Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eben Kalemben
"Latar Belakang: Obat kumur propolis 5% mengandung ekstrak propolis yang memiliki bahan bioaktif yang bersifat antibakteri. Propolis diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan gram positif. Akan tetapi penelitian mengenai sensitivitas bakteri gram negatif dan gram positif terhadap obat kumur propolis, belum pernah dilakukan. Tujuan:. Mengamati sensitivitas Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual-spesies, terhadap obat kumur propolis 5%. Metode: Pembuatan biofilm dilakukan dengan menggunakan metode 96-well plate dengan inkubasi selama 24 jam. Biofilm dual spesies yang diberikan aquades, digunakan sebagai kontrol negatif. Ekstraksi DNA dilakukan pada sampel biofilm, dan konsentrasi DNA sampel, distandarisasi dengan Qubit fluorometer untuk real-time polymerase chain reaction (qPCR). Gen target dalam penelitian ini adalah Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Selanjutnya, nilai Ct dikuantifikasi dengan menggunakan metode Livak (2-∆∆Ct) dan analisis statistik dilakukan menggunakan Graph pad dan SPSS. Hasil: Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual spesies yang diberikan obat kumur propolis 5%, memiliki nilai Ct rata-rata yang lebih rendah dibandingan dengan sampel yang diberikan akuades. Lebih lanjut, setelah dilakukan kuantifikasi dengan metode Livak, Porphyromonas gingivalis memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Staphylococcus aureus. Proporsi Porphyromonas gingivalis sebesar 9.70929% dari total bakteri. Sedangkan Staphylococcus aureus diperoleh dengan proporsi sebesar 1.24081% dari total bakteri. Pembahasan: Adanya bahan aktif dalam obat kumur propolis 5%, serta adanya perbedaan struktur sel pada biofilm dual-spesies, dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Kesimpulan: Staphylococcus aureus lebih sensitif terhadap obat kumur propolis 5% dibanding Porphyromonas gingivalis.

Background: Propolis Mouthwash 5% contains propolis extract which has bioactive ingredients that are antibacterial. Propolis is known to have the ability to inhibit the growth of gram-negative and gram-positive bacteria. However, studies on the sensitivity of gram-negative and gram-positive bacteria to propolis mouthwash have never been carried out. Objective: Observing sensitivity Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in dual-species biofilm, to Propolis Mouthwash 5% Methods:. Biofilms were made using the 96-well method in 24 hour incubation. Dual species biofilm provided with distilled water was used as a negative control. DNA from samples was extracted and standardized using a Qubit fluorometer for real-time polymerase chain reaction (qPCR). Target genes used in this study were Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Furthermore, the value of Ct was quantified using the Livak method (2-∆∆Ct) and statistical analysis was performed using Graph pad and SPSS. Results: Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in biofilm dual species, which given propolis mouthwash 5%, had a lower average Ct value compared to samples given distilled water. Furthermore, after quantification using the Livak method, Porphyromonas gingivalis had a higher proportion than Staphylococcus aureus. The proportion of Porphyromonas gingivalis is 9.70929% of the total bacteria. While Staphylococcus aureus was obtained with a proportion of 1.24081% of the total bacteria. Discussion: The presence of the active ingredient in 5% propolis mouthwash and differences in cell structure in dual-species biofilms, could influence the growth of Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Conclusion: Staphylococcus aureus was more sensitive to 5% propolis mouthwash than Porphyromonas gingivalis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keely Ladiana Riza
"Pendahuluan: Penyakit periodontal di Indonesia merupakan penyakit gigi dan mulut terbesar kedua menurut Riskesdas 2018 dengan prevalensi sebesar 74,1%. Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada gingiva yang disebabkan oleh akumulasi plak akibat bakteri yang salah satunya adalah bakteri Porphyromonas gingivalis. Selain perawatan antibakteri, inflamasi pada periodontitis juga perlu ditangani. Dalam perawatan periodontitis untuk mencegah inflamasi, chlorhexidine dan ibuprofen merupakan agen terapeutik yang umum digunakan. Namun, penggunaan jangka panjang kedua agen tersebut dapat menimbulkan beberapa efek samping dan menunjukkan sitotoksisitas terhadap sel tubuh. Sekarang, sudah mulai ditemukan perawatan alternatif antiinflamasi. Salah satunya adalah propolis yang merupakan zat resin yang berasal dari ekstrak tumbuhan yang dibuat oleh spesies lebah. Propolis sudah terbukti memiliki sifat antiinflamasi dengan mengurangi ekspresi sitokin inflamasi. Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai jenis propolis dan salah satunya adalah propolis Heterotrigona itama. Namun, sitotoksisitas propolis H. itama belum banyak diteliti di Indonesia. Dengan itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat sitotoksisitas obat kumur propolis H. itama 5% sebagai alternatif perawatan periodontitis. Metode: Analisis kualitatif tingkat sitotoksisitas obat kumur propolis H. itama 5% terhadap sel makrofag peritoneal tikus muda secara in vitro melalui gambaran mikroskopis. Hasil analisis kualitatif akan dilakukan skoring berdasarkan panduan ISO 10993-5:2009. Hasil: Obat kumur propolis H. itama 5% memiliki tingkat sitotoksisitas yang tinggi terhadap sel makrofag peritoneal tikus karena adanya penurunan jumlah sel lebih dari 50% pada kultur makrofag berdasarkan gambaran mikroskopis. Obat kumur propolis H. itama memiliki tingkat sitotoksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine dan ibuprofen. Kesimpulan: Obat kumur propolis H. itama memiliki tingkat sitotoksisitas tinggi dengan hasil skor 3 dan lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine dan ibuprofen berdasarkan panduan ISO 10993-5:2009. Namun, dibutuhkan penelitian lanjut dengan uji sitotoksisitas metode kuantitatif dan uji lanjutan in vivo agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Introduction: Periodontal disease is the second largest dental and oral diseases in Indonesia according to Riskesdas 2018 with a prevalence of 74.1%. Periodontitis is an inflammatory disease of the gingiva caused by the accumulation of plaque by bacteria, one of which is Porphyromonas gingivalis. In addition to antibacterial treatment, inflammation in the pathogenesis of periodontitis also needs to be treated. For anti-inflammation treatment in periodontitis, chlorhexidine and ibuprofen are commonly used therapeutic agents. However, long-term use of both agents can cause several side effects and show cytotoxicity to different types of cells in the body. Nowadays, alternative anti-inflammatory treatments are starting to be discovered and used for periodontal diseases. One of them is propolis which is a resinous substance derived from plant extracts made by bee species. Propolis has been proven to have anti-inflammatory properties by reducing the expression of inflammatory cytokines. In Indonesia itself, there are various types of propolis and one of them is the Heterotrigona itama propolis. However, the cytotoxicity grade of H. itama propolis has not been widely studied in Indonesia. Therefore, the aim of this study was to determine the level of cytotoxicity of H. itama propolis mouthwash 5% as an alternative treatment for periodontitis. Methods: Qualitative analysis of the cytotoxicity of H. itama propolis mouthwash towards peritoneal macrophage cells of young mouse in vitro through microscopic images. The results of the qualitative analysis will be scored based on ISO 10993-5:2009 guidelines. Results: H. itama propolis mouthwash 5% has a high level cytotoxicity to mouse peritoneal macrophage cells due to a decrease in cell number of more than 50% in macrophage culture observed from microscopic images. H. itama propolis mouthwash has higher cytotoxicity level compared to chlorhexidine and ibuprofen. Conclusion: H. itama propolis mouthwash has a high level of cytotoxicity with a cytotoxicity score of 3, and is higher compared to chlorhexidine and ibuprofen. However, further research is needed with quantitative cytotoxicity tests and further in vivo tests to get more accurate results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audra Nadhifa Sulaksono
"Latar Belakang: Protein saliva pada pelikel yang melapisi jaringan rongga mulut dapat mendukung perlekatan bakteri. Terdapat perbedaan kandungan protein antara saliva anak dan dewasa. Bakteri hidup dalam ekuilibrium pada mulut. Porphyromonas gingivalis dan Solobacterium moorei merupakan bakteri yang berperan pada kejadian patologis rongga mulut. Belum diketahui pengaruh saliva terhadap interaksi antar-bakteri tesebut. Tujuan: Menetapkan pengaruh pajanan protein saliva terhadap pembentukan biofilm dual-spesies Porphyromonas gingivalis dan Solobacterium moorei. Metode: Pajanan protein saliva asal subjek anak dan dewasa sebagai pelikel artifisial terhadap pembentukan biofilm dual- spesies Porphyromonas gingivalis dan Solobacterium moorei dilakukan pada 96-well plate, kemudian diinkubasi selama 24 jam secara anaerob. Selanjutnya, dilakukan pewarnaan dengan kristal violet untuk perhitungan massa biofilm dan jumlah koloni dengan OpenCFU, serta dilakukan Total Plate Counting untuk perhitungan viabilitas bakteri. Hasil: Pembentukan biofilm tidak menghasilkan tren berdasarkan konsentrasi protein saliva dan mengalami peningkatan pada pajanan saliva anak dibandingkan saliva dewasa. Biofilm menurun pada pajanan saliva dewasa dibandingkan variabel kontrol. Pada pajanan saliva anak, terjadi peningkatan dan penurunan pembentukan biofilm dibandingkan variabel kontrol. Kesimpulan: Pajanan saliva dewasa dapat menghambat pembentukan biofilm, sementara pengaruh pajanan protein saliva anak terhadap pembentukan biofilm belum dapat ditentukan secara pasti. Pembentukan biofilm tidak dipengaruhi oleh konsentrasi protein. Interaksi antar-bakteri yang dihasilkan berbeda antara pajanan protein saliva anak dan dewasa.

