Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99109 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Paramitha
"Penutup lahan merupakan aspek dasar untuk memperkirakan berbagai peristiwa yang terjadi di permukaan bumi seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, serta evaluasi pengelolaan lahan dan tata ruang wilayah. Perubahan penutup lahan merupakan fenomena yang kompleks dan dinamis berdasarkan ruang dan waktu. Perubahan tersebut akan terus berlanjut sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi adalah salah satu kecamatan dengan peningkatan laju pertumbuhan 1,49%, di atas rata-rata laju pertumbuhan Kabupaten Sukabumi, sehingga kebutuhan akan lahan juga akan meningkat seiring dengan bertingkatnya laju pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan penutup lahan permukiman tahun 2011, 2016, dan 2021 serta prediksi penutup lahan permukiman di Kecamatan Parakansalak pada tahun 2032 dan membuat arahan pengembangan permukiman berdasarkan kesesuaian lahan permukiman dan RTRW Kabupaten Sukabumi tahun 2012-2032 di Kecamatan Parakansalak. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah lereng, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari POI, dan kawasan rawan longsor. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah model Cellular Automata-Markov Chain untuk memprediksi penutup lahan permukiman pada tahun 2032 untuk dihitung daya dukung lahan permukimannya. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa lahan permukiman di Kecamatan Parakansalak mulai dari tahun 2011, 2016, dan 2021 terus mengalami perkembangan di Kecamatan Parakansalak, dengan peningkatan 40,63% pada tahun 2011-2016 dan 23,62% pada tahun 2016-2021. Hasil prediksi menunjukkan bahwa luas permukiman di Kecamatan Parakansalak akan meningkat 39,04% pada tahun 2032. Hasil perhitungan jumlah penduduk dan kebutuhan lahan tahun 2032 menunjukkan bahwa RTRW perlu dievaluasi. Dari hasil arahan pengembangan permukiman, dapat melakukan pengembangan pada area pengembangan I.

Land cover is a basic aspect for predicting various events that occur on the earth's surface, such as climate change, environmental damage, as well as evaluation of land management and regional spatial planning. Land cover change is a complex and dynamic phenomenon based on space and time. These changes will continue in line with population growth. Based on data from the Central Bureau of Statistics, Parakansalak District, Sukabumi Regency is one of the sub-districts with an increased growth rate of 1.49%, above the average growth rate of Sukabumi Regency, so that the need for land will also increase along with the gradual growth rate. This study aims to analyze the development of settlement land cover in 2011, 2016, and 2021 as well as predictions of settlement land cover in Parakansalak District in 2032 and to make directions for settlement development based on the suitability of residential land and the RTRW of Sukabumi Regency in 2012 – 2032 in Parakansalak District. The variables used in this study are slope, distance from the road, distance from the river, distance from POI, and landslide-prone areas. The method used in this study is the Cellular Automata-Markov Chain model to predict residential land cover in 2032 to calculate the carrying capacity of residential land. The results of data processing show that residential land in Parakansalak District starting from 2011, 2016 and 2021 continues to experience development in Parakansalak District, with an increase of 40.63% in 2011-2016 and 23.62% in 2016-2021. Prediction results shows that the area of settlements in Parakansalak District will increase by 39.04% in 2032. The results of calculating the population and land requirements in 2032 show that the RTRW needs to be evaluated. From the results of settlement development directives, development can be carried out in development area I."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Safanah
