Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahyani Eko Trisnawati
"Kebutuhan energi di Indonesia sebagian besar masih diperoleh dari sumber energi yang tidak dapat diperbaharuil. Biogas sebagai salah satu sumber energi terbarukan cukup potensial dikembangkan di Indonesia karena sumber bahan bakunya melimpah, dan dapat membantu mengatasi permasalah pengelolaan limbah. Masalah dalam penelitian adalah pemanfaatan biogas sebagai sumber energi terbarukan sudah diketahui secara luas namun perkembangannya belum begitu signifikan. Tujuan penelitian adalah menganalisis persepsi masyarakat terhadap kondisi pengelolaan kotoran ternak dan sampah saat ini, membuat desain digester sederhana untuk mengolah kotoran ternak dan sampah rumah tangga menjadi biogas beserta analisis kelayakan ekonominya. Metode yang digunakan untuk pengukuran persepsi masyarakat adalah survey serta wawancara kepada tokoh masyarakat dan pimpinan desa. Pengembangan desain sederhana digester menggunakan perhitungan neraca massa dan perhitungan waktu tinggal dan divalidasi dengan, FGD, sedangkan analisis kelayakan ekonomi menggunakan metode Benefit Cost Analysis. Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan kotoran ternak dan sampah rumah tangga baik. Desain digester biogas yang diusulkan untuk diterapkan di lokasi penelitian menggunakan skala rumah tangga, dengan bahan baku campuran kotoran ternak dan sampaah rumah tangga yang mudah terurai. Hasil analisis kelayakan ekonomi menunjukkan model digester ini layak secara ekonomi. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pemanfaatarn kotoran ternak dan sampah rumah tangga di lokasi penelitian dapat berkelanjutan.

Most of Indonesia's energy needs are still obtained from non-renewable energy sources. Biogas as a renewable energy source has the potential to be developed in Indonesia because the source of raw materials is abundant, and can help overcome waste management problems. The problem in this study is that the use of biogas as a renewable energy source is widely known but its development has not been significant. The aim of the study was to analyze people's perceptions of the current condition of livestock manure and waste management, to make a simple digester design to develop the utilization of livestock manure and household waste and to carry out an economic feasibility analysis. The method used to measure community perceptions is through surveys and interviews with community leaders and village leaders. Making a simple digester design based on the results of surveys, interviews, literature studies, and FGDs, while the economic feasibility analysis uses the Benefit Cost Analysis method. The results showed that the public's perception of the use of livestock manure and household waste was good. The biogas digester design proposed to be applied at the research site is a fixed dome type with a household scale, with a mixture of livestock manure and household waste that easily decomposes as raw material. The results of the economic feasibility analysis show that this digester model is economically feasible. The conclusion of this study is that the utilization of livestock manure and household waste at the study site can be sustainable."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mundzir Kamiluddin
"Pertumbuhan kebutuhan energi nasional rata-rata 7% per tahun. Berdasarkan rasio R/P (Reserve/Production) tahun 2014, maka minyak bumi akan habis dalam 12 tahun, gas bumi 37 tahun, dan batubara 70 tahun. Di sisi lain populasi sapi potong di Indonesia sangat besar, kotoran yang dihasilkannya menghasilkan gas metana yang jika tidak dimanfaatkan akan menjadi salah satu sumber gas rumah kaca karena gas metana 25 kali lebih kuat mengikat panas daripada gas karbon dioksida, namun jika diolah dapat dimanfaatkan menjadi biogas yang dapat digunakan untuk keperluan memasak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial pembuatan digester biogas skala rumahan, menganalisis hubungan karakteristik sosial peternak terhadap kesediannya mengolah kotoran sapi menjadi biogas, menganalisis hubungan kesehatan masyarakat dengan jarak kandang, dan membuat skenario untuk meningkatkan pemanfaatan biogas.
Metode yang digunakan analisis finansial menggunakan perhitungan NPV, IRR dan B/C ratio, analisis hubungan karakteristik sosial dan kesehatan masyarakat menggunakan uji chi square untuk melihat p value dan OR yang dihasilkan, dan menggunakan scenario planning untuk membuat skenario pemanfaatan biogas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan digester biogas rumahan layak berdasarkan perhitungan NPV sebesar Rp 1.759.186, IRR sebesar 23,5%, dan B/C ratio sebesar 1,31. Karakteritik sosial masyarakat yang berhubungan dengan kesediaan mengolah kotoran sapi menjadi biogas adalah jumlah sapi yang dipelihara (p value: 0,005 dan OR: 2,962). Ada hubungan jarak kandang dengan sumur peternak terhadap kejadian penyakit (p value: 0,002 dan OR: 3,289). Skenario yang tersusun menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diselesaikan dengan berbagai strategi yang dibuat.

