Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zezsyazeoviennazabrizkie, Ziggy
Jakarta: Penerbit Pt Gramedia Pustaka Utama, 2022
808.83 ZEZ k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Caesania Githa Nadhira
"Topik mengenai difabel merupakan salah satu topik yang dibicarakan dalam karya sastra. Sering kali penderita disabilitas mendapat perlakuan berbeda dari masyarakat. Novel Tanpa Daksa (TD) merupakan salah satu karya sastra Jawa yang menghadirkan tokoh difabel dalam ceritanya. Masalah yang diteliti adalah bagaimana disabilitas digambarkan dalam novel TD, dan bagaimana pandangan tentang disabilitas ini apabila dikaitkan dengan budaya Jawa. Penelitian ini bertujuan menggambarkan citra tokoh difabel dalam novel TD serta kaitannya dengan nilai budaya Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan sastra objektif menurut Abrams (1988:50) dengan metode deskriptif kualitatif menurut Satoto (2014:15). Analisis citra tokoh menggunakan teori strukturalisme oleh Nurgiyantoro (1998:37). Hasil penelitian ini adalah tokoh utama novel TD mengalami difabel fisik dan difabel mental. Walaupudigambarkan memiliki status sosial yang dianggap tinggi, dengan keadaannya tersebut, ia tetap mendapat diskriminasi dari tokoh lain. Penelitian ini juga menjelaskan nilai- nilai budaya Jawa yang terkandung dalam novel TD, yaitu aja dumeh, ngundhuh wohing pakarti, dan nrima ing pandum. Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial hendaknya saling menghargai satu sama lain dan merangkul semua perbedaan.

Topic of diffables is one of the topics discussed in literature. Often people with disabilities receive different treatment from society. Novel Tanpa Daksa is one of Javanese literary works that presents a disabled character in the story. Problem of this study is how disability is described in the novel, and how the view of disability is related to Javanese culture. This study aims to describe the image of a diffable character in the novel and its relation to Javanese cultural values. This study uses an objective literary approach according to Abrams (1988: 50) with a qualitative descriptive method according to Satoto (2014: 15). Analysis of character image using structuralism theory by Nurgiyantoro (1998: 37). The results of this study are that the main character of the novel has physical disabilities and mental disabilities. Even though he is described as having a high social status, under these circumstances, he still receives discrimination from other figures. This research also explains the Javanese cultural values contained in the novel, namely aja dumeh, ngundhuh wohing pakarti, and nrima ing pandum. Based on the analysis, it can be concluded that humans as social beings should respect each other and embrace all differences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thufail
"Pada tanggal 30 September tahun 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) dinyatakan bertanggung jawab dalam gerakan pengambilalihan kekuasaan dengan kekerasan. Peristiwa tersebut tentunya mendapatkan reaksi berupa penolakan terhadap kelompok komunis dari masyarakat. Peristiwa besar tersebut menjadi inspirasi untuk sastrawan di Indonesia. Salah seorang sastrawan yang terinspirasi peristiwa tersebut adalah Mahfud Ikhwan yang menulis novel Kambing dan Hujan. Dalam novel itu dikisahkan mengenai penolakan masyarakat terhadap komunis. Bagaimana penolakan itu digambarkan dalam novel kiranya menarik untuk dikaji. Penelitian ini mendeskripsikan dan mengungkapkan penolakan masyarakat terhadap komunis dalam novel Kambing dan Hujan (2015) karya Mahfud Ikhwan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan struktural dan sosiologi sastra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penolakan masyarakat dilukiskan melalui anggapan-anggapan buruk (stigmatisasi) masyarakat mengenai kaum komunis.

The Indonesian Communist Party (PKI) was blamed for the violent takeover movement on September 30, 1965. The incident undoubtedly elicited a reaction in the form of community rejection of the communist group. This fantastic event served as an inspiration for Indonesian writers. Mahfud Ikhwan, author of the novel Goat and Rain, was one of the writers who was inspired by this event. The novel tells the story of society's rejection of communism. It would be interesting to investigate how the rejection is described in the novel. This paper examines Mahfud Ikhwan's novel Kambing dan Hujan (2015), which depicts society's rejection of communism. This study employs a qualitative approach with a structural approach and literature sociology. According to the findings of this study, the public's stigmatization of communists reflects the community's rejection.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Diki Permata Fridadixa
"My Name is María Isabel (1993) karya Alma Flor Ada merupakan sebuah kisah yang diceritakan dari sudut pandang seorang anak berlatar belakang budaya Hispanik bernama “María Isabel Salazar López” yang meninggalkan negara asalnya untuk tinggal di kota New York. Buku ini meningkatkan kesadaran tentang perlakuan diskriminatif atau tidak menyenangkan yang diterima oleh sang gadis Hispanik setelah pindah ke tempat baru. Penelitian ini menggunakan teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu dan teori relasi kuasa Michel Foucault guna menganalisis bagaimana kekerasan simbolik dan relasi kuasa antara guru dan murid di kelas memengaruhi identitas budaya dan harga diri María Isabel sebagai murid dari etnis minoritas, serta perkembangannya untuk mengatasi kekerasan tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kekerasan simbolik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuasaan antara guru dan murid telah melemahkan harga diri María Isabel sekaligus membungkam suaranya. Namun demikian, penelitian ini juga menemukan bahwa terlepas dari efek negatif yang diakibatkan oleh kekerasan simbolik yang diterimanya, María Isabel telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa terhadapnya dengan membela identitas budaya Hispanik melalui esainya.

