2018 SMK3 mediates PP 50/2012
SMK3 with a safety culture. Expert validation shows that there is a significant
relationship between SMK3 PP 50/2012 and safety culture. There have been 11
strategic recommendations from the relationship model formed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Ghifari
"Skripsi ini membahas mengenai implementasi sistem manajemen keselamatan kontraktor pada perusahaan kontraktor tambang bernama PT. Cipta Kridatama. Penelitian ini dilakukan pada salah satu proyek drilling & blasting PT. Cipta Kridatama yang bertempat di Provinsi Jambi dan dikerjakan oleh sub-kontraktor bernama PT. Hanwha Mining Services Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan desain deskriptif evaluasi dan berpedoman pada kuesioner penilaian sistem manajemen keselamatan kontraktor Contractor OHS Assessment Tools dari New South Wales Mine Safety Advisory Council, Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek drilling & blasting PT. Cipta Kridatama - PT. Hanwha Mining Services Indonesia telah memenuhi kriteria nilai total untuk pekerjaan berisiko tinggi di pertambangan dengan rata-rata nilai total sebesar 90,65% dari nilai minimal 80%.

This thesis discusses the implementation of contractor safety management in a mining contractor company called PT. Cipta Kridatama. The study was done in one of the PT. Cipta Kridatama drilling & blasting project that placed in Jambi Province and enlisted PT. Hanwha Mining Services Indonesia as its sub-contractor. This study is a semi- quantitative one with a descriptive evaluative design and used the Contractor OHS Assessment Tools from New South Wales Mine Safety Advisory Council, Australia as a guideline. The result of this study showed that the drilling & blasting project that is currently in process by PT. Cipta Kridatama - PT. Hanwha Mining Services Indonesia has already filled the scoring criteria for a high risk contract in mining industry with an average scoring of 90.65% from the minimum score of 80%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Budianti
"Tesis ini membahas persepsi pegawai terhadap keselamatan (iklim keselamatan) di lingkungan DPFK pada tahun 2023. DPFK adalah organisasi di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dibentuk sekitar tahun 2021 setelah adanya reorganisasi 4 LPNK termasuk di dalamnya adalah BATAN menjadi BRIN. Penelitian ini menggunakan mixmethod dengan tool NOSACQ 50 dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan di lingkungan DPFK tahun 2023 pada level “Baik” dengan skor mean 3,12. Meskipun demikian, masih terdapat dimensi iklim keselamatan yang memerlukan langkah perbaikan, salah satunya adalah persepsi pegawai terhadap risiko yang mungkin terjadi karena complacency. Rekomendasi dari penelitian ini agar dapat mendorong iklim keselamatan yang semakin positif antara lain adalah dengan meningkatkan koordinasi dan internalisasi bagi stakeholder DPFK mengenai pentingnya keselamatan, meningkatkan komunikasi keselamatan di internal kelompok kerja, dan merutinkan kegiatan briefing, diklat dan ceklist untuk mencegah terjadinya complacency.

This thesis discusses about employee perceptions of safety (safety climate) within the DNFM in 2023. DNFM is an organization under the National Research and Innovation Agency (BRIN) which was formed around 2021 after reorganization of 4 LPNKs including BATAN joining into BRIN. This study used a mixed method with the NOSACQ 50 tool and interviews. Questionnaire data are collected 226 participants from installations under DNFM. A Qualitative univariat analysis and Kruskal Wallis test were used to see differences of Safety climate inside demography variabel group (Age, education level, job position, work area). The results of the study show that the safety climate in the DNFM in 2023 is at the "Good" level with a mean score of 3.12. There are no significance differences of safety climate inside age and education groups. Other results shows there are significance differences of safety climate inside job position and work area groups. Even so, there are still dimensions of the safety climate that require improvement. Recommendations from this study in order to encourage an increasingly positive safety climate include increasing coordination and internalization for DNFM stakeholders, increasing safety communication within the internal working groups, and routineizing briefings, training activities to prevent complacencies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmantoh
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran iklim keselamatan di PT XY yang merupakan perusahaan jasa pertambangan yang bekerja di area divisi concentrating PT Z. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan semi kuantitatif. Data diambil pada Bulan Oktober – November 2022 dari area North South, SAG-Mill 1, dan SAGMill 2 dengan kuesioner yang diadaptasi dari NOSACQ-50 yang meliputi 7 variabel iklim keselamatan di tempat kerja. Kemudian, dilakukan wawancara beberapa pekerja sebagai bahan analisis mendalam untuk pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan iklim keselamatan PT XY ada pada angka 3,2 (Cukup Baik). Faktor Prioritas dan komitmen manajemen menunjukkan angka 3,2 (Cukup Baik), Pemberdayaan manajemen keselamatan menunjukkan angka 3,2 (Cukup Baik), Keadilan manajemen keselamatan menunjukkan angka 3,1 (Cukup Baik), Komitmen tenaga kerja terhadap keselamatan menunjukkan angka 3,3 (Cukup Baik), Prioritas keselamatan tenaga kerja dan tidak ditolerirnya bahaya dan risiko menunjukkan angka 3,1 (Cukup Baik), Pembelajaran, komunikasi, dan inovasi menunjukkan angka 3,3 (Cukup Baik), dan Kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan menunjukkan angka 3,2 (Cukup Baik).