"Owa kalimantan (Hylobates albibarbis) merupakan spesies owa endemik yang hanya dapat ditemukan di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Populasi H. albibarbis termasuk ke dalam kategori Endangered (terancam) menurut IUCN dan terus mengalami penurunan akibat degradasi dan fragmentasi habitat, perdagangan ilegal dan perburuan liar, serta perubahan iklim. Penelitian mengenai distribusi H. albibarbis telah dilakukan di kawasan restorasi lahan gambut bagian selatan, Katingan Mentaya Project, Kalimantan Tengah. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan peta distribusi H. albibarbis dan memperoleh data estimasi jumlah kelompok H. albibarbis yang berada di kawasan tersebut. Pengambilan data dilakukan 5 hari sepekan selama 7 pekan dari bulan Maret hingga Juni 2022. Metode yang digunakan adalah triangulasi (auditory sampling) dan ground survey. Triangulasi dilakukan di 4 lokasi dengan jumlah pengulangan sebanyak 3 kali di setiap lokasi. Selama 12 hari pengambilan sampel suara, tercatat sebanyak 124 suara vokalisasi H. albibarbis. Hasil metode triangulasi menunjukkan bahwa 11 kelompok H. albibarbis terdistribusi di hutan gambut wilayah selatan pada jenis vegetasi hutan rawa gambut campuran. Selama periode penelitian, terjadi perjumpaan langsung dengan H. albibarbis sebanyak 8 kali. Hasil metode ground survey menunjukkan bahwa terdapat 20 spesies pohon pakan dan 10 spesies pohon tidur yang berada di sekitar wilayah distribusi dan titik perjumpaan dengan H. albibarbis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa wilayah hutan yang dihuni oleh H. albibarbis masih mampu mendukung pergerakan dan menyediakan sumber daya bagi H. albibarbis, meskipun kebakaran pernah terjadi di bagian hutan tersebut.

Hylobates albibarbis is an endemic gibbon species that can only be found in Central Kalimantan and West Kalimantan. This species is included in the Endangered category according to the IUCN and the population continues to decline due to habitat degradation and fragmentation, illegal trade, and poaching. Research on the distribution of H. albibarbis has been conducted in the southern peatland restoration area, Katingan Mentaya Project, Central Kalimantan. The aim of the study was to produce distribution map and obtain estimation data for the number of H. albibarbis groups. Data collection was carried out 5 days a week for 7 weeks from March to June 2022. The methods used were triangulation and ground survey. Triangulation was carried out at 4 locations with 3 repetitions at each location. The results of triangulation method showed that 11 groups of H. albibarbis were distributed in mixed peat swamp forest vegetation. The results of ground survey method showed that there were 20 species of feeding trees and 10 species of sleeping trees around the distribution area and encounter points. Therefore, forest areas inhabited by H. albibarbis are still able to support movement and provide resources for H. albibarbis, although fires have occurred in the forest."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Tri Octavia
"Tanaman Padi merupakan jenis tanaman pangan yang dibudidayakan melalui dataran rendah, salah satu kebutuhan pokok masyarakat dunia dan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun jumlah produksi beras di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian lebih dalam mendukung terwujudnya swasembada pangan. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut dilakukan dengan pemantauan, seperti kondisi kesehatan. Penggunaan penginderaan jauh seperti Citra Sentinel-2 dan SPOT-6 dengan algoritma NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran kondisi kesehatan tanaman padi di Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menggunakan citra satelit Sentinel-2 dan SPOT-6 yang diolah dengan algoritma NDVI dan mengetahui hubungannya dengan nilai NDVI hasil survei lapangan juga faktor fisik lingkungan dan tanaman. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kesehatan tanaman padi di Kecamatan Parakansalak cukup tinggi dengan didominasi klasifikasi kesehatan yang baik seluas 197 hektar atau 52% dari lahan eksisting oleh Sentinel-2, dan sebaran nilai NDVI pada citra SPOT-6 memiliki pola spasial yang serupa. Persentase ini menunjukkan bahwa sebaran nilai NDVI relatif tinggi dan tanaman memiliki kerapatan yang tinggi. Adapun kesehatan tanaman padi dengan nilai NDVI hasil survei lapang menunjukkan hubungan dengan nilai R sebesar 0,929. Berdasarkan hasil overlay dan jumlah sampel yang sedikit ini, Tanaman padi dengan kesehatan lebih tinggi sebagian besar berada pada wilayah dengan lereng yang landai dan dekat dengan jaringan irigasi tersebar di lahan sawah Kecamatan Parakansalak. Sehingga kemudian hasil yang baik ini masih memiliki banyak kekurangan dan memerlukan studi lebih lanjut.

