Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arum Ngesti Palupi
"Babad Sinělan Nasěkah merupakan salah satu satu dari sekian banyak karya sastra Jawa peninggalan para leluhur yang bisa dikaji dan diteliti. Naskah ini merupakan koleksi Perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta dengan nomor koleksi 0100/pp/73 yang berbentuk tembang macapat yang ditulis menggunakan aksara Jawa dan menggunakan bahasa Jawa dengan sedikit serapan dari bahasa Arab, Melayu dan Belanda. Babad Sinělan Nasěkah tergolong ke dalam teks piwulang. Dalam teks piwulang terkandung ajaran-ajaran hidup yang berguna tidak hanya pada masa karya sastra itu ditulis, tetapi juga dimasa sesudahnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis agar kandungan ajaran yang ada di dalam teks Babad SinělanNasěkah dapat diungkapkan dan dijadikan pedoman hidup. Namun, keadaan teks yang ditulis dengan menggunakan bahasa dan aksara Jawa merupakan sebuah persoalan tersendiri, sebab tidak semua pembaca memahami aksara dan bahasa Jawa. Untuk itu, terlebih dahulu perlu dilakukan penyuntingan teks yang dalam penelitian ini menggunakan metode perbaikan bacaan. Setelah disunting, selanjutnya teks diterjemahkan dengan menggunakan gabungan antara metode terjemahan kata per kata, harfiah, setia, dan semantik. Selanjutnya, teks diinterpretasikan isinya dengan metode hermeneutik. Dari proses filologis dan interpretasi yang dilakukan terhadap teks inidiketahui bahwa di dalamnya terdapat nasihat mengenai tiga hal yang bisa merusak negara. Tiga hal tersebut adalah wanita, aparat pemerintah yang berkhianat, dan aparat pemerintah yang tidak jujur. Nasihat tentang tiga hal yang merusak negara tersebut diwujudkan dalam bentuk hikayat Arab."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Baso
"Ada beberapa naskah Babad Cirebon Br 36, Br 75, dan Br 107 yang tersimpan dalam Perpustakaan Nasional RIyang berbicara tentang sejarah pengislaman di Tanah Jawa oleh Wali Songo.Salah satu yang menarik perhatian dari teks-teks beraksara pegon dan Jawa ini adalah kisah asalmula kemunculan pesantren di Demak, Jawa Tengah, pada abad 15. Teks ini menjelaskan secara bertahap proses awal berdirinya Pesantren Demak dari praktik membuka hutan untuk pertanian dan permukiman baru, mendirikan desa, membangun mesjid untuk salat Jumat, dan kemudian membangun pesantren. Studi ini membandingan teks-teks serupa dari masa itu yang membantu memperkaya keberadaan lembaga perguruan yang sama seperti disebut dalam Babad Cirebon, beserta peranannya dalam proses islamisasi maupun dalam pembentukan peradaban baru Nusantara pasca-Majapahit."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dandung Adityo Argo Prasetyo
"Dhikir Maulud Nabi Cara Jawi merupakan naskah yang berbentuk prosa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan ditulis menggunakan aksara Jawa. Naskah ini dikategorikan ke dalam naskah Islam. Dhikir Maulud Nabi Cara Jawi adalah suatu naskah yang memuat tentang riwayat Nabi Muhammad yang dimulai dari sebuah Nur, mendapat tanda-tanda kenabian hingga beliau dewasa. Naskah ini merupakan naskah gubahan dari seorang ahli agama di kalangan keraton Yogyakarta dengan tujuan untuk mendekatkan umat Islam Jawa yang sebagian besar tidak mengerti bahasa Arab agar lebih paham dengan cerita Nabi Muhammad. Dhikir Maulud Nabi Cara Jawi bisa juga disebut dengan Al-Barzanji versi bahasa Jawa yang biasanya dibaca oleh umat Islam atau para santri di lingkungan pondok pesantren pada setiap peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berjudul Pethikan Serat Centhini (h.i, sampul, punggung), namun dalam teks petikan itu hanya ditemukan dalam beberapa pupuh saja. Naskah ini adalah naskah majemuk yang berisi bermacam-macam teks, seperti petikan beberapa tulisan tertentu, primbon, sejarah dan lain-lain. Rincian isinya adalah sebagai berikut: I petikan Serat Centhini (h.1-9). Teks ini mengisahkan ajaran Jamal Jamil kepada penghulu Basarudin agar betah sahwat, mendapat keturunan, dan berbagai persyaratan mengolah sawah. Petikan terdiri atas tiga pupuh, sebagai berikut: (1) dhandhanggula; (2) girisa; (3) pucung. 