Ditemukan 186116 dokumen yang sesuai dengan query
Farah Surviawati
"Pertumbuhan penduduk di Kota Bogor semakin meningkat semenjak dibangunnya aksesibilitas yang memudahkan penduduk luar kota masuk dan keluar dari wilayah Kota Bogor. Semakin padatnya penduduk, semakin meningkat pula permintaan akan pembangunan lahan vegetasi menjadi lahan terbangun di Kota Bogor yang menyebabkan suhu cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial Local Climate Zone (LCZ) sebagai klasifikasi tutupan lahan, pola spasial Land Surface Temperature (LST), dan menganalisis hubungan kedua variabel di Kota Bogor. Data-data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Citra Landsat, Google Earth Imagery, dan survey lapang. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis dengan analisis spasial dan uji regresi linier dengan dummy variabel. Kota Bogor memiliki 13 klasifikasi LCZ dan didominasi oleh LCZ 6 (Open Low-rise) yang berada pada kerapatan bangunan tinggi dan kerapatan vegetasi yang rendah. Adapun distribusi LST di Kota Bogor didominasi oleh suhu tinggi yang tersebar di wilayah permukiman padat. Penelitian ini menunjukkan bahwa LCZ tipe bangunan akan meningkatkan nilai LST, sedangkan LCZ tipe tutupan lahan natural akan menurunkan nilai LST.
Population growth in the Bogor City has increased since the construction of accessibility which makes it easier for out-of-town residents to enter and exit the Bogor City area. The denser the population, the higher the demand for the development of vegetation land into built-up land in Bogor City, which causes temperatures to tend to increase. This study aims to determine the spatial pattern of the Local Climate Zone (LCZ) as a land cover classification, the spatial pattern of Land Surface Temperature (LST), and to analyze the relationship between the two variables in Bogor City. The data used in this study are Landsat imagery, Google Earth Imagery, and field surveys. The results of data processing were then analyzed by spatial analysis and linear regression test with dummy variables. Bogor City has 13 LCZ classifications and is dominated by LCZ 6 (Open Low-rise) which is at high building density and low vegetation density. The distribution of LST in Bogor City is dominated by high temperatures which are spread in densely populated residential areas. This study shows that the LCZ of the building type will increase the LST value, while the LCZ of the natural land cover type will decrease the LST value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Deo Briliant Muhammad
"Jabodetabek merupakan salah satu wilayah yang mengalami pertumbuhan penduduk terkonsentrasi di Jakarta. Hal tersebut mendorong gejala urban expansion karena kebutuhan lahan yang ada di Provinsi Jakarta semakin terbatas dan akan mengakibatkan munculnya urbanisasi pada daerah sekitar Jakarta atau Jakarta Megacity’s Outer Suburbs (JMOS). Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terkena dampak besar dari fenomena tersebut. Dapat diketahui pula bahwa fenomena naiknya tingkat urbanisasi memiliki dampak seperti fenomena naiknya suhu permukaan tanah yang dapat mempengaruhi aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial tingkat urbanisasi dan juga pengaruhnya terhadap suhu permukaan tanah di Kota Bekasi. Data yang digunakan adalah Citra Sentinel-2 untuk klasifikasi penggunaan lahan dan Citra Landsat-8 untuk suhu permukaan tanah yang kemudian dilakukan survei lapangan untuk memvalidasi kedua data tersebut. Pengambilan data tingkat urbanisasi digunakan dengan menggunakan Indeks Rural-Urban Land Transformation (RULT). Hasil penelitian menunjukan bahwa Kota Bekasi memiliki pola spasial indeks RULT memiliki nilai akurasi Kappa sebesar 0,64 dengan rentang nilai indeks -1,49 hingga 0,19 dan memiliki pola spasial terklaster pada bagian barat Kota Bekasi. Selain itu suhu permukaan tanah dapat dihasilkan dengan menggunakan LST yang memiliki hasil validasi lapangan sebesar 0,65 dengan rentang nilai 23-36 derajat celsius dan memiliki pola spasial terklaster pada bagian barat dan utara Kota Bekasi. Untuk mengetahui korelasi antara indeks RULT dan LST, dilakukan uji statistik berupa regresi linier, hasil dari uji statistik kedua variabel tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan dengan tingkat korelasi sedang.
