Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adam Ghozi Rahman
"Lemna minor atau mata lele, merupakan salah satu spesies dari family Lemnaceae yang dapat ditemukan di berbagai tempat di dunia. Tanaman L. minor tumbuh cepat pada air dengan konsentrasi N, P dan K yang relatif tinggi, dan dapat mengkonsentrasi mineral yang terdapat dalam air dan mensintesis protein dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentasi amonia yang optimal untuk pertumbuhan L. minor. Laju pertumbuhan diamati dengan menghitung jumlah keping daun setiap dua hari sekali. Perlakuan dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu 3 kelompok kontrol dengan hoagland standar sumber nitrogen nitrat 210 ppm, nitrat 196 ppm dengan amonia 14 ppm dan amonia 210 ppm hoagland dan 5 kelompok yang diberikan amonia dari konsentrasi 84, 112, 140, 168 dan 196 ppm. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan 4 ulangan. Pada penelitian ini digunakan sumber cahaya matahari langsung dengan kisaran cahaya. Laju pertumbuhan L. minor yang paling baik pada konsentrasi amonia 84 ppm dan kenaikan konsentrasi amonia memiliki korelasi negatif dengan laju pertumbuhan L. minor yang menunjukkan konsentrasi amonia yang tinggi akan menyebabkan keracunan

Lemna minor is one of the species of the Lemnaceae family most commonly known as duckweed that can be found everywhere around the world. L. minor grows fast on top of water with relatively high concentration of N, P and K. L. minor can accumulate minerals from water and shyntesize protein really well. The purpose of this study was to determine the omptimal growth of L. minor in different concentration of amonia in the water where it grows. In this experiment, the growth is measured by the number of fronds, in which it is counted every two days. There is two groups of treatment that has been done in this experiment, which is 3 control groups with standard hoagland solution with different nitrogen source, 210 ppm nitrate, 196 ppm nitrate with 14 ppm amonia and 210 ppm amonia. 5 groups with different ammonia concentration between 84, 112, 140, 168 and 196 ppm. In this experiment, The result of this experiment is that the ammonia concentration which is most optimal from the 5 groups are the lowest concentration of 84 ppm ammonia and the increase in ammonia concentration have negative correlation to the growth rate of L. minor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ayu Ardani
"Amonia dan nitrat yang dapat diolah menjadi pupuk dapat dihasilkan sekaligus dalam satu reaktor yang sama menggunakan metode elektrolisis plasma dengan injeksi udara. Salah satu permasalahan dalam proses elektrolisis plasma adalah erosi elektroda. Melalui penelitian ini, kinerja dan efektivitas stainless steel sebagai elektroda tempat terbentuknya plasma diamati dengan meninjau yield produk, konsumsi energi, dan erosi elektroda. Penelitian ini menguji pengaruh variasi konsentrasi larutan elektrolit Na2SO4 (0,01; 0,02; dan 0,04 M) dan konsentrasi aditif Fe2 (0; 15; 30; dan 45 ppm) pada daya 500; 600; dan 700 watt dengan bantuan injeksi udara 0,4; 0,6; 0,8; 1; dan 1,2 lpm terhadap efektivitas proses. Pengujian dilakukan pada rangkaian reaktor elektrolisis plasma yang dilengkapi trap cell untuk menangkap gas yang terlepas selama proses. Pada penelitian ini, kondisi operasi optimum untuk membentuk nitrat dicapai dengan menggunakan 0,01 M Na2SO4 pada laju alir udara 1 lpm, daya 600 watt, dan penambahan Fe2 30 ppm. Kondisi tersebut mampu menghasilkan 31,91 mmol nitrat dan 0,3 mmol amonia dan juga didapatkan produk samping 0,052 hidrogen peroksida dan 0,332 mmol hidrogen dengan energi spesifik 33,84 kJ/mmol dan erosi elektroda 0,12 gram. Selain itu, melalui penelitian ini, kinerja dan efektivitas elektroda stainless steel sebagai elektroda tempat terbentuknya plasma telah terbukti dan menjanjikan untuk digunakan dalam elektrolisis plasma.

