Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107067 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikhda Giyanti Riadah
"Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan psikososial. Perubahan tersebut rentan menyebabkan peningkatan gejala depresi pada remaja. Keluarga merupakan salah satu support system yang berperan membantu mencegah dan menurunkan terjadinya gejala depresi. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap peningkatan gejala depresi pada remaja. Tipe penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi 3 sekolah yang ada di Jakarta dan Depok serta disebar melalui social media. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan Beck Depression Inventory II (BDI II). Total partisipan yang terkumpul dalam penelitian ini adalah 403 remaja awal sampai akhir dengan rentang usia 13-17 tahun. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap gejala depresi pada remaja (R2 = 0,310, p< 0,05). Dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi pemecahan masalah. Oleh karena itu, orangtua diharapkan selalu melibatkan remaja dalam pemecahan masalah di keluarga guna mencegah peningkatan gejala depresi.

Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood which is characterized by biological, cognitive and psychosocial changes. These changes are prone to cause an increase in depressive symptoms in adolescents. The family is a support system that plays a role in helping to prevent and reduce the occurrence of depressive symptoms. This study aims to see the role of family functioning in increasing depressive symptoms in adolescents. The type of research used is quantitative with a non-experimental. Data collection was carried out by visiting 3 schools in Jakarta and Depok and sharing it via social media. The questionnaires used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the Beck Depression Inventory II (BDI II). The total participants who were collected in this study were 403 early to late adolescents with an age range of 13-17 years. Based on the results of multiple regression analysis, family functioning plays a significant role in depressive symptoms in adolescents (R2 = 0.310, p < 0.05). The dimension of family functioning that plays a significant role is the problem solving dimension. Therefore, parents are expected to always involve adolescents in solving problems in the family in order to prevent an increase in depressive symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nailah Putri Azizah
"Pada tahap perkembangan emerging adulthood, individu berusaha untuk mengeksplorasi diri dan menghadapi perubahan peran. Perubahan peran yang terjadi secara drastis dan ketidakmampuan individu dalam beradaptasi, dapat menyebabkan ia mengalami depresi. Salah satu faktor protektif dari depresi adalah keberfungsian keluarga. Keluarga yang berfungsi dengan baik dapat menjadi salah satu sumber dukungan sosial bagi emerging adult sehingga emerging adult dapat terhindar dari depresi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap depresi pada emerging adult. Peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan strategi penelitian noneksperimental. Peneliti menggunakan teknik convenience sampling, yaitu dengan cara menyebarkan Google Form yang di dalamnya terdapat alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan alat ukur Beck Depression Inventory-II (BDI-II) untuk mengukur depresi. Total partisipan pada penelitian ini adalah 128 emerging adult yang berada pada rentang usia 18-25 tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda ditemukan bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap depresi pada emerging adult (R²= 0,330, p < 0,05). Namun, dari enam dimensi keberfungsian keluarga, hanya dua dimensi yang berperan secara signifikan yaitu dimensi pemecahan masalah dan keterlibatan afektif. Oleh karena itu, keluarga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan keterlibatan afektif sehingga dapat menurunkan depresi pada emerging adult.

