Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74286 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benny Sana Putra
"Latar belakang : Ventilator mekanik masih diperlukan pada neonatus untuk menyelamatkan bayi dalam kondisi distress napas yang berat. Ekstubasi dini sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi karena pemakaian ventilator yang lama. Oleh karena itu diperlukan prediktor untuk mengetahui faktor risiko yang mengakibatkan kegagalan ekstubasi dini.
Metode : Penelitian kohort retrospektif yang dilakukan di Unit NICU RSCM. Data diperoleh dari RM selama periode waktu 2017 – 2022. Penelitian dilakukan terhadap subyek yang memerlukan ventilator mekanik dan dapat diekstubasi dalam waktu 5 hari (ekstubasi dini). Subyek yang memerlukan reintubasi dalam waktu 72 jam dikategorikan sebagai kelompok yang gagal ekstubasi.
Hasil : Kegagalan ekstubasi dini di NICU RSCM sebesar 70/180 (38,9%). Hasil analisis regresi logistik (AUC 0,824): usia gestasi < 28 minggu (p = 0,006, RR 3,39; IK 95%: 1,64-19,02), Usia gestasi (28–32) minggu (p = 0,228, RR 0,29; IK 95%: 0,67-5,52), pH < 7,35 (p = 0,541, RR 1,23: IK 95%; 0,58-2,85), pH > 7,45 (p = 0,022, RR 0,15; IK 95%: 0,02-0,79), dan kadar Hb < 11,5 g/dl (p = 0,001, RR 5,01; IK 95%: 5,58-38,52).
Simpulan : Makin rendah Usia gestasi dan Hb makin besar risiko kegagalan ekstubasi dini pada bayi prematur.

Background : Mechanical ventilators still needed to rescue severe respiratory distress neonates. Early extubation is necessary to avoid complications due to prolonged use of the ventilator. Therefore, predictors are needed to determine the risk factors that result in early extubation failure.
Methods : The study was conducted at the NICU Unit of Cipto Mangunkusumo National Hospital. Retrospective data were obtained from medical records during 2017 – 2022 on subjects required mechanical ventilator and extubated within 5 days (early extubation). Early extubation failure defined as reintubation within 72 hours.
Results : Early extubation failure at NICU Unit of Cipto Mangunkusumo National Hospital were 70/180 (38.9%). The results of logistic regression analysis (AUC 0.824): gestational age < 28 weeks (p = 0.006, RR 3.39; 95% CI: 1.64-19.02), gestational age (28-32) weeks (p = 0.228, RR 0.29; 95% CI: 0.67-5.52), pH < 7.35 (p = 0.541, RR 1.23: 95% CI; 0.58-2.85), pH > 7, 45 (p = 0.022, RR 0.15; 95% CI: 0.02-0.79), and Hb level < 11.5 g/dl (p = 0.001, RR 5.01; 95% CI: 5.58-38.52).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Charissa Devania Pramita
"Latar Belakang: Sepsis Awitan Dini (SNAD) merupakan salah satu penyebab terbesar mortalitas neonatus prematur. Riset mengenai SNAD mengatakan bahwa ada faktor ibu yang berasosiasi dengan kemungkinan kasus SNAD. Faktor tersebut adalah, paritas, umur ibu, kelahiran Bedah Kaisar, frekuensi kunjungan antenatal, keputihan patologis, infeksi saluran kemih, ketuban pecah dini, leukositosis ibu, dan preklampsia. Meskipun tinggi angka kelahiran prematur di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), belum ada studi yang mempelajari faktor ibu terhadap SNAD di bayi prematur. Sehingga peneliti berusaha untuk membuat riset yang akan menyajikan data deskriptif dari faktor ibu yang berasosiasi dengan SNAD pada bayi prematur di RSCM pada tahun 2020. Metode: Penilitian kohort retrospeltif ini mengumpulkan 101 kasus kelahiran prematur pada tahun 2020 di RSCM. Dengan persetujuan komite etik, data akan dikumpulkan dari rekam medis dan infromasi mengenai faktor ibu akan diulas. Penelitian ini akan melakukan analitik untuk faktor maternal yang berhubungan dengan SNAD. Hasil: Hasil desrkiptif penilitian ini menunjukan, kelahiran Bedah Kaisar(79.2%), paritas primipara (60.4%), Umur ibu diatas 30 tahun (45.5%), Kunjungan antenatal tidak lengkap (8.9%), ketuban pecah dini (40.4%), preklampsi (26.7%), keputihan patologis (44.6%), infeksi saluran kemih (44.6%) dan jumlah leukosit ibu (27.7%). Studi analitik menunjukan bahwa tidak hubungan faktor maternal yang berhubungan bedasarkan statistik secara signifikan dengan SNAD pada bayi prematur. Konklusi: Tidak ada hubungan faktor maternal paritas, umur ibu, kelahiran bedah kaisar, frekuensi kunjungan antenatal, keputihan patologis, infeksi saluran kemih, leukositosis ibu, dan preklampsia, dengan kejadian SNAD pada bayi prematur di RSCM pada tahun 2020.

