Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132021 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Didiek Purnomo Aji
"Mimika merupakan salah satu daerah di Indonesia tepatnya di Provinsi Papua Tengah yang memiliki potensi pertambangan mineral. Mineral yang tebentuk di di daerah ini merupakan jenis endapan porfiri, dimana mineral emas berasosiasi dengan mineral tembaga (Cu-Au). Keberedaan stuktur yang kompleks pada daerah tersebut menjadi faktor pengontrol terjadinya proses mineralisasi. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data airborne geomagnetic untuk mengidentifikasi keberadaan struktur serta zona mineralisasinya. Data airborne geomagnetic yang sudah di koreksi IGRF dan koreksi harian, ditampilkan dalam Total Magnetic Intensity, yang kemudian dilakukan pemisahan anomali medan magnet regional dan anomali medan magnet residual. Dilakukan juga proses Analytic Signal dan analisis FHD-SVD untuk menentukan keberadaan struktur di daerah tersebut. Didapatkan 4 blok yang menarik dan diidentifikasikan sebagai zona intrusi yaitu blok A, B, C, D. Serta terdapat 3 patahan dengan arah NW-SE yaitu pada patahan SF_1, SF_2, dan SF_3. Selain itu terdapat 2 patahan yang memiliki arah NE-SW, yaitu patahan SF_4 dan SF_5. Hasil pengolahan yang sudah dikorelasikan dengan data geologi, menunjukan bahwa struktur tersebut merupakan pengontrol terjadinya intrusi yang membuat terbentuknya zona mineralisasi.

Mimika is one of the regions in Indonesia, precisely in Central Papua Province. Mimika has the potential for mineral mining, where the minerals formed in this area are porphyry deposits, where gold minerals are associated with copper minerals (Cu-Au). The existence of complex structures in the area is a controlling factor for the occurrence of the mineralization process. In this study, airborne geomagnetic data processing was carried out to identify the presence of structures and mineralized zones. Airborne geomagnetic data that has been corrected by IGRF and daily corrections are displayed in Total Magnetic Intensity, which is then separated by regional magnetic field anomalies and residual magnetic field anomalies. An Analytic Signal process and FHD-SVD analysis were also carried out to determine the presence of structures in the area. Four interesting blocks were found and identified as intrusion zones, namely blocks A, B, C, D. There were also 3 faults in the NW-SE direction, namely on the SF_1, SF_2, and SF_3 faults. In addition there are 2 faults that have the NE-SW direction, namely the SF_4 and SF_5 faults. Processing results that have been correlated with geological data, show that the structure is a controller of intrusion which causes the formation of mineralized zones."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrul Ulum
"Lapangan Wabu merupakan daerah prospek mineralisasi emas yang terletak di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Investigasi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperkuat bukti keterdapatan zona prospek mineralisasi emas di wilayah tersebut sebelum dilakukan penambangan. Metode gravitasi dan resistivity-IP dimanfaatkan untuk mengetahui keberadaan struktur geologi dan pola sebaran mineralisasi emas di lapangan Wabu. Pada Penelitian ini data gravitasi GGMplus diolah hingga didapatkan peta anomali residual yang kemudian dilakukan filter FHD dan SVD.  Berdasarkan analisis FHD dan SVD pada data gravitasi didapatkan beberapa titik yang memiliki kemenerusan nilai FHD maksimum dan SVD nol yang diduga sebagai struktur berupa struktur F1 yang diduga merupakan sesar Derewo yang mengontrol mineralasisasi di Lapangan Wabu dan Struktur F2, F3, F4, dan F5 yang diduga merupakan patahan minor di lokasi penelitian. Berdasarkan intepretasi data resistivity-IP didapatkan empat zona prospek mineralisasi Emas.yang dicirikan dengan nilai respon IP tinggi sebesar 60-80 mrad yang diduga disebabkan oleh keterdapatan mineral sulfida yang konduktif. Korelasi antara data gravitasi dan resistivityIP didapatkan dua zona prospek mineralisasi yang direkomendasikan untuk dilakukan pengeboran untuk pengujian. Zona prospek tersebut adalah zona prospek P2 dan P4 yang memiliki nilai anomali gravitasi tinggi yang berasosiasi dengan garnet magnetite skarn dan respon IP tinggi yang berasosisasi dengan mineral sulfida.