Jabodetabek is one of the regions that is concentrated in Jakarta. This concentration encourages urbanization because the need for land in DKI Jakarta Province is increasingly limited and will result in urbanization around Jakarta or the Jakarta Megacity Outer Suburbs (JMOS). Bekasi Municipality is one of the cities most affected by this phenomenon. It is also seen that the phenomenon of increasing urbanization has impacts, such as the phenomenon of rising land surface temperatures which can directly affect human activities. This study aims to determine the spatial pattern of urbanization level and its effect on land surface temperature in Bekasi Municipality. The data used are Sentinel-2 Imagery for land use classification and Landsat-8 Imagery for land surface temperature which is then conducted a field survey to validate the two data. Retrieval of urbanization level data is used by using the Rural-urban Land Transformation Index (RULT). The results showed that Bekasi Municipality has a RULT spatial index pattern with a Kappa accuracy value of 0.64 with an index value range of - 1.49 to 0.19 and has a terklaster spatial pattern in the western part of Bekasi Municipality. In addition, the land surface temperature can be generated using LST, which has a field validation result of 0.65 with a value range of 23-36 degrees Celsius and has a terklaster spatial pattern in the western and northern parts of Bekasi Municipality. To understand the correlation between the RULT and LST, use statistical test was carried out in the form of linear regression, and the results of the statistical test for both variables showed a significant positive correlation with a moderate level of correlation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nadira Retno Abisha
"Perkembangan perkotaan menjadi salah satu permsalahan yang sedang terjadi tiada hentinya. Salah satu permasalahan umum yang dihadapi oleh kota besar di Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan yang tinggi. Permasalahan di perkotaan tidak hanya berkutat pada ekstraksi lahan terbangun, akan tetapi ekstraksi lahan vegetasi yang semakin lama semakin berkurang. Tidak heran jika area hijau di perkotaan semakin berkurang. Dampak yang timbul dari adanya permasalahan tersebut adalah perubahan iklim mikro perkotaan, salah satunya yaitu meningkatnya suhu permukaan daratan di wilayah perkotaan. Penelitian ini melihat hubungan nilai AST terhadap LST dengan menggunakan metode regresi linear dan melihat hubungan antara variabel RTH dengan menggunakan metode multinomial logistik dan juga pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor. Hasil penelitian ini menghasilkan adanya hubungan yang positif AST dengan LST serta variabel RTH dan LST yang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan nilai <80%. Sementara itu, pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor menunjukan pola yang mengelompok.
Urban development is one of the problems that continues to occur without stopping. One of the common problems faced by big cities in Indonesia is the high growth of urban population. Problems in urban areas do not only revolve around the extraction of found land, but the extraction of vegetation land which is decreasing over time. No wonder the green area in urban areas is decreasing. The impact that arises from these problems is urban microclimate change, one of which is the increase in NDVI in urban areas. This study looked at the relationship between AST and LST values using the linear regression method and looked at the relationship between green space variables using the multinomial logistic method and the spatial pattern formed in green open space in Bogor City. The results of this study resulted in a positive relationship between AST and LST and the RTH and LST variables which showed a significant relationship with a value of <80%. Meanwhile, the spatial patterns formed in green open space in Bogor City show a clustered pattern."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sinaga, Yohana
"Kota Bogor merupakan salah satu daerah dengan perkembangan yang di tinggi di Jawa Barat. Kota Bogor mengalami peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun dan kemudian memberikan tekanan terhadap lingkungan yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal. Hal ini membuat Kota Bogor mengalami perubahan tutupan lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun. Perubahan tutupan lahan akan mempengaruhi tingkat suhu permukaan daratan akibat konversi permukaan bervegetasi ke permukaan kedap air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perubahan suhu permukaan daratan serta keterkaitannya dengan indeks spektral MNDWI, NDBI, NDVI, dan NMDI di Kota Bogor. Perubahan suhu permukaan daratan diamati melalui data citra satelit Landsat 8 OLI-TIRS tahun 2013 dan Landsat 9 OLI/TIRS tahun 2022. Data yang dikumpulkan kemudian di analisis secara spasial-temporal untuk pemantauan suhu permukaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun 2013-2022 terjadi peningkatan suhu permukaan daratan dengan pola perubahan mengikuti perubahan tutupan lahan di Kota Bogor ke arah utara yang sejalan dengan arah pembangunan Kota Bogor. Sedangkan, hubungan yang dibangun suhu permukaan daratan dengan indeks spektral bervariasi mulai dari sedang negatif pada LST-MNDWI dan LST-NDVI, kuat positif LST-NDBI, dan korelasi kuat negatif pada LST-NMDI. Sehingga penelitian menyimpulkan bahwa perubahan tutupan lahan berdampak pada peningkatan suhu secara spasial-temporal di Kota Bogor.