Background: Early onset Neonatal Sepsis (EOS) is one of the biggest cause of morbidity in neonates, especially premature neonates. Previous researches stated that there are maternal risks that are associated with EOS. These risks are parity, maternal age, route of birth, completion antenatal care, presence of pathological vaginal discharge, urinary tract infection, premature rupture of membrane, maternal leukocytosis and preeclampsia. Despite the high numbers of premature births in CMH, there hasn’t been a study about maternal risks associated with EOS in preterm neonates. Hence the writer proposes a study on EOS on preterm neonates association with maternal risks. Method: This retrospective cohort study is conducted on 101 preterm neonates CMH Neonatal Unit, on the year of 2020. With the approval of the ethics committee, information regarding presence of maternal risk associated is reviewed. Results: The descriptive result of the maternal risk associated with shows caesarean section (79.2%), primiparity (60.4%), advanced maternal age (45.5%), incomplete antenatal care (8.9%), premature rupture of membrane more than 18 hours (40.4%), preeclampsia (26.7%), pathological vaginal discharge (44.6%), urinary tract infection (31.7%), and maternal leukocyte (27.7%). The analytical study shows, none of these maternal risks associated with EOS have statistical significance to preterm neonates with EOS. Conclusion: There is no significance of maternal risk associated with EOS, primiparity, advanced maternal age, incomplete antenatal care, premature rupture of membrane more than 18 hours, preeclampsia, pathological vaginal discharge, UTI and maternal leukocytes to the incidence of EOS in preterm neonates in CMH Neonatal Unit in the year 2020."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Sari
"Latar belakang: Persalinan prematur semakin banyak dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prematur menyumbang angka kematian tertinggi selain asfiksia, infeksi dan kelainan kongenital. Korioamnionitis merupakan salah satu penyebab persalinan prematur dan berhubungan dengan kejadian sepsis neonatal awitan dini pada bayi prematur atau berat lahir rendah. Penelitian dilakukan untuk mengetahui korioamnionitis sebagai prediktor sepsis neonatal awitan dini.
Metode : Penelitian kohort prospektif dilakukan bekerja sama dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM dan RSUD Koja. Pengumpulan sampel dilakukan selama periode Maret-September 2022. Dilakukan evaluasi terhadap gejala klinis dan pemeriksaan penunjang ibu yang terkait korioamnionitis, dihubungkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang bayi terkait sepsis neonatal awitan dini yang dirawat di NICU.
