Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulthon Nashir. Y
"Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit yang dapat terjadi di mana saja, terutama di tempat padat penghuni, seperti pondok pesantren. Faktor yang menyebabkan terjadinya skabies pada remaja adalah tingkat pengetahuan, perilaku, tinggal di tempat padat penghuni, dan hygiene yang buruk. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene, sanitasi lingkungan dan perilaku dengan kejadian skabies. Metode: Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Santri SMP Putra dengan jumlah 96 Santri. Teknik sampel menggunakan total sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan analisis chi-square. Hasil: hasil penelitian menunjukan karakteristik usia di diketahui rerata usia santri adalah 13,61 tahun dengan hampir setengahnya santri kelas IX (45,8%). Sebagian besar dalam kategori iya (74,0%), pengetahuan tentang personal hygiene didapatkan setengahnya responden dalam kategori pengetahuan kurang (57,3%), pengetahuan tentang sanitasi lingkungan didapatkan sebagian besar dalam kategori pengetahuan kurang (58,3%), perilaku tentang personal hygiene didapatkan sebagian besar dalam kategori perilaku kurang (64,6%). Berdasarkan analisis bivariat menunjukan ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku dengan kejadian skabies. Kesimpulan: pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku terkait personal hygiene merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian skabies.

Background: Scabies is a common disease that occurs in many places, such as Islamic boarding schools. Factors that cause scabies in adolescents are the level of knowledge, behavior, living in densely populated places, and poor hygiene. Objective: To determine the correlation between knowledge of personal hygiene, environmental sanitation and behavior with the incidence of scabies. Method: This type of research is a quantitative cross-sectional design. The population in this study were all male junior high school students with a total of 96 students. The sample technique used total sampling, data collection used a questionnaire and data analysis used univariate and bivariate with chi-square analysis. Results: The results showed that the age characteristics of the students were 13,61 with almost half of the students in class IX ( 45,8%). Most were in the yes category (74,0%), knowledge about personal hygiene was found by half of the respondents in the less knowledge category (57,3%), knowledge about environmental sanitation was obtained mostly in the less knowledge category (58,3%). about personal hygiene, most of them were in the less behavioral category about personal hygiene (64,6%). Based on bivariate analysis, it showed that there was a correlation between knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene and the incidence of scabies Conclusion: knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene are factors that influence the incidence of scabies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Firmansyah
"Penyakit yang sering terjadi pada lingkungan pondok pesantren yaitu skabies. Penyakit ini di sebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var hominis yang erat kaitannya dengan sanitasi kamar tidur dan personal hygiene santri di pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sanitasi kamar tidur dan personal hygiene santri dengan gejala skabies di Yayasan Pondok Pesantren Daar El Hasanah Kabupaten Serang Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan total sampel sebanyak 77 santri di pondok pesantren Daar El Hasanah. Uji statistik yang dilakukan adalah uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan 44.2% responden mengalami gejala skabies. Diketahui pula adanya hubungan yang signifikan antara variabel kelembaban (p=0.001 OR=11.520), ventilasi (p=0.007 OR=4.156), penggunaan handuk (p=0.006 OR= 4.173), dan penggunaan pakaian (p=0.042 OR=2.923) terhadap gejala skabies. Sedangkan variabel suhu, kebersihan tempat tidur, mandi menggunakan sabun dan penggunaan alas kaki tidak ada hubungan yang signifikan terhadap gejala skabies.

The disease that often occurs in Islamic boarding schools is scabies. This disease is caused by the mite Sarcoptes scabiei var hominis which is closely related to bedroom sanitation and personal hygiene of students in Islamic boarding schools. This study aims to analyze the relationship between bedroom sanitation and personal hygiene of students with scabies symptoms at the Daar El Hasanah Islamic Boarding School Foundation, Serang Regency in 2021. This study used a cross-sectional design with a total sample of 77 students at the Daar El Hasanah Islamic boarding school. The statistical test performed was the chi-square test. The results showed 44.2% of respondents experienced symptoms of scabies. It was also known that there was a significant relationship between the variables of humidity (p=0.001 OR=11.520), ventilation (p=0.007 OR=4.156), use of towels (p=0.006 OR= 4.173), and use of clothing (p=0.042 OR=2.923) on symptoms of scabies. Meanwhile, the variables of temperature, bed cleanliness, bathing using soap and using footwear had no significant relationship with the symptoms of scabies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henti Rahmaningtyas Asih
"ABSTRAK
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var
hominis yang sering menyebar di lingkungan yang padat penghuni seperti pondok
pesantren. Sanitasi lingkungan dan higiene personal memiliki hubungan yang erat
dengan kejadian skabies di pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan sanitasi lingkungan dan higiene personal santri dengan
kejadian skabies di Yayasan Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyyah Kabupaten
Purworejo Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional
dengan total sampel sebanyak 64 santri pondok pesantren Ash-Shiddiqiyyah.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 37.5% santri menderita skabies.