Rice is a type of food plant that is cultivated through the lowlands, one of the basic needs of the world community and source of livelihood for most Indonesian people. However, the amount of rice production in Indonesia is still relatively low compared to the level of public consumption, so it needs more attention in supporting the realization of food self-sufficiency. One of the efforts to achieve this is through monitoring, such as health conditions. The use of remote sensing such as Sentinel-2 and SPOT-6 with NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) algorithm can be used to analyze the health of rice plants. This study aims to analyze the distribution of the health condition of rice plants in Parakansalak District, Sukabumi Regency using Sentinel-2 and SPOT-6 satellite imagery which were processed by the NDVI algorithm and knowing the relationship with an NDVI value from field survey with the physical factors. The results of the study concluded that the health of rice plants in Parakansalak District was quite high with a good health classification dominated by an area of 197 hectares or 52% of the existing land by Sentinel-2, and the distribution of NDVI values in SPOT-6 images had a similar spatial pattern. This percentage indicates that the distribution of NDVI values is relatively high and the plants have a high density. The health of rice plants with an NDVI value from the results of a field survey showed a relationship with an R value of 0.929. Based on the results of the overlay and the small number of samples, the rice plants with higher health are mostly located in areas with gentle slopes and close to irrigation networks scattered in the paddy fields of Parakansalak District. So then this good result still has many shortcomings and requires further study."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfirda Zahra Cesarah
"Indonesia sebagai salah satu negara yang terletak di pertemuan lempeng tektonik aktif dan jalur pegunungan aktif mengakibatkan Indonesia memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana, salah satunya adalah tanah longsor. Salah satu wilayah yang memiliki potensi longsor tinggi yaitu Desa Sukakersa, Kecamatan Parakansalak karena lokasinya berada di wilayah perbukitan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kerawanan Desa Sukakersa terhadap bencana tanah longsor dengan memperhatikan unsur penggunaan lahan yang berfokus pada wilayah permukiman serta menganalisis lokasi-lokasi yang memiliki tingkat kerentanan tinggi akan bencana tanah longsor dengan memperhatikan aspek sosial seperti karakteristik penduduk di Desa Sukakersa. Data yang digunakan untuk menganalisis kerawanan dan kerentanan Desa Sukakersa terhadap bencana longsor adalah data primer berupa titik-titik longsor pada tahun 2021 dan data sekunder berupa data lereng, curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, usia penduduk rentan, tutupan lahan, dan lokasi permukiman. Data-data tersebut diskoring dan dioverlay sehingga menghasilkan peta potensi longsor menggunakan Indeks Storie dan peta bahaya longsor. Peta hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui lokasi yang memiliki tingkat kerentanan dan kerawanan tinggi terhadap bencana longsor. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data didapatkan bahwa tingkat rawan longsor di Desa Sukakersa terdiri atas tingkat rawan sedang dan rawan tinggi dengan didominasi oleh tingkat kerawanan tinggi. Desa Sukakersa memiliki tingkat kerentanan yang terdiri atas kerentanan tinggi dan sedang. Tingkat kerentanan tinggi lebih mendominasi jika dibandingkan dengan tingkat sedang. Wilayah rentan longsor terletak terpusat di bagian tengah dan Selatan, dikarenakan wilayah bagian Utara merupakan kawasan Hutan Lindung Halimun Salak yang memang tidak diperuntukkan sebagai lokasi permukiman.