Background: Salivary pellicle that coats the oral cavity surface tissues contains proteins that promotes bacteria attachment. Difference was shown in protein content between child and adult saliva. Bacteria lives in equilibrium inside the oral cavity. Porphyromonas gingivalis and Solobacterium moorei are bacterias that contributes to oral disease. The effect of saliva on the interactions between the two bacteria is unknown. Objective: Determine the effect of salivary protein exposure on the formation of dual-species biofilm Porphyromonas gingivalis and Solobacterium moorei. Methods: Dual-species biofilm formation was carried out on 96-well plates, then incubated for 24 hours anaerobically. Furthermore, staining with crystal violet was carried out to calculate biofilm mass and number of colonies using OpenCFU, then Total Plate Counting was performed for bacteria viability measurement. Results: Biofilm formation did not produce a trend based on salivary protein concentration. There was an increase in biofilm formation in child saliva exposure compared to adult saliva. Compared to control variables, biofilms decreased in adult saliva exposure. In child saliva exposure, both increase and decrease of biofilm was shown compared to control variables. Conclusion: Adult saliva exposure can inhibit biofilm formation, while the effect of child saliva exposure on biofilm formation cannot be certainly determined. Biofilm formation is not affected by protein concentration. Inter-bacterial interactions differed between child and adult saliva exposure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Feriana Putri
"ABSTRAK
Porphyromonas gingivalis memiliki faktor virulensi seperti gingipain dan lipopolisakarida, yang dapat menyebabkan bakterimia hingga dapat mecapai ke otak dan mengaktivasi pelepasan sitokin neuroinflamasi. Sitokin seperti TNF-α, IL-1β dan IL-4 diproduksi oleh sel neuron, astrosit, dan mikroglia. Penelitian ini menganalisis pengaruh co-culture sel neuron dengan P. gingivalis yang telah di-coating antibodi anti P. gingivalis terhadap sitokin yang dihasilkan oleh sel neuron. Ekspresi gen sitokin TNF-α dan IL-1β pada sel neuron dievaluasi menggunakan RTqPCR, sedangkan supernatan digunakan untuk menganalisis pelepasan protein sitokin IL-4 menggunakan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P. gingivalis yang di coating antibodi anti P. gingivalis sebelum co-culture dengan sel neuron dapat menurunkan ekspresi mRNA TNF-α dan IL-1β sel neuron. Selain itu, pelepasan protein IL-4 juga menurun.