The Wabu Field is a gold mineralization prospect area located in Intan Jaya Regency, Central Papua. Further investigation needs to be carried out to strengthen evidence of the existence of a prospect zone for gold mineralization in the area prior to mining. Gravity and resistivity-IP methods are used to determine the presence of geological structures and distribution patterns of gold mineralization in the Wabu field. In this study, the GGMplus gravity data was processed to obtain a residual anomaly map which was then filtered by FHD and SVD. Based on FHD and SVD analysis on the gravity data obtained at several points that have continuity of maximum FHD and zero SVD values that are identified as structures, namely structure F1 which is suspected to be the Derewo fault which controls mineralization in the Wabu Field and structures F2, F3, F4, and F5 which are identified as minor faults at the study site. Based on the Interpretation of the resistivity-IP data, four gold mineralization prospect zones are identified. These are characterized by a high IP response value of 60-80 mrad which is thought to be caused by the presence of conductive sulphide minerals. Correlation between gravity and resistivity-IP data identified two gold mineralization prospect zones recommended for drilling for testing. These prospect zones are prospect zones P2 and P4 which have high gravity anomaly values associated with magnetite garnets skarn and high IP responses associated with sulfide minerals."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Fatwa P.
"Daerah "X" merupakan daerah prospek mineralisasi yang terletak di daerah Papandayan, Jawa Barat. Mineralisasi daerah penelitian tergolong low sulfidation. Proses mineralisasi umumnya dikontrol oleh pembentukan struktur geologi berupa sesar dan kekar. Pembentukan mineralisasi yang ada dapat diamati dari struktur rekahan singkapan batuan di permukaan. Namun, keberadaan singkapan batuan ini telah tertutup oleh lapisan vulkanik muda yang cukup tebal. Sehingga menjadi kendala dalam mengidentifikasi keberadaan struktur geologi bawah permukaan.
Bermula dari permasalahan tersebut, maka dilakukan penyelidikan dengan metode gayaberat. Metode gayaberat sangat efektif digunakan dalam mengidentifikasi strukur patahan. Indikasi adanya struktur patahan diamati dari peta anomali residual. Umumnya ditunjukan dari nilai anomali positif dan negatif yang dibatasi kontur rapat.
Analisis horizontal gradient juga dilakukan untuk menentukan batas kontras densitas pada anomali residual. Batas kontras tersebut mengindikasikan adanya zona patahan. Keberadaan mineralisasi dapat dideteksi dengan metode Resistivity umumnya berdekatan dengan bidang batas dari kontras resistivity. Dengan hasil interpretasi terpadu dari ketiga metode tersebut diharapkan dapat menentukan sebaran zona mineralisasi. Sehingga kesuksesan rasio pemboran dalam eksplorasi mineral emas dapat ditingkatkan.

Area "X" is a mineralized prospect areas located in areas Papandayan, West Java. Mineralization study area classified as low sulfidation. This mineralization process is generally controlled by the formation of geological structures such as faults and fractures. Formation of the existing mineralization can be observed from outcrop fracture structures on the surface. However, the existence of this outcrop has been covered by younger volcanic layer. Thus an obstacle in identifying the existence of subsurface geological structures.
From these problems, the investigation done by the gravity method. Gravity method is effectively used in identifying the structure of the fault. Indication of fault structures observed residual anomaly map. Generally shown the value of positive and negative anomalies are tightly constrained contour.