This study investigates the simultaneous production of ammonia and nitrate, both essential components of fertilizers, through plasma electrolysis with air injection. The erosion of electrodes poses a significant challenge in the plasma electrolysis process. The performance and effectiveness of stainless steel electrodes in plasma formation are examined, considering aspects such as product yield, energy consumption, and electrode erosion. The research explores the impact of varying concentrations of Na2SO4 electrolyte solution (0.01 M, 0.02 M, and 0.04 M) and Fe2+ ion concentrations (0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, and 45 ppm) at different power levels (500 W, 600 W, and 700 W) with air injection rates of 0.4 lpm, 0.6 lpm, 0.8 lpm, 1 lpm, and 1.2 lpm on the effectiveness of the plasma electrolysis process. Experimental tests are conducted using a plasma electrolysis reaktor equipped with a gas trap cell for precise gas collection. The optimal operating conditions for nitrate synthesis are identified as a Na2SO4 electrolyte concentration of 0.01 M, an air flow rate of 1 lpm, a power level of 600 W, and a Fe2+ addition of 30 ppm. Under these optimized conditions, the plasma electrolysis process successfully yielded 31.91 mmol of nitrate and 0.3 mmol of ammonia. Additionally, by-products of 0.052 mmol of hydrogen peroxide and 0.332 mmol of hydrogen were obtained. The specific energy consumption for the process is measured as 33.84 kJ/mmol and the electrode erosion is determined to be 0.12 grams. The findings of this study demonstrate the excellent performance of stainless steel electrodes and their potential for practical applications in plasma formation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja budidaya perikanan melalui pemanfaatan pakan alternative yang murah dan ramah lingkungan. Pakan alternatif yang dipilih adalah jenis tumbuhan air, lemna (Lemna perpusilla Torr) yang dikultur secara
integratif pada suatu sistem produksi perikanan sehingga mempunyai fungsi sebagai sumber
pakan alami sekaligus menyerap bahan pencemar kegiatan budidaya. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian lemna segar terhadap laju pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L) pada kolam sistem aliran tertutup. Biomassa lemna segar digunakan untuk mengantikan pellet pada porsi setara 50% dari berat kering pakan yang diberikan pada ikan mas sebanyak 3% dari berat badannya per hari. Pengamatan dilakukan selama 24 minggu.
Ukuran berat awal ikan mas rata-rata 4,75 - 6,5 g dngan padat penebaran100 ekor per wadah. Parameter pengamatan adalah berat rata-rata ikan,, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, faktor kondisi, dan tingkat kelangsungan hidup ikan. Pemberian campuran lemna segar pada pakan ikan mas memberikan nilai laju pertumbuhan spesifik lebih tinggi, yaitu sebesar 2,00 %/hari, dibandingkan dengan yang hanya diberi pakan pellet (1,75 %/hari). Berat ratarata, nilai konversi pakan, dan tingkat kelangsungan hidup ikan yang diberi pakan campuran lemna segar bertutut-turut: 162,7 g, 2,00, dan 64 %, lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diberi ransum pellet saja (berturut-turut 108,9 g, 3,34, dan 61 %). Pertumbuhan ikan bersifat allometrik negatif (nilai b < 3) dengan nilai b pada ikan yang diberi pakan campuran pellet dan lemna segar lebih tinggi (2,737) dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan pellet saja (2,537). Hasil ini mengindikasikan adanya pengaruh positif pemberian lemna segar yaitu
dapat meningkatkan pertumbuhan ikan mas. Pemanfaatan biomassa lemna segar untuk campuran pakan ikan mas dapat meningkatkan efisiensi produksi pada usaha budidaya ikan mas."