At the developmental stage of emerging adulthood, emerging adults try to explore themselves and deal with changing roles. Changes in roles that occur drastically and their inability to adapt can cause depression. One of the protective factors from depression is family functioning. A well-functioning family can be a source of social support for emerging adults so that emerging adults can avoid depression. This study aims to examine the role of family functioning on depression in emerging adult. This research is a quantitative non-experimental study. The questionnaires used on assessing family functioning is Family Assessment Device (FAD) and Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to measure depression, which were distributed via Google Form and used the technique convenience sampling. A total of 128 emerging adults who were in the range of 18-25 years old participated in this study. Multiple linear regression analysis revealed that family functioning has a significant role on depression in emerging adult (R²= 0,330, p < 0.05). However, only two out of six dimensions of family functioning that have a significant role which is problem solving and affective involvement dimensions. Therefore, families are expected to improve problem solving and affective involvement so depression in emerging adult can be reduced."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Owena Ardra
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keberfungsian keluarga sebagai prediktor terhadap gejala depresi remaja. Keberfungsian keluarga menurut Teori McMaster ialah kemampuan keluarga untuk menyediakan lingkungan yang efektif bagi perkembangan, fisik maupun psikis, anggotanya. Keberfungsian keluarga diukur dengan kuesioner Family Assessment Device FAD . Gejala depresi pada penelitian ini merupakan gejala depresif inti pada ranah suasana hati dan perasaan yang diukur dengan Short Mood and Feelings Questionnaire SMFQ . Responden penelitian merupakan remaja berusia 13-21 tahun. Teknik analisis statistik yang digunakan ialah linear regression. Analisa statistik tambahan dilakukan dengan mengontrol variabel jenis kelamin dan riwayat gangguan psikologis orangtua. Hasil penelitian dengan 488 responden menunjukkan keberfungsian keluarga sebagai prediktor signifikan berkontribusi sebesar 25 terhadap gejala depresi. Beberapa dimensi yang berperan sebagai prediktor secara signifikan ialah dimensi komunikasi, dimensi respon afektif, dimensi keterlibatan afektif, dan dimensi kontrol perilaku.

ABSTRACT
This study aimed to examine the role of family functioning as predictor for depressive symptoms in adolescent. Family rsquo s major function, based on McMaster Theory, is to provide the most effective settings for the member rsquo s development. The variable of family functioning by McMaster was measured with Family Assessment Device FAD and the variable of depressive symptoms was measured with Short Mood and Feelings Questionanire SMFQ . Respondents of this study were 488 adolescents with age from 13 to 21. The statistic techniques used to process the data was linear regression. Additional analyses was conducted by controlling the variable of sex and parents rsquo history of psychological disorder. The results revealed that family functioning has a significant role as predictor and contributes 25 to depressive symptoms in adolescent. Some of the dimensions of family functioning with significant role as predictor are communication, affective responsiveness, affective involvement, and behavior control. "
2017
S68379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Omar Abdurrohman
"Spiritualitas merupakan upaya individu dalam mencari kebermaknaan dan esensi dari kehidupan yang mampu berperan sebagai faktor untuk mengatasi gejala quarter-life crisis pada emerging adults. Spiritualitas dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga yang ditinjau melalui keberfungsiannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap spiritualitas pada emerging adults. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah family assessment device (FAD) dan spiritual attitude and involvement list (SAIL). Hasil penelitian dari 102 partisipan emerging adults (mean usia = 20,32 tahun) menunjukan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan berperan sebagai prediktor terhadap spiritualitas pada emerging adults (R2 = 0,110, p<0,05) dengan dimensi respon afektif yang signifikan berperan sebagai prediktor terhadap spiritualitas. Oleh karena itu, penting bagi anggota keluarga untuk memperhatikan bagaimana emerging adults dalam meregulasi dan merespon emosional dengan kadar yang sesuai untuk meningkatkan spiritualitas dalam upaya menurunkan gejala quarter-life crisis.