Indonesia, as one of the countries located at the meeting point of active tectonic plates and active mountain ranges, is highly vulnerable to disasters, one of which is landslides. One area with a high potential for landslides is Sukakersa Village, Parakansalak Subdistrict, due to its hilly location. This study aims to analyze the vulnerability of Sukakersa Village to landslide disasters by focusing on land use elements in residential areas and analyzing locations with high vulnerability to landslide disasters, considering social aspects such as the characteristics of the population in Sukakersa Village. The data used to analyze the vulnerability of Sukakersa Village to landslide disasters are primary data consisting of landslide points in 2021 and secondary data, including slope data, rainfall, rock types, soil types, age of vulnerable population, land cover, and settlement locations. These data are scored and overlaid to produce a landslide potential map using the Storie Index and a landslide hazard map. The processed map is analyzed descriptively to identify locations with high vulnerability and susceptibility to landslide disasters. Based on the data processing and analysis results, it is found that the susceptibility to landslides in Sukakersa Village consists of moderate and high susceptibility levels, dominated by high vulnerability levels. In terms of distribution, the lowest potential level is mostly located in the northern part, while areas with moderate and high potential are mostly found in the central and southern parts of Sukakersa Village. Additionally, Sukakersa Village indicating a combination of high and moderate vulnerability. High vulnerability dominates over moderate vulnerability. The landslide-prone areas are concentrated in the central and southern parts because the northern part is a protected forest area, Halimun Salak Forest Reserve, which is not designated for settlement."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Dharma Yudha
"Kemiskinan merupakan masalah yang masih menjadi fokus utama di berbagai negara khususnya Indonesia. Kemiskinan suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Permasalahan mengenai ketepatan bantuan penerima masih menjadi masalah karena metode dan tidak adanya kriteria yang efektif. Desa Sukakersa merupakan desa yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Kecamatan Parakansalak yaitu 1,79% per tahun 2010-2020. Oleh sebab itu, diperlukan database yang dapat mengumpulkan dan mengelola data kependudukan untuk membantu menentukan karakteristik rumah tangga miskin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial peringkat karakteristik rumah tangga berdasarkan pemeringkatan menggunakan metode SAW dan SIG. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat tiga karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa yaitu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebanyak 24%, Rumah Tangga Miskin (RTM) 60%, dan Rumah Tangga Tidak Miskin (RTTM) 16%. Berikutnya, pola spasial karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa dapat diketahui melalui tingkat aksesibilitas. Jumlah karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa dominan berada pada tingkat aksesibilitas sedang dengan persentase 63% dari total 94 rumah tangga. Selain itu juga menunjukan bahwa karakteristik rumah tangga tidak dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas, di mana setiap tingkatan aksesibilitas didominasi oleh karakteristik rumah tangga miskin (RTM).

Poverty is a problem that is still the main focus in various countries, especially Indonesia. Poverty of a region is different from other areas. The problem regarding the accuracy of beneficiary assistance is still a problem due to the lack of effective methods and criteria. Sukakersa Village is a village that has the highest population growth rate in Parakansalak District, namely 1.79% per year 2010-2020. Therefore, a database is needed that can collect and manage population data to help determine the characteristics of poor households. This study aims to analyze the spatial pattern of ranking household characteristics based on ranking using the SAW and GIS methods. The results of this study indicate that there are three household characteristics in Sukakersa Village, namely Very Poor Households (RTSM) of 24%, Poor Households (RTM) 60%, and Not Poor Households (RTTM) 16%. Next, the spatial pattern of household characteristics in Sukakersa Village can be identified through the level of accessibility. The dominant number of household characteristics in Sukakersa Village is at a moderate level of accessibility with a percentage of 63% of a total of 94 households. In addition, it also shows that household characteristics are not affected by the level of accessibility, where each level of accessibility is dominated by the characteristics of poor households (RTM)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Hena Samira