Alma Flor Ada‟s y m is r s l (1993) is a story told from the perspective of a child of Hispanic background named “Mar a Isabel Salazar López” who left her country to live in New York City. The book raises the awareness of the discriminatory or unfavorable treatment received by the Hispanic girl upon her moving to the new place. This study uses Pierre Bourdieu‟s symbolic violence theory and Michel Foucault‟s power relation theory to analyze how the symbolic violence and the teacher-student power relation in the classroom affect Mar a Isabel‟s cultural identity and self-esteem as an ethnic minority student, and her development to cope with the violence. The result of this research finds that the symbolic violence caused by the teacher-student power imbalance has weakened Mar a Isabel‟s self-esteem and silenced her voice. Nevertheless, the research also discovers that despite the negative effects of the symbolic violence she receives, Mar a Isabel has demonstrated remarkable resistance towards it by standing up for her Hispanic cultural identity through her essay."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
JPK 17:5(2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Faizah
"Novel The Color Purple merupakan sebuah novel yang menceritakan proses pemberdayaan diri seorang perempuan kulit hitam Afro-Amerika kelas bawah bernama Celie yang harga dirinya diinjak-injak, dijadikan objek seksual, dan kerap mendapat kekerasan dari laki-laki. Tokoh Celie yang menganggap bahwa sudah sewajarnya perempuan menghadapi perilaku tersebut kemudian tercerahkan dengan kehadiran tokoh-tokoh perempuan lain yang menyimpang dari stereotip gender yang berlaku. Secara teoritis, penelitian ini mengungkapkan objektifikasi yang dialami oleh terhadap perempuan, serta perlawanan perempuan dalam menghadapi objektifikasi. Penelitian ini menggunakan kajian kritik feminis, teori objektifikasi Martha Nussbaum dan Rae Langton, dan teori subjektivitas gender Simone de Beavoir sebagai pisau analisis untuk meninjau subordinasi perempuan oleh laki-laki dan bentuk resistensi yang dilakukannya. Penelitian ini menemukan bahwa pembagian peran gender tradisional terjadi melalui proses yang dilanggengkan di masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan perempuat diposisikan sebagai objek seksual, properti dan kekerasan. Di samping itu, keberhasilan tokoh perempuan dalam meraih subjektivitasnya merefleksikan bentuk perlawanan terhadap patriarki yang bersifat individualis tanpa adanya dukungan dari otoritas masyarakat, tempat sistem patriarki itu mengakar. Dengan kata lain, transformasi tokoh perempuan yang bebas dari belenggu laki-laki tidak berpengaruh signifikan pada lingkungan sekitarnya karena tidak mengubah struktur masyarakat yang berlaku.

The Color Purple novel is a novel that tells the self-empowerment process of a lower-class black African-American woman named Celie whose self-esteem is trampled on, made into a sexual object, and often subjected to violence from men. Celie's character, who thinks that it is natural for women to face this behaviour, is then enlightened by the presence of other female characters who deviate from the prevailing gender stereotypes. Theoretically, this study reveals the objectification experienced by women, as well as women's resistance in the face of objectification. This study uses the study of feminist criticism, the objectivity theory of Martha Nussbaum and Rae Langton, and Simone de Beavoir's theory of gender subjectivity as an analytical tool to examine the subordination of women by men and the forms of resistance they do. The result of the research shows that the division of traditional gender roles occurs through processes that are perpetuated in society. This resulted in woman being positioned as sexual objects, property and violence. In addition, the success of the female figure in achieving their existence to be free from objectification reflects the form of rebellion that is individualistic in nature without the support of the prevailing societal authority, a place where the patriarchal system takes root. In other words, the transformation of Celie's character does not have a significant effect on the surrounding environment because it does not change the prevailing social structure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Diki Permata Fridadixa
"My Name is María Isabel (1993) karya Alma Flor Ada merupakan sebuah kisah yang diceritakan dari sudut pandang seorang anak berlatar belakang budaya Hispanik bernama “María Isabel Salazar López” yang meninggalkan negara asalnya untuk tinggal di kota New York. Buku ini meningkatkan kesadaran tentang perlakuan diskriminatif atau tidak menyenangkan yang diterima oleh sang gadis Hispanik setelah pindah ke tempat baru. Penelitian ini menggunakan teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu dan teori relasi kuasa Michel Foucault guna menganalisis bagaimana kekerasan simbolik dan relasi kuasa antara guru dan murid di kelas memengaruhi identitas budaya dan harga diri María Isabel sebagai murid dari etnis minoritas, serta perkembangannya untuk mengatasi kekerasan tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kekerasan simbolik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuasaan antara guru dan murid telah melemahkan harga diri María Isabel sekaligus membungkam suaranya. Namun demikian, penelitian ini juga menemukan bahwa terlepas dari efek negatif yang diakibatkan oleh kekerasan simbolik yang diterimanya, María Isabel telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa terhadapnya dengan membela identitas budaya Hispanik melalui esainya. Kata kunci: My Name is María Isabel, kekerasan simbolik, relasi kuasa, murid etnis minoritas, identitas budaya