National energy demand growth averages 7% per year. Based on the 2014 R/P (Reserve/Production) ratio, the petroleum will run out in 12 years, 37 years of natural gas, and 70 years of coal. On the other hand, beef cattle population in Indonesia is very large, the waste of beef cattle produces methane gas which is one of the sources of greenhouse gases because methane gas is 25 times more powerful in binding heat than carbon dioxide gas, but if processed it can be used as biogas which can be used to cooking needs.
This study aims to analyze the financial feasibility of making a home-scale biogas digester, analyzing the relationship of farmers' social characteristics to their willingness to process beef cattle manure into biogas, analyzing public health relations with enclosure distance, and creating scenarios to improve biogas utilization.
The method used in financial analysis uses the calculation of NPV, IRR and B/C ratio, analysis of the relationship between social characteristics and public health using the chi square test to see the resulting p value and OR, and using scenario planning to create a scenario for using biogas.
The results of this study indicate that the construction of a home scale biogas digester is feasible based on NPV calculations of Rp 1,759,186, IRR of 23.5%, and B/C ratio of 1.31. The social characteristics of the community associated with the willingness to process cow manure into biogas are the number of cows that are raised (p value: 0.005 and OR: 2.962). There is a relationship between the distance of the cage and the farmer's well to the incidence of the disease (p value: 0.002 and OR: 3.289). Arranged scenarios describe the possibilities that can be solved by various strategies made.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T52316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Waskito
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan potensi kotoran ternak sapi perah di Kawasan Usaha Peternakan Sapi sebagai bahan baku biogas, menentukan teknologi konversi, menghitung kapasitas energi listrik dari Pembangkit listrik tenaga Biogas yang dapat dibangkitkan dan mengkaji nilai pengurangan Satuan jumlah emisi CO2 yang bisa diturunkan.
Berdasarkan potensi harian Kotoran ternak sapi di Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas dilakukan analisis perhitungan teknis maupun ekonomis dari pembangkit listrik tenaga biogas yang akan diimplementasikan. Hasil tersebut akan diuji sensitivitas untuk tingkat pengembalian dan jangka waktu pengembalian modal investasi terhadap dampak kenaikan harga lahan, tarif listrik dan Biaya operasi dan pemeliharaan pembangkit biogas.

This research was conducted to determine the potential utilization of dairy cow manure in the Area of Business Cattle Farming as a raw material for biogas, determine conversion technology, to calculate the capacity of electrical energy from power plants Biogas can be generated and assess the value of the amount of CO2 emission reduction units which can be lowered.
Based on the daily potential of cattle dung in Dairy Cattle Farming Business Area which is used as raw material for biogas to analyze technical and economical calculation of biogas power plant that will be implemented. These results will be tested sensitivity to rate of return and payback period of investment to the impact of rising land prices, electricity tariff and cost of operation and maintenance of biogas plants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29708
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shita Ardiani Rachman
"Pemanfaatan sisa kapasitas pembangkit listrik di TPST Bantar Gebang sebesar 4,3 MW dilakukan dengan memproduksi listrik dari biogas hasil pemrosesan sampah pasar menggunakan teknologi Anaerobic Digester System. Analisis keekonomian yang dilakukan mencakup perhitungan beberapa parameter kelayakan ekonomi yang umum digunakan yaitu IRR, NPV, benefit cost ratio, dan payback period.
Dari hasil analisis keekonomian, pembangunan fasilitas ini layak untuk dibangun dengan parameter keekonomian NPV sebesar 40,64 milyar rupiah, IRR 16,76%, benefit cost ratio 2,83, dan payback period selama 5 tahun 8 bulan. Analisis kebijakan pemerintah juga dilakukan mengingat proses pengolahan sampah menjadi bahan bakar merupakan salah satu alternatif energi baru dan terbarukan yang saat ini sedang gencar program pengembangannya di Indonesia.

Utilization of 4.3 MW remaining capacity of of power generator in TPST Bantar Gebang was conducted to generate power from biogas. Economic evaluation was performed by calculating the economic parameters such as IRR, NPV, benefit cost ratio, and payback period.