This study aims to obtain an overview of the safety climate at PT XY, which is a mining service company working in the area of the PT Z concentrating division. This research uses a cross-sectional study design with a semi-quantitative approach. Data was taken in October - November 2022 from the North South, SAG-Mill 1, and SAGMill 2 areas using a questionnaire adapted from NOSACQ-50 which includes 7 climate variables of safety at work. Then, conducted interviews with several workers as material for in-depth analysis for discussion. The results showed that PT XY's overall safety climate was at 3.2 (Good Enough). Priority and management commitment factors show a score of 3.2 (Pretty Good), Empowerment of safety management shows a score of 3.2 (Pretty Good), Equity in safety management shows a score of 3.1 (Pretty Good), Workforce commitment to safety shows a score of 3, 3 (Pretty Good), Priority of labor safety and intolerance of hazards and risks shows a score of 3.1 (Pretty Good), Learning, communication, and innovation shows a score of 3.3 (Quite Good), and Trust in the effectiveness of safety systems shows a score 3.2 (Fair enough)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wishnu Uzma Aljauza Puspoprodjo
"Dalam Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Jumlah UMKM dan pekerja UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan.Namun, perlindungan terhadap aspek K3 pada pekerja UMKM belum optimal.Dalam rangka menyusun model SMK3 yang efektif untuk UMKM, penelitian inimengekplorasi tentang faktor-faktor penting yang terkait dengan penerapanSMK3 di UMKM melalui review terhadap hasil penelitian yang ada. Daripencarian yang dilakukan terhadap database full open access dari library UI meliputi Google Scholar. Jstor, Science Direct, SpringerLink, Taylor and Francis,proQuest diperoleh 709.103 artikel. Melalui evaluasi uji inklusi dan ekplusi,dipilih 34 literatur. Dari 34 literatur tersebut diperoleh bahwa faktor-faktorpenting yang diperlukan dalam implementasi SMK3 di UMKM adalah faktorkomitmen, manajemen risiko, regulasi dan standar, keterlibatan pihak ketiga,faktor training dan sumber daya manusia, faktor ekonomi, informasi dankomunikasi, dukungan manajemen, faktor keterlibatan pengusaha dan karyawan,faktor lingkungan kerja dan karakter bisnis UMKM, dan faktor administrasi,konsultasi dan inspeksi dan intervensi.

The number of SMEs and SMEs workers in Indonesia continues to increase.However, the frequency of aspects of OHS on SMEs workers has not beenoptimal. In order to develop an effective OHSMS model for SMEs, this researchexplores important faktors related to OHSMS implementation in UMKM througha review of existing research results. From the searches conducted on the full openaccess database of UI libraries including Google Scholar Jstor, Science Direct,SpringerLink, Taylor and Francis, proQuest obtained 709,103 articles. Throughinclusion and exploration evaluation, 34 literatures were selected. From 34literatures it is found that the important faktors needed in the implementation ofSMK3 in SMEs are faktors of commitment, management, regulations andstandards, risk faktors, training and human resources faktors, economic faktors,information dan communication, management, communication faktors andresponsibilities, occupational faktors and business characteristics, and faktors ofadministration, consultation and inspection dan intervention."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Prasetyaningrum
"Kebakaran merupakan bencana yang merugikan bagi semua pihak, baik pemilik bangunan, pengelola/pengguna atau masyarakat lainnya yang berada dalam gedung. Bangunan-bangunan tinggi, terutama di Jakarta menghadapi ancaman serius dari kebakaran yang dapat menyebabkan kerugian besar. Menurut NFPA, bangunan perkantoran memiliki jalur penyelamatan yang membingungkan dan tidak langsung, sering terjadi disebabkan oleh tata letak kantor atau susunan ruang yang disewakan. Untuk mengantisipasi dan menanggulangi risiko kebakaran tersebut, maka pemilik gedung tinggi bekerja sama dengan suatu perusahaan asuransi sebagai bentuk transfer risiko. Penetapan tarif Premi kebakaran diatur pada Lampiran surat edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 6/SEOJK05/2017. Dalam Lampiran tersebut besar tarif Premi ditetapkan batas bawah dan batas atas yang dibagi hanya berdasarkan Okupansi bangunan dan Kelas Konstruksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan faktor faktor penentu premi yang dipengaruhi oleh penerapan fire safety management pada bangunan bertingkat tinggi fungsi perkantoran. Pada penelitian ini digunakan WBS dalam perincian indikator yang memenuhi kriteria fire safety management agar lebih sistematis dan mendetail. Berdasarkan studi literatur terdahulu , Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan tinggi perkantoran belum menerapkan system FSM dengan baik dan konsisten. Selain itu tidak diperoleh relasi yang jelas mengenai peran asuransi dalam pembiayaan proteksi kebakaran pada bangunan gedung. Untuk mengatasi ini, kami mengusulkan untuk mempertimbangkan sejauh mana Gedung melakukan penerapan fire safety management dalam penentuan tarif premi asuransi untuk meningkatkan penerapan manajemen keselamatan kebakaran pada bangunan bertingkat tinggi . Setelah dilakukan penyebaran kuesioner dihasilkan bahwa dari 36 gedung kantor bertingkat tinggi belum sepenuhnya menerapkan fire safety management dengan nilai terendah pada dimensi Keselamatan orang yaitu 89% dan tertinggi pada dimensi Pencegahan Kebakaran yaitu 93%. Hal ini sejalan dengan hasil hubungan Fire safety management dan biaya Premi Asuransi yang menunjukan bahwa Pencegahan Kebakaran berhubungan berbanding terbalik signifikan sedangkan Keselamatan orang tidak signifikan.