"Kecakapan digital menjadi salah satu upaya pencapaian target SDGs yang tercantum pada SDG Tujuan 9 poin c. Salah satu faktor penyebab ketimpangan akses internet yaitu ditemukan masalah pengaksesan, terutama di tempat-tempat dataran tinggi seperti gunung dan sekitarnya. Selain itu, keadaan muka bumi yang berbeda di beberapa titik dapat mempengaruhi penerimaan sinyal. Salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi, yaitu Parakansalak rupanya hanya memiliki satu lokasi tower BTS dimana mampu berpengaruh terhadap pengaksesan internet. Berdasarkan survei lapang, provider Telkomsel sebagai anak perusahaan BUMN yang seharusnya mampu mengungguli provider lainnya justru berkualitas buruk pada wilayah tersebut. Maka, perlunya dukungan perluasan coverage area dari jaringan ISP Telkomsel yang dapat dilihat dari sisi kondisi lahan agar tercapainya kemudahan akses dan bebas hambatan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis spasial yang dibantu oleh SIG. Selain itu, dilakukan pengukuran Quality of Service (QoS), signal strength, dan internet speed untuk memvalidasi performansi jaringan. Kemudian, menggunakan teknik overlay, analisis buffer dan analisis korelasi untuk memperlihatkan hubungan dengan kondisi lahan dari wilayah penelitian yakni Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi. Kondisi lahan yang diteliti mencakup jarak dengan BTS, arah hadapan lereng, bentuk medan, dan tutupan lahan. Hasil menunjukkan, dari ketiga pengukuran yaitu Quality of Service, Signal Strength, dan Internet Speed didapatkan pola spasial yang berbeda. Pola spasial internet speed terlihat paling sesuai jika dihubungkan dengan kondisi lahan. Selain itu, berdasarkan pengaruh atas ketersediaan ISP Telkomsel, didapatkan hasil bahwa arah hadapan lereng berpengaruh, bentuk medan tidak terlalu berpengaruh, tutupan lahan tidak terlalu berpengaruh, dan jarak ke BTS berpengaruh. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah, instansi, akademisi, maupun masyarakat untuk memperbaiki akses internet di Indonesia dengan membangun infrastruktur BTS secara merata

Digital skills are one of the goals to achieve the SDGs targets that listed in SDG Goal 9 point c. One of the factors causing inequality in internet access is access problems, especially in high-altitude areas such as mountains and their surroundings. In addition, different ground conditions at several points can affect signal reception. One of the sub-districts in Sukabumi Regency, Parakansalak District apparently only has one BTS tower location which can affect internet access. Based on a field survey, Telkomsel's provider as a subsidiary of BUMN, which should be able to outperform other providers, is actually of poor quality in that area. So, it is necessary to support the expansion of the coverage area of Telkomsel's ISP network which can be seen from the side of the land conditions in order to achieve easy and barrier-free access. The analysis carried out is spatial analysis assisted by GIS. In addition, measurements of Quality of Service (QoS), signal strength, and internet speed were carried out to validate network performance. Then, using overlay techniques, buffer analysis and correlation analysis to see the relationship with the land conditions of the research area, Parakansalak District, Sukabumi Regency. The conditions of the land studied included the distance to BTS, the direction of the slope, the shape of the terrain, and land cover. The results show that from the three measurements, Quality of Service, Signal Strength, and Internet Speed, different spatial patterns are obtained. The spatial pattern of internet speed seems to be the most suitable if it is related to the condition of the land. In addition, based on the effect on the availability of Telkomsel's ISP, the results show that the direction of the face of the slope has an effect, the shape of the terrain is not too influential, the land cover is not too influential, and the distance to BTS has an effect. With this research, it is hoped that it can become a reference for the government, agencies, academics, and the public to improve internet access in Indonesia by building BTS infrastructure evenly."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zenitho Giantino
"Meningkatnya suhu secara global yang disebabkan oleh emisi karbon yang jumlahnya lebih banyak dari penyerapan menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan lingkungan. Kelapa sawit memiliki potensi sebagai penyerap karbon di atmosfer. Penelitian ini memiliki tujuan unutk menganalisis distribusi spasial stok karbon tanaman kelapa sawit dan hubungannya dengan musim basah dan kering serta kemiringan tanahnya untuk melihat variasi stok karbonnya. Penginderaan jauh multispektral digunakan pada penelitian ini dan digunakan lima indeks vegetasi yaitu NDVI, GNDVI, SAVI, OSAVI, dan ARVI sebagai prediktor yang digunakan bersama dengan stok karbon lapangan untuk dibandingkan sehingga diperoleh model estimasi yang akurat. Hasil menunjukkan bahwa distribusi spasial estimasi stok karbon yang dihasilkan indeks vegetasi ARVI pada wilayah penelitian di setiap blok didominasi oleh stok karbon dengan nilai menengah. Hubungan musim basah dan kering yang dilihat dari curah hujan dengan stok karbon dan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa curah hujan memiliki nilai korelasi positif yang sangat lemah dan variasi stok karbon berdasarkan kemiringan tanah menunjukkan bahwa kemiringan tanah tidak memiliki pengaruh terhadap stok karbon yang tersimpan. Hal tersebut dapat disebabkan karena jarak tanam kelapa sawit pada wilayah penelitian relatif sama.