The result indicated the project is feasible with NPV of 40,64 billion rupiah, IRR of 16,76%, benefit cost ratio of 2,83 and payback period 5 years and 8 months after the project began. Furthermore, analysis of government policy was also undertaken in this study since waste-to-fuel treatment process is one of the new and renewable energy alternative which is being developed intensively in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidya Falah
"ABSTRAK
Kebutuhan energi fosil yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan cadangan energi fosil yang dimiliki negara Republik Indonesia. Pemanfaatan energi alternatif mulai digalakkan guna memaksimalkan potensi biomassa yang ada. Sektor peternakan yang cukup besar menjadikan Indonesia memiliki potensi untuk mendirikan pembangkit listrik tenaga biogas.
Salah satu cabang dari energi baru terbarukan (EBT) adalah bioenergi. Meski demikian, berdasarkan kajian supply demand energy Kementerian ESDM, potensi EBT masih belum dimaksimalkan. Tercatat, meskipun ada kenaikan 7% produksi EBT dari tahun 2011 ke 2012, akan tetapi produksi energi di tahun 2012 masih didominasi oleh energi fosil yang mencapai 85%. Dalam kajian itu juga diungkapkan bahwa penggunaan EBT sebagai energi alternatif masih di bawah 10%. Padahal, dari sisi bioenergi, Indonesia masih menyimpan potensi biomassa sebanyak 49.810 MW. Oleh karena itu, pengalihan subsidi BBM seharusnya tidak hanya untuk membangun infrastruktur saja akan tetapi juga untuk meningkatkan pemanfaatan EBT.
Hasil percobaan menunjukkan digester yang paling cepat menghasilkan biogas adalah digester 2 dan digester 7 yang diberikan larutan EM-4 dimana digester 2 gas dihasilkan pada hari ke-8 dan digester 7 gas dihasilkan pada hari ke-6. Perlakuan yang paling optimum untuk menghasilkan biogas adalah digester 2 dimana kelajuan produksi biogas digester 2 adalah 3.091 liter/hari. Penambahan larutan EM-4 ke dalam bahan isian dapat mempercepat proses produksi biogas dan memperbanyak produksi biogas. Daya yang dihasilkan digester 2 pada percobaan ini sebesar 0.0345 kWh/hari. Total biaya tetap yang dibutuhkan untuk membuat anaerobic digester skala rumah tangga sebesar Rp 159.000/tahun. Total biaya pokok pembuatan anaerobic digester skala rumah tangga sebesar Rp 53.45/liter.

ABSTRACT
Fossil energy requirements are increasing inversely related to fossil energy reserves owned by the Republic of Indonesia. Utilization of alternative energy began in earnest in order to maximize the potential of existing biomass. The livestock sector is large enough to make Indonesia has the potential to set up a biogas power plant.
One of the new renewable energy (EBT) is bioenergy. However, based on the study of supply and demand of energy Ministry of Energy, the potential of renewable energy is still not maximized. Noted, although there was an increase of 7% renewable energy production from 2011 to 2012, but the production of energy in 2012 is still dominated by fossil fuels, which reached 85%. In the study also revealed that the use of renewable energy as an alternative energy is still below 10%. In fact, in terms of bioenergy, Indonesia still holds the potential of biomass as much as 49,810 MW. Therefore, the transfer of fuel subsidy should be not only to build the infrastructure but also to improve the use of EBT.
The results showed the most rapid digester produces biogas are digester 2 and 7 were given a solution of EM-4 in which the digester 2 gas produced on the 8th day and digester 7 gas produced on the 6th day. The most optimum treatment to produce biogas is digester 2 where its speed is 3.091 liters/day. The addition of EM-4 into the stuffing materials can accelerate the process of biogas production and increase production of biogas. The power generated digester 2 in this trial at 0.0345 kWh/day. Total fixed costs required to make the household scale anaerobic digester Rp 159,000/year. The total cost of manufacturing of household scale anaerobic digester Rp 53.45/liter."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffah Nurfaiz
"Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki kurang lebih 62.388 Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang tersebar di Indonesia. Dalam pengelolaan hasil laut, limbah hasil pengolahan ikan memiliki proporsi 30‒40% dari total berat ikan yang terdiri dari padatan dan cairan yang dapat menjadi ancaman bagi lingkungan dan sumber eutrofikasi di pesisir, jika tidak dikelola dengan baik. Anaerobic Digester (AD) dapat menjadi salah satu alternatif pengolahan sebagai penghasil biogas dan limbah ikan dapat dimanfaatkan sebagai substratnya, namun terdapat beberapa kekurangan yaitu memiliki Long-Chain Fatty Acids dan konsentrasi logam ringan yang tinggi, sehingga menggangu bakteri metanogen, serta dapat mendegradasi protein yang menyebabkan konsentrasi tinggi amoniak bebas (NH3). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penambahan susbtrat lain dengan variasi rasio menggunakan komposisi massa substrat limbah ikan, sampah makanan, kotoran sapi, dan serbuk gergaji yaitu 40:40:15:5 (reaktor A) dan 30:30:20:20 (reaktor B). OLR yang digunakan yaitu 2,5 kg VS/m3.hari. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Depok selama 15 hari dalam kondisi mesofilik menggunakan 2 (dua) reaktor skala pilot berkapasitas 1.200 L. Penelitian ini bertujuan menganalisis reduksi padatan dan logam ringan, serta produktivitas dan komposisi biogas. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif dan eksperimental skala pilot. Pengolahan data dilakukan menggunakan software IBM SPSS Statistic 25. Hasil penelitian menunjukkan reaktor A dan B (secara berurutan) mampu mereduksi padatan sebesar 97,42±0,76% dan 97,95±0,21%; reduksi logam Natrium (Na) 91,56±0,66% dan 73,85%±5,73%, Calcium (Ca) 99,55±0.22% dan 99,52±0.04%, Kalium (K) 94,89±0,51% dan 91,56±0,23%, Magnesium (Mg) 95,08±0,64% dan 96,77±0,39%; menghasilkan volume biogas 190,73±L/kg.VS dan 205,74±72,94 L/kg.VS; methane yield 122,36±32,85 L.CH4/kg.VS dan 131,76±45,78 L.CH4/kg. Pengukuran komposisi gas CH4 64,19±5,24% dan 64,12±2,03%, CO2 35,57±5,20% dan 35,79±2,02%, H2S 0,24±0,10% dan 0,08±0,09%. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara variasi rasio komposisi massa substrat reaktor A dan B terhadap volume dan komposisi gas, serta reduksi padatan dan logam ringan.

Indonesia is a maritime nation with roughly 62,388 Fish Processing Units (UPI) dispersed throughout the nation. In marine product management, fish processing waste has a proportion of 30‒40% of the total fish weight consisting of solids and liquids that can be a threat to the environment and a source of eutrophication on the coast, if not managed properly. The anaerobic digester (AD) is a viable alternative for biogas production because it can utilize fish waste as a substrate. However, it has certain disadvantages, including the presence of high levels of light metals and long-chain fatty acids, which can disrupt the methanogen bacteria and break down proteins that raise free ammonia (NH3) concentrations. Thus, another substrate was added to this study in a different ratio based on the mass composition of sawdust, food waste, cow dung, and fish waste substrates, specifically 40:40:15:5 (reactor A) and 30:30:20:20 (reactor B). The OLR used is 2.5 kg VS/m3.day. This study used 2 (two) 1,200 L pilot-scale reactors with mesophilic conditions over a 15-day period at the Al Hikam Student Islamic Boarding School in Depok. This study aims to analyze the reduction of solids and light metals, as well as the productivity and composition of biogas. The research methods used are quantitative descriptive approaches and pilot scale experiments. Data processing was carried out using IBM SPSS Statistic 25 software. The results showed reactors A and B (respectively) were able to reduce solids by 97.42±0.76% and 97.95±0.21%; metal reduction Sodium (Na) 91.56±0.66% and 73.85%±5.73%, Calcium (Ca) 99.55±0.22% and 99.52±0.04%, Potassium (K) 94.89±0.51% and 91.56±0.23%, Magnesium (Mg) 95.08±0.64% and 96.77±0.39%; resulting in a biogas volume of 190.73±L/kg. VS and 205.74±72.94 L/kg. VS; methane yield 122.36±32.85 L.CH4/kg. VS and 131.76±45.78 L.CH4/kg. Measurement of CH4 gas composition 64.19±5.24% and 64.12±2.03%, CO2 35.57±5.20% and 35.79±2.02%, H2S 0.24±0.10% and 0.08±0.09%. The results showed no significant difference between variations in the ratio of mass composition of reactor substrates A and B to gas volume and composition, as well as reduction of solids and light metals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euthalia Hanggari Sittadewi
"ABSTRAK
Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat luas, yaitu kurang lebih 26 juta Ha. Potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal, karena banyak kendala yang dihadapi. Misalnya pemanfaatan gambut untuk lahan pertanian dan areal perkebunan, usaha dibidang ini belum begitu berhasil. Hal ini dikarenakan adanya kendala kimia di tanah gambut antara lain kekahatannya akan unsur hara makro dan makro, kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi dan kejenuhan basa yang rendah.