Bogor City is one of the areas with high development in West Java. The city of Bogor has experienced an increase in population from year to year and then put pressure on the environment which has resulted in an increase in the need for housing. This has made Bogor City experience a change in vegetated land cover into built-up land. Changes in land cover will affect the temperature level of the land surface due to the conversion of the vegetated surface to a watertight surface. This study aims to analyze the pattern of land surface temperature changes and their association with the MNDWI, NDBI, NDVI, and NMDI spectral indices in Bogor City. Changes in land surface temperature were observed through satellite imagery data from Landsat 8 OLI-TIRS in 2013 and Landsat 9 OLI/TIRS in 2022. The data collected was then analyzed spatially-temporally to monitor surface temperature. The results of the study show that during 2013-2022 there was an increase in land surface temperature with a change pattern following changes in land cover in Bogor City to the north which is in line with the development direction of Bogor City. Meanwhile, the relationship established by land surface temperature with spectral indices varies from moderately negative at LST-MNDWI and LST-NDVI, strong positive LST-NDBI, and strong negative correlation at LST-NMDI. So the research concluded that changes in land cover had an impact on increasing spatial-temporal temperatures in the city of Bogor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farhan Anfasa Putra
"Pertambahan penduduk yang tinggi di Kota Bandar Lampung menyebabkan alih fungsi lahan dari lahan vegetasi menjadi lahan terbangun. Pada akhirnya luasan lahan vegetasi akan menurun yang juga berpengaruh terhadap meningkatknya suhu perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kerapatan bangunan, kerapatan vegetasi, suhu permukaan udara dan karakterisik serta pola spasial dari Local Climate Zone (LCZ) di Kota Bandar Lampung. Data yang digunakan adalah citra Landsat 8 OLI/TIRS dan citra Googole Earth tahun 2021. Selain itu pengukuran suhu udara juga ditempuh dengan cara survei lapang. Pengolahan data Local Climate Zone (LCZ) menggunakan LCZ Generator WUDAPT. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kota Bandar Lampung didominasi oleh kerapatan bangunan sedang yang berada pada bagian tengah kota serta kerapatan vegetasi sedang pada bagian Barat. Suhu permukaan udara paling tinggi sebesar 35°C pada wilayah perumahan dan terendah sebesar 15,68°C pada kawasan hutan. Teridentifikasi 14 klasifikasi Local Climate Zone (LCZ), antara lain tujuh tipe bangunan dan tujuh tipe tutupan lahan. Kepadatan bangunan tertinggi berada pada zona compact low-rise, kerapatan vegetasi tertinggi terdapat pada zona dense tree, sedangkan suhu permukaan daratan tertinggi pada zona open low-rise. Pola spasial dari Local Climate Zone di Kota Bandar Lampung adalah mengelompok berdasarkan karakteristik fisik dan morfologi kota.
The rapid growth of the population in Bandar Lampung has led to a change in the land's usage from vegetation to built-up land. In the end, less vegetation will be present, which also results in higher temperatures in urban. This study intends to identify the state of the city's building density, vegetation density, land surface temperature, and the characteristics and spatial patterns of the LCZ in Bandar Lampung. The data was collected using images from Landsat 8 OLI/TIRS and Google Earth 2021. Additionally, a field survey was used to measure the air temperature. The LCZ Generator WUDAPT is used to process LCZ data. The findings revealed that Bandar Lampung was dominated by medium-density buildings in the city's center and medium-density vegetation in its western. The highest LST at residential areas is 35°C, while forest areas have the lowest LST at 15,68°C. There are 14 LCZ classifications, covering seven building types and seven land cover types. The dense tree zone has the highest vegetation density, the open low-rise zone has the highest land surface temperature, and the compact low-rise zone has the highest building density. The spatial pattern of the LCZ is classified based on physical characteristics and city morphology."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Primamulia Teguh
"Dalam satu dekade terakhir, Kota Depok mengalami pertumbuhan yang signifikan. Lahan terbangun di perkotaan memiliki peran penting dalam memengaruhi kenaikan suhu global melalui apa yang dikenal sebagai efek pulau panas perkotaan atau Urban Heat Island effect. Efek UHI bukan hanya menjadi masalah kenyamanan lokal, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada kenaikan suhu global. Suhu yang lebih tinggi di perkotaan dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi energi untuk pendinginan, penurunan kualitas udara, dan dampak pada kesehatan manusia. Local Climate Zone (LCZ) adalah konsep yang digunakan untuk mengklasifikasikan karakteristik morfologi permukaan di area urban dan peri-urban. Setiap LCZ memiliki karakteristik unik dalam hal geometri, bahan bangunan, dan vegetasi yang dapat mempengaruhi distribusi suhu dan dinamika iklim lokal. Hasilnya didapati bahwa morfologi Kota Depok didominasi oleh kelas open low rise (LCZ 6) merepresentasikan area pemukiman penduduk. Karakteristik suhu permukaan tanah Kota Depok secara umum berkisar antara 37,5°C – 54°C, pada tahun 2023 dengan suhu kelas bangunan lebih tinggi dibandingkan kelas tutupan lahan alami. Pola spasial fenomena UHI di Kota Depok secara umum lebih banyak terjadi di area pemukiman penduduk dengan karakteristik bangunan rendah (LCZ3).