The increase in global temperatures caused by carbon emissions which are greater than absorption causes various environmental problems. Oil palm has the potential to absorb carbon in the atmosphere. This study aims to analyze the spatial distribution of carbon stocks in oil palm plants and their relationship with the wet and dry seasons and the slope of the soil to see variations in carbon stocks. Multispectral remote sensing was used in this study and five vegetation indices were used, namely NDVI, GNDVI, SAVI, OSAVI, and ARVI as predictors which were used together with field carbon stocks to be compared in order to obtain an accurate estimation model. The results show that the spatial distribution of estimated carbon stocks resulting from the ARVI vegetation index in each block is dominated by carbon stocks with intermediate values. The relationship between wet and dry seasons and carbon stocks shows that rainfall has a very weak positive correlation value and variations in carbon stocks based on soil slope shows that soil slope has no effect on stored carbon stocks. This could be due to the relatively similar spacing of oil palm plantings in the study area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Seandy Alfarabi
"Kabupaten Sukabumi terletak di Selatan Jawa Barat yang dikenal sebagai wilayah yang memiliki keragaman alam. Namun, wilayah ini rawan terhadap bencana, terutama tanah longsor. Penelitian ini berfokus pada Kecamatan Cisolok yang karena aspek topografi, bagian dari Geopark Ciletuh, dan salah satu wilayah pembangunan di selatan Jawa Barat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh geomorfologi terhadap wilayah rawan longsor di Kecamatan Cisolok untuk mengurangi dampak longsor dan mendukung pembangunan. Metode yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi yaitu metode overlay, sedangkan untuk pemetaan longsor menggunakan metode Frequency Ratio yang diintegrasikan dengan SIG. Penelitian ini menggunakan variabel fisik diantaranya lereng, ketinggian, litologi/jenis batuan, struktur geologi, jalan, sungai, penggunaan tanah, jenis tanah, curah hujan, dan lokasi longsor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah penelitian didominasi oleh lahan lereng vulkanik dengan medan yang curam. Wilayah rawan longsor dibagi menjadi empat kelas yaitu kelas rendah dengan persentase 17,03 %, kelas sedang 62,05 %, kelas tinggi 14,4 %, dan kelas sangat tinggi 6,51 %. Variasi tingkat kerawanan longsor di wilayah penelitian dipengaruhi oleh bentuk medan, genesis lahan , dan proses geomorfik.

Sukabumi Regency located in Southern West Java known as region that has diverse natural characteristics. However, it is vulnerable to disasters, especially landslides. Moreover, this study focuses on Cisolok District because of the topography aspect, part of Ciletuh Geopark, and also one of the development area in Southern West Java. This study aims to analyze the influence of geomorphology to the landslide-prone areain Cisolok District to reduce landslides and support the development. This study used the overlay analysis for geomorphological mapping, while the Frequency ratio (FR) method used for landslide-prone area mapping. Several physical variables used in this study, such as slope, elevation, lithology, geological structure, road network, stream network, landuse, soil type, rainfall, and landslide location. The result shows that the study area have diverse geomorphology units dominated by volcanic slope with steep topography. While landslide-prone area consist of four classes; namely 17,03% low, 62,05% medium, 14,4% high, and 6,51% very high. Variety of landslide vulnerability in study area influenced by terrain form, land genesis, and geomorphic process.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Kusuma Wardani
"Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.