Hasil : Insidens korioamnionitis sebesar 90% dan sepsis neonatus awitan dini 16%. Jenis persalinan spontan dan section caesarea dengan KPD tidak berhubungan dengan kejadian korioamnionitis (RR:1,049; IK 95% 0,982-1,120; p=1,000) and (RR:1,091; IK 95% 0,967-1,231; p=1,000).Korioamnionitis tidak berhubungan dengan sepsis neonatal awitan dini dengan p=0,358. Demam pada ibu berhubungan dengan kejadian SNAD EONS (RR:3,333: CI 95% 1,399-7,942; p=0,022)
Simpulan : Korioamnionitis bukan prediktor sepsis neonatal awitan dini pada bayi usia gestasi ≤32 minggu atau bayi berat lahir ≤ 1500 gram.

Background: Increasing number of preterm birth correlated with high morbidity and mortality rates. Prematurity contributed in high mortality rates alongside asphyxia, infections and congenital malformations. Chorioamnionitis were associated with preterm birth and early onset sepsis in preterm or low birth weight infants. Research was aimed to determine chorioamnionitis as a predictor of early onset neonatal sepsis (EONS) in preterm or low birth weight.
Methodes : Multicentre, Cohort prospective study conducted in collaboration with Obstetrics and Gynaecology Department of Cipto Mangunkusumo National Hospital (CMH) and Koja General Hospital. Samples were obtained in NICU Unit during March - September 2022. Maternal clinical symptoms and diagnostic tests for chorioamnionitis evaluated as a predictor to early onset neonatal sepsis.
Results : The incidence of chorioamnionitis and early onset neonatal sepsis were 90% and 16% respectively. Spontaneous and caesarean section delivery with PPROM is not associated with the incidence of chorioamnionitis (RR:1,049; CI 95% 0,982-1,120; p=1,000) and (RR:1,091; CI 95% 0,967-1,231; p=1,000). Chorioamnionitis is not a predictor of early onset neonatal sepsis with p=0,358. Maternal fever is associated with the incidence of EONS (RR:3,333: CI 95% 1,399-7,942; p=0,022).
Conclusion : Chorioamnionitis is not a predictor on early onset neonatal sepsis in gestational age ≤32 weeks or birth weight of ≤ 1500 grams.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abellia Auriel Ashilah
"Salah satu penyebab utama kematian pada neonatal di Indonesia disebabkan oleh kelahiran prematur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan kejadian kelahiran prematur di Indonesia. Data berasal dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2018 dengan menggunakan desain studi potong lintang. Sampel terdiri dari 72.602 anggota rumah tangga perempuan berusia 10-54 tahun dengan status kawin/cerai hidup/cerai mati yang pernah bersalin dan memiliki anak hidup. Analisis menggunakan model uji regresi logistik. Hasil penelitian ini menemukan prevalensi kelahiran prematur di Indonesia sebesar 33%. Hasil penelitian juga menemukan terdapat hubungan antara faktor iatrogenik yaitu preeklampsia (aOR: 1,71; 95% CI: 1,22-2,38), perdarahan antepartum (aOR: 1,39; 95% CI: 1,23-1,57), dan plasenta previa (aOR: 1,30; 95% CI: 1,07-1,57), faktor maternal yaitu frekuensi kunjungan antenatal care (aOR: 1,56; 95% CI: 1,50-1,62) dan kehamilan kembar (aOR: 1,56; 95% CI: 1,33-1,82), faktor riwayat reproduksi ibu yaitu paritas (aOR: 1,07; 95% CI: 1,03-1,11), faktor penyakit dan keadaan kehamilan yaitu hipertensi (aOR: 1,26; 95% CI:1,16-1,37) dan hidromnion (aOR: 1,34; 95% CI: 1,22-1,46), serta faktor sosiodemografi yaitu usia ibu (aOR: 1,04; 95% CI:1,00-1,08) dan daerah tempat tinggal (aOR: 1,21; 95% CI:1,17-1,25). Diharapkan pemangku kebijakan dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menurunkan prevalensi kejadian kelahiran prematur di Indonesia.

