Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendi
"Retakan transversal pada dek jetty berpola tertentu bisa mengidentifikasikan bahwa struktur tersebut mempunyai masalah direncana desain, rencana durabilitas ataupun pada proses konstruksi. Retakan pada beton merupakan hal yang normal terjadi. Namun, pada level tertentu retakan ini akan memberikan perasaan tidak aman dan nyaman kepada pengguna fasilitas yang ada.
Laporan ini merupakan hasil dari laporan investigasi yang telah dilakukan pada proyek yang memiliki masalah retakan transversal pada dek nya. Pada investigasi tersebut dilakukan pada 3 bagian yang bisa berkontribusi terhadap retakan yang terjadi. 3 hal tersebut adalah standar kualitas yang berhubungan dengan material yang digunakan, metode konstruksi dan desain struktur.
Hasil dari analisa yang telah dilakukan, tingkat absorpsi agregat kasar yang bisa menyebabkan shrinkage pada beton sedikit lebih tinggi tetapi menurut literatur bukan merupakan penyebab utama. Waktu pengecoran beton untuk dek trestle disarankan dilakukan teratur dengan mempertimbangkan suhu lingkungan pada saat itu. Efek perbedaan temperature pada struktur dan shrinkage sebaiknya diperhitungkan dan diameter dan pengaturan letak tulangan transversal perlu di-review kembali untuk menghindari pelemahan pada potongan transversal dek Jetty.

Transverse cracking on trestle jetty deck with specific pattern can be some sign that the structures might be have some issued in the design pan, durability plan or in construction stages. Some crack in the concrete is normal to occurs but in the certain level, these cracks will make the user of the facilit feel unsafe and uncomfortable.
These report os the results of investigation on the project that have transverse cracking issued on the deck. Based on the literature study, there are three things that might contribute usch as quality standards that related to materials and design mix of concrete, construction work’s method and structural design.
Based on the analysis result, there some material quality such as absorption fine and coarse aggregate, concrete strength, cement content and the usage one design mix for all structures can make the deck likely to have transverse cracking. Construction method that related to the surrounding enviroment such as ambient temperature, concrete temperature, time of casting that affecting the cracks also. In the desain part, the analysis of loading from shrinkage and temperature gradient also can be the main issues if its not considered in the design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wisnu Kuncoro
"Pipe Support merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada instalasi pipa dan pada bagian ini sering terjadi korosi, posisinya yang tertutup dan sulit seringkali tidak dapat di inspeksi visual maupun alat inspeksi biasa. Korosi merupakan masalah di dalam industri produksi karena dapat menurunkan efektivitas produksi dan menimbulkan kerusakan yang berakibat fatal. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memperoleh keakuratan penggunaan dari alat PAUT dan SRUT terhadap korosi ,mendapatkan karakterisasi material, dan analisa CUPS. Kalibrasi PAUT 1 (Gain 25, Focus Depth 40) yang menggunakan Total Focusing method mengalami kendala saat inspeksi pada pipe support karena jarak pantulan untuk mendeteksi CUPS melebihi 3x ketebalan dari material dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm. Sedangkan dengan Kalibrasi PAUT 2 (Gain 30, Focus Depth 30) saat dilakukan inspeksi, akan tetapi karena CUPS merupakan korosi yang terjadi di eksternal pipa dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm sehingga menggukan Gain 70-80 dB pada saat inspeksi. Efek dari penggunaan gain yang tinggi saat inspeksi mengakibatkan hanya hasil inspeksi A-scan yang dapat di interpretasi kedalaman serta jarak korosi, sedangkan S-scan pulsa nya merah semua sehingga hasil inspeksi nya tidak dapat di interpretasi hasil S-scan. Hasil Inspeksi SRUT pada line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 jarak korosi dari probe 19.4 mm,panjang 128.1 mm, lebar 36.1 mdan pada line number 38P24-4-CB2B/PS 3 jarak korosi dari probe 51.7 mm, panjang 188.7 mm dan lebar 34.2 mm. Data komposisi material sesuai dengan spesifikasi A 106 Gr. B dan sample produk korosi yang dominan adalah chromite FeCr2O4 sebesar 74% serta komposisi produk korosi yang paling kecil adalah hematite Fe2O3 8%. Pengujian Optical microscopy menampilkan foto microstructure dari sample potongan pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B terdiri dari pearlite yang gelap tertanam di substrat yang putih. Data laju korosi hasilnya potensial korosi sebesar -674 mv, arus korosi sebesar 27.80 uA, dan laju korosi sebesar 12.7 mpy.

