Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andina Galuh Larasati
"Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlibatan orang tua anak disabilitas ganda saat anak belajar di rumah beserta hambatannya. Urgensi penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah keterlibatan yang orang tua lakukan akan membantu terpenuhinya hak-hak pendidikan anak sesuai dengan konsep ilmu kesejahteraan sosial yaitu konsep “Person in ennvironmet”. Terutama ketika diberlakukannya metode Pembelajaran Jarak Jauh saat pandemi yang mengakibatkan anak tidak dapat mengakses fasilitas pendidikan disabilitas dan jauh dari guru khusus untuk anak disabilitas ganda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan dilakukan dari Agustus 2022 hingga Desember 2022 saat PTM telah diberlakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam secara daring dan luring pada 8 orang informan (tiga informan merupakan orang tua dari anak disabilitas ganda netra-autisme, netra-motorik, dan netra-perilaku; 3 orang dari guru kelas yang mengajar langsung anak disabilitas ganda; dan 2 orang merupakan Kepala Sekolah dan Koordinator SDLB-A Pembina Tingkat Nasional), serta observasi langsung terhadap anak disabilitas ganda yang berada di SDLB-A Pembina Tingkat Nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan yang orang tua lakukan dalam membimbing anak disabilitas ganda belajar di masa pandemi adalah berupa: (1) Mendampingi anak selama belajar daring, (2) Membantu anak mengerjakan tugas sekolah, (3) Berkomunikasi dengan guru kelas terhadap perkembangan pendidikan anak, (4) Menenangkan anak saat tantrum, dan (5) Terlibat dalam pengambilan keputusan untuk sekolah tatap muka (PTM). Keterlibatan khusus yang orang tua anak disabilitas ganda lakukan adalah orang tua harus lebih ekstra dalam menangani anak yang mengalami tantrum saat belajar. Faktor hambatan utama orang tua saat membimbing anak disabilitas ganda belajar adalah karena orang tua tidak mengerti materi akademis pembelajaran anak disabilitas, juga karena masalah teknis terkait gawai, sinyal, dan kuota. Terungkap pula bahwa keterlibatan orang tua anak disabilitas ganda saat anak belajar di rumah ternyata cenderung lebih menekankan pada sisi perkembangan akademis, sedangkan guru SLB juga menginginkan adanya perkembangan kemandirian anak dalam activity daily living-nya yang dikatakan masih belum terpenuhi dengan baik. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan ilmu Kesejahteraan Sosial terutama pada mata kuliah Kesejahteraan Anak Perlindungan Anak mengenai keterlibatan orang tua dalam membimbing anak disabilitas ganda, mengingat masih belum banyak pembahasan mengenai anak disabilitas.

This research aims to describe the involvement of parents of children with multiple disabilities while studying at home and its problems. The urgency of this research is to find out if parental involvement will help the children to fulfill their rights and education needs in accordance with the concept of social welfare science, namely the concept of “Person in environment”, especially during pandemic era, the implementation of online learning has caused children to not be able to access special educational facilities and are far from special teachers for children with multiple disabilities. This research is a qualitative-descriptive study using a purposive sampling technique which was conducted from August 2022 to December 2022 when face-to-face learning was already implemented. Data collection was carried out by in-depth online and offline interviews with eight informants (three informants were parents of visual-autism, visual-motor, and visual-behavior multi disabilities children; three class teachers of children with multiple disabilities; and two other people were school principals and coordinators of SDLB-A Pembina Tingkat Nasional), as well as direct observations of students with multiple disabilities at SDLB-A Pembina Tingkat Nasional. The results of the study show that the involvement of parents includes: (1) Accompanying children during online learning, (2) Helping children with their schoolwork, (3) Communicating with the class teachers about children's academic development, (4) Calming children during tantrums, and (5) Involved in decision-making for face-to-face learning (PTM). The specific involvement that parents of children with multiple disabilities have done is that they have to be extra in handling children who experience tantrums while studying. The main factor of the parents’ problems when guiding their multi disbilities children study are: Not understanding their study materials, and technical issues problems related to the the device, signal, and quota. However, it is found that the parents’ involvements only support the children’s academic development side, while the teachers also want the children’s self-sufficiency of their daily living activities to be developed properly, which, in fact, is still not well-fulfilled. The results of the research are expected to provide an input for the development of Social Welfare Study especially for Children Welfare and Children Protection course regarding the parental involvement in guiding children with multiple disabilities, considering that there is not much discussion about children with disabilities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovani Vania