Horizontal gradient analysis was also conducted to determine the density contrast in the residual anomaly. The contrast limits indicate the fault zone. The presence of mineralization can be detected by resistivity methods. Indicated the presence of minerals generally adjacent to the boundary of contrast resistivity. An integrated interpretation of the results of the three methods is expected to determine the distribution of the mineralized zone. Thus drilling success ratio in the mineral exploration of gold can be improved.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Afrilia Riska
"Di alam, emas berasal dari larutan hidrotermal dan diendapkan dalam bentuk endapan epitermal. Struktur berupa patahan berperan penting dalam proses pengendapan mineral emas karena merupakan jalan mengalirnya larutan hidrotermal menuju permukaan. Salah satu metode eksplorasi emas adalah metode gravitasi. Metode ini mengidentifikasi zona mineralisasi emas dari struktur patahan yang ada di daerah penelitian. Pemodelan inversi 3D merupakan salah satu metode dalam gravitasi yang dapat memberi informasi yang jelas pada target survey. Pemodelan tersebut dianggap lebih realistis karena bentuk model geometri dapat disesuaikan dengan bentuk benda sebenarnya di alam dan perhitungannya pun lebih akurat. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil survey gravitasi Pongkor yang telah dilakukan oleh PT Antam Tbk. Endapan hidrotermal Pongkor termasuk ke dalam tipe endapan sulfidasi rendah. Pada tipe endapan epitermal sulfidasi rendah, emas diendapkan dalam urat-urat vein yang berasosiasi dengan patahan. Pengolahan data dilakukan dengan analisis derivative, analisis spektrum, dan pemodelan inversi 3D gravitasi. Berdasarkan hasil survey dan olah data, tampak bahwa zona mineralisasi emas berada pada bagian tengah daerah penelitian yang ditandai dengan anomali gravitasi yang tinggi pada struktur patahan. Patahan yang terdeteksi pada zona potensi mineralisasi emas adalah sebanyak 8 patahan. Dari hasil inversi 3D, zona mineralisasi emas tersebut memiliki densitas sebesar 2,8-3,34 g/cc.

In nature, gold are originated from hydrothermal liquid and deposited in epithermal deposit form. Structures such as faults have important role in the process of gold deposition since it is become the hydrothermal flow path to the surface. One of the method that can be used to do gold exploration is gravity method. This method identify the gold mineralization zone from faults on the research region. 3D inversion modeling is one of geophysics method that can give clear information on the target. The modeling can be said more realistic since the geometry model can be fitted with the real condition in nature and the measurement be more accurate. The research is done based on gravity survey result by PT Antam Tbk. Pongkor hydrothermal deposit categorized as epithermal low sulphidation. The processing data is done by do derivative analysis, spectrum analysis, and 3D gravity inversion modeling. Based on the survey result and processing data, gold mineralization zone are at the middle of research region that have high gravity anomaly at the faults. There are eight faults detected at the gold mineralization potential zone. From 3D inversion result, density of the gold mineralization zone is 2,74 3,34 g cc. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhimas Aristya Pratama
"Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng litosfer yang menyebabkan munculnya jajaran busur magmatik. Busur magmatik tersebut membuat Indonesia kaya akan potensi mineral, seperti mineral emas. Salah satu busur magmatik yang melintasi Indonesia berada pada wilayah pulau Jawa adalah busur Sunda-Banda. Busur tersebut mempunyai potensi mineral bijih tipe endapan epitermal. Oleh karena itu, perlu dilakukan survei geofisika agar dapat mengetahui zona mineralisasi emas. Zona mineralisasi emas tersebut diidentifikasi menggunakan metode resistivitas dan induced polarization konfigurasi Dipole-Dipole dengan menggunakan 81 elektroda dan jarak spasi 5m. Proses akuisisi data dilakukan sebanyak 3 lintasan, yaitu lintasan BDG-02, BDG-03, dan BDG-04 dengan orientasi dari arah Utara ke Selatan. Pemodelan 2D dilakukan dengan menggunakan software 2D untuk memperoleh penampang dengan nilai resistivitas dan chargeability yang sebenarnya. Selanjutnya dilakukan pengolahan pemodelan 3D menggunakan software 3D untuk mengidentifikasi kemenerusan zona mineralisasi emas. Pada daerah penelitian nilai resistivitas dan chargeability memiliki rentang nilai berkisar antara 1 – 6787 Ωm dan 0 – 888 msec. Zona mineralisasi emas di daerah penelitian memiliki nilai resistivitas 3 – 1483 Ωm dan nilai chargeability ≥164 msec. Korelasi penampang 2D resistivitas dan induced polarization ditemukan bahwa pengendapan mineralisasi emas berada pada batuan breksti tuf dan andesit. Berdasarkan hasil penampang 3D, kemenerusan zona mineralisasi emas terdapat pada lintasan BDG-03 dan BDG-04 di kedalaman ±25m yang berarah Barat Daya-Timur Laut, sedangkan pada lintasan BDG02 zona mineralisasi emas tidak berkelanjutan melainkan berbentuk spot yang berada di kedalaman ±70m. Zona mineralisasi pada setiap lintasan diperkirakan dikontrol oleh struktur yang berorientasi Barat Daya-Timur Laut.

