Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrea Mutiara Listanti
"Lokasi penelitian berada pada Formasi Cinambo wilayah Daerah Jatinunggal, Sumedang Jawa Barat. Pada lokasi ini, tersingkap dengan baik beberapa singkapan sepanjang Anak Sungai Ci Jaweu pada Desa Cibuyung dan Desa Cimanintin yang terbagi menjadi dua lintasan. Litologi penyusunnya adalah feldspathic wacke, allochemic mudstone, foraminiferal-packstone, foraminiferal-wackestone, dan batulanau. Porositas batuannya memiliki rentang poor – excellent (>25%). Berdasarkan pengamatan lapangan, pengukuran stratigrafi, dan analisis petrografi, lokasi penelitian tersusun atas Kelompok Fasies B, C, D, dan G yang terbagi lagi menjadi 7 anggota litofasies. Kelompok-kelompok fasies yang saling berasosiasi kemudian dikelompokan menjadi 3 asosiasi fasies yaitu Sandy-silt lobe distal, distal levee, dan distal silt-mud lobe. Analisis mikrofosil yang dilakukan, menunjukan lapisan pada lokasi penelitian memiliki umur Miosen Tengah/Miosen Akhir dan terendapkan pada lingkungan upper-lower bathyal. FormasiCinambo yang tersingkap pada daerah ini diinterpretasikan berada pada lingkungan kipas laut dalam bagian tengah (middle fan).

The research location is in the Cinambo Formation in the Jatinunggal Region, Sumedang, West Java. At this location, several outcrops along the Ci Jaweu River in Cibuyung Village and Cimanintin Village are well exposed and are divided into two tracks. Its constituent lithologies are feldspathic wacke, allochemic mudstone, foraminiferal-packstone, foraminiferal-wackestone, and siltstone. The rock porosity ranges from poor to excellent (>25%). Based on field observations, stratigraphic measurements, and petrographic analysis, the study site is composed of Facies B, C, D, and G which are further divided into 7 lithofacies. Facies groups that are associated with each other are then grouped into 3 facies associations namely distal Sandy-silt lobe, distal levee, and distal silt-mud lobe. The microfossil analysis performed showed that the layers at the study site are Middle Miocene/Lower Miocene and were deposited in an upper-lower bathyal environment. The Cinambo Formation exposed in this area is interpreted to be in the middle fan environment."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagastio Ramadhan
"Keberagaman litologi serta struktur sedimen yang terbentuk pada Formasi Jatiluhur dapat membantu menceritakan bagaimana kondisi dari lingkungan pengendapan pada saat proses pengendapan terjadi. Formasi Jatiluhur merupakan formasi yang terbentuk pada Miosen Tengah yang dibentuk oleh litologi berupa dominasi batulanau dan batupasir, disertai keberadaan batugamping pada beberapa tempat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan litofasies dan fasies sedimentasi yang terbentuk pada bagian bawah dari Formasi Jatiluhur, serta menentukan lingkungan pengendapan yang terbentuk pada bagian bawah dari Formasi Jatiluhur. Penelitian ini menggunakan data hasil pengukuran penampang stratigrafi, serta analisis sampel batuan berupa analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi. Hasil analisis mikropaleontologi untuk data umur relatif tidak dapat ditentukan, namun menghasilkan informasi kedalam dan lingkungan pengendapan pada daerah penelitian yang berada pada middle shelf hingga outer shelf. Sedangkan analisis petrografi dilakukan untuk melihat kandungan batuan dan menentukan nama batuan dari lapisan batuan pada daerah penelitian. Klasifikasi litofasies didasari dari karakteristik litologi pada daerah penelitian dan sebanyak delapan belas (18) litofasies pada daerah penelitian yang dapat diidentifikasi. Setelah itu ditentukannya satuan asosiasi fasies berdasarkan analisis litofasies, mikropaleontologi dan petrografi dan ditemukan adanya sembilan (9) asosiasi fasies yang terbentuk pada daerah penelitian. Asosiasi-asosiasi fasies yang ditemukan berupa endapan sandy-offshore transition; endapan offshore; endapan offshore transition hingga offshore; endapan shoreface hingga offshore transition; endapan muddy-offshore transition; endapan inner fan hingga mid-fan; endapan offshore; endapan inner fan; dan endapan mid-fan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah penelitian terbentuk lingkungan pengendapan yang mencerminkan lingkungan pengendapan berupa laut dangkal yang ditandai oleh lingkungan shoreface hingga laut dalam yang ditandai oleh lingkungan mid-fan.

