Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142417 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meilani Purwaningsih
"Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, Bappenas menginisiasi program MBKM Desa Cemara melalui berbagai bentuk intervensi kegiatan. Dalam hal ini, saya terlibat secara aktif dalam program MBKM Desa Cemara yang berfokus pada pemberdayaan lapisan kelompok masyarakat pengrajin anyaman daun pandan di Desa Tanjungpura. Lapisan kelompok masyarakat inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal komunitas anyaman yang berhasil dibentuk dan dibina dalam meningkatkan produktivitas serta mengoptimalkan sumber daya atau potensi lokal sebagai basis pertumbuhan ekonomi pedesaan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah autoetnografi. Tulisan ini menjabarkan hasil pengamatan dan refleksi pengalaman magang saya untuk menjelaskan proses pemberdayaan masyarakat melalui kerangka perspektif antropologi, khususnya antropologi terapan.
Hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan yang melibatkan masyarakat, mulai dari needs assessment, perumusan solusi permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program. Program berjalan dengan lancar sampai evaluasi dilakukan. Meskipun demikian, program ini masih minim dari unsur kemandirian dan keberlanjutan. Hal tersebut disebabkan karena minimnya kolaborasi antar pihak dalam menjaga keberlangsungan program. Oleh karena itu, program pemberdayaan sangat perlu mengoptimalkan keterlibatan berbagai pihak terkait, mulai dari unsur masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kabupaten, maupun dinas setempat agar program yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat terus berjalan dan berkelanjutan.

In an effort to poverty reduction, Bappenas initiated the Desa Cemara MBKM program through various forms of intervention activities. In this regard, I actively participated in the Desa Cemara MBKM program which focuses on empowering the community group of pandan leaf-woven craftsmen in Tanjungpura Village. This layer of a community group is the forerunner of the worn community that has been successfully formed and fostered in increasing productivity and optimizing local resources or potential as a basis for rural economic growth. The method used in this paper is autoethnography. This paper describes the result of observation and reflection on my internship experience to explain the process of community development through the framework of anthropological perspectives, especially applied anthropology.
The results show that implementation of the community development programs is carried out through several stages involving communities, starting from need assessment, formulation of problem solutions, planning, implementation, to evaluation program. However, this program is still lacking in self-reliance and sustainability elements. This is to the lack of collaboration between parties in maintaining the sustainability of the program. Therefore, the community development program needs to involve various related parties, starting from elements of the community, village government, district government, and local agencies so that the programs that have been implemented before could be sustainable.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alfia Zulaikho
"Program pembangunan terus mengalami evaluasi dari yang semula top down kini perlahan mulai dijalankan dengan sistem bottom-up yang mengutamakan partisipasi masyarakat lokal dan kolaborasi multistakeholder. Namun, meskipun sudah mengusung sistem pembangunan berbasis komunitas, dalam praktiknya suara masyarakat desa sendiri masih kerap kali tertutupi oleh aktor dari luar (outsider) atau bahkan elite desa sendiri. Makalah ini mengeksplorasi dinamika relasi yang terjadi antara mahasiswa dengan multistakeholder yang terlibat dalam program Desa Cemara, sebuah program pembangunan desa rancangan Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) Indonesia yang berusaha mengadaptasi pendekatan partisipatif (community development). Program dilaksanakan di beberapa desa di Jawa Barat, Dalam pelaksanaannya program ini melibatkan sejumlah individu dan lembaga yang berbeda. Masing- masing berangkat dengan kombinasi kepentingan, agenda, sumber daya, dan basis kekuasaan yang agak berbeda. Perbedaan latar belakang aktor yang terlibat rupanya menimbulkan sejumlah persoalan yang menjadi kendala dan tantangan yang mengiringi proses pemberdayaan. Penulis merefleksikan berbagai persoalan yang dihadapi mahasiswa menjadi tiga tahap yaitu pada proses pembekalan (pre-departure), persiapan keberangkatan, serta tahap di lapangan. Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah autoetnografi dan refleksi diri dengan menggunakan kerangka teoretis antropologi, khususnya antropologi terapan. Berdasarkan refleksi dari tahap-tahap yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat desa masih terbatas. Persoalan dan pertentangan di lingkup internal antara pihak perencana program membuat kolaborasi tidak berjalan dengan baik. Alhasil, tujuan memberdayakan masyarakat justru tidak tercapai secara optimal. Perencana program perlu meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang bersifat terbuka untuk menyatukan perspektif. Dengan demikian, kesenjangan aspirasi dapat diminimalisir atau bahkan dihindari dan tujuan dari program pemberdayaan untuk menciptakan self-reliance masyarakat dapat terwujud.