Indonesia is located at the confluence of three lithospheric plates that cause the emergence of a series of magmatic arcs. These magmatic arcs make Indonesia rich in mineral potential, such as gold minerals. One of the magmatic arcs that crosses Indonesia in the Java island region is the Sunda-Banda arc. The arc has the potential for epithermal deposit-type ore minerals. Therefore, it is necessary to conduct a geophysical survey in order to determine the gold mineralization zone. The gold mineralization zone was identified using the resistivity method and induced polarization Dipole-Dipole configuration using 81 electrodes and 5m spacing. The data acquisition process was carried out as many as 3 passes, namely the BDG-02, BDG-03, and BDG-04 passes with orientation from north to south. 2D modeling was carried out using 2D software to obtain cross sections with actual resistivity and chargeability values. Furthermore, 3D modeling processing was carried out using 3D software to identify the continuity of the gold mineralization zone. In the study area the resistivity and chargeability values have a range of values ranging from 1 - 6787 Ωm and 0 - 888 msec. The gold mineralization zone in the study area has a resistivity value of 3 - 1483 Ωm and a chargeability value of ≥164 msec. The correlation of 2D resistivity and induced polarization cross sections found that the deposition of gold mineralization is in tuff and andesite breccia rocks. Based on the 3D cross-section results, the continuity of the gold mineralization zone is found in the BDG-03 and BDG-04 trajectories at a depth of ±25m in the Southwest-Northeast direction, while in the BDG-02 trajectory the gold mineralization zone is not continuous but in the form of a spot located at a depth of ±70m. The mineralized zones on each traverse are thought to be controlled by a Southwest-Northeast oriented structure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mashita Anjani
"Metode utama IP dan resistivitas yang didukung dengan data magnetik dapat mendelineasi zona mineralisasi emas berdasarkan nilai chargeability dan resistivitasnya. Pengukuran metode IP menggunakan domain waktu dan konfigurasi dipole-dipole sebanyak 4 lintasan dengan spasi elektroda 25 m. Pengukuran dilakukan di daerah ‘X’ yang mempunyai kondisi geologi pembentukan mineralisasi emas sistem epitermal sulfida tinggi yang terbentuk dengan kedalaman dangkal 100-500 m. Pengukuran metode IP menggunakan instrumen Supersting R8/IP. Dan dari pengukuran didapatkan data yang berupa chargeability semu dan resistivitas semu yang selanjutnya diinversi menggunakan software Res2Dinv untuk mendapatkan nilai chargeability dan resistivitas yang sebenarnya. Hasil pengolahan data IP ditampilkan secara 2D dengan software Res2Dinv dan visualisasi 3D menggunakan software Geoslicer-X.
Dari integrasi data IP, resistivitas dan magnetik didapatkan korelasi hasil berupa 3 zona menarik yang diinterpretasikan sebagai mineralisasi vuggy quartz dengan nilai chargeability > 400 ms yang disertai dengan nilai resistivitas > 800 Ohm.m dan respon profil magnetik yang berundulasi pada lintasan 200. Dan adanya zona lemah berupa patahan terdeteksi dengan nilai chargeability yang rendah yaitu sekitar < 50 ms, nilai resistivitas < 20 Ohm.m dan profil intensitas magnetik yang drop, yang merupakan jalur bagi larutan hidrotermal naik ke permukaan.