Berdasarkan analisis univariat menunjukkan sebagian besar santri memiliki
pengetahuan tentang skabies yang baik (65.5%), sebagaian besar responden
(96.9%) menempati hunian dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat,
dalam higiene personal santri menunjukkan bahwa variabel mandi pakai sabun
pada 63 santri (98.4%) memenuhi syarat, variabel pemakaian handuk pada 53
santri (82.8%) tidak memenuhi syarat, variabel pemakaian pakaian pada 44 santri
(68.8%) tidak memenuhi syarat, dan variabel penggunaan tempat tidur pada 55
santri (85.9%) tidak memenuhi syarat. Berdasarkan analisis bivariat, hanya
variabel pemakaian handuk yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian
skabies dengan nilai p 0.042 dan nilai OR 7.667.
ABSTRACT
Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei var hominis. It often spreads
among crowded population quite rapidly such as in boarding school.
Environmental sanitation and personal hygiene have a close relationship with
incident of scabies in boarding school. This research is conducted to analyze the
correlation of environmental sanitation and personal hygiene students with
incidence of scabies at Ash-Shiddiqiyyah Boarding School Purworejo 2015. The
research uses cross-sectional study design with total sample of 64 students in Ash-
Shiddiqiyyah Boarding School. The result has shown that 37.5% students infected
scabies. Based on univariate analysis a large number of students have a good
knowledge of scabies (65.5%), most students (96.9%) occupy the room by
ineligible room density, personal hygiene students show that 63 students (98.4%)
eligible on bathing with soap, 53 students (82.5%) ineligible on usage of towels,
44 students (68.8%) ineligible on usage of clothes, and 55 students (85.9%)
ineligible on usage of bed. Based on bivariate analysis, usage of towels has
significant relationship towards the incidence of scabies among students with pvalues
0.042 and OR 7.667."
2014
S61239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ihsan
"Higiene dan sanitasi dasar yang tidak memadai dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit menular lingkungan seperti diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di daerah pesisir seperti di Kelurahan Pulau Harapan. Selain higiene dan sanitasi, lantai yang merupakan bagian dari bangunan rumah, dapat menjadi faktor risiko lain dari penularan penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah dengan kejadian diare di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta Desain studi yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah cross-sectional, dengan metode pengambilan data berupa wawancara menggunakan instrumen kuesioner dan observasi langsung pada kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah rumah tangga penduduk. Dari total 96 responden pada penelitian ini, ditemukan kasus kejadian diare dalam sebulan terakhir, sebanyak 25 orang dan yang tidak mengalami kasus kejadian diare sebanyak 71 orang. Dengan kelompok anak-anak (dibawah 17 tahun) menjadi yang terbanyak yaitu berjumlah 13 kasus. Hasil analisis uji chi square menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan pada variabel: jamban sehat (p-value 0,005), kualitas air (fisik) (p-value 0,005), dan fasilitas tempat sampah (p-value 0,019). Penentuan variabel yang paling dominan terhadap kejadian diare menggunakan uji regresi logistik didasarkan dari nilai Exp (B) atau Odds Ratio pada pemodelan multivariat akhir, yang terbesar adalah 6,389 pada variabel kondisi jamban (p-value 0,002), sehingga variabel kondisi jamban memiliki kecenderungan paling dominan yang berhubungan dengan penyakit diare. Dari penelitian ini, diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk saling memperhatikan kebersihan lingkungan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kemudian, untuk penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam terkait variabel lain yang mungkin berhubungan dengan kejadian diare di pulau lainnya dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Inadequate basic hygiene and sanitation can be a risk factor for environmental infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the diseases most commonly found in coastal areas such as Pulau Harapan Village. Apart from hygiene and sanitation, the floor which is part of the house building, can be another risk factor for transmitting diarrheal diseases. This study aims to determine the relationship between basic hygiene and sanitation conditions and the condition of house floors with the incidence of diarrhea in Harapan Island Village, North Seribu Islands District, Seribu