"ABSTRAK
Penelitian ini menggambarkan keterlibatan orangtua dalam mengembangkan keterampilan sosial anak berkesulitan belajar spesifik di Sekolah Dasar Pantara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa keterlibatan orangtua dalam mengembangkan keterampilan sosial anak dalam dimensi hubungan dengan teman sebaya berupa keterlibatan orangtua di sekolah, keterlibatan orangtua di rumah serta hubungan rumah dan sekolah. Selain keterlibatan orangtua dalam mengembangkan keterampilan sosial dalam hubungan dengan teman sebaya, orangtua menunjukkan keterlibatannya dalam perkembangan anak dengan keikutsertaan orangtua dalam komite orangtua, mengenalkan anak pada komunitas luas, dan membantu anak belajar di rumah.

ABSTRACT
This research describes parental involvement in developing social skills of children with specific learning disabilities in Sekolah Dasar Pantara. This research use a qualitative approach with descriptive methods. The result of this research provides an overview of the parent involvement in developing social skills of children in the peer relation dimension: school-based involvement, home-based involvement, and home-school conferencing. In addition, parents showed their involvement on child development through participation on parents committee, introduced child on the broad community, and help children learning at home.
"
2015
S62200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Booth, Tim
London: Routledge, 1998
306.874 BOO g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retnaning Kurniawati
"Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi akibat peningkatan beban pengasuhan. Kondisi tersebut cenderung dilampiaskan kepada anak, berupa perilaku menyakiti anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres pengasuhan pada orang tua anak berkebutuhan khusus dengan peluang melakukan abuse pada anaknya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Parental Stress Scale (PSS) dan kuesioner Peluang Abuse yang valid dan reliabel. Sampel penelitian berjumlah 75 orang yang dipilih dengan teknik total sampling. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres pengasuhan dengan peluang melakukan abuse (p value= 0,028;α= 0,05). Perempuan berpeluang lebih besar untuk melakukan abuse dibandingkan laki-laki. Orang tua yang pernah mendapatkan pengetahuan tentang metode pengasuhan berpeluang lebih rendah untuk melakukan abuse. Maka, perawat perlu mengedukasi orang tua terutama ibu mengenai metode pengasuhan dan manajemen stres untuk mengurangi peluang mereka melakukan abuse.

Parents of children with special needs tend to experience higher levels of stress due to increased burden of care. This condition tends to be directed at children, such as child-injurious behavior. This study examines the relationship between parenting stress in parents of children with special needs and the opportunity to abuse his/her children. This study use descriptive method with cross sectional approach. Collecting data using Parental Stress Scale (PSS) and Opportunity Abuse questionnaires. These samples included 75 individuals who have been selected with a total sampling technique. Data were analyzed using Kruskal Wallis test.
The results showed a correlation between levels of parenting stress with a chance to abuse (p value=0.028; α=0.05). Women are higher potentially to commit abuse than men. Parents who have got knowledge about parenting are lower potentially to commit abuse. Thus, nurses need to educate parents, especially mothers about parenting and stress management to reduce their chances to commit abuse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venie Viktoria RM
"Pada awalnya, seseorang yang menderita skizofrenia mungkin tidak diketahui oleh lingkungan mengenai gangguan yang dideritanya. Ketika keluarga mengetahui hal ini, tidak jarang mereka harus hidup bersama dengan penderita. Di rumah, para penderita tinggal bersama anggota keluarga yang lain, termasuk di antaranya adalah orang tua.