Fire is a disaster that is detrimental to all parties, whether the owner of the building, manager/user, or other communities in the building. Tall buildings, especially in Jakarta face a serious threat from fires that can cause major losses. According to NFPA, office buildings have confusing and indirect rescue lines, often caused by the layout of offices or the arrangement of rented space. To anticipate and overcome the fire risk, the owner of a tall building cooperates with an insurance company as a form of risk transfer. The determination of fire premium rates is stipulated in the Attachment to the Circular letter of the Financial Services Authority (OJK) Number 6/SEOJK05/2017. In the Appendix, the premium rate is set the lower limit and the upper limit which is divided only based on the occupancy of the building and its Construction Class. This study aims to propose the determining factor of premiums influenced by the application of fire safety management in high-rise building office functions. In this study, WBS is used in the breakdown of indicators that meet the criteria of fire safety management to be more systematic and detailed. Based on previous literature studies, the reality in the field shows that most high office buildings have not implemented the FSM system properly and consistently. Besides, there is no clear relationship regarding the role of insurance in fire protection financing in building buildings. To address this, we propose to consider the extent to which the Building conducts the application of fire safety management in determining insurance premium rates to improve the application of fire safety management in high-rise buildings. After the dissemination of the questionnaire resulted that 36 high-rise office buildings have not fully implemented fire safety management with the lowest value in the dimension of the safety of people is 89% and the highest in the dimension of Fire Prevention is 93%. This is in line with the results of fire safety management relationships and insurance premium costs that show that Fire Prevention is related inversely significant while people's safety is not significant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Indra Nur Pratama
"Penelitian ini membahas mengenai Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) berdasarkan Peraturan Menterei PUPR No 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi dan Instrukai Menteri PUPR No 2 Tahun 2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada proyek pembangunan rumah susun dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja keselamatan konstruksi. SMKK merupakan istilah baru yang diperkenalkan oleh Permen PUPR No 10 Tahun 2021 di mana ini merupakan istilah baru pengganti Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di mana SMK3 sendiri sudah berada di dalam SMKK. Kemudian akibat terjadinya pandemi COVID-19, disusunlah Protokol Pencgahan COVID-19 yang mengacu pada Inmen PUPR No 2 Tahun 2020 yang dimasukkan menjadi bagian dari SMKK sehingga pada penelitian ini keduanya dievaluasi secara bersmaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penerapan SMKK pada proyek pembangunan rumah susun (rusun), mengevaluasi penerapan SMKK pada proyek pembangunan rusun berdasarkan Permen PUPR No 10 Tahun 2021 dan Inmen PUPR No 2 Tahun 2020 serta memberikan rekomendasi perbaikan dan tindak lanjut jika tingkat pemenuhan SMKK terhadap peraturan yang ada masih rendah. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif di mana pada umumnya penelitian kualitatif ini didesain secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat pemenuhan SMKK berdasarkan peraturan yang ada serta memberikan rekomendasi perbaikan dan tindak lanjut untuk meningkatkan kinerja keselamatan konstruksi.

This study discusses the Evaluation of the Construction Safety Management System (CSMS) based on The Ministry of Public Works and Housing (Kemen PUPR) Regulation No 10 of 2021 concerning Guidelines for CSMS and Instructions of Kemen PUPR No 2 of 2020 regarding the Protocol to Prevent the Spread of Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) in the Implementation of Construction Services on apartment construction projects to improve construction safety performance. CSMS is a new term introduced by Kemen PUPR Regulation No 10 of 2021 which is a new term to replace the Occupational Health and Safety (OHS) Management System where OHS Management System itself is already included in CSMS. Then due to the COVID-19 pandemic, a COVID-19 Prevention Protocol was compiled which refers to Instructions of Kemen PUPR No 2 of 2020 which was included as part of the CSMS so that in this study both were evaluated simultaneously. The purpose of this study was to find out how the process of implementing and evaluating the implementation of CSMS in apartment construction projects based on Instructions of Kemen PUPR 10 of 2021 and Instructions of Kemen PUPR No 2 of 2020 and provide recommendations for improvement and follow-up if the level of compliance in CSMS against existing regulations is still low. This research was conducted qualitatively that was designed descriptively. The results of this study are the level of compliance in CSMS based on existing regulations and provide recommendations for improvement and follow-up to improve construction safety performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>