Pipe Support is an integral part of the pipe installation and in this section corrosion often occurs, its closed and difficult position often cannot be visually inspected or by ordinary inspection tools. Corrosion is a problem in the production industry because it can reduce the effectiveness of production and cause fatal damage. The ultimate goal of this research is to obtain the accuracy of the use of PAUT and SRUT tools against corrosion, obtain material characterization, and CUPS analysis. PAUT 1 calibration (Gain 25, Focus Depth 40) using the Total Focusing method encountered problems during inspection of the pipe support because the reflection distance to detect CUPS exceeds 3x the thickness of the material and the inspection distance from probe to CUPS is more than 15 cm. Meanwhile, with PAUT 2 Calibration (Gain 30, Focus Depth 30) during inspection, however, because CUPS is corrosion that occurs on the external pipe and the inspection distance from the probe to CUPS is more than 15 cm so we use a Gain of 70-80 dB during inspection. The effect of using high gain during inspection results in only the A-scan inspection results being able to interpret the depth and distance of corrosion, while the S-scan pulses are all red so that the inspection results cannot be interpreted from the S-scan results. SRUT inspection results on line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 corrosion distance from probe 19.4 mm, length 128.1 mm, width 36.1 m and line number 38P24-4-CB2B/PS 3 corrosion distance from probe 51.7 mm, length 188.7 mm and 34.2mm wide. Material composition data according to specification A 106 Gr. B and the dominant corrosion product sample is chromite FeCr2O4 by 74% and the composition of the smallest corrosion product is hematite Fe2O3 8%. Optical microscopy testing displays a photo of the microstructure of the sample pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B consists of dark pearlite embedded in a white substrate. Corrosion rate data results in a corrosion potential of -674 mv, a corrosion current of 27.80 uA, and a corrosion rate of 12.7 mpy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adyutatama
""Analisa kegagalan pada water injection tubing dengan ukuran 1 7/8"" dan ketebalan 0.217"" (0,551 cm) dilakukan untuk menyelidiki penyebab kegagalan pada tubing tersebut dan untuk mencari material pengganti material tubing yang gagal tersebut. Sampel material water injection tubing digunakan.pada kondisi operas! down hole dibawah packer dengan temperatur operas! dan tekanan tubing produksinya adalah 264 _F dan 2627 psig. Kegagalan pada sampel disebabkan oleh korosi uniform yang meratayang disertai dengan korosi terlokalisasi. Jenis baja yang digunakan ditentukan dengan hasil pengujian komposisi, tank dan kekerasan yang dibandingkan dengan literatur. Pengaruh kenaikan temperatur terhadap kecepatan korosi diuji dengan pengujian polarisasi. Untuk pengaruh gas CO2 dan pemilihan material pengganti dilakukan dengan pengujian polarisasi menggunakan air injeksi dan air Nad 10000 ppm yang dilakukan pada temperatur 90 _C disertai dengan blowing CO2. Produk korosi diuji dengan EDX (Energy dispersive X-ray spectroscopy) dan XRD (X-ray diffraction). Pengujian lainnya yang dilakukan adalah pengujian resist ivitas dan pengujian komposisi air injeksi. Hasil pengujian menunjukan bahwa material sampel adalah baja API 5CT N80 dengan produk korosi Fe2O3, FeS, dan FeCO3. Penyebab korosi material tersebut adalah adanya komposisi CO2 pada water injection, temperatur operasi yang tinggi (264 _F). Jenis material pengganti tersebut adalah API 5 CT L80-9Cr, API 5CT L-80. dan API 5CT J55. Kecepatan korosi material tersebut menggunakan air injeksi dengan blowing CO2 adalah API 5 CT L80-9Cr (23.095 mpy), API 5CT L-80 (25.051 mpy). dan API 5CT J55 (70,879 mpy} sehingga material API 5 CT L80-9Cr digunakan sebagai material pengganti.""