2. Teks pawukon (h.52-60), menerangkan watak Wuku 30 beserta bahaya dan cara menghindarinya. Teks ini terdiri atas 32 bait tembang dhandhanggula, dimulai dengan 'Wasi Wregasana ambadhidhig, mathemumuk mesem sarwi mojar.'' 3. Teks primbon (h.61-65) berisi hitungan mengenai cara membuat berbagai macam pagar (petangan). Teks ini terdiri dari 15 bait tembang dhandhanggula, dimulai dari 'Sinekaraning wong kang akardi, ing pomahan dipun estokena yen garap pager. 4. Petikan Serat Rama (h.68-112), menceritakan ketika Rama mengajari Wibisana tentang bagaimana menjadi pemimpin yang bijaksana. Cerita berlanjut hingga Dewi Sinta membakar diri. Cerita berakhir dengan dialog Rama dengan dua orang raja tentang kedudukan dan arti empat macam tekad, yakni brata, sopana, yakti, waskitha. Teks terdiri atas 7 pupuh sebagai berikut: (1) dhandhanggula; (2) sinom; (3) kinanthi; (4) asmarandana; (5) sinom; (6) pangkur; (7) dhandhanggula. 5. Teks primbon (h.115-117), berisi perhitungan mengenai kedudukan rijal pada tiap-tiap hari (petangan). Teks ini menggunakan tembang maskumambang yang terdiri dari 14 bait, dimulai dengan 'Lamun dinten Ngakat Rijalolah gaib, kidul leres genya. 6. Petikan Serat Centhini (h. 117-164), menceritakan saat Amongraga memberi wejangan kepada istrinya Ken Tambangraras dan adiknya Jayengraga. Cerita berlanjut hingga Amongraga mengajarkan berbagai ilmu rasa. Petikan terdiri atas empat pupuh, sebagai berikut: (1) jurudemung; (2) dhandhanggula; (3) sinom; (4) dhandhanggula. 7. Petikan Serat Menak (h.165-176), menceritakan saat Raja Gulangge bertempur dengan Wong Agung. Dua pupuh, yaitu: (1) gambuh; (2) sinom. 8. Teks Sejarah Dalem Pakubuwana X (h. 177-194), menceritakan garis keturunan PB X dimulai dari Raja Majapahit terakhir Prabu Brawijaya. Teks terdiri atas jiga pupuh, Sebagai berikut: (1) dhandhanggula; (2) sinom; (3) dhandhanggula. 9. Teks Musyawaratan Para Wali (h. 195-235), berisi berbagai hal perdebatan filosofis Islam, diawali oleh Seh Malaya dilanjutkan oleh Sunan Giri, Sunan Geseng, Sunan Cirebon, Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Prawata dan Seh Maulana Magribi. Teks terdiri atas delapan pupuh, sebagai berikut: (1) sinom; (2) dhandhanggula; (3) maskumambang; (4) durma; (5) kinanthi; (6) pangkur; (7) pucung; (8) dhandhanggula. 10. Teks primbon dikutip dari Serat Centhini (h.235-237), berisi ajaran Nabi Muhammad kepada anaknya Siti Fatimah dan Sayidina Ali tentang saat baik dan buruknya bersanggama. Teks ini dimulai dengan tembang sinom terdiri dari 14 bait, cuplikan bait awalnya sebagai berikut, 'Kadis saresmi sekar sinom, sinekaran roning kamal.'' Menurut keterangan pada h.l 14, disebutkan bahwa Serat Pethikan Warni-warni ini merurjakan milik R.M.Ng. Brajakusuma, seorang panewu kabayan di Surakarta, namun keterangan mengenai penyalin atau saat penyalinan tak ditemukan. Naskah disalin dalam dua jenis kertas yang berbeda namun tampaknya berasal dari kertas produksi awal abad ke-20. Teks pemah diringkas oleh Mandrasastra pada bulan April 1932. Pigeaud menda-patkan naskah ini dari seorang Tn. van der Gracht pada tanggal 16 Desember 1929. Ringkasan teks yang dibuat oleh Mandrasastra juga dimikrofilm, sebagai lampiran keterangan naskah. Pada sampul luar juga terdapat keterangan mengenai isi teks, berikut halamannya. Selain teks-teks pokok di dalam naskah ini juga terdapat beberapa catatan tambahan. Di antaranya menyebutkan tentang keinginan seorang bernama Mangunwiharja untuk masuk dalam perkumpulan Sukalegawa (h.i), catatan menge-nai laporan rapat dan pengeluarannya (h.ii,iii), dan catatan jalannya persidangan (h.242, 244-245). Semua keterangan itu menyebutkan bahwa R.M.Ng. Brajakusuma adalah pemimpin dari perkumpulan Sukalegawa."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.75-NR 65