The main methods of IP and resistivity, supported by magnetic data can delineate zones of gold mineralization based on their chargeability and resistivity values​​. Measurement using time domain IP and dipole-dipole configuration of resistivity along 4 profiles with electrode spacing of 25 m. Measurements were carried out in the area "X" which had gold mineralization geological conditions of formation of high sulphidation epithermal systems formed in shallow depth of 100-500 m. Measurement was done by using instruments Supersting R8/IP IP. The data obtained from measurements in the form of apparent chargeability and apparent resistivity were subsequently inverted using the Res2Dinv software to get the value of the true chargeability and resistivity. IP data processing results displayed in 2D view using Res2Dinv software and 3D visualization using Geoslicer-X software.
From the integration of IP, resistivity and magnetic data correlation, resulted 3 interesting zone interpreted as mineralization of vuggy quartz with chargeability values​​ > 500 ms, resistivity values​​> 600 Ohm.m and undulated magnetic’s response curve along the profile 200. The existence of zone in form of the fault was detected as a low chargeability, at values ​ about < 50 ms, low resistivity at value about < 50 Ohm.m and dropped magnetic intensity profiles, which is interpreted as the pathway for hydrothermal solutions up to the surface.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Fauzan Putrajy
"Pembangunan infrastruktur di Sorong merupakan salah satu kebijakan pemerintah pusat yang tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020. Aspek pembangunan yang perlu diperhatikan adalah lokasi. Berdasarkan kondisi geologi, lokasi pembangunan yang baik merupakan lokasi yang tidak ditemukannya struktur patahan dan dengan pondasi bangunan mencapai batuan keras. Penerapan metode Ground Penetrating Radar dan resistivitas yang dikorelasikan dengan data bor dalam penelitian ini mampu menggambarkan kondisi geologi tersebut di lingkungan aluvial. Pengukuran metode GPR dilakukan sebanyak 3 lintasan sepanjang 900 meter di atas aliran sungai dengan menggunakan frekuensi tengah 56 MHz. Sedangkan pengukuran resistivitas dilakukan sebanyak 4 lintasan sejajar lintasan GPR pada jarak 665 – 900 meter. Pengukuran metode resistivitas dengan panjang lintasan 235 meter dengan 48 elektroda menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger. Dari hasil pengukuran GPR dapat dipetakan zona yang teridentifikasi sebagai struktur patahan bawah permukaan pada jarak 500 – 650 meter. Sedangkan, hasil metode resistivitas dan data bor menunjukkan adanya persebaran jenis litologi di lokasi penelitian berupa tanah (250 – 1700 Ωm), breksia gamping (25 – 100 Ωm), konglomerat breksia (2 – 20000 Ωm), dan andesit (>20000 Ωm). Pada lintasan resistivitas jarak 0 – 80 meter didapatkan kemenerusan persebaran batuan konglomerat breksia resistivitas tinggi dan batuan andesit pada ketinggian 30 – 70 meter.

Infrastructure development in Sorong is one of the policies of the central government as stated in Instruksi Presiden Number 9 of 2020. The aspect of development that needs to be considered is location. Based on geological conditions, a good construction site is a location where no fault structures are found and the building foundation reaches hard rock. The application of the Ground Penetrating Radar and resistivity methods correlated with drill data in this study is able to describe the geological conditions in the alluvial environment. Measurement of the GPR method is carried out in 3 tracks along 900 meters above the river flow using a center frequency of 56 MHz. While the resistivity measurements were carried out in 4 parallel lines to the GPR track at a distance of 665 – 900 meters. Measurement of resistivity method with a track length of 235 meters with 48 electrodes using the Wenner-Schlumberger configuration. From the results of GPR measurements, zones identified as subsurface fault structures can be mapped at a distance of 500 – 650 meters. Meanwhile, the results of the resistivity method and drill data indicate the distribution of lithological types at the research site in the l,form of soil (250 – 1700 m), limestone breccia (25 – 100 m), breccia conglomerate (2 – 20000 m), and andesite (> 20000 m). . On the resistivity trajectory at a distance of 0 – 80 meters, the distribution of high resistivity breccia conglomerate rocks and andesite rocks is found at an altitude of 30 – 70 meters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelangi Wiyantika