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Saputra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2009
TA1335
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dasalak, David
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prameswari SM
"ABSTRAK
Korosi baja tulangan dalam beton dewasa ini Ielah menjadi masalah utama dalam merawat struktur-struktur bangunan terutama pada jembatan dan bangunan disekitar laut. Pada kondisi ini, serangan ion khlorida dari air laut sangat herperan dalam menurunkan umur pakai dan kualitas beton. Usaha dan penelitian telah banyak dilakukan untumengendalikan korosi pada haja tulangan dalam beton, salah satunya adalah dengan penambahan inhibitor nitril (dalam hal ini NaNO2) ke dalam campuran heton. Inhibitor ini sangat disarankan karena lebih efektif dan ekonomis haik untuk
struktur-struktur baru maupun yang diperbaiki. Untuk mempelajari mekanisme NaNO2 dalam mengikisi korosi baja tulangan dalam helon digunakan Electrochemical Impedance Spectroscop karena dapat memberikan data yang lebih akurat untuk mempelajari prilaku koro si dan pasifitas antarmuka baja tulangan dalam beton.
Parameter kondisi beton dibuat dengan perhandingan air-semen 0.6 dengan.
Variabel konsentrasi inhibitor NaN02 sebesar 5 L/m3, 15 L/m3, dan 30 L/m3, yang dicelup lie dalam air laut buatan (35 gpl Na) teknis. Pengukuran EIS dilalrukan selama 5 minggu (minggu ke-5, 6, 7, 8. dan ke-9 setelah curing) dengan membenikan polensial bolak-balik 10 mV dan selang frek uensi dari 5000 Hz sampai 0,002 Hz. Spektra impelansi hasil pengukurcan HIS dipresentasikan da/am bentuk kurva Nyquist dan Bode.
"
2001
S41398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Dwi Antony
"Dalam pengelasan dan tahapan fabrikasi, proses perbaikan pengelasan (repair welding) diperlukan untuk menghilangkan cacat pengelasan. Penelitian ini berfokus pada pengaruh pengelasan perbaikan berulang terhadap struktur mikro, sifat mekanik, dan ketahanan korosi pada lingkungan klorida dari Duplex Stainless Steel (DSS) UNS S31803. Pengelasan perbaikan menggunakan kombinasi pengelasan manual GTAW dan SMAW dilakukan sebanyak tiga kali dengan rata-rata masukan panas sebesar 1,5 – 1,8 KJ/mm. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain uji kekerasan mikro Vickers, impak Charpy pada temperatur -40 °C, uji celup pada larutan FeCl3.6H2O serta uji polarisasi linier. Selanjutnya, pengamatan area hasil lasan dan terkorosi dilakukan menggunakan SEM serta karakterisasi komposisi kimia lokal menggunakan EDS.
Hasil pengujian mekanik menunjukkan bahwa pengelasan perbaikan berulang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik. Sedangkan dari pengujian korosi didapatkan bahwa pengelasan perbaikan berulang menurunkan ketahanan korosi dari hasil lasan DSS ditandai dengan laju korosi tertinggi dan penurunan nilai potensial pitting (Epit) terbesar pada perbaikan ketiga. Lebih lanjut, pengamatan struktur mikro dilakukan pada hasil lasan dan area terkorosi untuk mengetahui pengaruh pengelasan perbaikan berulang pada DSS UNS S31803, mengingat sampai saat ini pengelasan perbaikan pada DSS dibatasi hanya diperbolehkan satu kali.