Bagi orang tua, kehadiran anak merupakan suatu prestasi tersendiri. Beberapa orang tua bahkan menganggap kehadiran anak sebagai penegasan akan kesuksesan dan kemampuan mereka sebagai orang tua (Gargiulo, 1985). Ketika orang tua mendengar dari dokter atau psikolog bahwa anaknya menderita skizofrenia, mereka biasanya akan mengalami shock. Menurut Duncan & Moses (dalam Gargiulo, 1985), shock merupakan fase awal yang biasanya terjadi ketika seseorang mengetahui salah satu anaknya mengalami gangguan skizofrenia sebelum akhirnya mereka menerima keadaan anaknya.
Duncan & Moses, berdasarkan konsep penerimaan dari Kübler-Ross (dalam Gargiulo, 1985), menyatakan bahwa penerimaan orang tua terhadap anak mereka dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tiga tahap penerimaan orang tua tersebut terdiri atas primary phase, secondary phase, dan tertiary phase. Shock terjadi pada tahap primary phase dan penerimaan berada pada tahap tertiary phase.
Ketika lingkungan mengetahui gangguan yang dialami penderita, lingkungan sekitar sering kali menjauhi dan mempermalukan penderita maupun keluarganya. Keluarga dan masyarakat juga menganggap bahwa skizofrenia merupakan penyakit yang berbahaya, memalukan, dan membawa aib keluarga. Bahkan mereka menganggap skizofrenia sebagai akibat dari terkena guna-guna, kemasukan setan, kemasukan roh jahat, kutukan, dilanggarnya larangan (tabu), dan lain sebagainya yang berlandaskan kepercayaan supranatural (Hawari, 2001).
Menurut Hawari (2001), sebagai konsekuensi kepercayaan di atas, banyak penderita skizofrenia tidak dibawa ke dokter. Di antara mereka, penderita sering disembunyikan oleh keluarga mereka. Padahal mereka justru membutuhkan dukungan dan penerimaan dari keluarga serta lingkungan sekitar mereka.
Masalah lain yang berkaitan dengan hal ini adalah biaya pengobatan penderita. Hal ini juga dapat menjadi beban tersendiri bagi orang tua, karena membutuhkan dana yang tidak sedikit dan ini akan meningkatkan pengeluaran biaya, yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga.
Masalah-masalah tersebut dapat mempersulit penerimaan keluarga terhadap penderita. Dengan demikian, penelitian ini ingin melihat gambaran penerimaan keluarga, khususnya orang tua dari penderita skizofrenia, dengan melihat tahapan penerimaan dari orang tua menurut Duncan & Moses yang didasarkan dari konsep penerimaan Kübler-Ross serta masalah-masalah yang dapat mempengaruhi penerimaan orang tua.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tahap-tahap yang terjadi pada kedua pasangan orang tua terlihat tumpang tindih dan masing-masing orang tua memiliki keunikannya masing-masing. Kedua pasangan orang tua juga belum dapat menerima sepenuhnya keadaan anak mereka. Masalah-masalah yang dihadapi orang tua, yaitu masalah biaya, lingkungan, dan intensitas gangguan penderita, pernah dialami oleh kedua pasangan orang tua dan bahkan ada yang masih mengalaminya hingga saat ini. Beberapa masalah tersebut telah dapat ditangani oleh kedua pasangan orang tua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Ariyanti
"ABSTRAK
Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seorang anak memiliki status sakit yang akut dan harus dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit untuk pemulihan. Ketegangan yang dirasakan orang tua terhadap kondisi kesehatan anaknya yang menurun membuat tidak jarang orang tua menyalahkan diri sendiri atas penyakit yang diderita anaknya. Faktor-faktor yang berhubungan dari dalam dan luar diri seseorang memegang peranan penting dalam pembentukan koping individu. Mekanisme koping yang dimiliki orang tua dapat mempengaruhi psikologi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi dengan parental coping. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan purposive sampling dan diterapkan pada 106 sampel yaitu orang tua dengan pengasuhan anak minimal 3 hari. Hasil penelitian setelah dianalisis dengan Chi-square menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan parental coping saat anak menjalani rawat inap adalah hari perawatan (p value = 0,000; = 0,05) dan ketersediaan ruang bermain anak (p value = 0,016; = 0). ,05).