The diversity of lithology and sedimentary structures that formed in the Jatiluhur Formation can help tell how the conditions of the depositional environment occurred during the deposition process. The Jatiluhur Formation is a formation formed in the Middle Miocene which is formed by lithology in the form of the dominance of siltstone and sandstone, accompanied by the presence of limestone in several places. This study aims to determine the lithofacies and sedimentation facies that form at the bottom of the Jatiluhur Formation, as well as determine the depositional environment that forms at the bottom of the Jatiluhur Formation. This study uses data from measurements of stratigraphic sections, as well as analysis of rock samples in the form of petrographic analysis and micropaleontological analysis. The results of the micropaleontological analysis for the relative age data cannot be determined, but it provides information on the depth and environment of deposition in the study area which is from the middle shelf to the outer shelf. Meanwhile, petrographic analysis is carried out to see the rock content and determine the rock name of the rock layers in the study area. The lithofacies classification is based on the lithological characteristics of the research area and as many as eighteen (18) identifiable lithofacies in the research area. After that, the facies association unit was determined based on lithofacies analysis, micropaleontology and petrography and it was found that there were nine (9) facies associations formed in the study area. The facies associations found were sandy-offshore transition deposits; offshore deposit; offshore transition to offshore deposits; shoreface to the offshore transition deposits; muddy-offshore transition deposits; inner fan to mid-fan deposits; offshore deposits; inner fan deposits; and mid-fan deposits. The results of this study indicate that the research area is formed a depositional environment which reflects the depositional environment in the form of shallow seas characterized by the shoreface to the deep sea which is characterized by the mid-fan environment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rinikasari
"Penelitian terfokus pada Formasi Klapanunggal pada kala Miosen Tengah tersusun atas batugamping yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat dan Palung Bogor bagian Utara. Tujuan dari penelitian adalah menentukan karakteristik fasies, lingkungan pengendapan, dan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal, Jawa Barat. Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, X-ray Diffraction, dan Scanning Electron Microscope. Klasifikasi fasies yang didapatkan dari hasil deskripsi makroskopis dan analisis petrografi sebanyak enam (6) fasies, yaitu Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, dan Bindstone. Kemudian, fasies-fasies tersebut diklasifikasikan menjadi asosiasi fasies berdasarkan makroskopis dan petrografi menghasilkan tiga (3) asosiasi fasies, yaitu Platform Interior (Open Marine), Platform Margin Reef, dan Slope. Selanjutnya, hasil analisis diagenesis dan paragenetik menghasilkan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal secara berurutan, yaitu tahapan eogenetik (marine phreatic dan meteoric phreatic), tahapan mesogenetik (burial), dan tahapan telogenetik (meteoric phreatic dan meteoric vadose). Kemudian, terdapat hubungan asosiasi fasies dengan diagenesis, yaitu fitur sementasi marine lebih intensif pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dibandingkan dengan asosiasi fasies Slope dan Platform Interior (Open Marine). Selain itu, pengaruh kompaksi mekanik lebih kuat pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dan Slope dibandingkan dengan asosiasi fasies Platform Interior (Open Marine).