Unsur kimia pembentuk gambut yang terutama adalah karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (0). Selain itu juga mengandung unsur aluminium (Al), silikon (Si), natrium (Na), sulfur (S), fosfor (P), calsium (Ca) dalam bentuk terikat. Dilihat Bari kandungan unsur kimia tersebut, gambut mempunyai potensi untuk dijadikan bahan kompos.
Kendala pengomposan gambut adalah proses perombakannya yang secara alami sangat lambat. Hal ini antara lain disebabkan karena nisbah C/N yang tinggi yang menyebabkan proses pembusukan lebih lama. Nisbah C/N yang tinggi menunjukkan adanya defisiensi nitrogen dan kandungan karbon yang tinggi.
Suatu alternatif untuk mempercepat pengomposan gambut yaitu dengan menggunakan campuran limbah kotoran ayam. Limbah kotoran ayam mengandung mikroorganisme yang berlimpah, sehingga dapat mempercepat proses pembusukan. Selain itu kotoran ayam mengandung nitrogen yang tinggi, ini berarti cukup tersedia nutrisi untuk mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan sumber karbon untuk pertumbuhannya dan nitrogen untuk sintesis protein. Tingkat aktivitas biologi tergantung pada tersedianya komponen karbon dan nitrogen pada bahan.
Tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk menemukan suatu alternatif pemanfaatan gambut dan limbah kotoran ayam. Hal ini juga merupakan cara pengelolaan limbah. Dan secara khusus bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan (gambut dan kotoran ayam), lama (waktu) pengomposan dan interaksi keduanya terhadap nisbah C/N, kandungan unsur hara makro. dan mikro dalam kompos yang dihasilkan. Disamping itu untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia kompos serta perbandingan campuran bahan dan waktu pengomposan yang tepat untuk terjadinya pengomposan yang efisien.
Untuk mengetahui perbandingan antara gambut dan limbah kotoran ayam yang optimal serta waktu pengomposan yang efisien, dilakukan beberapa percobaan kombinasi campuran bahan dan waktu pengomposan yang berbeda. Ada 5 kombinasi campuran bahan yang dicoba dalam percobaan ini yaitu AGO (100% kotoran ayam), A4G1 (4 bagian kotoran ayam dan 1 bagian gambut), A2G1 (2 bagian kotoran ayam dan 1 bagian gambut), A1G1 (1 bagian kotoran ayam dan 1 bagian gambut) dan AOG (gambut 100%). Waktu pengomposan yang dicoba yaitu 0 minggu, 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 3 kali ulangan. Secara umum kompos yang dihasilkan mempunyai karakteristik fisik yaitu massa yang lemah, tidak lengket menyerupai tanah berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Kompos yang dihasilkan oleh perlakuan AOG mempunyai struktur yang hampir sama dengan struktur aslinya. Sedangkan dari perlakuan AGO, A4G1, A2G1 dan A1G1 menghasilkan kompos yang mempunyai struktur yang berbeda dengan aslinya. Perbedaan perbandingan bahan menghasilkan kompos dengan nisbah C/N, unsur hara makro (C,N,P,K,Ca) dan mikro (Fe,Cu,Zn,B) yang bervariasi. Demikian juga lama (waktu) pengomposan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penurunan nisbah C/N, kenaikan unsur hara makro dan mikro. Penurunan nisbah C/N diikuti dengan penyusutan volume dan pengurangan bobot. Dari ke 5 perlakuan, pada perlakuan A1G1 terjadi pengomposan yang paling efisien dengan membutuhkan waktu pengomposan 8 minggu. Sampai akhir pengomposan (minggu ke-12) prosentase penurunan nisbah C/N pada perlakuan A1G1 mencapai 49,09 dan laju penurunan tertinggi dicapai pada minggu ke-8 yaitu 41.85W dengan nilai C/N = 15,814. Dari hasil analisis mikrobiologi menunjukkan bahwa mikroorganisme yang aktif dalam pengomposan ini antara lain bakteri, kapang dan khamir. Dari ke 3 mikroorganisme tersebut, bakteri adalah paling dominan.
Kompos yang dihasilkan dari penelitian ini mengandung unsur hara makro (N,C,P,K,Ca) dan unsur hara mikro (Fe,Cu,Zn,B) yang cukup tinggi. Dengan demikian diharapkan kompos tersebut dapat diaplikasikan, antara lain di bidang pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan hasi7.. Selain meningkatkan hasil, penggunaan kompos mempunyai aspek lingkungan mencegah pencemaran karena berkurangnya pemakaian pupuk buatan yang berlebihan, sehingga tanaman menjadi lebih sehat. Kompos juga dapat membantu memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan porositas, sehingga tanah menjadi lebih gembur dan meningkatkan kemampuan tanah dalam penyimpanan air.

