Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6326 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandra Nuraini
"This paper1 deals with the phonology and the lexicology of the Indonesian Bajo language and more specifically with the dialect or variant that can be heard all around the Flores Sea in Kangean, South-East Sulawesi, Sumbawa, and Flores. The phonological survey focuses on vowel lengthening, gemination, pre-nasalized phonemes, and sandhi. The second part of this paper proposes an insight into Bajo lexicology, restricted to nominal and verbal derivation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
909 UI-WACANA 12:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Nuraini
"This paper deals with the phonology and the lexicology of the Indonesian Bajo language and more specifically with the dialect or variant that can be heard all around the Flores Sea in Kangean, South-East Sulawesi, Sumbawa, and Flores. The phonological survey focuses on vowel lengthening, gemination, pre-nasalized phonemes, and sandhi. The second part of this paper proposes an insight into Bajo lexicology, restricted to nominal and verbal derivation."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nisar Budiman
"Morfem atau satuan bentukan terkecil dalam bahasa terbagi menjadi dua, yakni morfem terikat dan morfem bebas. Morfem dalam kosakata bahasa Indonesia ternyata bisa merepresentasikan gender, baik morfem terikat (-wan, -man, -wati) maupun morfem bebas (kata dasar yang memiliki beban makna berorientasi pada gender tertentu). Selain itu,  penggunaan fonem /i/ dan fonem /a/ yang dapat menjadi pembeda yang merepresentasikan gender tertentu. Umumnya, berdasarkan paparan di atas sufiks -wan, -man menjadi representasi dari perwakilan maskulin, terutama untuk hal yang berkaitan dengan profesi atau sebutan, sedangkan sufiks –wati menjadi representasi dari perwakilan feminin. Begitu pula dengan fonem vokal /a/ yang mewakili maskulin dan fonem vokal /i/ yang mewakili feminin pada kata-kata tertentu.

The smallest units of formation in language, morphemes, can be divided into two categories: bound morphemes and free morphemes. In the vocabulary of the Indonesian language, morphemes can represent gender, both bound morphemes (-wan, -man, -wati) and free morphemes (base words with gender-oriented meanings). Additionally, the use of the phonemes /i/ and /a/ serves as a distinguishing factor representing specific genders. Typically, based on the above exposition, suffixes such as -wan and -man become representations of masculine entities, particularly in terms of professions or designations. Meanwhile, the suffix -wati represents feminine entities. Similarly, the vowel phoneme /a/ is associated with masculinity, while the vowel phoneme /i/ is associated with femininity in specific words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Semantic Relations and the Lexicon explores the many paradigmatic semantic relations between words, such as synonymy, antonymy and hyponymy, and their relevance to the mental organization of our vocabularies. Drawing on a century’s research in linguistics, psychology, philosophy, anthropology and computer science, Lynne Murphy proposes a new, pragmatic approach to these relations. Whereas traditional approaches to the lexicon have claimed that paradigmatic relations are part of our lexical knowledge, Dr Murphy argues that they constitute metalinguistic knowledge, which can be derived through
a single relational principle, and may also be stored as part of our conceptual
representation of a word. Part I shows how this approach can account for the properties of lexical relations in ways that traditional approaches cannot, and Part II examines particular relations in detail. This book will serve as an informative handbook for all linguists and cognitive scientists interested in the mental representation of vocabulary."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2003
e20393634
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Hove, East Sussex, UK: Psychology Press, 1997
413.028 COG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paris : Didier-Larousse , 1969
413.028 CAH (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Kristri Afrilita
"Tesis ini mengkaji pengalaman Tip of the Tongue (ToT) pada penutur bahasa Indonesia dan pengaruh kompleksitas fonotaktik terhadap kejadian ToT, serta implikasinya terhadap model akses leksikal. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan menciptakan situasi yang memicu kemunculan ToT pada responden. Sumber data penelitian ini adalah kelompok kata berfonotaktik sederhana dan berfonotaktik kompleks yang diseleksi dari kata berfrekuensi rendah (F=5) pada korpus IndonesianWaC. Data penelitian ini adalah semua fitur generic recall yang muncul selama kejadian ToT dan urutan kemunculan tiap-tiap informasi tersebut. Data dianalisis dengan menggunakan prosedur analisis statistik, yaitu perhitungan frekuensi kemunculan, uji t satu sampel, dan uji korelasi Pearson.
Hasil analisis menjelaskan bahwa (1) fitur-fitur generic recall yang muncul pada ToT bahasa Indonesia adalah fitur relasi makna, definisi, dan memori episodik pada level konseptual; dan fitur segmen awal, segmen tengah, segmen akhir, jumlah suku kata, dan kemiripan fonologis pada level leksem; (2) variabel kompleksitas fonotaktik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi probabilitas kejadian ToT; (3) model akses leksikal yang paling banyak muncul pada proses akses leksikal bahasa Indonesia adalah model serial; dan (4) kecenderungan kemunculan model serial terjadi pada kedua kelompok pola fonotaktik.