One of the main causes of neonatal death in Indonesia is preterm birth. This study aimed to determine the risk factors of preterm birth in Indonesia. Data were obtained from the Indonesia Basic Health Research (Riskesdas) 2018 and a cross-sectional design was used. The sample consisted of 72,602 female household members aged 10-54 years with married/divorced status who had given birth and had living children. The logistic regression model was used in the analysis. This study found that the prevalence of preterm birth in Indonesia was 33%. The results showed that there was a relationship between iatrogenic factors e.g., preeclampsia (aOR: 1,71; 95% CI: 1,22-2,38), antepartum hemorrhage (aOR: 1,39; 95% CI: 1,23-1,57), and placenta previa (aOR: 1,30; 95% CI: 1,07-1,57), maternal factors e.g., frequency of ANC visits (aOR: 1,56; 95% CI: 1,50-1,62 ) and twin pregnancy (aOR: 1,56; 95% CI: (1,33-1,82), maternal reproductive history factor, namely parity (aOR: 1,07; 95% CI: 1,03-1,11), disease factors and pregnancy conditions, namely hypertension (aOR: 1,26; 95% CI: 1,16-1,37) and hydromnios (aOR: 1,34; 95% CI: 1,22-1,46), as well as sociodemographic factors e.g., maternal age (aOR: 1,04; 95% CI: 1,00-1,08) and area of residence (aOR: 1,21; 95% CI: 1,17-1,25) Therefore, policy makers should consider these factors to reduce the prevalence of premature births in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Purnamayanti
"ABSTRAK
Kesulitan berkomunikasi merupakan stressor yang paling berat bagi pasien yang menggunakan ventilasi mekanis. Ketidakmampuan berkomunikasi karena penggunaan alat bantu nafas dapat menyebabkan ansietas. Komunikasi efektif dapat membantu menurunkan ansietas dan kesulitan berkomunikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan efektifitas writing board dan communication board dalam menurunkan ansietas dan kesulitan berkomunikasi pasien dengan ventilasi mekanis. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan pre-post test without control grup pada 24 pasien yang menggunakan ventilasi mekanis di ruang rawat intensif. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan pada penurunan ansietas dan kesulitan berkomunikasi sebelum dan sesudah intervensi baik pada kelompok writing board maupun communication board p value < 0,05 , namun tidak ada perbedaan penurunan ansietas dan kesulitan berkomunikasi antara kedua kelompok tersebut p value > 0,05 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa writing board dan communication board dapat direkomendasikan menjadi alternatif metode komunikasi yang efektif digunakan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanis di ICU.

ABSTRACT
Communication difficulties is the most severe stressor for patients receiving mechanical ventilation. Inability to communicate due to the use of ventilatory support can cause anxiety. Effective communication can help reduce anxiety and communication difficulties. This study aimed to compare the effectiveness of writing board and communication board in lowering anxiety and communication difficulties in patients receiving mechanical ventilation. A total of 24 intensive care patients receiving mechanical ventilation, were included in this quasi experimental study that involved pre and post test without control group. The results showed a significant effect on the reduction of anxiety and communication difficulties before and after intervention in both communication board and writing board group p value 0.05 . This study results showed that writing board and communication board could be recommended as an effective alternative method of communication used in intensive care patients receiving mechanical ventilation "
2017
T46948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arisanti Prabandini
"Ventilator associated-pneumonia VAP adalah pneumonia yang terjadi pada pasien yang terpasang ventilator melalui trakeostomi atau intubasi endotrakeal selama lebih dari 2 hari perawatan. VAP merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada ICU dan menjadi penyebab morbiditas mayor, mortalitas, serta peningkatan biaya perawatan. Penelitian retrospective dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk mendapatkan gambaran kejadian VAP pada pasien di ICU RSUD dr. Soedono Madiun bulan Mei 2016 ndash; April 2017. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien yang mengalami VAP adalah berusia dewasa madya 45,2 dengan jenis kelamin laki-laki 52,4 pada late onset 66,7 . Skor komorbiditas rendah 81,0 dan terbesar adalah cedera serebrovaskuler 35,7 . Sering di jumpai bakteri gram negatif 88,1 . Kejadian VAP tinggi disebabkan lama perawatan, kepatuhan klinisi pada pelaksanaan hand hygiene, SOP VAP bundle masih dalam pengembangan, serta mutasi perawat. Penting dilaksanakan penyusunan SOP intervensi VAP bundle yang efektif dan pendokumentasian kejadian VAP sesuai dengan standar CPIS sehingga kejadian VAP dilaporkan tepat.