ABSTRACT
Hospitalization is a condition where a child has an acute illness status and must be treated for some time in the hospital for recovery. The tension that parents feel about their child's declining health condition makes it not uncommon for parents to blame themselves for their child's illness. Factors that are related from within and outside a person play an important role in the formation of individual coping. Coping mechanisms that are owned by parents can affect the psychology of parents. This study aims to determine the effect of predisposing factors with parental coping. This study used a cross sectional design with purposive sampling and applied to 106 samples, namely parents with at least 3 days of child care. The results of the study after being analyzed by Chi-square showed that the factors most related to parental coping when children were hospitalized were the day of care (p value = 0.000; = 0.05) and the availability of children's playroom (p value = 0.016; = 0) . ,05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Arsita
"Skripsi ini membahas mengenai proses pelaksanaan advokasi dalam memperkuat penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak disabilitas dan dampak perubahan dari adanya advokasi pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia dari disiplin ilmu kesejahteraan sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka anak dengan disabilitas yang tidak mengenyam pendidikan dan adanya perilaku diskriminasi yang dialami oleh anak dengan disabilitas di lingkungan pendidikan. Untuk mewujudkan hak pendidikan tanpa diskriminasi bagi anak dengan disabilitas diperlukan upaya advokasi, khususnya advokasi untuk memperkuat pendidikan inklusif. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dengan delapan informan. Rentang waktu penelitian ini mulai dari Maret 2021 sampai Juni 2022 selama Pandemi COVID-19. Hasil penelitian menunjukan bahwa Yayasan Wahana Inklusif Indonesia melakukan proses advokasi pendidikan inklusif dengan melibatkan beberapa pihak mulai dari anak dengan disabilitas, orangtua, guru sekolah, Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kota Depok, dan masyarakat. Setiap pihak, melewati proses yang serupa dalam advokasi pendidikan inklusif. Terdapat lima proses yang dilakukan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia dalam melaksanakan advokasi pendidikan inklusif yaitu identifikasi permasalahan, perumusan solusi, pembangunan kesadaran, implementasi kebijakan, dan evaluasi. Keberhasilan adanya advokasi pendidikan inklusif menghasilkan perkembangan diri anak dengan disabilitas meningkat, orangtua mengetahui cara penanganan anak dengan disabilitas, guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mendidik anak dengan disabilitas, adanya alokasi anggaran dari Pemerintah, dan terciptanya lingkungan yang lebih inklusif di masyarakat. Jadi, kesimpulan dalam penelitian ini yaitu adanya advokasi pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia dapat membantu anak dengan disabilitas dalam memenuhi hak mendapatkan pendidikan.