570 LIMNO 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syirat Fathannullah Pitres
"Nanopartikel perak (NP Ag) berpotensi untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi perawatan tanaman. Akan tetapi, efek NP Ag terhadap tanaman belum sepenuhnya diketahui karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti ukuran, konsentrasi, dan jenis tanaman. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh variasi konsentrasi NP Ag dan respons tanaman yang memiliki karakteristik biji berbeda, seperti Phaseolus vulgaris dan Capsicum frutescens perlu dilakukan. Terdapat 4 kelompok perlakuan yaitu NP Ag konsentrasi 0 (kontrol), 5, 10, dan 15 mg/L. Pada parameter perkecambahan, NP Ag cenderung meningkatkan perkecambahan kedua tanaman konsentrasi tinggi. Pada parameter pertumbuhan, NP Ag meningkatkan pertumbuhan P. vulgaris pada konsentrasi 5 mg/L, sedangkan C. vulgaris cenderung meningkat pada konsentrasi 15 mg/L. Pada parameter fisiologi, NP Ag cenderung bersifat toksik pada fisiologi P. vulgaris, sedangkan pada C. frutescens cenderung bersifat sebagai stimulan. Sementara itu, NP Ag cenderung menimbulkan sitotoksisitas pada kedua tanaman. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara konsentrasi NP Ag dan ukuran biji tanaman terhadap respons kecambah, pertumbuhan, fisiologi tanaman, dan sitotoksisitas P. vulgaris dan C. frutescens. Selain itu, NP Ag cenderung menghasilkan efek toksik pada biji yang berukuran besar dan testa yang tipis.

Silver nanoparticles (Ag NPs) have the potential to increase plant growth and plant care efficiency. However, the effect of Ag NPs on plants is not yet fully understood because it is influenced by several factors, such as size, concentration and type of plant. Therefore, research on the effect of variations in NP Ag concentration and the response of plants with different seed characteristics, such as Phaseolus vulgaris and Capsicum frutescens, needs to be carried out. There were 4 treatment groups, namely NP Ag concentrations of 0 (control), 5, 10, and 15 mg/L. In terms of germination, Ag NPs tended to increase the germination of both plants at high concentrations. In terms of growth, Ag NPs increased the growth of P. vulgaris at a concentration of 5 mg/L, while C. vulgaris tended to increase at a concentration of 15 mg/L. In terms of physiology, Ag NPs tend to be toxic to P. vulgaris, while in C. frutescens they tend to act as a stimulant. Meanwhile, Ag NPs tend to cause cytotoxicity in both plants. The conclusion of this research is that there is an influence between NP Ag concentration and plant seed size on germination, growth, physiology, and cytotoxicity of P. vulgaris and C. frutescens plants. In addition, Ag NPs tend to produce toxic effects on large seeds and thin testa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinsha Alifina
"Nanopartikel perak (NP Ag) merupakan salah satu nanopartikel logam mulia yang banyak  digunakan di berbagai bidang, salah satunya bidang agrikultur. Berdasarkan sifatnya yang cenderung berbahaya bagi lingkungan, biosintesis NP Ag menjadi salah satu cara sintesis yang ramah lingkungan. Nano-priming merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menginduksi perkecambahan biji dan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons biji tanaman Capsicum frutescens L. dan Phaseolus vulgaris L. yang diberikan NP Ag ukuran 10 nm dengan variasi konsentrasi 5, 10, dan 15 ppm. Respons tersebut dinilai berdasarkan beberapa parameter yakni parameter biometrik, sitotoksisitas, dan fisiologis. Parameter biometrik meliputi panjang akar, batang, dan total; indeks kecepatan pertumbuhan; laju germinasi; persentase germinasi; berat basah; berat kering; kandungan air; dan indeks vigor biji. Parameter sitotoksisitas dinilai berdasarkan indeks mitosis; indeks variasi aberasi; dan deskripsi hasil observasi kromosom. Terakhir parameter fisiologis didapatkan dari kandungan fenolik total. Pemberian NP Ag terhadap Phaseolus vulgaris mampu meningkatkan seluruh parameter biometrik, fisiologis, dan sitotoksisitas. Sementara itu, pada Capsicum frutescens pemberian NP Ag meningkatkan pertumbuhan, indeks mitosis, dan fisiologis. Pemberian konsentrasi 5–10 ppm bersifat stimulan dan memberikan hasil paling optimal, sementara itu konsentrasi 15 ppm memiliki kecenderungan toksik. Efek pemberian NP Ag ukuran 10 nm dengan variasi konsentrasi 5, 10, dan 15 ppm dipengaruhi oleh karakteristik biji, seperti ukuran dan jenis testa.