In the last decade, Depok City has experienced significant growth. Built-up land in cities has an important role in influencing global temperature rise through what is known as the urban heat island effect. The UHI effect is not only a local comfort issue but has a long-term impact on global temperature rise. Higher temperatures in cities can result in increased energy consumption for cooling, reduced air quality, and impacts on human health. Local Climate Zone (LCZ) is a concept that classifies surface morphological characteristics in urban and peri-urban areas. Each LCZ has unique geometry, building materials, and vegetation characteristics that can influence temperature distribution and local climate dynamics. The results found that the morphology of Depok City is dominated by the open low-rise class (LCZ 6) representing residential areas. The characteristics of the land surface temperature of Depok City generally range between 37.5°C – 54°C, in 2023 with the building class temperature being higher than the natural land cover class. The spatial pattern of the UHI phenomenon in Depok City generally occurs more often in residential areas with low-rise building characteristics (LCZ3)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nafiriair Yufan Madakarah
"
ABSTRAKUniversitas saat ini bisa disebut sebagai small cities mengacu kepada ukuran luasan, populasi dan berbagai macam aktifitas yang berada di dalam kampus. Institut Pertanian Bogor adalah sebuah kampus yang dapat mewakili sebuah kota dalam lingkup yang lebih kecil. Institut Pertanian Bogor berupaya mewujudkan cita-cita menjadi kampus hijau yang ramah lingkungan dengan membuat program IPB Menuju Green Campus 2020. Untuk mewujudkan dirinya sebagai Green Campus, Ruang Terbuka Hijau (RTH) terus menjadi perhatian IPB sebagai salah satu variasi tutupan lahan. Variasi tutupan lahan mempengaruhi adanya variasi suhu permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial variasi suhu permukaan daratan di area kampus IPB dramaga Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis spasial untuk menganalisis variasi suhu permukaan daratan dengan tutupan lahan dan analisis statistik untuk menganalisis keterkaitan antara suhu permukaan daratan dengan kerapatan vegetasi (NDVI) dan kerapatan bangunan (NDBI). Data dihasilkan dari pengolahan citra penginderaan jauh dengan menggunakan citra Landsat 8 disertai dengan survey lapangan untuk proses validasi. Hasilnya menunjukkan suhu minimum dan maksimum sebesar 23,9 ºC dan 29,1 ºC pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi 27,8 ºC dan 34,8 ºC pada tahun 2018. Variasi suhu permukaan sejalan dengan jenis tutupan lahannya. Variasi suhu membentuk pola spatial dimana suhu tertinggi cenderung terletak pada wilayah tengah kampus berupa lahan terbangun dan suhu terendah cenderung terletak pada wilayah utara berupa hutan kampus. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada wilayah yang mengalami perubahan tutupan lahan dari lahan vegetasi menjadi lahan terbangun sebesar 7 ºC lebih besar dari peningkatan suhu pada tutupan lahan yang sejenis sebesar 4,7 ºC. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka semakin rendah suhu permukaan daratan, begitu sebaliknya semakin tinggi kerapatan bangunan maka semakin tinggi pula suhu permukaan daratannya.