ABSTRACT
Indonesia has large areas of peat lands which covers 26 million hectares (ha). This potency has not been optimally utilized because of many constraints dealt with. For instance, the products of peat utilization for farmlands and plantations have not succeeded. This is because of peat chemical constraints such as lack of macro and micro nutrients, a high level of Cation Exchange Capacity (CEC), and a low level of base saturation.
The principal chemical substances of peat soil are carbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N), and oxygen (0). Also, this soil contains other chemical elements including aluminum (Al), silicon (Si), sodium (Na), sulphur (S), phosphor (P), and calcium (Ca) in binding form. Based on these chemical substances, peat has a potency to be produced a compost material.
The constraint to composting peat is its destruction process which, naturally, is very gradual. This is because of a high level of a C/N ratio content which causes decomposition process longer. This C/N ratio content indicates that there have been a nitrogen deficiency and a high level of carbon content.
One of the alternatives to accelerate in composting peat is mixed up by poultry waste. Since poultry waste contains microorganism abundantly, it can accelerate the decomposition process. Furthermore, poultry waste contains a high level of nitrogen meaning that this provides enough nutrition for microorganism. Microorganism needs sources of carbon .and nitrogen for its growth and protein synthesis, respectively. The degree of biological activity depends on the availability of carbon and nitrogen components within the material.
The main objectives of this experiment is to find an alternative of utilization of peat and poultry waste mixtures. This experiment is also to find out the alternative of a peat utilization and a method of waste management. Specifically, the experiment aims to know the influence of material mixtures (peat and poultry waste), duration of a composting time, and interaction of them to the C/N ratio, macro and micro nutrient content of the compost produced. Moreover, it is to investigate the composts? physical and chemical characteristics and the comparison of material mixtures as well as duration of an appropriate composting time as an efficient composting time. To know the comparison among the optimal peat and poultry waste mixtures and the efficient composting time, several experiments of both the different material mixtures and the different composting times were done. There are five combinations of material mixtures which are tested in the experiments including: (1) AGO consisting of 100%of poultry waste; (2) A4G1 consisting of poultry waste and peat with ratio 4 to 1, respectively; (3) A2G1 consisting of poultry waste and peat with ratio 2 to 1, respectively; (4) A1G1 consisting of poultry waste and peat with ratio 1 to 1, respectively; (5) AOG consisting of 100% of peat. The duration of the composting time which had been done consists of 0 week, 4 weeks, 8 weeks, and 12 weeks. The experimental design (CRD) factorial with three time replication each.
Generally, the compost resulted has specific physical characteristics which are crumbed mass, not sticky, like soil having a color from blackish brown to black. The compost produced by AOG treatment has a structure almost the same as its original structure. However, the composts yielded through AGO, A4G1, A2G1, and AMG1 treatments have different structures compared to the original ones. The different comparisons of materials used bring forward the composts with the variation in C/N ratio contents, macro nutrients (C, N, P, K, and Ca), and micro nutrients (Fe, Cu, Zn, and B). Accordingly, the duration of a composting time has a positive influence to the decrease of the C/N ratio contents and the increase of the macro and micro nutrient contents. Reducing the C/N ratio contents is followed by the volume and weight reduction.
Out of the 5 (five) experiments, the A1G1 treatment to produce a compost is the most efficient way to which the composting time needed is eight weeks. At the end of the composting time, the twelfth week, the percentage of decreasing C/N ratio contents for the A1G1 treatment reaches 49.09% and the highest declining speed is 41.09% achieved on the eighth week with which the C/N value is equal to 15.814. The result of microbiology analysis indicates that the active microorganism in that composting process includes bacteria, yeasts, and molds. From these three microorganisms, bacteria are the most dominant one.