Spirituality is an individual's effort to seek meaning and essence of life that can act as a factor for overcoming the symptoms of quarter-life crisis in emerging adults. Spirituality can be influenced by family factors which are reviewed through their functioning. This study aims to examine the role of family functioning on spirituality in emerging adults. The instruments used in this research are the family assessment device (FAD) and the spiritual attitude and involvement list (SAIL). The results from 102 emerging adults participants (age mean = 20,32 years old) show that family functioning significantly acts as a predictor of spirituality in emerging adults (R2 = 0.110, p<0.05) with the affective response dimension significantly acting as a predictor of spirituality. Therefore, it is important for family members to pay attention to how emerging adults regulate and respond emotionally at the appropriate level to increase spirituality in an effort to reduce symptoms of quarter-life crisis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lullafayza Maharani
"Emerging adulthood merupakan periode transisi dari usia remaja ke usia dewasa, di mana individu berada di masa eksplorasi diri yang dipenuhi dengan berbagai perubahan, tantangan, dan ketidakpastian dalam banyak area di kehidupan. Demi keberlangsungan perkembangan individu di masa emerging adulthood, emerging adults membutuhkan nilai sebagai pedoman dalam berperilaku dan menjalankan peran. Nilai tersebut dapat dipelajari di lingkungan sosial terdekatnya, terutama keluarga yang memiliki fungsi sebagai agen sosialisasi utama individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap tipe nilai Schwartz pada emerging adults, dan melihat nilai apa yang diprediksi oleh keberfungsian keluarga. Tipe nilai Schwartz terdiri dari nilai self-direction, stimulation, hedonism, achievement, power, security, conformity, tradition, benevolence, dan universalism. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur variabel keberfungsian keluarga dan alat ukur Portrait Values Questionnaire (PVQ) untuk mengukur variabel tipe nilai Schwartz. Partisipan penelitian ini adalah 309 emerging adults berusia 18 s.d. 25 tahun (M = 21.68, SD = 1.856) dan merupakan warga negara Indonesia. Hasil analisis regresi multivariat menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga (t(309) = 4.864) secara signifikan dapat memprediksi nilai tradition pada emerging adults (F = 23.660, p < 0.05, R² = 0.072, adjusted R² = 0.069). Penemuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keberfungsian keluarga, maka akan semakin tinggi prioritas nilai tradition yang dimiliki individu. Oleh karena itu, keluarga dihimbau untuk menanamkan dan mempertahankan nilai tradition dalam keluarga sebagai bekal pedoman emerging adults dalam menjalankan perannya dan ketika memasuki usia dewasa nantinya.

.Emerging adulthood is a transitional period from adolescence to adulthood, where individuals are in a phase of self-exploration filled with various changes, challenges, and uncertainties in many areas of life. In order for individuals to develop successfully during emerging adulthood, emerging adults need values as guidelines for their behavior and role fulfillment. These values can be learned in their immediate social environment, especially within the family, which serves as the primary agent of socialization for individuals. This study was aimed to examine the role of family functioning in Schwartz's value types among emerging adults and identify which value types are predicted by family functioning. Schwartz’s value types include self-direction, stimulation, hedonism, achievement, power, security, conformity, tradition, benevolence, and universalism. Data was collected using the Family Assessment Device (FAD) to measure family functioning and the Portrait Values Questionnaire (PVQ) to measure Schwartz's value types. The participants of this study were 309 emerging adults aged 18 to 25 years (M = 21.68, SD = 1.856) and citizens of Indonesia. The result of the multivariate regression analysis showed that family functioning (t(309) = 4.864) significantly predicts the value of tradition in emerging adults (F = 23.660, p < 0.05, R² = 0.072, adjusted R² = 0.069). This finding suggests that the higher the level of family functioning, the higher the priority given to the value of tradition by individuals. Therefore, families are encouraged to instill and maintain the value of tradition within the family as a guide for emerging adults in fulfilling their roles and as they enter adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayasha Adiazzahra Amin
"Hubungan romantis merupakan aspek penting dalam kehidupan, khususnya bagi individu usia emerging adulthood. Keberlangsungan hubungan romantis yang baik memerlukan resolusi konflik yang baik pula. Resolusi konflik yang baik dimulai dari adanya keyakinan yang baik mengenai kemampuan diri dalam resolusi konflik. Keyakinan tersebut disebut dengan relationship self-efficacy atau self-efficacy dalam hubungan romantis. Faktor keluarga merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan self-efficacy dan relationship self-efficacy individu. Studi ini bertujuan melihat peran keberfungsian keluarga terhadap relationship self-efficacy pada populasi emerging adults usia 18-25 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental regresi menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) dan Self-Efficacy in Romantic Relationship Measure (SERR). Total partisipan yang terkumpul sejumlah 128 emerging adults dengan rentang usia 18-25 tahun. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan dan simultan dalam memprediksi relationship self-efficacy pada emerging adults (R2= 0,136, p < 0,05). Selain itu, dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi peran dan kontrol perilaku. Berdasarkan hasil yang didapatkan, keluarga diharapkan untuk memperhatikan pembagian peran dan penerapan aturan-aturan di dalam keluarga sehingga dapat menjaga tingkat relationship self-efficacy yang baik.