ABSTRACTAt present time university can be called as small cities due to their size of the area, population and various kinds of activities. Bogor Agricultural University is a campus that can represent a city in a smaller scope with a high variety of land cover. Bogor Agricultural University seeks to realize the ideals of being a green campus that is eco-friendly by making program IPB toward Green Campus in 2020. To realize itself as a Green Campus, Green Open Space to be the focus of IPB as one of the variations in land cover. Further, the variation of a land cover will affects the surface temperature variation. This study aims to determine the spatial pattern of land surface temperature variation and the relationship with land cover and changes, vegetation density (NDVI) and building density (NDBI). The data use in this study generated from Landsat 8 imagery and field surveys, then analize using the spatial and statistic analysis tools. The results show the minimum and maximum temperatures are 23.9 ºC and 29.1 ºC in 2013 and increased to 27.8 ºC and 34.8 ºC in 2018. The temperature have a spatial pattern associated with the land cover. Where the highest temperature tends to be located in the central region in the form of built-up area and the lowest temperature tends to be located in the northern region in the form of forest area. The highest increase in temperature tends to appeared in the area that show a changes from vegetation to built-up area. More over this study also found that this phenomena only appear with temperature value were 7ºC greater than the increase in temperature on a similar land cover with value 4.7 ºC. Finally, this study prove that the higher vegetation density will create a lower the temperature of the land surface, while the higher the building density create a higher land surface temperature."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cita Meyliana
"Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah yang mengalami urbanisasi. Informasi spasial mengenai zona iklim lokal dapat bermanfaat untuk berbagai aspek salah satunya dapat mengidentifikasi secara spasial wilayah yang membutuhkan perhatian lebih karena berpotensi mengalami masalah lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi spasial zona iklim lokal di Kabupaten Cianjur dan mengetahui asosiasi zona iklim lokal dengan distribusi kepadatan penduduk secara spasial di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan WUDAPT untuk menghasilkan peta zona iklim lokal dan menggunakan data citra Word Population untuk menghasilkan peta kepadatan penduduk berbentuk People in Pixel (PIP). Analisis yang dilakukan adalah secara spasial dengan menggunakan analisis overlay serta didukung dengan analisis statistik berupa uji ANOVA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 klasifikasi di Kabupaten Cianjur yaitu compact midrise (2), compact low rise (3), open low rise (6), sparsely built (9), heavy industry (10), dense trees (A), scattered trees (B), bush and scrub (C), low plants (D), bare rock or pave (E), dan water (G). Diketahui juga bahwa asosiasi zona iklim lokal dengan distribusi kepadatan penduduk secara spasial di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa semakin zona iklim lokal di wilayah tersebut compact atau padat (bangunan), maka kepadatan penduduk akan cenderung tinggi.
Cianjur Regency is one of the areas experiencing urbanization. Spatial information regarding local climate zones can be useful for various aspects, one of which is to spatially identify areas that need more attention because they have the potential to experience environmental problems. This research was conducted with the aim of knowing the spatial distribution of local climate zones in Cianjur Regency and knowing the association of local climate zones with the spatial distribution of population density in Cianjur Regency. This study uses WUDAPT to produce local climate zone maps and uses Word Population imagery data to produce population density maps in the form of People in Pixels (PIP). The analysis was carried out spatially by using overlay analysis and supported by statistical analysis in the form of an ANOVA test. The results of the study show that there are 11 classifications in Cianjur Regency, namely compact midrise (2), compact low rise (3), open low rise (6), sparsely built (9), heavy industry (10), dense trees (A), scattered trees (B), bush and scrub (C), low plants (D), bare rock or pave (E), and water (G). It is also known that the association of local climate zones with the spatial distribution of population density in Cianjur Regency shows that the more compact the local climate zone in the area (buildings), the higher the population density."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizky Cahaya Meikatama
"Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung menjadi kota nomor tiga di Pulau Sumatera dengan perkembangan penduduk paling besar pada tahun 2000 hingga 2015. Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan bertambahnya lahan terbangun mempengaruhi beberapa aspek, salah satunya meningkatnya suhu permukaan di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi perubahan ruang terbuka hijau dan suhu penutup permukaan tanah (LST) serta pola spasial perubahan di Kota Bandar Lampung. Pengolahan data dilakukan menggunakan citra Landsat 8 untuk RTH dan Google Earth Engine untuk LST. Hasil penelitian ini menunjukkan distibusi perubahan RTH yang berada di timur hingga barat mengalami perubahan RTH menuju non-RTH yang mengakibatkan adanya keterkaitan peningkatan suhu di timur, tenggara dan barat, yang semula suhu 25-30 oC meningkat menjadi >30 oC. Sedangkan untuk perubahan RTH di barat dan beberapa wilayah didapatkan hasil adanya perubahan non-RTH menjadi RTH publik atau privat mengakibatkan adanya penurunan suhu, yang semula suhu 25-30 oC menurun menjadi 20-25 oC. Untuk pola spasial perubahan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung memiliki pola mengelompok yang berada di barat dan timur wilayah mengikuti ketinggian topografi (100-500 mdpl). Sedangkan Pola suhu penutup permukaan tanah (LST) di Kota Bandar Lampung yaitu memiliki pola mengelompok di suhu <20 oC, 20-25 oC (ditemukan di ketinggian 100-500 mdpl) dan >30 oC (mengikuti ketinggian 25-100 mdpl) sedangkan untuk suhu 25-30 oC memiliki pola tersebar (mengikuti ketinggian 25-100 mdpl) di Kota Bandar Lampung.