Silver nanoparticles (Ag NPs) are noble metal nanoparticles widely used in agriculture. Based on its nature which tends to be dangerous for the environment, biosynthesis of Ag NPs is an environmentally friendly synthesis method. Nano-priming is one method used to induce imbibition in seeds and is used to increase growth. This research aims to determine the response of Capsicum frutescens L. and Phaseolus vulgaris L. seeds given 10 nm Ag NPs with varying concentrations of 5, 10 and 15 ppm. This response is measured based on several parameters, namely biometric, chromosomal and physiological parameters. Biometric parameters include root, stem, and total length; growth speed index; germination rate; germination percentage; fresh weight; dry weight; water content; and seed vigor index. Chromosome parameters were measured based on the mitotic index; aberration variation index; and a descriptive explanation from the results of chromosome observations. The final physiological parameter was obtained from the total phenolic content. The results show significant increases in biometric, physiological, and cytotoxicity parameters of Phaseolus vulgaris. In Capsicum frutescens, Ag NPs increased growth, mitotic index and physiology parameter. Concentration of 5–10 ppm provides the most optimal results and works as stimulant, meanwhile 15 ppm has a toxic tendency.The difference in response is caused by differences in seed characteristics, such as size dan testa type. Therefore, Phaseolus vulgaris and Capsicum frutescens responded differently to the application of Ag NPs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Ayu Gigantia
"Kasus kanker yang terjadi terutama kanker serviks menempati urutan kedua dengan pengidap terbesar di dunia. Peningkatan kasus tersebut diikuti dengan perkembangan berbagai pengobatan baik secara kimia maupun alami. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan senyawa yang terdapat pada ekstrak tanaman akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty) sebagai alternatif pengobatan antikanker. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi ekstrak akar wangi. Konsentrasi yang digunakan terdiri dari 5, 10, 15, dan 20 μg/mL. Variasi konsentrasi tersebut diuji terhadap viabilitas sel HeLa menggunakan metode trypan blue dan ultrastruktur sel HeLa menggunakan SEM. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan nilai viabilitas antara sampel kontrol dan perlakuan. Namun, ekstrak akar wangi konsentrasi 20 μg/mL terlihat lebih mampu menurunkan viabilitas sel HeLa dibandingkan dengan variasi konsentrasi lainnya. Salah satu pengaruh ekstrak terhadap viabilitas dapat diamati ultrastrukturnya dan diukur diameter selnya. Pengamatan ultastruktur menunjukkan bahwa konsentrasi 20 μg/mL menghasilkan lebih banyak blebbing dan memiliki diameter sel lebih besar dibandingkan konsentrasi lainnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak akar wangi memiliki pengaruh terhadap viabilitas dan ultrastruktur sel HeLa.

Cancer cases that occur, especially cervical cancer, ranks second with the largest sufferers in the world. The increase in cases was followed by the development of various treatments, both chemical and natural. One way is to utilize the compounds contained in vetiver plant extracts (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty) as an alternative to cancer treament. This research was conducted to see the effect of variations in the concentration of vetiver extract.. The concentration used consist of 5, 10, 15, and 20 μg/mL. These concentration variations were tested on HeLa cell viability using the trypan blue method and HeLa cell ultrastructure using SEM. The statistical test results showed that there was no significant difference in the viability values between the control and treatment samples. However, vetiver extract concentration of 20 μg/mL was more able to reduce HeLa cell viability compared to other concentration variations. One of the effects of extract on viability can be observed for its ultrastructure and measured cell diameter. Ultrastructural observations showed that the concentration of 20 μg/mL produced more blebbing and had a larger cell diameter than the other concentrations. Based on the results obtained, it can be concluded that vetiver extract has an influence on the viability and ultrastructure of HeLa cells."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal Citra Pradana
"Bioreaktor landfill merupakan salah satu solusi alternatif yang dapat meningkatkan tingkat penyisihan amonia lindi dalam sistem pemrosesan akhir sampah. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan menggunakan dua bioreaktor landfill yang diisi dengan sampah domestik, bioreaktor pertama diberi perlakuan aerasi dan lainnya tanpa perlakuan aerasi. Dari penelitian yang dilakukan selama 150 hari, perlakuan aerasi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap stabilisasi sampah. Persentase penurunan volume sampah pada kedua bioreaktor landfill relatif tidak berbeda. Sebaliknya, aerasi memberikan pengaruh signifikan pada penyisihan amonia lindi. Rata-rata persentase penyisihan amonia lindi pada bioreaktor landfill yang diberi pengaruh aerasi sebesar 88,26%, sedangkan pada bioreaktor landfill yang tidak diberikan pengaruh aerasi sebesar 85,38%.