Romantic relationships are important, especially for emerging adults. Good romantic relationships require good conflict resolution among both parties involved. In order to resolve ongoing conflict, it is essential for both parties to believe that they are capable of resolving said conflict. This belief is known as relationship self-efficacy. Family related factors are related to self-efficacy and relationship self-efficacy. This study aims to see the role of family functioning on relationship self-efficacy in the emerging adults population aged 18-25 years. The type of research used is quantitative with a non-experimental design using the Family Assessment Device (FAD) and the Self-Efficacy in Romantic Relationship Measure (SERR). A total of 128 emerging adults with an age range of 18-25 years participated in this study. Using multiple regression analysis, the results showed that family functioning plays a significant role in predicting relationship self-efficacy in emerging adults (R2= 0.136, p < 0,05). In addition, roles and behavior control were found to have a significant role on relationship self-efficacy. Therefore, families are expected to pay attention to the distribution of roles in the family and the rules applied in the family to maintain good relationship self-efficacy. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Cendra
"ABSTRAK
Kesepian merupakan perasaan yang paling sering muncul dan menimbulkan
masalah pada masa remaja dibandingkan pada usia lainnya. Faktor keluarga yaitu
keberfungsian keluarga diduga mempengaruhi munculnya rasa kesepian pada
remaja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara
keberfungsian keluarga dan kesepian. Partisipan penelitian berjumlah 200 orang
remaja laki-laki dan perempuan yang berusia antara 13-21 tahun. Penelitian ini
adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur family assessment
device sementara kesepian diukur menggunakan revised UCLA Loneliness Scale.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
keberfungsian keluarga dan kesepian pada remaja Indonesia (r = -.375, p < 0.01).
Sebagai tambahan, hasil penelitian menemukan bahwa dimensi komunikasi dari
keberfungsian keluarga paling berkorelasi dengan kesepian remaja. Tahap
perkembangan remaja akhir juga menunjukkan rasa kesepian yang lebih tinggi
dibandingkan remaja awal maupun tengah.

ABSTRAK
Loneliness is a feeling that most frequently arise and cause problems in
adolescence than at any other age. Family factors such as family functioning are
thought to influence the emergence of loneliness in adolescents in Indonesia. This
study was conducted to find the relationship between family functioning and
loneliness in Indonesian adolescents. Participants study of 200 teenage boys and
girls between the ages of 13-21 years. The study was a correlational study using a
quantitative approach. The results showed a significant relationship between
family functioning and loneliness (r = -.375, p < 0.01). In addition, this research
found that the communication dimension of family functioning most correlated
with a lonely teen. Final stages of adolescent development also showed a sense of
loneliness which is higher than the early adolescent and middle adolescent."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Maulidya Chasanah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah adiksi penggunaan gadget pada remaja memiliki pengaruh pada keberfungsian keluarga dan perbedaan seperti apa yang ada pada setiap dimensi keberfungsian keluarga bila dilakukan perbandingan antara remaja dengan risiko adiksi penggunaan gadget yang tinggi dan rendah. Penelitian ini dilakukan pada 226 remaja dengan rentang usia 12-18 tahun. Peneliti menggunakan alat ukur Smartphone Addiction Scale Short Version SAS-SV yang disusun oleh Kwon et al. 2013 untuk mengukur adiksi penggunaan gadget dan alat ukur Family Assessment Device FAD oleh Epstein et al. 1983 untuk mengukur keberfungsian keluarga. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah adiksi penggunaan gadget berpengaruh negatif pada keberfungsian keluarga F 1,224 = 30,796.