"Penelitian ini dilakukan di lapangan GB untuk mendeteksi keberadaan mineral emas dengan metode Induced Polarization IP . Berdasarkan geologi, terdapat adanya sistem epitermal sulfidasi tinggi di wilayah ini. Hal ini ditandai dengan munculnya keberadaan mineral-mineral logam seperti Au, Cu, dan konsentrasi yang cenderung asam di permukaannya. Mineral emas sendiri merupakan mineral yang bersifat diamagnetik, lunak, dan berasosiasi dengan mineral sulfida. Emas terbentuk akibat dari adanya proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Mineral emas terangkut oleh fluida hidrotermal ke permukaan dan terbentuk dalam lingkungan hidrotermal dimana ia terbawa ke permukaan bersama dengan senyawa-senyawa yang berikatan dengannya. Metode IP memanfaatkan beda potensial sebagai parameter dalam melakukan pengukuran untuk mendeteksi keberadaan mineral-mineral konduktif di bawah permukaan tanah. Kelebihan metode IP dibanding metode lain adalah kemampuannya mendeteksi mineral logam yang tersebar. Pada penelitian ini digunakan dari 6 data line IP yang dibentangkan ke arah Barat ndash; Timur serta didukung oleh data magnetik. Data diolah dengan inversi 2D dan dimodelkan secara 3D dengan membentangkan hasil secara paralel. Hasilnya, nilai chargeability tertinggi bernilai > 200 ms pada kedalaman 400 meter. Hal ini didukung dengan nilai resistivity yang mencapai > 1000 ohm-meter. Dari data magnetik, nilai magnetik berkisar antara -199.3 nT sampai 244 nT.

This research was conducted in field GB to identify the presence of gold minerals by Induced Polarization IP method. Based on geology, there is a high sulfidation epithermal system in the region. This can be determined by the presence of metal minerals such as Au, Cu, and acid concentrations on the surface. Gold is a typical of mineral that is diamagnetic, pliable, and associated with sulphide minerals. It is formed as a result of the process of magmatism or metasomatism on the surface. The hydrothermal fluid content transports gold to the surface along with the other elements associated to it and is formed in hydrothermal environment. The IP method utilizes a potential difference as a parameter in performing measurements to detect the presence of underground conductive minerals. The advantage of IP methods compared to other methods is its ability to detect disseminated conductive minerals. This research use 6 line datas of IP which is extended to West ndash East and supported by magnetic data. Data is processed with 2D inversion and modeled in 3D by spreading results in parallel. As a result, the highest value of chargeability is 200 ms at a depth of 400 meters. This is supported by a resistivity value of 1000 ohm meter. From magnetic data, magnetic values range from 199.3 nT to 244 nT."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Idul Putra
"Daerah penyelidikan panasbumi Banda baru terletak di kecamatan Amahai, Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Daerah Banda Baru memiliki potensi panas bumi. Hal ini di indikasikan oleh penelitian sebelumnya yang menemukan adanya manifestasi panas bumi berupa mata air panas dengan suhu antara 60 - 68 oC. Metode gayaberat adalah metode yang efektif untuk mendelineasi struktur bawah permukaan yang mengontrol sistem panasbumi.
Pada penelitian ini, telah dilakukan pengukuran gayaberat dengan 253 titik pengukuran. Kemudian dilakukan koreksi data untuk mendapatkan peta anomali bouguer. Untuk pemisahan anomali residual dan regional dari anomali bouguer digunakan Butterworth filter.
Analisis data gayaberat dilakukan dengan menggunakan metode Horizontal Gradient (HG) dan Euler Deconvolution (ED). Kedua teknik interpretasi ini akan membantu mendeteksi sesar atau patahan yang ada di daerah penyelidikan. Kemudian hasilnya di didukung dengan hasil interpretasi sesar dari data geologi.
Hasil analisis geologi, Horizontal gradient dan Euler deconvolution, menunjukkan adanya struktur berupa sesar didekat manifestasi disekitar daerah penyelidikan panasbumi Banda Baru. Sesar ini diduga sebagai jalan bagi fluida hidrotermal untuk keluar.