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Kamidjan
"Penentuan usia naskah dalam penelitian filologi sangat penting sebab di dalam naskah tersimpan berbagai nilai yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan bermasyarakat. Penentuan usia naskah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu evidensi internal dan evidensi eksternal. Evidensi internal adalah penentuan usia naskah berdasarkan keterangan yang terdapat di dalam naskah yang diteliti. Keterangan itu terdapat dalam manggala dan kolofon. Cara tersebut digunakan untuk menentukan saat paling awal karya itu ditulis. Evidensi eksternal adalah penentuan usia naskah berdasarkan data yang yang terdapat di luar naskah. Penentuan ini menggunakan 3 cara, yaitu penyebutan nama karya pada karya sastra lain, pemahatan suatu cerita pada relief candi, dan pembandingan penggunaan bahasa pada karya yang diperkirakan sezaman."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Setyawan
"Serat Wira Iswara--selanjutnya disingkat SWI--merupakan karya adiluhung yang ditulis Paku Buwana IX --selanjutnya disingkat P.B. IX-- dan Pujangga Wanita Adisara --selanjutnya disingkat PWA. Keadiluhungan SWI tak lepas dari kandungan berbagai ajaran wulang yang terdapat di dalamnya. Naskah ini ditulis sekitar akhir abad ke-19 M berbentuk tembang macapat yang terdiri atas 48 pupuh dan 647 pada. Permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah (1) penulisan SWI dalam ikhtiar literasi PWA; (2)ragam pupuh dan kesesuaian wataknya dalam SWI; (3) ikhtiar literasi PWA dalam bayang kekuasaan; dan (4) pola ikhtiar literasi PWA. Penelitian ini mengunakan metode analisis isi atau content analisys. Simpulan penelitian ini antara lain (1) SWI ditulis oleh satu orang, yakni PWA dan terkandung dua buah pikir dalam SWI, yakni buah pikir P.B. IX dan PWA; (2) terdapat kesesuaian ragam pupuh dengan perwatakannya dalam SWI; (3)ikhtiar literasi PWA dalam bayang-bayang kekuasaan sang raja; dan(4) ikhtiar literasi P.B. IX dilakukan pada tahun 1870 M dan 1883 M, sedangkan ikhtiar literasi PWA dilakukan pada tahun 1888 M dan 1894 M; danterpolanya ikhtiar literasi PWA menandakan “kebebasan” yang diberikan oleh sang raja kepadanya."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Molen, Willem van der
"Ramayana Jawa Kuna sarga 7 memuat kisah Swayempraba, raksasa perempuan yang membuat Hanuman dan kawannya melupakan tujuan mereka pergi ke Lengka untuk memastikan apakah Sita ditawan di sana. Bait 74 mengandung problema. Kern pernah menunjukkan bahwa naskah-naskah mengandung kesalahan metrum pada baris kedua, ketika Swayempraba menyebutkan ayah dan ibunya. Dengan bertolak dari bentuk metrum yang seharusnya, Kern mengusulkan sebuah perbaikan yang menjadikan si ibu hilang dari teks. Soewito Santoso dalam Ramayana edisinya tidak menerima perbaikan Kern dan tetap mempertahankan si ibu, walaupun hal itu mengakibatkan adanya kesalahan metrum pada teks. Tanpa memperdulikan masalah metrum ia mencari tokoh ibu tersebut dalam beberapa Ramayana versi India, namun tampaknya tokoh itu tidak disebut-sebut di sana. Walaupun demikian, dari sumber-sumber Soewito Santoso didapati bahwa Swayempraba menyebutkan seorang teman dekatnya, wanita bernama Hema, sebagai pemilik gua, dan si raja raksasa bernama Maya. Teks Jawa Kuna diam tentang kedua tokoh yang diperkenalkan Soewito Santoso itu: keduanya tidak ditemukan dalam naskah-naskah Bali yang mendasari edisinya. Luar biasa dan cukup spektakuler, sebuah naskah teks Ramayana dari tradisi yang sampai sekarang dilalaikan justru tidak bungkam mengenai itu. Naskah tersebut merupakan bagian dari Koleksi Merapi Merbabu di Perpustakaan Nasional dengan nomor lontar 335."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2012