The compost resulted from this research contains high levels of macro nutrients (N, C, P, K, and Ca) and micro nutrients (Fe, Cu, Zn, and B). Therefore, it is expected that compost can be applied to increase and to enhance the products from farmlands and plantations. Besides increasing the product, utilizing the compost has an environmental benefit in preventing pollution because of the lessening of the extensive use of artificial fertilizer resulting in the plants to grow more prosperously. The compost also can help improve the soil to be more loose and enlarges its capability to preserve water.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jayanti Maharani
"Penyediaan layanan energi yang andal, memadai, dan berkelanjutan masih menjadi tantangan global hingga saat ini. Tanpa adanya ketersediaan energi, terutama untuk memasak dan penerangan maka kualitas hidup yang diharapkan akan sulit tercapai, khususnya bagi orang miskin yang belum terpenuhinya standar hidup minimum. Guna pemenuhan energi tersebut maka dibutuhkan sumber energi baru terbarukan dan ramah lingkungan, salah satunya melalui instalasi biogas. Studi ini bertujuan untuk menemukan bukti empirik terkait dampak dari pemanfaatan biogas terhadap kemiskinan, khususnya di daerah pedesaan, melalui perubahan jumlah orang miskin di suatu wilayah. Berbagai penelitian yang dilakukan di bidang ini menunjukkan adanya pengaruh pemanfaatan biogas terhadap kemiskinan, namun demikian studi tersebut masih belum cukup menyeluruh karena hanya mencakup beberapa rumah tangga di wilayah tertentu, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, atau bahkan desa. Sejalan dengan itu, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap literatur yang ada dengan sampel yang lebih komprehensif yaitu menggunakan data panel yang terdiri dari 2.374 desa yang tersebar di seluruh Indonesia dan dalam rentang waktu yang panjang yang berdasarkan data Potensi Desa (Podes) 2008, 2011, 2014 dan 2018 dan data pembangunan Biogas dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tahun 2011-2017. Data penduduk miskin pada studi ini menggunakan proksi jumlah penerima bantuan program jaminan kesehatan karena dapat mewakili jumlah orang miskin di suatu desa. Dengan menggunakan metode difference-in-differences (DID), studi ini menemukan bahwa secara rata-rata, setelah adanya program pembangunan instalasi biogas, jumlah penerima bantuan iuran program jaminan kesehatan di desa yang memiliki instalasi biogas mengalami penurunan sebesar 136 orang jika dibandingkan dengan desa yang tidak memiliki biogas.

The provision of reliable, adequate, and sustainable energy services remains a global challenge today. Without the availability of energy, especially for cooking and lighting, the expected quality of life will be difficult to achieve, especially for the poor who could not met the minimum standard of living. In order to fulfill this energy, renewable and environmentally friendly energy sources are needed, one of which is through the biogas installation. This study aims to find empirical evidence regarding the impact of biogas utilization on poverty, especially in rural areas, through changes in the number of poor people in an area. Various studies conducted in this area show the influence of biogas utilization on poverty, however, those studies are not comprehensive enough since it only covers a few households in certain areas, namely somes provinces, districts, sub-districts, or even villages. In line with that, this study contributes to the existing literature with a more comprehensive sample using panel data consisting of 2,374 villages spread accross Indonesia, and over a long period of time based on Village Potential (Potensi Desa/ Podes) data of year 2008, 2011, 2014 and 2018 and Biogas development data from the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) of year 2011 up to year 2017. In this study, proxy of the recipients of health insurance program is used as the data of the poor, since it can be considered as the representative number of the poor in a village. Using the difference-in-differences (DID) method, this study found that in general, after the biogas installation program was established, the recipients of health insurance program contribution assistance in the villages with biogas installations decreased by 136 people, compared to villages which has no biogas. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismaniari
"Anaerobic digester telah menjadi salah satu metode untuk mengolah limbah organik yang mampu menghasilkan biogas sebagai energi baru dan terbarukan. Namun, operator dan/atau pengguna teknologi anaerobic digester seringkali mengalami kendala teknis. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perilaku pengguna teknologi anaerobic digester pada tipe pra-fabrikasi dalam operasional dan pemeliharaannya, menganalisis kinerja operasional, serta menganalisis hubungan antara perilaku dan output untuk penetapan prosedur operasional pengolahan limbah organik. Lokasi penelitian dilaksanakan di Banten, Karawang, dan Bandung karena menyesuaikan dengan proyek penempatan instalasi teknologi anaerobic digester tipe pra-fabrikasi yang masing-masing berada di daerah pesisir, pertanian, serta peternakan. Identifikasi mengenai kendala dan perilaku dalam mengoperasikan teknologi anaerobic digester yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu wawancara. Identifikasi tersebut dilakukan terhadap variabel frekuensi feeding; jumlah feeding; volume air tambahan untuk feeding; sumber air untuk feeding yang digunakan; durasi perendaman substrat dalam ember pencampur untuk feeding; pencacahan substrat untuk feeding; serta frekuensi pemeliharaan waterdrain. Sedangkan, metode kuantitatif juga digunakan dengan melakukan pengukuran beberapa parameter lingkungan yaitu pH, temperatur, total solids, volatile solids, chemical oxygen demand, dan pengukuran produksi biogas, serta konsentrasi metana pada biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua variabel identifikasi perilaku pengguna unit anaerobic digester pada tipe pra-fabrikasi mampu mempengaruhi kinerja operasional unit anaerobic digester secara signifikan, yakni volume air yang ditambahkan untuk feeding mampu mempengaruhi warna api dan kestabilan tekanan biogas (p<0,05) serta variabel identifikasi durasi perendaman substrat untuk feeding mampu menghasilkan produk biogas lebih banyak ±13,3% (p<0,05). Dengan demikian, penambahan volume air dan durasi perendaman substrat dapat menjadi perilaku yang efektif dalam menghasilkan biogas. Rata-rata hasil kinerja operasional unit anaerobic digester tipe pra-fabrikasi menghasilkan nilai TSR (84,3±48,35%); VSD (61,4±70,62%); dan CODR (75±69,26%). Sementara, pH output sudah optimum sebesar 7,2±0,51. Parameter temperatur sampel input dan output tergolong mesofilik, masing-masing sebesar 28,1±1,990C dan 27,7±2,010C. Sedangkan, produksi biogas dan kadar metana menghasilkan nilai masing-masing sebesar 498±456,36 Lbiogas/kgVS dan 214±183,41 LCH4/kgVS.