The research focused on the Klapanunggal Formation during the Middle Miocene which was composed of limestone which was part of the West Java Basin and the Northern part of the Bogor Trench. The purpose of this research is to determine facies characteristics, facies association, depositional environment and the history of limestone diagenesis in Klapanunggal Formation, West Java. Research method is data collection and measurement of stratigraphic sections, petrographic analysis, X-ray Diffraction, and Scanning Electron Microscope. The classification of facies obtained from the result of macroscopic description and petrographic analysis as many as six (6) facies, namely Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, and Bindstone. Then, those facies classified into facies association based on macroscopic and petrographic analysis produces in three (3) facies association, namely Platform Interior – Open Marine, Platform Margin Reef, and Slope Furthermore, the results of diagenesis and paragenetic analysis produce a history of limestone diagenesis in the Klapanunggal Formation sequentially, namely the eogenetic stages (marine phreatic and meteoric phreatic), mesogenetic (burial) stages, and telogenetic stages (meteoric phreatic and meteoric vadose). Then, there is a relationship between facies associations with diagenesis, namely marine cementation features are more intensive in the Platform Margin Reef facies association than the Slope and Platform Interior (Open Marine) facies associations. In addition, the effect of mechanical compaction is stronger on the Platform Margin Reef and Slope facies association compared to the Platform Interior (Open Marine) facies association."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Rahmat Adil Yusuf
"Formasi jatiluhur merupakan salah satu formasi yang terletak di utara cekungan Bogor dengan persebaran lateral yang cukup luas dan diperkirakan diendapkan pada Miosen tengah hingga Miosen akhir. Formasi Jatiluhur merupakan formasi yang disusun oleh litologi campuran sedimen klastik berupa batupasir, batulanau, batulempung dan batugamping. Daerah penelitian berada di sepanjang Sungai Cipamingkis yang terletak di Desa Sukamakmur, Kecamatan Jonggol - Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik litologi yang ada pada daerah penelitian yang nantinya akan digunakan dalam penentuan kelompok mikrofasies yang ada pada daerah penelitian. Terdapat tiga metodologi digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi. Panjang lintasan yang didapatkan pada pengukuran penampang stratigrafi adalah sekitar 280 meter dengan total data sampel yang didapatkan adalah sebanyak 27 sampel. Dari 27 sampel yang didapatkan dipilih sebanyak 14 sampel untuk dilakukan analisis petrografi dan 5 sampel untuk dilakukan analisis mikropaleontologi. Secara umum ukuran butir penyusun batuan pada daerah penelitian didominasi oleh pasir halus hingga silt dan keseluruhan sampel memiliki kandungan karbonat dengan struktur bioturbasi yang cukup dominan. Dari hasil analisis sayatan tipis, dihasilkan tiga Standard Microfacies (SMF) pada daerah penelitian yaitu SMF-18, SMF-23, dan SMF-24. Ketiga mikrofasies tersebut, penulis namakan SMF-18 sebagai Fasies C, SMF-23 sebagai Fasies B, dan SMF-24 sebagai Fasies A. Berdasarkan semua data yang telah terkumpul, dihasilkan tiga event atau kejadian geologi yang terjadi pada daerah penelitian dengan lingkungan pengendapan berada pada brackish-clastic dominated, brackish-marine dominated dan platform interior restricted.

Jatiluhur Formation is one of the unique formations found in the North of Bogor Basin which spread widely and deposited in the Middle Miocene to Upper Miocene. Jatiluhur Formation consists of mixed siliciclastics with carbonate such as sandstone, siltstone, claystone, and limestone. The research area is along the Cipamingkis River which is located in Sukamakmur Village, Jonggol District - Bogor. This study aims to determine the lithological characteristics present in the study area which will later be used in determining the microfacies groups present in the study area. There are three methodologies used by the authors in this study, namely stratigraphic cross-sectional measurements, petrographic analysis and micropaleontological analysis. The path length obtained from the stratigraphic cross-section measurement is about 280 meters with a total sample