Islands Administrative Regency, DKI Jakarta Province. The study design used in this research is cross-sectional, with data collection methods in the form of interviews using questionnaire instruments and direct observation of basic hygiene and sanitation conditions as well as the condition of the floors of residents' households. The number of total respondent in this research (96), 25 people found cases of diarrhea in the last month and 71 people did not experience cases of diarrhea. Children (under 17 years) are the most group by age (13 cases) found cases of diarrhea. The research analysis with chi square test stated that there was a significant relationship with the variables: healthy latrines (p-value 0.005), water quality (physical) (p-value 0.005), and waste bin facilities (p-value 0.019). Determining the most dominant variable in the incidence of diarrhea using the logistic regression test was based on the Exp (B) or Odds Ratio score in the final multivariate modeling, the biggest score was 6.389 in the latrine condition variable (p-value 0.002), that conclude the latrine condition variable is the most dominant to the relationship of diarrhea case. From this research, hopefully the government and the people can collaborate to pay attention to environmental cleanliness to improve the level of public health in Kelurahan Pulau Harapan. Then, for further research, hopefully other researcher can dig deeper into other variables that may be related to the incidence of diarrhea on other islands in North Seribu Islands District"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspita Sari
"Kejadian penyakit kulit pada santri di pondok pesantren masih banyak terjadi. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan santri mengenai kebersihan diri dan lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kebersihan diri dan lingkungan dengan perilaku perawatan diri santri di pondok pesantren X Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 107 sampel yang diambil menggunakan stratified random sampling. Penelitian ini juga menggunakan lembar observasi mengenai sanitasi lingkungan untuk mendukung hasil penelitian. Analisis statistik menggunakan chi-square mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan kebersihan diri dan lingkungan memiliki hubungan yang sangat bermakna dengan perilaku perawatan diri p=0,001; OR=5,924. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat dapat meningkatkan pengetahuan kebersihan diri dan lingkungan melalui promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan.

The incidence of skin diseases in students at boarding schools is still common. It was because the students have poor knowledge about personal hygiene and environment so it can affect the behavior of self care. Research aimed to analize relationship between level of knowledge of personal hygiene and environment with Self Care in Students at Boarding School X Bogor Regency. The research used design cross sectional with 107 samples which is chosen by stratifed random sampling. This research also used an observation sheet on environmental sanitation to support the research results. Statistic analized used chi square with the result that level of knowledge of personal hygiene and environment had correlation with self care practice p 0,001 OR 5,924. This study recommended the nurses to improved the knowledge of personal hygiene and environment with heath promotion in order to avoid skin disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdiyanti Arsyil Fitria Salsabilla Pradani
"Penelitian ini menggunakan data primer menggunakan kuesioner dan form ceklis inspeksi sanitasi dengan desain penelitian Cross Sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 205 siswa, kemudian ditambah 10% menjadi sebanyak 226 siswa. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur tidak ada hubungan dengan kejadian diare sedangkan jenis kelamin ada hubungan dengan kejadian diare (OR 0,082), ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare (OR 0,263), ada hubungan antara kamar mandi/WC/jamban (OR 0,068), sarana penyediaan air bersih (OR 0,001), sarana pembuangan sampah (OR 0,096) dengan kejadian diare, sedangkan pada air minum tidak ada hubungan dengan kejadian diare, ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare (OR 0,039), sedangkan tidak ada hubungan pada kebiasaan membeli jajanan, perilaku membuang sampah, perilaku penggunaan jamban, dan kebiasaan memotong atau membersihkan kuku dengan kejadian diare. Pada hasil form ceklis inspeksi sanitasi lingkungan sekolah, didapatkan skor 81.8% yang artinya memenuhi syarat atau baik.