Alma Flor Ada’s My Name is María Isabel (1993) is a story told from the perspective of a child of Hispanic background named “María Isabel Salazar López” who left her country to live in New York City. The book raises the awareness of the discriminatory or unfavorable treatment received by the Hispanic girl upon her moving to the new place. This study uses Pierre Bourdieu’s symbolic violence theory and Michel Foucault’s power relation theory to analyze how the symbolic violence and the teacher-student power relation in the classroom affect María Isabel’s cultural identity and self-esteem as an ethnic minority student, and her development to cope with the violence. The result of this research finds that the symbolic violence caused by the teacher-student power imbalance has weakened María Isabel’s self-esteem and silenced her voice. Nevertheless, the research also discovers that despite the negative effects of the symbolic violence she receives, María Isabel has demonstrated remarkable resistance towards it by standing up for her Hispanic cultural identity through her essay. Keywords: My name is María Isabel, symbolic violence, power relation, ethnic minority student, cultural identity"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Grace Yousuf
"ABSTRAK
Penulisan sripsi ini bertujuan untuk melihat perkembangan sikap dan pandangan tokoh-tokoh tentang hubungan keluarga dan perkawinan dalam kedua novel tersebut di atas serta meninjau percampuran budaya Cina dan Amerika yang terjadi. Hal ini saya lakukan dengan membadingkan sikap dan pandangan tokoh-tokoh dalam kedua novel tersebut.
Dalam melakukan pembahasan saya menggunakan pendekatan tradisionla historis. Di sini saya mengaitkan sejarah bangsa Cina di Amerika dengan latar fisik dan latar situasi masyarakat yang mempengaruhi sikap dan pandangan tokoh-tokoh dalam novel Eat a Bowl of Tea dan The joy Luck Club.
Setelah melakukan pembahasan, maka saya berkesimpulan bahwa terdapat perkembangan sikap dan pandangan dalam tokoh-tokoh kedua novel tersebut, sebagai akibat dari masuknya pengaruh budaya Amerika. Adapun pengaruh budaya Amerika terasa lebih besar dalam perkembangan sikap dan pandangan tokoh-tokoh dalam novel The Joy Luck Club.

"
1995
S14065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soenarjati Djajanegara
Depok : Fakultas Satra Universitas Indonesia , 1995
R 809.933 SOE c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Prasetiyo
"Disertasi ini membahas keterkaitan antara kehidupan Suparto Brata dengan hasil karya tulisnya serta membahas pandangan Suparto Brata berkaitan dengan peranan dan kedudukan perempuan Jawa sebagaimana terepresentasikan dalam novel Donyane Wong Culika dan Bekasi Remeng-Remeng. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang mengaitkan unsur intrinsik (berupa fakta kemanusiaan fiksionalitas) dengan unsur ekstrinsik (fakta kemanusiaan realitas). Temuan atas penelitian ini adalah bahwa latar belakang kehidupan Suparto Brata berupa hadirnya tiga perempuan (ibu, ibu mertua, istri) serta nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam ungkapan-ungkapan bahasa Jawa sangat mempengaruhi isi karya sastranya. Pandangan dan sikap perempuan Jawa berkaitan dengan permasalahan gender dilandasi oleh empat jenis motivasi yaitu motif biogenetis, motif sosiogenetis, motif teogenetis, serta motif psikogenetis. Berdasarkan keempat motivasi tersebut, sosok perempuan Jawa dapat dikatakan sebagai sosok perempuan yang humanis dan religius. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa peranan perempuan Jawa sangat dominan. Perempuan Jawa dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan masalah domestik sekaligus publik. Dikarenakan peranannya yang sangat besar tersebut, kedudukan perempuan Jawa menjadi sangat tinggi dan sangat terhormat.

This dissertation discusses the interrelationship between life of Suparto Brata with the results of his writings and discuss Suparto Brata`s view about the role of and position of Javanese women as represented in the novel Donyane Wong Culika and Bekasi Remeng-Remeng. This study uses sociology of literature approach that linked the intrinsic elements (in the form of humanitarian fact of fiction) with extrinsic elements (humanitarian facts of reality). The findings of this research is that the background of life of Suparto Brata form of the presence of three women (mother, mother-in-law, wife) and Javanese cultural values contained within the Java language expressions greatly influence the content of his literary work. The views and attitudes of Javanese women related to gender issues based on the four types of motivation that biogenetic motive, sosiogenetic motive, theogenetic motive, and the psikogenetic motive. Based on the fourth motivations, Javanese women can be regarded as the humanist and religious figure of women. The conclusion of this study is that the role of Javanese women is very dominant. Javanese women can do things that are related to domestic issues and public at once. Due to the very huge role, the position of Javanese women become very high and very respectable."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2184
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>