Bioreactor landfill is one of alternative solution that can increase ammonia removal on leachate in municipal solid waste. In this study the experiment using two bioreactor landfills that filled with domestic refuse, first bioreactor landfill was aerated and the other unaerated. The 150 days research shows aeration configuration was not gave significant effect on refuse stabilization. Percentage of refuse reduction both relatively undifferent. Instead, aeration configuration was gave significant effect on ammonia removal. The average percentage of ammonia removal on aerated bioreactor landfill is 88.26%, while on unareated bioreactor landfill is 85.38%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggelia Indah Berliana
"Amaranthus hybridus L. atau bayam selalu menduduki posisi utama dalam preferensi konsumsi sayuran masyarakat Indonesia. Namun demikian, terdapat dua kendala dalam budidaya tanaman bayam yaitu penggunaan pupuk anorganik dan permasalahan kekeringan. Kitosan, biopolimer hasil deasetilasi kitin, diduga berpotensi untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh dan konsentrasi optimal kitosan untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan menurunkan laju transpirasi tanaman bayam. Konsentrasi kitosan yang digunakan yaitu 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm. Terdapat dua kontrol yaitu kontrol NPK dan kontrol pupuk kandang sapi. Sementara itu, keempat perlakuan kitosan menggunakan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang sapi 1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sapi ditambah kitosan 10 ppm mampu meningkatkan jumlah daun dan berat basah secara signifikan terhadap kontrol NPK. Berdasarkan data tersebut maka perlakuan kitosan 10 ppm sama baiknya dengan kontrol pupuk kandang sapi. Sementara itu, peningkatan konsentrasi kitosan menyebabkan penurunan laju transpirasi, namun pada konsentrasi yang terlalu tinggi kitosan dapat memberi efek negatif pada pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu konsentrasi optimal kitosan untuk menurunkan laju transpirasi harus disesuaikan dengan parameter pertumbuhan yaitu 10 ppm.

Amaranthus hybridus L. or spinach always occupies a prime position in the vegetable consumption preferences of Indonesia rsquo s society. However, the use of inorganic fertilizers and drought stress are two obstacles in the cultivation of spinach plants. Chitosan, a chitin deacetylation biopolymer, is thought to have the potential to overcome both problems. This study aims to determine the effect and the optimal concentration of chitosan to increase vegetative growth and reduce the transpiration rate of spinach plants. The concentrations of chitosan used were 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, and 20 ppm. There are two control groups the NPK control and the cow manure control. Meanwhile, the four chitosan treatment use soil with cow manure 1:1. The results showed that the use of cow manure with 10 ppm chitosan was able to increase the number of leaves and wet weight significantly to the control of NPK. Based on this data, the 10 ppm chitosan treatment proves to be just as good as the control of cow manure. Meanwhile, the increase in chitosan concentration causes a decrease in transpiration rate, but at very high concentrations chitosan can have a negative effect on plant growth. Therefore, the optimal concentration of chitosan to decrease the transpiration rate should be adjusted with the growth parameter, specifically 10 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Syahdilan
"Kerugian minor pada aliran dalam pipa banyak disebabkan oleh perubahan diameter, belokan, siku, katup dan semua bentuk percabangan. Kerugian Minor merupakan fungsi dari kecepatan rata-rata, gravitasi, dan koefisien loss K. Besarnya koefisien loss K ini dipengaruhi oleh banyak aspek seperti perubahan sudut percabangan, kekasaran permukaan dalam pipa, viskositas fluida, kecepatan aliran fluida, dan besarnya bilangan Re. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perubahan dari debit aliran sebelum dan sesudah percabangan dan melihat perubahan nilai koefisien loss K, apabila ditambahkan zat aditif bahan bakar ke dalam air dan apabila ditambahkan sabun yang mengandung alkali ke dalam air. Digunakan alat uji skala labotarium dengan variasi pipa bercabang, yaitu pipa T (Sudut 90_ asimetris), pipa 45 Y (Sudut 45_) dan pipa Y (Sudut 90_ simetris) serta digunakan 2 jenis aditif yaitu aditif bahan bakar dan sabun alkali yang nantinya masing-masing ditambahkan kedalam air. Hasil variasi data untuk masing-masing jenis pipa diplot dalam bentuk grafik sehingga akan terlihat perubahan akibat pengaruh dari penambahan zat aditif bahan bakar dan sabun alkali ke dalam fluida air. Diharapkan aditif dapat mengurangi hambatan atau kerugian minor yang terjadi pada aliran fluida dalam pipa cabang.