data obtained of 27 samples. Of the 27 samples obtained, 14 samples were selected for petrographic analysis and 5 samples for micropaleontological analysis. In general, the grain size of the rock constituents in the study area was dominated by fine sand to silt and all samples contained carbonate with a fairly dominant bioturbation structure. From the results of thin section analysis, three Standard Microfacies (SMF) were produced in the study area, namely SMF-18, SMF-23, and SMF-24. The authors call the three microfacies SMF-18 as Facies C, SMF-23 as Facies B, and SMF-24 as Facies A. Based on all the data that has been collected, three geological events have occurred in the study area with depositional environments on brackish-clastic dominated, brackish-marine dominated and restricted interior platforms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisha Shafa Yumnanisa
"Formasi Ngimbang memiliki reservoir berupa batuan karbonat. Batuan karbonat memiliki kesulitan yang lebih khususnya pada reservoir hidrokarbon. Untuk mendukung kegiatan hal tersebut dibutuhkan pemahaman kondisi geologi di wilayah Cekungan Jawa Timur, salah satunya adalah studi mengenai fasies dan lingkungan pengendapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi batuan inti, deskripsi petrografi, dan interpretasi log sumur. Data yang digunakan berupa 3 sumur dengan 30 sampel sayatan tipis. Dari analisis tersebut, didapatkan 6 fasies, yaitu mudstone, large foram wackestone, skeletal wackestone, large foram packstone, skeletal packstone-grainstone, dan shale dengan 3 asosiasi fasies, yaitu platform interior – open marine, platform-margin sand shoals, dan platform interior – restricted

The Ngimbang Formation has a reservoir of carbonate rocks. Carbonate rocks have more difficulties, especially in hydrocarbon reservoirs. To support these activities, it is necessary to understand the geological conditions in the East Java Basin area, one of which is the study of facies and depositional environments. The methods used in this study are core rock description, petrographic description, and well log interpretation. The data used were 3 wells with 30 thin section samples. From the analysis, 6 facies were obtained, namely mudstone, large foram wackestone, skeletal wackestone, large foram packstone, skeletal packstone-grainstone, and shale with 3 facies associations, namely platform interior - open marine, platform-margin sand shoals, and platform interior - restricted."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Imanda
"Penelitian ini dilakukan pada Formasi Jatiluhur, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan data fosil jejak, fasies batuan, dan data pengukuran penampang stratigrafi. Sebanyak tujuh spesies fosil jejak dan satu trackway pada daerah penelitian berupa Thalassinoides, Scolicia, Opiomorpha, Planolites, Circulichnis, Rhizocorallium, dan Taenidium yang kemudian akan menjadi 5 asosiasi fosil jejak yaitu, asosiasi fosil jejak Scolicia-Thalassinoides, asosiasi fosil jejak Thalassinoides-Circulichnis,asosiasi fosil jejak Rhizocorallium-Thalassinoides, asosiasi fosil jejak Planolites, dan asosiasi fosil jejak Taenidium. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk menentukan kondisi paleokologi saat pengendapan terjadi terkait kandungan oksigen, energi, dan suplai makanan. Sebanyak sembilan fasies batuan pada daerah penelitian yaitu, fasies batuan perselingan batulempung dan batupasir (CS), fasies batupasir bioturbasi (BB), fasies batulempung (MC), fasies batulanau (MT), fasies batupasir laminasi (LS), fasies batupasir gampingan (AS), fasies batupasir endapan slump (SS), fasies batupasir hummocky (HS), dan fasies batupasir wave-ripple (WS). Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai data pendukung untuk menentukan lingkungan pengendapan. Nilai indeks bioturbasi pada daerah penelitian menunjukkan nilai yang didominasi nilai yang hampir nol. Hal tersebut menunjukkan kecepatan sedimentasi yang rendah. Lingkungan pengendapan pada Formasi Jatiluhur bagian tengah khususnya di Sungai Cipamingkis berdasarkan fosil jejak, fasies batuan, dan nilai indeks bioturbasi dapat disimpulkan bahwa Formasi Jatiluhur bagian tengah memiliki lingkungan pengendapan berupa laut dalam sampai bagian slope-marine dengan kondisi oksigen yang rendah, suplai makanan yang sedikit, dan energi yang mengontrol semakin muda semakin meningkat.