This study used primary data using a questionnaire and sanitary inspection checklist form with cross sectional research design. The number of samples used in this study were 206 students, then added 10% to 226 students. The research results found that age had no relationship with the incidence of diarrhea, gender had a relationship with the incidence of diarrhea (OR 0,082), there was a relationship between knowledge and the incidence of diarrhea (OR 0,263), there was a relationship between bathrooms/WC/latrine (OR 0,068), clean water supply facilities (OR 0,001), waste disposal facilities (OR 0,096) with incidents diarrhea, whereas in drinking water there is no relationship with the incidence of diarrhea. In clean and healthy living behavior, it was found that there was a relationship between the habit of washing hands and the incidence of diarrhea (OR 0,039), while there was no relationship between the habit of buying snacks, the behavior of throwing garbage, the behavior of using the latrine, and the habit of cutting or cleaning nails with the incidence of diarrhea. On the results of the school environmental sanitation inspection checklist form, a score of 81.8% was obtained, which means that it met the requirements or was good."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fitriana Rahayu
"Pendahuluan: Keberadaan pondok pesantren yang ada di Indonesia maupun di Kota Depok khususnya di Kecamatan Sawangan masih belum diimbangi dengan tingkat sanitasi lingkungan yang memadai, tentunya hal ini akan menjadi risiko ancaman terhadap kesehatan anak-anak yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Rendahnya perilaku santri dalam pemeliharaan sanitasi lingkungan dapat menjadi penyebab terhadap pembentukan kondisi sanitasi lingkungan tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi santri dalam melakukan pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama khususnya di Pondok Pesantren X Sawangan Depok Tahun 2020. Metode: Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 173 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified proportionate random sampling serta kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84 santri (48,0%) memiliki perilaku sanitasi lingkungan yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariate perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan (p-value = 0,007), sikap (p-value = 0,000), persepsi (p-value = 0,000), keterpaparan informasi (p-value = 0,010), dan dukungan ustadz/ustadzah (p-value = 0,000). Hasil multivariate, factor yang paling dominan yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan adalah dukungan ustadz/ustadzah, didapatkan p-value = 0,000 dengan nilai OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara factor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), factor pemungkin (keterpaparan informasi) dan factor penguat (dukungan ustadz/ustadzah) dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama. Kemudian, factor yang paling dominan yang mempengaruhi terhadap perilaku pemeliharan sanitasi lingkungan santri adalah factor penguat yaitu dukungan ustadz/ustadzah. Saran: Upaya peningkatan sanitasi lingkungan asrama perlu dilakukan oleh pihak pondok pesantren melalui upaya peningkatan peran ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, edukasi, dan juga pengawasan terhadap penerapan perilaku santri dalam memelihara sanitasi lingkungan asrama.

Introduction: The existence of Islamic boarding schools in Indonesia and in Depok City, especially in Sawangan District, has not been matched by an adequate level of environmental sanitation, this will pose a threat to the health of children who receive education at the Islamic Boarding School. The low behavior of students in maintaining environmental sanitation can be the cause of the formation of these environmental sanitation conditions. Purpose: This study aims to determine the factors that influence the students in maintaining the sanitation of the dormitory environment, especially in X Boarding School in Sawangan Depok in 2020. Methods: The study design used was a cross-sectional study with a sample size of 173 students. Sampling was done using a stratified proportionate random sampling and a questionnaire used as a measuring tool for the study. Results: The results of this study indicate that 84 students (48.0%) have poor environmental sanitation behavior. Based on the results of the bivariate analysis, environmental sanitation maintenance behavior has a significant relationship with knowledge (p-value = 0.007), attitude (p-value = 0.000), perception (p-value = 0.000), information exposure (p-value = 0.010), and support from the religious teacher (p-value = 0,000). The multivariate result, the most dominant factor that has a significant relationship with environmental sanitation maintenance behavior is support from the religious teacher, obtained p-value = 0.000 with an OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Conclusion: There is a relationship between predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), enabling factors (information exposure), and reinforcing factors (support from the religious teacher) with the behavior of maintaining sanitation in the dormitory environment. Then, the most dominant factor that influences the behavior of maintaining environmental sanitation of students is the reinforcing factor, namely support from the religious teacher. Suggestion: Efforts to improve dormitory environmental sanitation need to be carried out by the boarding schools through increasing the role of the religious teacher in providing guidance, education, and also monitoring the implementation of student's behavior in maintaining dormitory environmental sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Rahayu
"Pendahuluan: Keberadaan pondok pesantren yang ada di Indonesia maupun di Kota Depok khususnya di Kecamatan Sawangan masih belum diimbangi dengan tingkat sanitasi lingkungan yang memadai, tentunya hal ini akan menjadi risiko ancaman terhadap kesehatan anak-anak yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Rendahnya perilaku santri dalam pemeliharaan sanitasi lingkungan dapat menjadi penyebab terhadap pembentukan kondisi sanitasi lingkungan tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi santri dalam melakukan pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama khususnya di Pondok Pesantren X Sawangan Depok Tahun 2020. Metode: Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 173 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified proportionate random sampling serta kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84 santri (48,0%) memiliki perilaku sanitasi lingkungan yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariate perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan (p-value = 0,007), sikap (p-value = 0,000), persepsi (p-value = 0,000), keterpaparan informasi (p-value = 0,010), dan dukungan ustadz/ustadzah (p-value = 0,000). Hasil multivariate, factor yang paling dominan yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan adalah dukungan ustadz/ustadzah, didapatkan p-value = 0,000 dengan nilai OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara factor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), factor pemungkin (keterpaparan informasi) dan factor penguat (dukungan ustadz/ustadzah) dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama. Kemudian, factor yang paling dominan yang mempengaruhi terhadap perilaku pemeliharan sanitasi lingkungan santri adalah factor penguat yaitu dukungan ustadz/ustadzah. Saran: Upaya peningkatan sanitasi lingkungan asrama perlu dilakukan oleh pihak pondok pesantren melalui upaya peningkatan peran ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, edukasi, dan juga pengawasan terhadap penerapan perilaku santri dalam memelihara sanitasi lingkungan asrama.