Banda Baru geothermal research area is located in Amahai district, central Maluku, Maluku. Banda Baru area exhibited geothermal prospecting. It is indicated by previous investigation through which has been found manifestations such as hot springs with temperature around 60-68˚C. Gravity method is powerful way to delineate structures that controls geothermal system.
In this study, we have identified subsurface structure by gravity method. We have measured gravity data at 253 station. Then, we corrected the data to obtain bouguer anomaly map. Buttherworth filter was used to separate residual and regional anomaly from its bouguer anomaly.
Gravity data analysis was done using Horizontal gradient method and Euler deconvolution. Both interpretation techniques was used to identify faults around the study area. Then, the result of this interpretation is supported with interpretation of faults from geology data.
The result of geological analysis combined with Horizontal gradient and Euler deconvolution showed that there is a fault structure near the manifestations around Banda Baru geothermal prospect. This fault is believed to be a path for the hydrothemal fluid to flow up to the surface.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifiani Palupi
"Skripsi ini membahas tentang Metode Controlled Source Audio Frequency Magnetotelluric (CSAMT) untuk mendeteksi keberadaan alterasi dan mineralisasi pada sistem urat. Dengan memanfaatkan sumber buatan guna mendapatkan sinyal yang stabil dengan cara menginjeksikan arus dari transmitter dan diterima oleh receiver. Frekuensi yang digunakan telah diatur yaitu frekuensi 5120 Hz - 64 Hz dengan target kedalaman hingga 1 km.
Hasil pengukuran berupa medan magnet dan medan listrik yang ditangkap oleh receiver kemudian dengan persamaan Cagniard diperoleh nilai resistivitas semu. Pengukuran dilakukan di daerah “X” dengan sistem epitermal. Dari data lapangan dilakukan proses editing dan smoothing menggunakan software CMTpro kemudian dilakukan inversi menggunakan Bostik Inversion pada software MTSoft2D.
Penggunaan metode CSAMT ini didukung dengan metode geofisika lain seperti magnetik. Metode CSAMT dapat memberikan gambaran bawah permukaan dengan penetrasi yang lebih dalam zona penyebaran emas serta didukung magnetik untuk mendapatkan korelasi pada kedalaman yang lebih dangkal.
Hasil pengolahan ditampilkan secara 2D dengan software surfer 9 dan Zond Mag 2D serta 3D dengan software Geoslicer-X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ke-empat lintasan yang digunakan ditemukan adanya 2 zona anomali dengan tahanan jenis>250 ohm..meterdan di dukung oleh profil magnet smooth yang teralterasisebagai data tambahan menjadi pendukung analisa resistivity untuk menguatkan adanya mineralisasi dan alterasi. Zona pertama dan kedua di interpretasikan sebagai mineralisasi berupa vein kuarsa.

This study discusses the Controlled Source Audio Frequency Magnetotelluric (CSAMT) method to to detect the presence of alteration and mineralization in the vein systems by utilizing artificial sources in order to obtain a stable signal by injecting current from the transmitter and accepted by the receiver. Frequency used set at 5120 Hz - 64 Hz with a target depth of up to 1 km.
Measurement results in the form of magnetic fields and electric fields are captured by the receiver, then using the equation of Cagniard, apparent resistivity values ​​obtained. Measurements was carried out in the area "X", which was an epithermal systems. Raw data were edited and smoothed by CMTpro software, and then do the inverted using the Bostick inversion on MTSoft2D.
The utilization of CSAMT method was supported by other geophysical methods such as magnetic Method. CSAMT method could provide subsurface picture with deeper penetration of gold’s distribution zones and supported by magnetic method to obtain the correlations at shallow depth.
Processing results were displayed in 2D using Surfer 9 and Zond Mag 2D software, while the 3D version using Geoslicer-X software. The results showed that along the four profiles measured was found 2 anomalie with resistivity >250 ohmmeter and also supported by altered smooth magnetic profiles as the additional data to consolidates the resistivity analysis of the existence of mineralization and alteration. The first and the second zone were interpreted as mineralisation of quartz vein.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>