This research was conducted in the Jatiluhur Formation, Jonggol District, Bogor Regency, West Java Province. The purpose of this study was to determine the depositional environment based on trace fossil data, lithofacies, and stratigraphy logs data. A total of seven species of trace fossils and one trackway in the research area are Thalassinoides, Scolicia, Opiomorpha, Planolites, Circulichnis, Rhizocorallium, and Taenidium which will then become 5 trace fossil associations, such as, Scolicia-Thalassinoides association Thalassinoides-Circulichnis association, Rhizocorallium-Thalassinoides association, Planolites association, and Taenidium association. The results of this analysis can be used to determine paleoecological conditions when deposition occurred in terms of oxygen content, energy, and food supply. There are nine lithofacies in the study area, such as, alternating claystone and sandstone facies (CS), bioturbated sandstone facies (BB), massive claystone facies (MC), massive siltstone facies (MT), laminated sandstone facies (LS), allochemic sandstone (AS), slump sandstone facies (SS), hummocky sandstone facies (HS), and wave-ripple sandstone facies (WS). The results of this analysis can be used as supporting data to determine the depositional environment. The bioturbation index value in the study area shows a value dominated by a value that is almost zero. This indicates a low sedimentation rate. The depositional environment in the middle of Jatiluhur Formation, especially in Cipamingkis River based on trace fossils, lithofacies, and bioturbation index values can be concluded that the middle of Jatiluhur Formation has a depositional environment in the form of the deep sea to slope-marine parts with low oxygen conditions, less food supply, and energy that controls the younger it gets increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, M. Safei
"Formasi Campurdarat adalah salah satu satuan batuan karbonat yang tersingkap di daerah Tulungagung dan sekitarnya, Jawa Timur. Suatu penelitian detil untuk mempelajari fasies dan sedimentasi batugamping tersebut telah dilakukan. Metode penelitian meliputi penelitian lapangan dan analisis laboratorium yang terdiri atas petrografi dan mikropaleontologi. Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa batuan carbonat di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi empat jenis fasies yaitu fasies packstone, fasies floatstone, fasies rudstone dan fasies boundstone. Fasies packstone diendapkan mulai dari lingkungan backreef ? lagon, fasies floatstone dalam lingkungan backreef dan zona terumbu, fasies rudstone pada lingkungan daratan terumbu dan fasies boundstone terbentuk mulai dari reef front ? reef crest. Formasi Campurdarat diperkirakan terbentuk sebagai terumbu penghalang pada umur Miosen Awal"
Bandung: Pusat Survai geologi Bandung, 2012
551 JSDG 22:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianus Pramudya Hatibie
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial suhu permukaan tanah, Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), kekritisan lingkungan, dan tutupan lahan di Kabupaten Sumedang tahun 2007, 2013, 2017, dan 2022. Kajian ini menggunakan data yang dikumpulkan melalui suhu pengukuran menggunakan instrumen Kestrel 5000 dan Lutron LM 8000A, serta data sekunder yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial dan United States Geological Survey. Analisis ini melibatkan analisis statistik dan spasial untuk memeriksa perubahan dan hubungan temporal variabel. Temuan menunjukkan perubahan yang signifikan pada kelas suhu permukaan tanah dari waktu ke waktu, dengan penurunan cakupan kisaran 26-29°C dan fluktuasi pada kisaran 29-32°C. Perluasan daerah pulau panas perkotaan diamati, meningkatkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan dan kesehatan manusia. Analisis kelas NDVI mengungkapkan perubahan sebaran tutupan vegetasi, dengan peningkatan pada area dengan nilai NDVI tinggi dan sedikit penurunan pada area dengan nilai lebih rendah. Hal ini menunjukkan potensi perubahan penggunaan lahan dan faktor lingkungan. Analisis Indeks Kekritisan Lingkungan menunjukkan adanya perubahan tingkat kekritisan, dengan penurunan pada area tidak kritis dan peningkatan pada area sensitif lingkungan. Kerapatan bangunan tinggi menunjukkan kekritisan lingkungan tertinggi, diikuti oleh kerapatan bangunan moderat. Praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan diperlukan untuk mengurangi dampak lingkungan yang terkait dengan pembangunan kawasan urban. Studi ini menyoroti sifat dinamis suhu permukaan lahan, tutupan vegetasi, dan kekritisan lingkungan di Kawasan Urban Kabupaten Sumedang. Ini menekankan perlunya strategi pengelolaan lingkungan yang efektif dan upaya konservasi untuk memastikan pembangunan berkelanjutan di wilayah tersebut.