ABSTRACT
Porphyromonas gingivalis has virulence factors such as gingipain and lipopolysaccharide, which can cause bacteremia to reach the brain and activate the release of neuroinflammatory cytokines. Cytokines such as TNF-α, IL-1β and IL-4 are produced by neurons, astrocytes, and microglia cells. This study analyzed the effect of co-culture of neuron cells with P. gingivalis coated with anti P. gingivalis antibodies against cytokines produced by neuron cells. The gene expressions of the TNF-α and IL-1β cytokine in neurons was evaluated using RTqPCR, whereas supernatant was used to analyze the release of cytokine protein IL-4 using ELISA. The results showed that P. gingivalis coated with anti P. gingivalis antibody before co-culture with neuron cells could decrease the gene expressions of TNF-α and IL-1β neuron cells. In addition, the release of IL-4 protein also decreased."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Rezka Nur Alima
"Periodontitis merupakan penyakit gigi dan mulut yang dipicu inflamasi kronis serta menjadi sebab utama kehilangan gigi. Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan komponen prominen pada etiologi periodontitis kronis yang membentuk “red complex” bersama dengan bakteri T. forysthia dan T. denticola. Porphyromonas gingivalis secara lokal dapat menginvasi jaringan periodontal dan menurunkan mekanisme pertahanan host, sementara Streptococcus sanguinis merupakan bakteri komensal oral yang berperan sebagai bakteri pioner kolonisasi bakteri pada pembentukan biofilm. Salah satu tanaman yang memiliki nilai ethnomedis dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah daun sirsak (Annona muricata L.) dengan senyawa aktif seperti alkaloid, fenol, flavanoid, dan tannin. Tujuan : Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirsak terhadap bakteri Poprhyromonas gingivalis dan Streptococcus sanguinis. Metode : Ekstrak etanol daun sirsak disiapkan pada berbagai konsentrasi v/v (60%,50%,25%,12,5%,6,25%,3,125%), lalu dilakukan Uji Kadar Hambat Mininum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri P. gingivalis dan S. sangunis. Hasil Penelitian : Nilai KHM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis ditetapkan pada konsentrasi ekstrak 25% dan 12,5%, sementara KBM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah 50% dan 60%. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar hambat pada kelompok perlakuan bakteri P.gingivalis dan S.sanguinis dengan kontrol positif CHX 0,2% dengan uji Post-Hoc Tukey (p≤0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol daun sirsak efektif menghambat dan membunuh bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis.

Periodontitis merupakan penyakit gigi dan mulut yang dipicu inflamasi kronis serta menjadi sebab utama kehilangan gigi. Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan komponen prominen pada etiologi periodontitis kronis yang membentuk “red complex” bersama dengan bakteri T. forysthia dan T. denticola. Porphyromonas gingivalis secara lokal dapat menginvasi jaringan periodontal dan menurunkan mekanisme pertahanan host, sementara Streptococcus sanguinis merupakan bakteri komensal oral yang berperan sebagai bakteri pioner kolonisasi bakteri pada pembentukan biofilm. Salah satu tanaman yang memiliki nilai ethnomedis dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah daun sirsak (Annona muricata L.) dengan senyawa aktif seperti alkaloid, fenol, flavanoid, dan tannin. Tujuan : Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirsak terhadap bakteri Poprhyromonas gingivalis dan Streptococcus sanguinis. Metode : Ekstrak etanol daun sirsak disiapkan pada berbagai konsentrasi v/v (60%,50%,25%,12,5%,6,25%,3,125%), lalu dilakukan Uji Kadar Hambat Mininum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri P. gingivalis dan S. sangunis. Hasil Penelitian : Nilai KHM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis ditetapkan pada konsentrasi ekstrak 25% dan 12,5%, sementara KBM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah 50% dan 60%. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar hambat pada kelompok perlakuan bakteri P.gingivalis dan S.sanguinis dengan kontrol positif CHX 0,2% dengan uji Post-Hoc Tukey (p≤0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol daun sirsak efektif menghambat dan membunuh bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tienneke Riana Septiwidyati
"Faktor virulensi dalam bentuk molekul maupun sel bakteri Porphyromonas gingivalis ditemukan pada penderita Alzheimer dan salah satu jalur penyakit ini adalah melalui apoptosis pada siklus sel neuron. Penelitian ini menganalisis efek pajanan bakteri Porphyromonas gingivalis terhadap ekspresi gen E2F1, CDK1, dan iNOS pada kultur sel neuron. Gen-gen tersebut dilaporkan memiliki peran pada siklus sel. Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vitro, untuk menganalisis ekspresi mRNA gen E2F1, CDK1, dan iNOS menggunakan Real Time PCR. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa whole-cell Porphyromonas gingivalis dapat meningkatkan ekspresi E2F1 yang merupakan biomarker fase G1 dan faktor transkripsi. Namun, menurunkan ekspresi CDK1 yang merupakan biomarker checkpoint G2/M dan iNOS yang dapat memproduksi NO yang berperan untuk menghambat proliferasi sel. Kesimpulannya Porphyromonas gingivalis dapat mengaktifkan kembali siklus sel neuron, namun dapat menyebabkan kematian sel melalui apoptosis.