Development programs continue to undergo evaluation, from what was originally top down to now slowly being implemented with a bottom-up that prioritizes local community participation and multi-stakeholder collaboration. However, even though they have adopted a community- based development system, in practice the voices of the village community themselves are often hidden by outsiders or even the village elite themselves. This paper explores the dynamics of relations that occur between students and multi-stakeholders involved in the program of “Desa Cemara”, a village development program designed by the Ministry of National Development Planning (Bappenas) Indonesia which tries to adapt a participatory approach (community development). The program was held in several villages in West Java, Indonesia. In its implementation, this program involves a number of different individuals and institutions. Each departed with a slightly different combination of interests, agendas, resources and power bases. The differences in the backgrounds of the actors involved apparently raise a number of problems which become obstacles and challenges that accompany the empowerment process. The author reflects all the problems she faced into three stages: pre-departure process; preparation for departure; as well as the process of collecting data and implementing interventions in the village. Based on the reflection of the stages mentioned above, it can be concluded that village community participation is still limited. Problems and conflicts in the internal sphere between the program planners made the collaboration not work well. As a result, the goal of empowering the community is not achieved optimally. Program planners need to improve open communication and coordination to unify perspectives. Thus, the aspiration gap can be minimized or even avoided and the aim of the empowerment program to create self- reliance can be realized."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ichda Umul Aisah
"Tesis ini mengambil topik tentang strategi Pengembangan Desa Mandiri Energi berbasis pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan studi literature. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif. Dimensi pemberdayaan masyarakat yang diteliti meliputi upaya terarah, keterlibatan kelompok sasaran dan pendekatan kelompok. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberdayaan masyarakat pada Program Desa Mandiri Energi di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat telah tercapai. Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi bagi banyak pihak dalam Pengembangan Desa Mandiri Energi.

This thesis chooses a topic about the development of independent energy village based on community empowerment. The locations of the research is in Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Data collection did by using the observation method, interview and study literature. The data got from the research, the analyzed by using descriptive qualitative data analysis technique. Community empowerment dimensions examined include efforts targeted, empowerment and group approaches.The result showed that the ecommunity empowerment in Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedan, Jawa Barat reached. This research is expected to give recommendation for many sides in the development of Independent Energy Village."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chiara Amelia Sunarto Putri
"Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) adalah bentuk pembelajaran yang berusaha membuat mahasiswa untuk tidak hanya berkutat di ruang kelas, melainkan di masyarakat. Salah satu program yang diinisiasi langsung sebagai program kolaboratif belajar adalah Desa Cemara milik Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Program ini dilakukan di Desa Cikubang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat dengan sasaran yang difokuskan pada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dilihat oleh penulis memiliki potensi ekonomi yang besar. Makalah ilmiah ini berisi refleksi penulis sebagai seorang mahasiswa magang untuk dapat menjadi pendamping masyarakat dalam mencapai tujuan Bappenas tersebut melalui kerangka perspektif studi fasilitasi antropologis, khususnya antropologi terapan. Hal ini kemudian saya implementasikan ke dalam peran saya sebagai seorang fasilitator guna melakukan pendampingan pada masyarakat Desa Cikubang, terutama dalam menjalankan program intervensi. Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah autoetnografi dan refleksi pengalaman diri penulis sehingga sangat mungkin terdapat limitasi data di dalamnya.

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) is a form of learning that seeks to make students not only dwell in the classroom but also society. One of the programs initiated directly as a collaborative learning program is Desa Cemara, owned by the Ministry of National Development Planning/Bappenas, which aims to accelerate poverty reduction in Indonesia. Desa Cemara carried out this program in Cikubang Village, Tasikmalaya Regency, West Java, to focus on Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs), which the author sees as having great economic potential. This scientific paper contains the author's reflections as an apprentice student to assist the community in achieving the goals of Bappenas through anthropological facilitation studies, especially applied anthropology. I then implemented this into my role as a facilitator to assist the people of Cikubang Village, especially in carrying out intervention programs. The method used in writing this paper is autoethnography and reflection of the author's own experiences, so there may be data limitations."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Intan Pandini
"Skripsi ini membahas mengenai pengembangan desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan pengembangan desa wisata, dan dampak dari pengembangan desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat
desa wisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yang pertama adalah terdapat tiga tahapan dalam pengembangan desa wisata yang dilakukan, yaitu: tahap yang pertama adalah tahap persiapan, kemudian tahap kedua adalah tahap pengkajian dan perencanaan, dan tahap yang ketiga adalah tahap pelaksanaan pengembangan desa wisata Tapos-1. Dalam tahapan pengembangan terjadi faktor pendorong dan penghambat pada tahapan pengembangan yang dilaksanakan. Hasil yang kedua adalah
dampak dari pengembangan desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi dampak struktur ekonomi pada masyarakat, struktur budaya dan struktur infrastruktur.
This thesis discusses about development of rural tourism through community empowerment. The purpose of this study was to determine the stage of developing a tourist village, and impact resulting from the development of a tourist village through the empowerment of a tourist village community. This study used a qualitative approach to the type of descriptive research. Data collection techniques used were in-depth
interviews, observation, and study of documentation. The results of this study are the first there are three stages carried out in the development of tourist villages, namely: the first stage is the preparation phase, then the second stage is the mapping of tourist sites and determine the needs of the village community, and the third stage is the implementation stage of Tapos-1 tourism village development. In the stage of development, there are driving and inhibiting factors at each stage of development carried out. In addition, the results obtained in the development of villages carried out were an increase income and the opening of employment opportunities for Tapos-1 tourism village communities. Besides that, there is an impact resulting from the development of the tourism such as economic structure, social structure, and infrastucture village through the empowerment of the tourism village community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Bagus Qomaruddin
"Penelitian ini mengembangkan indikator pemberdayaan dan cara pengukurannya yang dapat dimanfaatkan dalam menentukan tingkat keberdayaan desa siaga. Penelitian ini menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian berupa instrumen yang sudah terbukti valid dan reliabel. Desa siaga yang memiliki skor tingkat keberdayaan 60 ke atas lebih dari 85%, namun yang memiliki skor 80 ke atas masih di bawah 25%. Tingkat keberdayaan desa siaga dapat meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, kenaikan berat badan balita (N/D) dan menurunkan jumlah balita gizi buruk. Disarankan agar instrumen ini diuji cobakan di tempat lain untuk mengetahui stabilitas dari indikator.