This study aims to determine the spatial patterns of land surface temperature, Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), environmental criticality, and land cover in Sumedang Regency in 2007, 2013, 2017, and 2022. This study uses data collected through temperature measurements using the Kestrel 5000 and Lutron LM 8000A instruments, as well as secondary data obtained from the Geospatial Information Agency and the United States Geological Survey. This analysis involves statistical and spatial analysis to examine change and temporal relationships of variables. The findings show significant changes in ground surface temperature classes over time, with decreasing coverage in the 26-29°C range and fluctuations in the 29-32°C range. Expansion of urban heat island areas is observed, raising concerns about environmental and human health impacts. NDVI class analysis revealed changes in the distribution of vegetation cover, with an increase in areas with high NDVI values and a slight decrease in areas with lower values. This shows the potential for changes in land use and environmental factors. Analysis of the Environmental Criticality Index shows a change in the level of criticality, with a decrease in non-critical areas and an increase in environmentally sensitive areas. High building density shows the highest environmental criticality, followed by moderate building density. Sustainable land management practices are needed to reduce the environmental impacts associated with urban development. This study highlights the dynamic nature of land surface temperature, vegetation cover, and environmental criticality in the Urban Area of Sumedang Regency. It emphasizes the need for effective environmental management strategies and conservation efforts to ensure sustainable development in the region."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashiila Friska Dewi
"Lokasi penelitian ini berada di daerah Kecamatan Cimanggu dan sekitarnya yang secara geografis terletak pada koordinat batas timur laut UTM 262370 E 9198862 N serta batas barat daya UTM 256431 E 9192930 N. Wilayah ini mencakup Desa Cijati, Pesahangan, Desa Negarajati, serta desa sekitarnya, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi Halang berdasarkan Peta Geologi Lembar Majenang (Kastowo dan Suwarna, 1996). Formasi Halang merupakan salah satu Formasi pengisi Cekungan Banyumas, terendapkan pada umur Miosen Tengah hingga Pliosen Awal, dengan dominasi batuan sedimen jenis turbidit yang terendapkan pada zona batial atas. Batuan sedimen jenis turbidit inilah yang menjadi fokus penelitian kali ini untuk mengetahui fasies endapan turbidit serta asosiasinya agar dapat menenentukan sub-lingungan pengendapan pada daerah penelitian. Bagian timur laut daerah penelitian didominasi oleh ukuran butir yang lebih kasar sedangkan pada bagian barat daya didominasi oleh butiran yang lebih halus. Daerah penelitian terbukti terendapkan dengan mekanisme turbidit dikarenakan jenis litologi yang beragam, dari yang berbutir kasar (breksi – pasir sedang) hingga berbutir halus (pasir halus – lanau). Didapatkan umur relatif Formasi Halang yang mencakup daerah penelitian pada Miosen Tengah (N11) berdasarkan analisis mikrofosil. Berdasarkan pengukuran measuring section, analisis makroskopis dan mikroskopis, didapatkan 5 lintasan log stratigrafi yang memiliki fasies dominan proksimal pada timur laut dan medial pada barat daya berdasarkan klasifikasi dekatnya dari sumber sedimen (Nichols, 2009). Diasosiasikan dengan sub-lingkungan pengendapan kipas laut dalam (submarine fan) dan diinterpretasikan merupakan bagian inner fan dan middle fan, dengan tiga fasies pengendapan channel dan levee serta depositional lobes berdasarkan Nichols (2009).