This study aimed to know whether gadget addiction in adolescents influences family functioning and how adolescents rsquo gadget addiction with high and low risk effects every dimensions of family functioning. Data was collected from 226 adolescents with 12 18 range of age. Researcher used Smartphone Addiction Scale Short Version SAS SV which developed by Kwon et al. 2013 to measure gadget addiction and Family Assessment Device FAD , developed by Epstein et al. 1983 to measure family functioning. The results showed negative effect of gadget addiction to family functioning F 1,224 30,796.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Nuraini Zulfickry
"Kecerdasan emosional merupakan salah satu keterampilan penting yang dimiliki individu karena dapat membantu seseorang berfungsi dengan baik pada lingkup personal, sosial, dan profesional. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan tingkat kecerdasan emosional individu adalah keluarga, yang merupakan tempat pertama individu mempelajari berbagai interaksi sosial. Keberadaan anak dengan spektrum autisme (SA) dalam keluarga dapat memberikan pengaruh pada interaksi antar anggota keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional individu. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan strategi noneksperimental yang menggunakan alat ukur Family Assesment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan alat ukur Trait Emotional Intelligence Short-Form (TEIQue-SF) untuk mengukur kecerdasan emosional. Kedua alat ukur disebarkan melalui google form dan menggunakan teknik convenience sampling untuk memperoleh partisipan. Total partisipan penelitian adalah 136 remaja akhir dan dewasa muda yang memiliki rentang umur antara 18 – 35 tahun. Berdasarkan hasil ANOVA, diperoleh hasil bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA (R 2=0,372, p<0,05). Namun demikian, berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa hanya ada satu dari keenam dimensi keberfungsian keluarga yang secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kondisi intrapersonal saudara kandung, keluarga dapat menerapkan strategi komunikasi terbuka dan efektif untuk dapat meningkatkan tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA.

Emotional intelligence is one of the most important components that one should have as it can affect many areas of someone’s personal, social, and professional life. Family situations and climate, acting as the first environment for the children to learn social situations, have a significant role of the development of one’s emotional and social intelligence. The existence of a child with autism spectrum disorder (ASD) can have many effects on the family interaction and communication, and later on affecting one’s level of emotional intelligence. Due to that, this quantitative study explored the role of family functioning in predicting emotional intelligence in 136 siblings of children with ASD between the age of 18 – 35 years from Indonesia. The questionnaires used on assessing family functioning is Family Functioning Device (FAD) and Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form to measure emotional intelligence, which were distributed via google form and used the technique of convenience sampling to gain the participants. Multiple linear regression analysis revealed a significant relationship between family functioning and emotional intelligence (R2= 0,372, p<0,05) where only one of the family functioning dimensions, which is communication, significantly predicts the level of emotional intelligence in siblings of children with ASD. The higher the family functioning, the higher the emotional intelligence among siblings of children with ASD. The findings disclose deeper understanding of family functioning and the sibling’s intrapersonal condition, which is emotional intelligence, and have implications for parents to administer open and strategic communication within the family to furtherly heightened the sibling’s emotional intelligence level."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aushi Ariana Putri
"Di akhir masa remaja, individu sering mengalami krisis identitas. Peran keluarga sangat penting dalam menjaga kestabilan pembentukan identitas remaja tersebut. Peneliti dalam penelitian korelasional ini ingin melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor identitas remaja akhir. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah McMaster Model of Family Functioning MMFF dan identitas Erikson. MMFF memiliki 6 dimensi di bawahnya yaitu dimensi penyelesaian masalah, komunikasi, peran dalam keluarga, respon afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku.
Peneliti juga ingin melihat dimensi-dimensi MMFF yang memberikan kontribusi dalam memprediksi identitas remaja akhir. Pengukuran variabel MMFF menggunakan alat ukur Family Assesment Device FAD skala general functioning. Pengukuran variabel identitas remaja akhir menggunakan Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI skala identity. Partisipan penelitian berjumlah 496 remaja akhir dengan rentang usia 18 hingga 22 tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan simple dan multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18.3 identitas remaja akhir dapat diprediksi oleh keberfungsian keluargnya R=.429.

At the end of adolescents 39 period, a person eventually experiencing an identity crisis. Family 39 s role is very important to keep the stability of adolescents 39 identity formation. Researchers as in this correlation study want to see family functioning as a predictor of late adolescents 39 identity. Theories used in this research are McMaster Model of Family Functioning MMFF theory and Erikson 39 s identity theory. Six dimensions under MMFF are problem solving, communication, family role, effective response, affective involvement, and behavior control.
The researcher also wants to see the MMFF 39 s dimensions that contribute to predicting late adolescents 39 identity. Measurement of MMFF was using a general functioning scale of Family Assessment Device FAD . Measurement of late adolescents 39 identity was using identity scale of Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI. The participants in this study were 496 late adolescents with the range of the age between 18 and 22 years. The hypothesis testing used simple and multiple regression. The results showed that the family functioning can predict 18.3 late adolescents 39 identity R .429.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>