The objective of this research was to develop empowerment indicators in measuring empowerment level of alert villages. Qualitative and quantitative approaches were used in this research. The research found out that indicators instrument was valid and reliable. Less then 25% of alert villages had score of empowerment level was 80 or more and more then 85% of alert villages had score was 60 or more. The empowerment level of alert villages was able to increase coverage of delivery assisted by health personnel, weight gain (N/D) and decrease the amount of under five children malnutrition. It is recommended to retested the indicators instrument in other places to know stability of the indicators."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D1385
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Aditiawati
"Desa vokasi merupakan desa yang dijadikan model pengembangan potensi lokal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Potensi lokal yang dikembangkan di Desa Panawangan berupa perikanan, peternakan, dan pertanian. Ketiga bidang tersebut dikembangkan dengan bioteknologi sederhana, contohnya budi daya ikan bawal organik. Metode pelatihan yang diberikan adalah eksperimen yang meliputi persiapan induk, larvikultur dengan sistem resirkulasi, growing, penyiapan pakan fermentasi organik, dan pemanfaatan ikan yang dihasilkan. Luas seluruh kolam ikan mencapai 9.433,32 m2 dan dimiliki oleh 30 orang petani. Pelatihan dan pendampingan diberikan oleh dosen dan mahasiswa SITH selama dua tahun. Produk yang dihasilkan dipasarkan dengan strategi bisnis dan pengemasan yang menarik, bekerja sama dengan Agato (pemasok sayuran organik). Dari 7 dusun yang diberikan pelatihan, saat ini telah berkembang dan diterapkan pada 8 desa dan 3 kabupaten di luar Panawangan, yaitu Garut, Kadipaten, dan Tasikmalaya. Berdasarkan hasil tersebut, pengembangan potensi Desa Panawangan sebagai model desa vokasi dalam pemberdayaan masyarakat dan penguatan potensi nasional cukup berhasil."
FSRD-ITB, 2016
303 JSIOTEK 15:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agil Octiadi
"Artikel ini membahas tentang analisa pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Pelaksanaan Program Dana Pembangunan Desa DPD di Pemerintah Desa Margalaksana. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemberdayaan yang dilaksanakan di Desa Margalaksana terutama dalam Program Dana Pembangunan Desa DPD lebih banyak difokuskan kepada pembangunan fisik, padahal pembangunan sumber daya masyarakat lebih penting dilaksanakan mengingat masyarakat Desa Margalaksana memiliki sumber daya masyarakat yang rendah.
Melalui Program Dana Pembangunan Desa DPD dapat dilihat bahwa pemberdayaan masyarakat melalui Program Dana Pembangunan Desa DPD belum dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas desa di Desa Margalaksana karena disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan belum dapat menunjang kebutuhan masyarakat antara lain tidak tersedianya pelayanan dasar, tidak tersedianya infrastruktur, tidak tersedianya aksesbilitas, pelayanan umum belum baik dan penyelnggaraan pemerintahan yang belum baik.

This article discusses the analysis of the implementation of the Rural Community Empowerment Through the Implementation Rural Development Funds Village Programme DPD in the village government Margalaksana. This research is a qualitative descriptive approach. These results indicate that the empowerment held in the village of Margalaksana especially in the Village Development Funds Village Programme DPD more focused on physical development, but development is more important community resources carried out considering the villagers Margalaksana have low public resources.
Through the Village Development Fund DPD it can be seen that the empowerment of communities through the Rural Development Funds Village Programme DPD has not been able to contribute to improving the quality of rural village Margalaksana because it is caused by activities carried out have not been able to support the needs of the community, among others, the unavailability of basic services , lack of infrastructure, lack of accessibility, public service is not good and not good governance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>