This study discusses the advocacy implementation process in strengthening the inclusive education for children with disabilities and the impact of changes of inclusive education advocacy organized by Yayasan Wahana Inklusif Indonesia from the social welfare discipline. This research is motivated by the high number of children with disabilities who do not receive education and the discriminatory behavior experienced by children with disabilities in the educational environment. To realize the right to education without discrimination for children with disabilities, advocacy efforts are needed, especially advocacy to strengthen inclusive education. This research is a qualitative research with descriptive study. Data collection techniques were carried out through semi-structured interviews with eight informants. The time span of this research starts from March 2021 to June 2022 during the COVID-19 Pandemic. The results showed that Yayasan Wahana Inklusif Indonesia carried out an inclusive education advocacy process by involving several parties ranging from children with disabilities, parents, school teachers, the Government, especially Dinas Pendidikan Kota Depok, and the community. Each party goes through a similar process in advocating inclusive education. There were five processes carried out by Yayasan Wahana Inklusif Indonesia in implementing inclusive education advocacy such as problem identification, solution formulation, awareness building, policy implementation, and evaluation. The success of inclusive education advocacy results in increased self-development of children with disabilities, parents know how to handle children with disabilities, teachers have knowledge and skills in educating children with disabilities, budget allocations from the Government, and the creation of a more inclusive environment in society. So, the conclusion in this study is that inclusive education advocacy organized by Yayasan Wahana Inklusif Indonesia can help children with disabilities in fulfilling their right to education."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E.P. Triambarwangi
"Keluarga dan orang tua memiliki peran penting bagi proses perkembangan diri anak. Akibatnya, perceraian dapat membuat keluarga bukan lagi tempat ideal bagi pengasuhan dan pendukung perkembangan anak. Lebih jauh, perceraian dapat menimbulkan gangguan bagi orang tua dalam menjalankan peranan bagi pengasuhan anak. Tidak mengherankan bila perceraian orang tua, seperti banyak diungkapkan dalam hasil penelitian, memberikan dampak negatif bagi anak. Namun demikian, dampak tersebut masih mungkin dihindari jika anak dapat melakukan penanganan masalah yang tepat. Keberhasilan melaksanakan penanganan masalah akan membantu anak untuk dapat mencapai kesejahteraan psikologis yang memungkinkan dirinya berfungsi sebagai pribadi yang sehat.
Ada dua hal yang sama-sama disepakati dalam literatur mengenai pelaksanaan penanganan masalah, yaitu penanganan masalah mencakup beberapa tugas yang harus dilakukan dan tugas terpenting merupakan tugas terakhir (menjalin relasi yang harmonis dengan orang lain). Meski demikian, mssih terdapat ketidaksepakatan mengenai proses penyelesaiannya. Ada yang berpendapat bahwa tugas terakhir harus diselesaikan sesudah terlebih dahulu menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya. Ada pula yang berpendapat bahwa tugas terakhir dapat saja selesai meski ada tugas sebelumnya yang tidak berhasil diselesaikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika penyelesaian tugas-tugas penanganan dampak perceraian orang tua untuk dapat dijadikan arah bagi pencapaian tugas terakhir, sekaligus tugas terpenting yang pada akhirnya akan membantu tercapainya kesejahteraan psikologis.
Penelitian ini merupakan studi eksploratif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan beberapa pertimbangan, pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai mereka yang mengalami perceraian orang tua tidak lebih dari 15 tahun sebelumnya dan saat ini telah melewati masa remaja. Pemilihan subyek penelitian menggunakan metode snowball, di mana karakteristik utama yang dibutuhkan adalah kebersediaan dan kemampuannya untuk dnpat menglngat peristiwa perceraian orang tua berikut dampak bagi dirinya.
Dari penelitian ini diperoleh basil bahwa penyelesaian tugas-tugas penangaoan dampak perceraian orang tua cendenmg dilakukan berurutan dengan faktor pendukung dan penghambat keberhasilan yang dapat berasal dari dalam diri atau juga faktor lingkungan. Keamiknn subyek yang muncul dalam penelitian ini akan sangat menarik untuk diteliti lebih laqiut karena belum muncul dalam penelitiau lain dan masih adanya katidakseragaman pendapat mengenai faktor pendukung dan penghambat proses penanganan dampak perceraian orang tua.