The virulence factor and the bacterial cell Porphyromonas gingivalis were found in Alzheimers patients and one of the pathways for this disease was through apoptosis in the neuron cell cycle. This study analyses the effect of Porphyromonas gingivalis on the expression of E2F1, CDK1, and iNOS genes on neuron cell culture. These genes are reported to have a role in the cell cycle. The design of this study is an in vitro experimental study, to analyze the expression of mRNA genes E2F1, CDK1, and iNOS using Real Time PCR. The results of this study indicate that whole-cell Porphyromonas gingivalis can increase the expression of E2F1 which is a G1 phase biomarker and transcription factor. However, reducing the expression of CDK1 which is a biomarker of G2 / M checkpoint and iNOS that can produce NO has a role to inhibit cell proliferation. In conclusion, Porphyromonas gingivalis can reactivate the neuron cell cycle but can cause cell death through the apoptotic."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrachma Hakim
"Latar Belakang: Penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotik dapat meningkatkan resistensi antibiotik, sehingga dibutuhkan agen probiotik, yang diperoleh dari S. salivarius untuk menghambat pertumbuhan P. gingivalis sebagai bakteri patogen periodontitis.
Tujuan: Menganalisis potensi hambat S. salivarius dan protein S. salivarius yang diisolasi dari saliva dan dorsum lidah subjek dewasa terhadap pertumbuhan P. gingivalis.
Metode: Uji PCR, SDS-Page, deferred antagonism test, well diffusion agar.
Hasil: Analisis terhadap pita DNA hasil amplifikasi PCR mendukung identifikasi koloni S. salivarius pada agar Mitis Salivarius. Hasil analisis SDS-Page menjelaskan adanya kesamaan dan perbedaan profil protein, yang berasal dari cell lysate S. salivarius. Pada uji deferred antagonism test terbukti bahwa S. salivarius baik isolat saliva maupun dorsum lidah, dapat menghambat pertumbuhan P. gngivalis, dengan perbedaan tidak bermakna (p>0.05). Sama halnya dengan uji well diffusion agar, protein S. salivarius isolat saliva maupun dorsum lidah berpotensi menghambat pertumbuhan P. gingivalis dengan perbedaan tidak signifikan (p>0.05).
Kesimpulan: S. salivarius dan protein S. salivarius baik isolat saliva maupun isolat dorsum lidah memiliki potensi yg sama dalam menghambat pertumbuhan P. Gingivalis in vitro.

Background: Excessive and misuse of antibiotics can increase antibiotic resistance, so it takes probiotic agent, obtained from S. salivarius to inhibit the growth of P. gingivalis as periodontitis pathogenic bacteria.
Objective: To determine the potential inhibitory of S. salivarius and protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue adults on the growth of P. gingivalis.
Methods: PCR test, SDS-Page, deferred antagonism test, well diffusion agar.
Results: Analysis of PCR DNA amplification product supports the identification of S. salivarius colonies on Mitis Salivarius agar. SDS-Page analysis explains the similarities and differences in protein profiles, derived from cell lysates of S. salivarius. On the deferred antagonism test proved that both S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue, can inhibit the growth of P. gingivalis, but there is no significant difference (p> 0.05). Similarly, the well diffusion agar, protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue has the potential to inhibit the growth of P. gingivalis with no significant difference (p> 0.05).
Conclusions: S. salivarius and protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue has the same potential in inhibiting the growth of P. gingivalis in vitro.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephani Dwiyanti I.
"Latar Belakang: Porphyromonas gingivalis adalah salah satu bakteri penyebab utama periodontitis kronis. Infeksi kronis merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner, yaitu penyempitan arteri jantung karena tumpukan plak.
Tujuan: menganalisis perbedaan kuantitatif P.gingivalis plak gigi serta hubungannya dengan status periodontal PJK dan non PJK.
Metode: 66 pasien PJK dan 40 non PJK dilakukan pemeriksaan status periodontal dan plak subgingiva untuk diketahui kuantitatif P.gingivalis dengan real-time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada kuantitatif P. gingivalis penderita PJK dibandingkan dengan non PJK. Pada PJK terdapat hubungan antara kuantifikasi P.gingivalis dengan kedalaman poket.