The location of this research is in the Cimanggu region and its surroundings which is geographically located at the coordinates of the northeastern boundary of UTM 262370 E 9198862 N and the southwest boundary of UTM 256431 E 9192930 N. This area includes Cijati Village, Pesahangan, Negarajati Village, and the surrounding villages, Subdistrict Cimanggu, Cilacap Regency, Central Java. The research area is included in the Halang Formation based on the Geological Map of the Majenang Sheet by Kastowo and Suwarna (1996). The Halang Formation is one of the filling formations of the Banyumas Basin, deposited in the Middle Miocene to Early Pliocene age, with the dominance of turbidite sedimentary rocks deposited in the upper bathial zone. This turbidite sedimentary rock is the main focus of this research to determine the turbidite depositional facies and their associations in order to determine the sub-environment of the deposition in the study area. The northeastern part of the study area is dominated by coarser grain sizes, while the southwest is dominated by finer grains. The study area was proven to be deposited by a turbidite mechanism due to the various types of lithology, from coarse-grained rocks (breccia – medium sand) to fine-grained rocks (fine sand – silt). The relative age of the Halang Formation which covers the study area is in the Middle Miocene (N11) based on microfossil analysis. Based on measuring section measurements, macroscopic and microscopic analysis, obtained 5 stratigraphic log paths which have dominant facies proximal to the northeast and medial to the southwest based on the close classification of sediment sources (Nichols, 2009). Associated with sub-depositional sub-environment of submarine fans and interpreted as part of the inner fan and middle fan, with three depositional facies channel, levee and depositional lobes based on Nichols (2009)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Shibly Jindan
"Cekungan Sumatra Selatan adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi besar dalam cadangan minyak bumi dan gas, terutama di Formasi Talang Akar. Untuk mengoptimalkan eksplorasi dan produksi di cekungan ini, dibutuhkan studi yang melibatkan bidang geologi untuk menemukan dan mengembangkan potensi baru. Penelitian ini difokuskan pada Formasi Talang Akar Bagian Bawah, dengan menggunakan beberapa sumur bor di daerah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran dari variasi litologi dan menganalisis fasies dan sistem pengendapan berdasarkan pola elektrofasies pada tiap sumur daerah penelitian dari batuan penyusun Formasi Talang Akar Bagian Bawah pada lapangan “X”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan data batuan inti dan data sumur. Kedua jenis data tersebut memiliki peran penting dalam mengkarakterisasi batuan penyusun yang terdapat di daerah penelitian. Analisis fasies dan sistem pengendapan digunakan untuk menggambarkan sifat dan lingkungan deposisi batuan, yang diambil dari data batuan inti yang akan digunakan sebagai validasi terhadap interpretasi data sumur atau elektrofasies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa elemen yaitu, fluvial meandering channel, floodplain, tidal distributary channel, distributary mouth bar, dan delta front/marine shale. Elemen tersebut terendapkan pada dua sistem pengendapan yang berbeda, yaitu meandering system dan tide dominated delta system. Hasil interpretasi log gamma ray pada tiga sumur menunjukkan dua litologi utama: sandstone dan shale. Persebaran litologi dan pola penyusunannya dapat dikorelasikan antar sumur. Namun, satu tubuh sandstone tebal di dasar sumur B-1 tidak ada pada dua sumur lainnya. Secara vertikal, pola litologi dari log gamma ray menunjukkan beberapa tren, termasuk fase yang didominasi oleh sandstone dan fase yang didominasi oleh shale. Dalam penelitian ini, analisis fasies dan sistem pengendapan akan memberikan pemahaman yang mendalam tentang karakteristik batuan dan lingkungan deposisi di Lapangan “X”, Formasi Talang Akar Bagian Bawah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sudut pandang baru terhadap kegiatan pengembangan lapangan minyak dan gas bumi pada daerah penelitian.

The South Sumatra Basin is one of the regions with significant potential for oil and gas reserves, especially within the Talang Akar Formation. To optimize exploration and production in this basin, a study involving the field of geology is needed to discover and develop new potentials. This research focuses on the Lower Talang Akar Formation, using several drilling wells in the research area. The objective of this study is to analyze the distribution of lithological variations and to analyze facies and deposition systems based on electrofacies patterns in each well within the research area of the Lower Talang Akar Formation in the "X" field. The methods employed in this research involve core rock data and well data. Both types of data play a crucial role in characterizing the constituent rocks present in the research area. Facies and deposition system analysis are used to depict the nature and depositional environment of the rocks, derived from core rock data, which will be used as validation for the interpretation of well data or electrofacies. The research results indicate that the research area can be divided into several elements, namely fluvial meandering channels, floodplains, tidal distributary channels, distributary mouth bars, and delta fronts/marine shales. These elements are deposited within two distinct deposition systems, namely the meandering system and the tide-dominated delta system. The interpretation results of the gamma-ray log in the three wells indicate two main lithologies: sandstone and shale. The distribution of lithology and its arrangement can be correlated between wells. However, a thick sandstone body at the base of well B-1 is not present in the other two wells. Vertically, the lithology pattern from the gamma-ray log indicates several trends, including phases dominated by sandstone and phases dominated by shale. In this study, facies and deposition system analysis will provide an in-depth understanding of rock characteristics and depositional environments in the "X" field of the Lower Talang Akar Formation. This research is expected to contribute new insights or perspectives to the development of oil and gas fields in the research area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>