During welding and also in the stages of fabrication, welding repair required to eliminate the welding defects present. This paper focuses on the effect of multiple repair welding on microstructure and mechanical properties of Duplex Stainless Steel UNS S31803. Three times welding repair were performed using combination of GTAW and SMAW with average of heat input around 1.5-1.8 kJ/mm. After welding, the test samples were prepared for microhardness test, Charpy impact test, weight loss test in FeCl3.6H2O linier polarization test, and SEM/EDS examinations.
The results showed that multiple repair welding has no significant effect to the mechanical properties, which indicated by no noticeable increment or reduction of Charpy impact value neither Vickers microhardness between each welding repair. For corrosion point of view, the third repair experienced the significant weight loss and highest reduction of Epit. Furthermore, the morphology of microstructure and corroded area in weld metal and heat affected zone were also investigated to achieve more understanding regarding the effect of multiple repairs to the properties of Duplex weldment. Bearing in mind that at the moment, carrying out just one repair per welded joint for Duplex Stainless Steel is advised as the limiting condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanni Rosandi Prihatiningsih
"Tangki Fresh water merupakan bagian dari Fresh water system yang berperan penting untuk menyediakan kebutuhan air tawar di unit Produksi gas Terapung (FPU). Melalui metode reverse osmosis (RO) dalam unit Fresh water generation, terjadi proses perubahan air laut menjadi air tawar yang kemudian disimpan dalam tangki fresh water sebelum didistribusikan lebih lanjut ke berbagai sistem. Saat dilakukan pembersihan rutin tangki pada akhir 2022, ditemukan adanya korosi pitting yang menyebar di dasar tangki. Diketahui bahwa korosi tersebut telah mengurangi ketebalan plat hingga 47.5%. Dalam penelitian ini, pendekatan teknis dan praktis dilakukan dalam pemilihan metode perbaikan untuk menghindari korosi berkelanjutan dan antisipasi berulangnya penyebab utama korosi. Perbaikan yang dilakukan dengan mempertimbangkan regulasi Klas, jenis Coating, aturan pemeliharaan dan Keselamatan serta optimasi waktu dan biaya pengerjaan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi korosi dapat diperbaiki dengan pemilihan produk filler compund yang sesuai dengan spesifikasi coating. Pemilihan dry abrasive blasting media non-metallic recycable sponge sebagai solusi terpilih dengan dampak lingkungan rendah, efek getaran peralatan rendah dan sedikit debu blasting untuk menghindari dampak kesehatan pekerja. Metode coating dilakukan dengan metode airless spray yang efektif. Pada akhir kegiatan dilakukan pengecekan kualitas melalui DFT dan Holiday test. Korosi pada tanki ini merupakan pertama kali di FPU sehingga dengan adanya proyek ini menjadikan pedoman dalam menentukan metode perbaikan tanki yang tepat untuk menghambat laju korosi dan menjaga integritas tanki.

The fresh water tank is part of the fresh water system which plays an important role in providing fresh water needs in the floating gas production unit (FPU). Through the reverse osmosis (RO) method in the Fresh water generation unit, the process of changing sea water into fresh water occurs which is then stored in a fresh water tank before being distributed further to various systems. During routine cleaning of the tank at the end of 2022, pitting corrosion was found spreading at the bottom of the tank. It is known that the corrosion has reduced the plate thickness by up to 47.5%. In this research, a technical and practical approach was taken in selecting repair methods to avoid continuous corrosion and anticipate the recurrence of the main causes of corrosion. Repairs are carried out taking into account class rules, type of coating, maintenance and safety regulations as well as optimizing work time and costs. From the research results, it is known that corrosion conditions can be improved by selecting filler compound products that comply with coating specifications. Selecting dry abrasive blasting non-metallic recyclable sponge media as the chosen solution with low environmental impact, low equipment vibration effects and little blasting dust to avoid impact on worker health. The coating method is carried out using an effective airless spray method. At the end of the activity, quality checks are carried out through DFT and Holiday tests. Corrosion on this tank is the first time at FPU, so this project provides guidance in determining the appropriate tank repair method to inhibit the rate of corrosion and maintain tank integrity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>