Dilanjutkannya penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian yang lebih baik dan sempurna diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik Iagi mengenai proses penanganan dampak perceraian orang tua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Syafitri
"Penelitian ini mendeskripsikan pola asuh anak penyandang disabilitas di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Jakarta, yang dibahas dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bentuk-bentuk pola asuh bagi anak disabilitas yang juga memperhatikan tahap perkembangan dan kebutuhan anak sesuai dengan usianya dengan berbagai jenis disabilitas, yang dilakukan oleh YSI Jakarta sejak tahun 1955 sampai saat penelitian ini dilakukan pada Agustus hingga November 2022. Penelitian kualitatif ini menggunakan pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam secara daring dan luring dengan 4 orang informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Sebagai triangulasi data demi meningkatkan kualitas penelitian dilakukan pula observasi langsung terhadap anak penyandang disabilitas yang berada diasuh di YSI Jakarta. Namun ada keterbatasan penelitian ini yaitu hanya dapat melakukan observasi melalui kegiatan PAUD YSI Jakarta dikarenakan adanya peraturan selama masa pandemi COVID-19 yang membatasi pertemuan dan interaksi langsung dengan anak penyandang disabilitas didalam panti YSI Jakarta. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pola asuh bagi anak penyandang disabilitas yang dilakukan YSI Jakarta mengaplikasikan metode pola asuh otoritarian (demokratis) yang berfokus akan adanya peran pengasuh untuk memberikan tuntutan pada anak tetapi diimbangi dengan dukungan dan kehangatan pengasuh terhadap anak. Sehingga, penting bagi pengasuh anak penyandang disabilitas untuk dapat memberikan arahan agar anak mampu memahami aturan dan memberikan dukungan pada anak agar dapat mengoptimalkan kemampuannya. Bentuk aplikasi pola pola asuh bagi anak penyandang disabilitas adalah sebagai berikut: (1) pengasuh memberikan aturan kepada anak, (2) pengasuh mendukung bakat dan minat anak, (3) pengasuh mendidik anak menjadi mandiri. Terungkap pula adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaan pola asuh terhadap anak penyandang disabilitas di YSI Jakarta, yaitu: (1) diperlukan pendampingan ketat oleh profesional yang disebabkan adanya pengasuh yang belum memahami mengenai disabilitas, (2) pola asuh yang diterapkan harus sesuai dengan perkembangan anak penyandang disabilitas, (3) pengasuh perlu berperan sebagai orang yang memiliki otoritas agar memberikan transformasi kepada anak untuk memiliki keseganan terhadap pengasuh, (4) mampu menghadapi periode tantrum pada anak penyandang disabilitas, (5) tidak adanya terapis profesional selama masa pandemi COVID-19, (6) keterbatasan ruang gerak kegiatan yang dilakukan anak penyandang disabilitas selama masa pandemi COVID-19. Kesimpulan penelitian ini adalah pola asuh bagi anak penyandang disabilitas di YSI Jakarta ternyata sejalan dengan bentuk pola asuh bagi secara umum (non disabilitas) sebagaimana dinyatakan teori pola asuh oleh Diana Baumrind. Kemanfaatan penelitian ini adalah diharapkan dapat berkontribusi memberikan masukan terhadap mata kuliah Kesejahteraan sosial dan Perlindungan Anak, mengenai pola asuh yang dapat mendukung tumbuh kembang dan pemenuhan hak bagi anak penyandang disabilitas. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengikutsertakan anak penyandang disabilitas sebagai informan penelitian dengan melakukan observasi langsung di dalam panti YSI Jakarta.