Introduction: The existence of Islamic boarding schools in Indonesia and in Depok City, especially in Sawangan District, has not been matched by an adequate level of environmental sanitation, this will pose a threat to the health of children who receive education at the Islamic Boarding School. The low behavior of students in maintaining environmental sanitation can be the cause of the formation of these environmental sanitation conditions. Purpose: This study aims to determine the factors that influence the students in maintaining the sanitation of the dormitory environment, especially in X Boarding School in Sawangan Depok in 2020. Methods: The study design used was a cross-sectional study with a sample size of 173 students. Sampling was done using a stratified proportionate random sampling and a questionnaire used as a measuring tool for the study. Results: The results of this study indicate that 84 students (48.0%) have poor environmental sanitation behavior. Based on the results of the bivariate analysis, environmental sanitation maintenance behavior has a significant relationship with knowledge (p-value = 0.007), attitude (p-value = 0.000), perception (p-value = 0.000), information exposure (p-value = 0.010), and support from the religious teacher (p-value = 0,000). The multivariate result, the most dominant factor that has a significant relationship with environmental sanitation maintenance behavior is support from the religious teacher, obtained p-value = 0.000 with an OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Conclusion: There is a relationship between predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), enabling factors (information exposure), and reinforcing factors (support from the religious teacher) with the behavior of maintaining sanitation in the dormitory environment. Then, the most dominant factor that influences the behavior of maintaining environmental sanitation of students is the reinforcing factor, namely support from the religious teacher. Suggestion: Efforts to improve dormitory environmental sanitation need to be carried out by the boarding schools through increasing the role of the religious teacher in providing guidance, education, and also monitoring the implementation of student's behavior in maintaining dormitory environmental sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Nurhayati
"Personal hygiene merupakan faktor penting kesehatan individu. Perilaku personal hygiene dipengaruhi pengetahuan, sikap dan sarana kebersihan yang memadai. Pondok pesantren merupakan lingkungan dengan populasi yang besar dan fasilitas terbatas. Mengabaikan personal hygiene dapat memicu masalah kesehatan sehingga mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku personal hygiene santri di pondok pesantren. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada 104 santri di pondok pesantren Kabupaten Bogor dengan tehnik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri yang memiliki pengetahuan baik (52,9%), sikap yang baik (55,8%) dan perilaku yang baik (51%). Penelitian ini merekomendasikan perawat meningkatkan pengetahuan santri mengenai kebersihan diri melalui promosi kesehatan seperti penyuluhan kesehatan.

Personal hygiene is an important factor in individual health. Personal hygiene behavior is influenced by knowledge, attitudes and adequate hygiene facilities. Islamic boarding schools are environments with large populations and limited facilities. Neglecting personal hygiene can trigger health problems and thus affect learning achievement. This research aims to provide an overview of the level of knowledge, attitudes and personal hygiene behavior of students in Islamic boarding schools. This research uses a cross-sectional quantitative descriptive method. This research was conducted on 104 students in Islamic boarding schools in Bogor Regency using stratified random sampling techniques. The results showed that students had good knowledge (52.9%), good attitudes (55.8%) and good behavior (51%). This research recommends that nurses increase students' knowledge regarding personal hygiene through health promotion such as health education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>