Cisolok sub-district has a variety of topography, starting with coastal in southern area to highlands in northern area. The variety of topographical conditions is accompanied by a variety of land uses, ranging from rice fields to grove and dense forests. This causes Cisolok sub-district to have a special uniqueness of agriculture and agricultural landscape. This research aims to analyze the agricultural landscape and the influence of local knowledge of farmers on agricultural landscapes formed in the Cisolok Sub-district. The physical variables used in this study are height, slope, and land use. The social variable used in this study is the local knowledge of farmers. The weighted overlay method is used to get the shape of the terrain. The shape of the terrain is used to identify the land use to determine the agricultural landscape. Interview data processing is used to determine the effect of local knowledge of farmers on the agricultural landscape in the Cisolok sub-district. The results show that the agricultural landscape in the Cisolok sub-district is in a steep mountainous region. Kasepuhan people who live in the northern part of the research area have local knowledge that is used in carrying out agricultural activities. The local knowledge influences the agricultural landscape in the Cisolok sub-district."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Igo Kilimanjaro
"Formasi Walat merupakan salah satu formasi yang tersingkap pada daerah Gunung Walat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi yang berumur Oligosen Awal (Effendi, 1998). Berdasarkan Effendi (1998) Formasi Walat termasuk kedalam Peta Geologi Regional Lembar Bogor. Pada penelitian kali ini studi provenance menjadi fokus utama, pengambilan sampel genggam serta pengukuran data stratigrafi dilakukan di lapangan untuk membantu analisis provenance daerah penelitian. Metode analisis utama yang digunakan adalah metode petrografi, berdasarkan klasifikasi batupasir Folk (1974) batupasir yang didapatkan di lapangan merupakan Quartzarenite, Sublitharenite dan Litharenite. Berdasarkan analisis petrografi, provenance utama daerah penelitian berdasarkan diagram Q-F-L dan Qm-F-Lt (Dickinson & Suzcek, 1979) adalah recycled orogen sedangkan sub-provenance berdasarkan diagram Qp-Lv-Ls dan Qm-P-K (Dickinson & Suzcek, 1979) ialah collision orogen dan plutonic-arc provenance. Kerangka tektonik yang memengaruhi tipe recycled orogen salah satunya ialah collision orogen yang diinterpretasikan berasal dari Pegunungan Meratus di Kalimantan, karena karakteristik batupasir yang didapatkan di lapangan dan juga berdasarkan keadaan geologi pada masa Oligosen Awal serta data dari analisis arus purba.

The Walat Formation is one of the formations exposed in the Gunung Walat area, Cibadak District, Sukabumi Regency which is of Early Oligocene age (Effendi, 1998). Based on Effendi (1998) the Walat Formation is included in the Regional Geological Map of Bogor. In this study, provenance studies were the focus. Hand-held sampling and stratigraphic data measurements were taken out from the field to help analyze the provenance of the study area. The main analytical method used is petrographic analysis, based on the Folk classification of sandstones (1974) the sandstones found in the field are Quartzarenite, Sublitharenite and Litharenite. Based on the petrographic analysis of the main provenance of the study area based on the Q-F-L and Qm-F-Lt diagrams (Dickinson & Suzcek, 1979) is recycled orogen while the sub-provenance is based on the Qp-Lv-Ls and Qm-P-K diagrams (Dickinson & Suzcek, 1979) is collision orogen and plutonic-arc provenance. One of the tectonic frameworks that influences the type of recycled orogen is the collision orogen which is interpreted to originate from the Meratus Mountains in Kalimantan due to the characteristics of the sandstones obtained in the field and based on geological conditions during the Early Oligocene as well as data from analysis of palaeocurrent."
2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>