This study describes the parenting style of children with disabilities at the Sayap Ibu Foundation (YSI) Jakarta, which is discussed from the discipline of Social Welfare. The urgency of conducting this research is to reveal forms of parenting for children with disabilities that also pay attention to the developmental stages and needs of children according to their age with various types of disabilities, which was carried out by YSI Jakarta from 1955 until the time this research was conducted from August to November 2022. This qualitative research uses data collection by conducting in-depth interviews online and offline with 4 informants who were selected using a purposive sampling technique. As a data triangulation in order to improve the quality of the research, direct observations were also made of children with disabilities who were cared for at YSI Jakarta. However, there are limitations to this research, namely that it can only make observations through YSI Jakarta PAUD activities due to regulations during the COVID-19 pandemic which limited meeting and direct interaction with children with disabilities in YSI Jakarta institutions. The results of this study reveal that the parenting style for children with disabilities implemented by YSI Jakarta applies authoritarian (democratic) parenting methods that focus on the role of caregivers to make demands on children but balanced with the support and warmth of caregivers towards children. Thus, it is important for caregivers of children with disabilities to be able to provide directions so that children are able to understand the rules and provide support to children so that they can optimize their abilities. The form of application of parenting patterns for children with disabilities is as follows: (1) caregivers provide rules to children, (2) caregivers support children's talents and interests, (3) caregivers educate children to be independent. It was also revealed that there were several obstacles in the implementation of parenting for children with disabilities at YSI Jakarta, namely: (1) strict assistance was required by professionals because there were caregivers who did not understand disability, (2) the parenting style applied had to be in accordance with the development of children with disabilities. disabilities, (3) caregivers need to act as people with authority in order to provide transformation for children to have an aversion to caregivers, (4) able to deal with periods of tantrums in children with disabilities, (5) the absence of professional therapists during the COVID-19 pandemic, (6) limited space for activities carried out by children with disabilities during the COVID-19 pandemic. The conclusion of this study is that the parenting style for children with disabilities at YSI Jakarta is in line with the general parenting style (non-disabilities) as stated by Diana Baumrind's parenting theory. The benefit of this research is that it is hoped that it can contribute to providing input to the social Welfare and Child Protection course, regarding parenting styles that can support growth and development and fulfill the rights of children with disabilities. Suggestions for further research are to include children with disabilities as research informants by making direct observations at YSI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusia Wahyuniati
"Penelitian ini berfokus pada dampak dari program pendidikan inklusif bagi upaya pemenuhan hak alas pendidikan anak-anak penyandang canal yang dilaksanakan disekolah-sekolah umum. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan d i sain deskriptif.
Tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam,observasi,studi dokumen, analisa data. Lokasi penelitian di SDN.02 Kedung Jaya,Babelan,Bekasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Instansi Pemerintali yang terkait dengan pelayanan terhadap penyandang cacat dan pelaksana pelayanan yang mciiputi: Kepala Sekolah, Guru Kelas,Guru Khusus Luar Biasa, orang trla anak-anak penyandang cacat maupun normal,dan anak-anak penyandang carat,
Dan analisis terhadap hasil wawancara, disimpulkan bahwa : 1) program pendidikan inklusif adalah program yang ditujukan untuk semua anak tanpa kecuali (terrnasuk anak-anak penyandang cacat) untuk bersama-sama belajar dengan anak normal lainnya.2) Program ini ditujukan sebagai implementasi dari hak anak alas pendidikan bagi anak-anak. 3) Faktor yang niendukung dari program ini ialah orang Ina, guru dan masyarakat semakin menyadari dan dapat rnenerima keberadaan anak-anak penyandang cacat didala.m pergaulan dengan anak-anak mereka. Biaya sekolah gratis dan jauh lebih murah dibandingkan dengan SLB (Sekolah Luar Biasa).Qrang tua dari anak-anak cacat tersebut juga merasakan perubahan dalam bersosialisasi terhadap masyarakat sekitar. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi ialah tidak tcrsedianya sarana prasarana menimbulkan tujuan dari pendidikan inklusif itu sendiri tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan,khususnya dalam mengembangkan kreati fitas anak penyandang carat.
Hasil penelitian menyarankan agar pemerintah menyediakan sarana prasarana terlebih dahulu sebelum menguji cobakan program ini kesekolah-sekolah umum. SLB masih harus ada khususnya untuk anak-anak cacat yang permanen, sedang kan jumlah penyandang cacat di sekolah umum dibatasi jumlahnya. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T20696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>