090 JMN 3:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Mahendra Putra
"Kakawin, sebagai karya penyair (pengarang), dalam penyusunannya memiliki konvensi yang sangat ketat. Konvensi dalam kakawin disebut dengan istilah prosodi metrum (tembang). Bahasa yang digunakan dalam kakawin ialah bahasa Jawa Kuna. Kakawin Bali Sabha Langö merupakan dua karya dengan judul yang sama, tetapi dihasilkan oleh dua orang pengarang dengan latar belakang yang berbeda. Kakawin Bali Sabha Langö karya I Nyoman Adiputra (Bangli); dan Kakawin Bali Sabha Langö karya Ida Bagus Ketut Rai (Karangasem). Kakawin Bali Sabha Langö tergolong ke dalam periode pembaharuan yang memposisikan diri sebagai karya yang berada antara ketegangan konvensi dan inovasi (kreasi). Kakawin Bali Sabha Langö tetap mempertahankan konvensi kakawin berupa pola metrum sebagai ciri khas suatu karya dapat digolongkan ke dalam genre kakawin, namun dari segi isi terlihat pengarang melakukan inovasi yakni dengan cara menguraikan peristiwa Pesta Kesenian Bali mencakup 5 (lima) kegiatan penting, antara lain: pawai, pameran, pagelaran, perlombaan, dan sarasehan."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bagus Febriyanto
"Kadipaten Pakualaman memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan, kasusastraan,dan kesenian. Identitas khas ini tidak lain berkat kegigihanPangeran Natakusuma yang bukan saja sebagai pemimpin dalam hal politik pemerintahan,tetapijuga berperan sebagai pujangga yang pertama dan paling utama dari Kadipaten Pakualaman (Dewantara, 1994:289).Ideologi ajaran Sěstradi adalah hal utama yang menjadi pokok pembangunan karakter mulia di Kadipaten Pakualaman.Adanya visi dan misi ajaran Sěstradi ini menjadikan sebagian besar karya sastra yang lahir di Kadipaten Pakualaman bergenre piwulang dan sedikit sekali karya sastra yang mendokumentasikan seni pertunjukan.Berdasarkan tahapan kerja inventarisasi naskah, karya-karya sastra bergenre seni pertunjukan hanya ditemukan pada masa kepemimpinan Sampeyan Dalěm Paku Alam IV, yakni naskah Kyai Sěstradilaras dan Langěn Wibawa.Akan tetapi, sosok Sampeyan Dalěm Paku Alam IV dalam banyak catatan sejarah mendapat citra negatif karena gaya hidupnya yang senang berfoya-foya, sering mengadakan pesta, dan bahkan dikatakan hampir tidak ada karya sastra dihasilkan pada zamannya. Ditemukannya naskah Langěn Wibawa kode koleksi 0124/PP/73 koleksi Perpustakaan Kadipaten Pakualaman ini membuka mata kita terhadap peranan positif Sampeyan Dalěm Paku Alam IV dalam bidang kesusastraan yaitu kesadaran akan pentingnya dokumentasi seni pertunjukan. Penelitian ini berupaya melihat secara objektif citra positif Sampeyan Dalěm Paku Alam IV dalam memimpin pemerintahan maupun sebagai pujangga dan seniman Jawa melalui pendekatan studi filologi dan sejarah."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarsih
"Sĕrat Rajabrana yang dijadikan sebagai objek kajian berbentuk prosa, ditulis dengan tulisan Jawa cetak, berbahasa Jawa ragam krama, tergolong dalam sastra wulang. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah cara-cara menjadi kaya yang terkandung dalam naskah Sĕrat Rajabrana. Ada 7 cara pokok yang harus dilakukan ditambah 7 cara lagi yang juga harus dilakukan. Ke-14 cara tersebut harus dilakukan dengan teratur (ajeg) disertai dengan kemauan keras dan disiplin yang kuat. Dalam naskah Sĕrat Rajabrana juga disebutkan perilaku-perilaku apa yang menjadi halangan, yang bisa menguntungkan dan merugikan, juga gambaran hak dan kewajiban bagi orang kaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan tahapan inventarisasi, deskripsi, transliterasi, dan terjemahan. Hasil penelitian akan mengungkap makna teks dalam Sĕrat Rajabrana mengenai tahapan-tahapan yang ditempuh untuk menjadi kaya."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>