Kesimpulan: Kuantitatif P.gingivalis penderita PJK lebih tinggi dibandingkan non PJK. Pada penderita PJK terdapat hubungan kuantitatif P.gingivalis dengan kedalaman poket.

Background: Porphyromonas gingivalis is one of the bacterias that causes chronic periodontitis. Chronic infection is a risk factor for coronary heart disease, a narrowing of coronary artery due to plaque build-up.
Objective: to analyse quantitative difference of P.gingivalis on dental plaque and its relationship with periodontal status of CHD patient and control.
Methods: Periodontal status of 66 CHD patient and 40 control was checked. Subgingival plaque was isolated and P.gingivalis was measured using real-time PCR.
Result: There was significant difference between P.gingivalis of CHD and non CHD patients. There was relationship between P.gingivalis and pocket depth of CHD patient.
Conclusion: Quantity of P.gingivalis in CHD patients is higher than non CHD patients. There was relationship between quantity of P.gingivalis and pocket depth of CHD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Reina Lamtiur
"Ekstrak etanol temulawak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen rongga mulut Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis. Digunakan konsentrasi ekstrak etanol temulawak teridentifikasi sebesar 0.5-25%. Ekstrak etanol temulawak terhadap bakteri dipapar pada 96 well-plate diinkubasi selama 18 jam dengan suhu 37oC suasana anaerob. Uji kualitatif menggunakan kristal violet 0.5% dan nilai Optical Density dibaca (490nm). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi menghambat pembentukan biofilm S. sanguinis (KHBM50 0.5% KHBM90 15%) dan P. gingivalis (KHBM50 15%) tunggal dan kombinasi (KHBM50 0.5% KHBM90 15%). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi memiliki potensi sebagai penghambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis.

Java turmeric has antibacterial effect against oral pathogens. The concentration ranged from 0.5-25% were used. Biofilm formation inhibition assay was conducted on a 96 well-plate by using BHI enriched with 0.2% sucrose at 37oC for 18h. After staining with 0.5% crystal violet the optical density was read at 490nm. Java turmeric shows pontential to inhibit biofilm formation of S. sanguinis (IC50 0.5% IC90 15%) and P. gingivalis (IC50 15%) on single and dual species (IC50 0.5% IC90 15%). Java turmeric has potential to inhibit the biofilm formation of Streptococcus sanguinis and Porphyromonas gingivalis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezon Yanuar
"Temulawak merupakan tanaman obat asli Indonesia yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri dan antibiofilm. Tujuan penelitian adalah menganalisa efikasi ekstrak etanol temulawak teridentifikasi (EETT) dalam mengeradikasi biofilm S.sanguinis dan P.gingivalis. Metode Biofilm assay: biofilm S.sanguinis, P.gingivalis, dan kombinasi keduanya dalam berbagai fase pembentukan biofilm dipaparkan ekstrak etanol temulawak pada konsentrasi 0,5%-25% selama 1 jam. Persentase eradikasi biofilm dinilai dengan menggunakan MTT assay. Hasil menunjukkan efikasi EETT dalam mengeradikasi biofilm setara Chlorhexidine terhadap fase awal pembentukan biofilm. EETT lebih efektif terhadap biofilm S.sanguinis dibandingkan biofilm P.gingivalis. Sehingga disimpulkan ekstrak etanol temulawak mampu mengeradikasi biofilm S.sanguinis dan P.gingivalis.

Java turmeric was a Indonesia’s native medicinal plant which’s known have an antibacteria and antibiofilm activity. Purpose this research is to analyze the efficacy of java turmeric ethanol extract identified (JTEEI) in eradicating S.sanguinis and P.gingivalis biofilm. Method Biofilm assay: single and combination biofilm on different phase biofilm formation will exposed by JTEEI at concentration 0,5%-25% for 1h. The percentage of eradication was tested with MTT assay. Result efficacy JTEEI in eradicating biofilm is equal Chlorhexidine against early phase of biofilm formation. JTEEI more effective against S.sanguinis biofilm than P.gingivalis biofilm. Conclusion is JTEEI can eradicate S.sanguinis and P.gingivalis biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>