Anaerobic digester is getting widely known for its capability to treat organic waste into renewable energy. However, its operators and/or users often experienced technical problems. Therefore, this study aimed to identify the pre fabricated anaerobic digester users behaviour in operational and maintenance context, analyze operational performance, as well as establish basic operational concept of organic waste treatment. The study was carried out installed anaerobic digester in Banten, Karawang, and Bandung because they were following the pre fabricated type of anaerobic digester installation project, which were located in coastal area, agriculture, and animal husbandry. The identification of pre-fabricated anaerobic digester users behaviour in operational and maintenance context used qualitative methods by means of interview. Several variables were observed and analysed in terms of feeding frequency; the total amount of feeding; additional water input and its sources; the duration of substrate immersion; pre-treatment substrate for feeding; and the frequency of waterdrain maintenance. Meanwhile, quantitative methods were also used by measuring several environmental parameters, such as pH, temperature, total solids, volatile solids, chemical oxygen demand, and measuring biogas production, as well as the concentration of methane in biogas. The results showed that the additional water and the duration of substrate immersion significantly affected the performance of anaerobic digester. Added water could influence the color of the fire and the stability of the biogas pressure p<0,05, while the duration of the substrate immersion increased biogas production by up to ±13,3% p<0,05. The measurement of anaerobic digester showed TSR values ​​84,3±48,35%; VSD 61,4±70,62%; and CODR 75±69,26%. The optimum pH of effluent was 7,2+0,51, while the temperature of substrate input and effluent were classified as mesophilic, with value of 28,1±1,990C and 27,7±2,010C, respectively. Whereas, biogas and methane were produced by up to 498±456,36 Lbiogas/kgVS and 214±183,41 LCH4/kgVS, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Rahmani
"Penelitian ini mengkaji kelayakan teknis, lingkungan, ekonomi, dan sosial pemanfaatan biogas dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PD PAL JAYA untuk memasak. Kajian kelayakan teknis melihat kecukupan potensi biogas untuk memenuhi kebutuhan biogas warga sekitar. Kajian lingkungan melihat signifikansi pengurangan konsumsi LPG dan minyak tanah. Kajian ekonomi melihat penghematan yang dapat dicapai warga pengguna LPG maupun minyak tanah apabila menggunakan biogas. Kajian sosial melihat persetujuan warga sekitar mengenai adanya pemanfaatan ini. Hasil dari keempat kajian mendapatkan hasil yang positif, sehingga pemanfaatan biogas dari IPAL PD PAL JAYA layak secara teknis, lingkungan, ekonomi, dan sosial.

This study analyze the technical, environmental, economic, and social feasibility of biogas utilization from PD PAL Jaya Sewage Treatment Plant (STP) for cooking. The technical aspect analyze the adequacy of biogas potention from PD PAL Jaya STP with the local residents biogas needs. The environmental aspect analyze the significance of the LPG and kerosene consumption reduction. The economic aspect analyze the savings that can be achieved by LPG and kerosene users when using biogas instead of LPG or Kerosene. The social aspect of this research analyze the acceptance of the local residents regarding the biogas utilization. All of the results from these four aspects are positive. Therefore the biogas utilization from PD PAL Jaya STP is technically feasible, environmentally sustainable, economically profitable, and socially acceptable."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>