Ventilator associated pneumonia VAP is defined as pneumonia that occured in patient with mechanical ventilation used tracheostomy or endotracheal intubation more than 2 days treatment. VAP is the most common infection in intensive care units ICUs and cause of mortality, major morbidity, and increased finansial burden. This retrospective study with cross sectional approach aimed to explain the VAP incidence of patient in ICU RSUD dr. Soedono Madiun in periode May 2016 until April 2017. The result of this study indicated that the most of patients that developed VAP was median age adult 45,2 male 52,4 late onset VAP 66,7 . The comorbidity score was low 81,0 and the most common was cerebrovascular injury 35,7 . The negative gram bacteria. was the most common microorganism 88,1 . The VAP incidence was high, because of the patient rsquo s length of stay, clinician rsquo s submission of hand hygiene, standard operational procedure of VAP bundle care still unfixed, and staff mutation. So important to arranged effective standard operational procedure of VAP bundle care and appropriate documentation of VAP incidence used CPIS until VAP incidence report was right."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Durhayati
"Ventilator associated pneumonia VAP adalah yang sering terjadi di rumah sakit terutaman di ruang intensif. VAP merupakah infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam. Kejadian VAP dapat ditekan dengan pelaksanaan bundle VAP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain crosssectional dengan sampel sebanyak 45 perawat ICU. Alat ukur yang digunakan adalah VAP Bundle Checklist dari Institute for healthcare improvement IHI 2012 dan adaptasi PRECEDE model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perawat terhadap bundle VAP adalah tinggi 75,9 . Analisa dengan Chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor predisposisi, pemungkin dan penguat terhadap kepatuhan nilai p 0,473 . Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat harus meningkatkan pengetahuan dan motivasi terkait dengan implementasi bundle VAP.

Ventilator associated pneumonia VAP is a common nosocomial infection in the hospital, especially in the intensive care unit. VAP is lower tract respiratory infection which affects parenchymal lung tissue after 48 hours of mechanical ventilation intubation. Implementing VAP bundle may prevent the incident of VAP.This study aimed to identify nurses compliance of VAP bundle and its relating factors. The study design conducted by descriptive analytic with cross sectional study of 45 sample of ICU nurses. This study used instruments of VAP bundle checklist of Institute for healthcare improvement IHI, 2012 and modified PRECEDE model. This study revealed that nurses compliance level of VAP bundle was high 75,9 . Chi square analysis showed there is no correlation between predisposing, enabling dan reinforcing factors with nurses compliance of VAP bundle p value 0,473 . The recommendation of this study is nurse should increase their knowledge and motivation regarding to the implementation of VAP bundle."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S66865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Papadakos, Peter J.
Philadelpia: Saunders Elsevier, 2008
615.836 2 MEC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Indriayani
"Ketuban pecah prematur adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan ketuban spontan pecah sebelum tanda-tanda persalinan aktif dibawah usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah prematur dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kesehatan ibu dan janin. Pengelolaan pada ibu hamil ketuban pecah prematur dengan mengaplikasikan teori Konservasi Levine dan Kenyamanan Kolcaba bertujuan untuk mempertahankan kehamilan sampai aterm dan mengatasi ketidaknyamanan. Pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi  diterapkan  pada  kelima  ibu  hamil dengan  ketuban pecah prematur.  Beberapa  masalah keperawatan  yang  muncul  adalah  risiko  infeksi , risiko cidera  janin, kesiapan  peningkatan  kenyamanan, ansietas,  dan  peningkatan  support  sistem. Melalui  konservasi  energi,  konservasi  integritas  struktur,  konservasi  integritas personal dan konservasi integritas sosial kelima ibu hamil dengan ketuban pecah prematur dapat terhindar dari komplikasi  dengan  perawatan  konservatif.  Hasil  ini  dapat  digunakan  untuk  mengelola  ibu  hamil ketuban pecah prematur pada area maternitas.