Bandar Lampung City, the capital city of Lampung Province, became the number three city on the island of Sumatra, with the largest population growth. Population growth will increase built-up land affecting several aspects, one of which is the increase in surface temperature. This study aims to determine changes in green open space and land surface temperature (LST) and the spatial pattern of changes in Bandar Lampung City. Data processing uses Landsat 8 imagery for green space and Google Earth Engine for LST. The results of this study indicate that the distribution of changes in green open space in the east to west experienced a change in green open space to non-green open space which resulted in an increase in temperature in the east, southeast and west from 25-30oC the temperature increased to >30oC. The change in green open space in the west and some areas, it was founded that a change from non-RTH to a public or private green open space resulted in a decrease in temperature, from 25-30oC the temperature decreased to 20-25oC. The spatial pattern of changes in green open space in Bandar Lampung City has a clustered pattern in the west and east of the area following the topography (100-500 masl). In comparison, the land surface temperature pattern (LST) in Bandar Lampung City has a clustered pattern at temperatures <20 oC, 20-25oC (found at an altitude of 100-500 msl) and >30oC (found at an altitude of 25-100 msl) while for temperatures 25-30oC has a scattered pattern (following an altitude of 25-100 msl) in Bandar Lampung City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siregar, Mega Sutan
"
Wilayah eksplorasi panas bumi Hu’u Daha merupakan salah satu wilayah yang dianggap potensial untuk dijadikan sumber energi alternatif berupa energi panas bumi. Dalam penelitian ini dilakukan korelasi hasil pengolahan data gravitasi dengan data Land Surface Temperature (LST) untuk memperkirakan adanya sumber panas bumi, di mana titik-titik dengan nilai gravitasi tinggi kemungkinan besar merupakan lokasi adanya sumber panas bumi dan memperkirakan suhu reservoir panas bumi di bawah permukaan tanah. Dalam pengolahan data tersebut, dilakukan tahapan filtering First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) yang menunjukkan adanya 6 struktur geologi pada daerah Hu’u Daha dengan arah patahan barat laut - tenggara, barat - timur, hingga timur laut - barat daya yang mengontrol sistem panas bumi daerah penelitianyangditandaiolehgarisberwarnahitam. Kemudiandilakukananalisispatahan dan analisis 3D inversi yang dimana dugaan keterdapatan lapisan reservoir berupa batuan lava dan breksi berkomposisi andesit dan basalt serta sisipan batuan tufa dengan rerata kedalaman 633 – 1500 m dengan nilai densitas 3.4 - 3.33 gr/cm3 yang dilingkupi oleh lapisan cap rock berupa batuan lava hasil erupsi dengan kedalaman rata-rata 0 – 633 m dengan nilai densitas 3.51 - 3.44 gr/cm3, serta terdapat patahan-patahan yang mengontrol sistem panas bumi berdasarkan korelasi FHD dan SVD.
The exploration area of Hu'u Daha geothermal field is considered to be a potential source of alternative energy in the form of geothermal energy. In this study, the correlation between gravity data and Land Surface Temperature (LST) was conducted to estimate the presence of geothermal sources. Points with high gravity values are likely locations of geothermal sources, and the temperature of the geothermal reservoir beneath the ground surface was estimated. The data processing involved the use of First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) filtering, which revealed the presence of six geological structures in the Hu'u Daha area, characterized by fault lines in the northwest-southeast, west-east, and northeast-southwest directions, controlling the geothermal system. Subsequently, fault analysis and 3D inversion analysis were performed, indicating the suspected presence of a reservoir layer consisting of andesite and basalt rock, as well as tufa rock, at an average depth of 633-1500 m with a density value of 3.4-3.33 g/cm3. This layer is covered by a cap rock layer of erupted lava rock at an average depth of 0-633 m with a density value of 3.51-3.44 g/cm3. The analysis also identified faults controlling the geothermal system based on the correlation of FHD and SVD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library