Minor losses in pipelines fall those losses by change of section, bends, elbows, valves, and fittings of all types. Minor losses is a result from function of average velocity, gravity, and the loss coefficient K. This loss coefficient K is influences by many aspect such as variations of the branch angle, surface roughness in the pipe, fluid viscosity, velocity of the fluid in the pipe, and the reynold number. This research is made for study the alteration of flow rate before and after the branch and the alteration of loss coefficient K, when an aditive solutions of fuel is given into water and when a soap with an alkali is given into water. This research is using a laboratory testing tool with a variation of pipebranch, which are called; T (angle of 90_ asymetric), 45 Y (angle of 45_) and Y (angle of 90_symetric) and the aditive that are use in this research are an aditive solution of fuel and alkali soap. The results of variation data from each kind of pipebranch are plotted into a chart form, so it will show the alteration that causes by an aditive solution of fuel and a soap with an alkali when they are given into water. Hopefully an aditif can reduce the minor losses that occurs in the branch pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Humalatua, Andhika Bramida
"Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan sebelumnya bahwa nilai minor losses aliran fluida dapat dikurangi dengan menambahkan serat alami ke dalam fluida dan juga menggunakan pipa spiral. Percobaan dilakukan dengan mengukur pressure drop. Tujuan pengujian ini untuk meneliti pengaruh penambahan serat alami dalam larutan air. Pada pengujian ini diameter pipa spiral yang digunakan adalah 21,7 mm dan campuran yang diteliti adalah campuran serat-serat alami. Serat bambu dan serat kelapa dengan konsentrasi 500 ppm dan 1000 ppm tiap seratnya. Nilai bilangan Reynold yang diuji antara 12000 sampai dengan 40000.
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa fluida campuran dengan kandungan serat yang semakin besar mengakibatkan nilai minor losses yang semakin kecil dibandingkan dengan fluida air murni. Penurunan nilai minor losses paling maksimal adalah 34 % pada bilangan Reynold 37000 dengan konsentrasi 1000 ppm. Penyebab penurunan nilai minor losses ini karena serat merupakan drag reduction agent dimana dengan sedikit penambahan konsentrasi saja dapat mengurangi tegangan geser fluida. Maka dari itu, semakin banyak konsentrasi serat yang digunakan maka akan semakin menunjukkan nilai jatuh tekanan yang semakin kecil.

Based on test has been done before that minor losses of fluid flow can be reduced by adding natural fibers into the fluid and also using spiral pipe. The experiment were conducted by measuring the pressure drop. The purpose of this test is to analyze the effect of natural fibers addition in fluid water. In this test, spiral pipe with 21.7 mm diameter and natural fibers mixture was used. Bamboo fiber and coconut fiber with a 500 ppm and 1000 ppm for each fiber. Range of Reynolds number tested was between 12000 and 40000.
From the test result showed that fluid mixture with greater fiber concentrate made minor losses value was less than water. The maximum minor losses value reduction is 34% at 37000 Reynolds number with 1000 ppm concentration. Minor losses value reduced because fiber is drag reduction agent where a slight increasing in concentration can reduce fluid shear stress. Therefore, the more fiber concentration it will show that the value of the pressure drop be smaller.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>