Preterm Premature Rupture of Membranes is a condition associated with spontaneous rupture before signs of active labor under 37 weeks of gestation. Premature rupture of membranes can increase the risk of complications in maternal and fetal health. Management of premature rupture of amniotic mothers by applying the theory of Levine Conservation and Comfort Kolcaba aims to maintain pregnancy to term and overcome discomfort. The nursing process approach from assessment to evaluation is applied to the five pregnant women with Preterm Premature Rupture Of Membranes. Some nursing problems that arise are the risk of infection, the risk of fetal injury, readiness for increased comfort, anxiety, and increased support for the system. Through energy conservation, structural integrity conservation, personal integrity conservation and social integrity conservation of five pregnant women with Preterm Premature Rupture Of Membranes can avoid complications with conservative care. This result can be used to manage pregnant women Preterm Premature Rupture Of Membranes in the maternity area."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Rahma Rizqina
"Latar belakang: Persalinan prematur adalah persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, sebanyak 29,5 persen bayi Indonesia terlahir secara prematur. Kelahiran prematur menjadi salah satu penyebab utama kematian bayi dan memiliki berbagai komplikasi jangka panjang bagi anak. Anemia merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya prematur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anemia dan persalinan prematur. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode case-control dengan uji statistik Chi square dan uji Fisher jika syarat Chi square tidak terpenuhi. Sampel penelitian ini berjumlah 100 sampel yang terdiri dari 50 sampel ibu yang bersalin secara prematur dan 50 sampel ibu yang tidak menjalani persalinan prematur. Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder berdasarkan pencatatan pada rekam medis ibu melahirkan pada tahun 2021 di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Brimob, Depok. Hasil: Dari 100 subjek, sebanyak 69 persen memiliki usia 20-34 tahun, 73 persen memiliki IMT >24,9 kg/m2, 36 persen memiliki paritas 1, dan 33 persen mengalami anemia. Ibu dengan anemia yang menjalani persalinan prematur adalah 16 persen dari keseluruhan ibu. Hasil uji analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara anemia dan persalinan prematur dengan nilai p 0,832, 95%CI 0,397-2,103, OR 0,913. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara anemia dengan persalinan prematur di Kota Depok pada tahun 2021.

Introduction: Preterm birth is a term to describe a birth that takes place before the 37th week of gestational age. According to Indonesian Basic Health Research (Riset Kesehatan Dasar) 2018, the incidence of preterm birth in Indonesia is as high as 29.5% of live births. Preterm birth is one of the leading causes of neonatal mortality and one of many factors of long-term health complication of children. Anemia is a factor that could possibly increase the risk of preterm birth incidence. This study was conducted to determine the correlation between anemia and preterm birth incidence. Method: Case-control study was conducted using clinical record information of 100 subjects consisting of 50 women with preterm delivery and 50 women with term delivery at Rumah Sakit Umum Bhayangkara Brimob, Depok in year 2021. The number of samples was determined with consecutive sampling. The correlation between variables were then analyzed with the Chi-square test or Fisher’s exact test, if the assumptions for the Chi-square test were not met. Result: Within the 100 subjects studied, 69% were 20-34 years old, 73% had BMI >24,9 kg/m2, 36% were primiparous, and 33% had anemia in pregnancy. As many as 16% of the subjects had anemia in pregnancy and preterm deliveries. Bivariate analysis showed no significant correlation between anemia in pregnancy and preterm delivery (p=0.832; 95%CI: 0.397-2.103; OR=0.913) Conclusion: There is no significant correlation between anemia in pregnancy and preterm birth incidence in Depok in 2021."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>