This research investigates Tip of the Tongue (ToT) experience amongst Indonesian speakers and the influence of phonotactics complexity towards ToT probability, and its implication towards lexical access model. This study applied experimental research design by creating a condition to trigger the occurence of ToT amongst the respondents. The source of data was a group of simple-phonotactics words and a group of complex-phonotactics words selected from low frequency words (F=5) found in IndonesianWaC corpus. The data of this research was all generic recall features and the order of information as mentioned by the respondents during lexical access process. The data was analyzed by applying statistical analysis procedures including frequency of occurence, t test one sample, dan Pearson correlation test.
The findings of this research indicated that (1) generic recall features found in Indonesian ToT include sense relation, definition, and episodic memory features on conceptual level; dan initial segment, middle segment, final segment, number of syllable, and phonological similarity features on lexeme level; (2) phonotactics complexity is one of the factors influencing the probability of ToT; (3) the most frequently occured lexical access model in Indonesian is serial model; and (4) the tendency towards serial model occurs in both phonotactics groups.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Fadila Putri
"Bahasa Indonesia banyak menyerap kata dari bahasa Belanda. Penelitian ini mengkaji perubahan fonologis pada kata serapan. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dan data yang digunakan berasal dari penelitian karya Juniar Edgina (2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada kata serapan yang ada pada iklan majalah Intisari tahun 1964. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kata-kata serapan dari bahasa Belanda yang mengalami perubahan fonologis ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia, namun terdapat juga kata-kata serapan yang tidak mengalami perubahan fonologis. Terdapat penyesuaian fonologis pada kata serapan sesuai dengan kaidah fonologis bahasa penerima, seperti penyesuaian fonem vokal maupun konsonan pada awal, tengah maupun akhir suku kata, seperti pada kata fr?nco menjadi prangko yang terpengaruh oleh perbedaan dalam sistem fonologi antara bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Kata-kata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia ada yang tidak mengalami perubahan fonologis dan diserap sepenuhnya, seperti kata dokter, foto, dan saldo.

Indonesian absorbs a lot of words from Dutch. This study examines phonological changes in loanwords. The study utilized a descriptive research approach, and the information was obtained from a research conducted by Juniar Edgina (2020). The objective of this research is to identify the alterations in the adoption of vocabulary found in the advertisements of the Intisari magazine during the year 1964. The findings of this research are that there are words that experience phonological differences and words that do not share phonological changes in Dutch absorption words in Indonesian. There are phonological adjustments to loan words by the phonological rules of the recipient language, such as adjustments to vowel and consonant phonemes at the beginning, middle, and end of syllables, such as the word fr?nco becoming prangko which is influenced by differences in the phonological systems of Dutch and Indonesian. Dutch borrowed words in Indonesian, which are absorbed intact without any phonological changes, such as dokter, foto, and saldo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Duhanita Adiarahmah
"Penelitian mengenai istilah dalam bahasa Indonesia merupakan pembahasan dalam penelitian leksikologi. Istilah yang selalu mengalami perkembangan memunculkan berbagai kosakata baru dari berbagai konsep dari suatu bidang, salah satunya yang menarik untuk dibahas adalah istilah bidang kuliner. Banyak istilah kuliner dalam bahasa asing yang digunakan dalam masyarakat, namun belum ditelaah lebih lanjut. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengungkapkan bagaimana proses pemadanan istilah kuliner, yaitu penerjemahan, penyerapan, dan gabungan penerjemahan dan penyerapan dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pemadanan istilah kuliner dalam bahasa Indonesia. Penelitian mengenai pemadanan istilah kuliner dalam bahasa Indonesia merupakan penelitian kualitatif. Untuk meneliti pemadanan istilah kuliner dalam bahasa Indonesia, sumber data yang digunakan adalah majalah kuliner dan buku masak. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pemadanan istilah kuliner dalam bahasa Indonesia, paling banyak ditemukan dalam penyerapan istilah. Pada pemadanan dengan penerjemahan dilakukan berdasarkan penerjemahan langsung dan penerjemahan perekaan. Sementara itu, pada pemadanan penyerapan dilakukan dengan cara penyesuaian ejaan dan lafal, penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal, penyesuaian lafal tanpa penyesuaian ejaan, dan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal. Gabungan penerjemahan dan penyerapan hanya ditemukan berbentuk frasa karena satu istilah dibentuk melalui dua proses, yaitu menerjemahkan dan menyerap istilah.

Research on Indonesian terms falls under the category of lexicology. Terms that has always been through improvements from time to time produce new vocabularies from varying concept within a field, one of the examples that is intriguing to be discussed is culinary terms. Many foreign culinary terms are being used by the society. However, the terms have not been studied further. Therefore, this study reveals the process behind the loanwords of culinary terms, namely translation, borrowing, and the combination of translation and borrowing in Indonesian. The purpose of this study is to describe the loanwords of culinary terms in Indonesian. The study on the loanwords of culinary terms in Indonesian is done through qualitative method. To analyse this research, the data source being used are culinary magazines and culinary books. The findings suggest that loanwords on culinary terms in Indonesian are mostly found on terms borrowing. Loanwords of translations are done based on direct translation and invent translation. Meanwhile, loanwords of borrowing is done by spelling and pronounciation adjustment, spelling adjustment without pronounciation adjustment, pronounciation adjustment without spelling adjustment, and without spelling and pronounciation adjustment. The combination of translation and borrowing can only be found in a form of phrase because one term is formed through two processes, which are translation and borrowing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Budiwiyanto
"Para peneliti mendapati bahwa gugus kata banyak digunakan di berbagai jenis teks pada wacana akademis—cara berpikir dan menggunakan bahasa yang ada di lingkungan akademis. Penelitian ini bertujuan menemukan karakteristik gugus kata dalam bahasa Indonesia wacana akademis tulis dengan mengidentifikasi frekuensi kemunculan, variasi, dan persebaran gugus kata serta menemukan struktur gramatikal dan fungsi wacana gugus kata. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan mengombinasikan pendekatan tergerakkan korpus (corpus-driven-approach) dan pendekatan berbasis korpus (corpus-based approach). Untuk mengidentifikasi gugus kata di dalam korpus digunakan peranti WordSmith 7.0. Korpus penelitian ini terdiri atas 12.505.330 kata (token) yang diambil dari empat jenis teks: skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal dengan jumlah keseluruhan 1.800 naskah yang terdiri atas enam displin ilmu dari tiga ranah keilmuan, yaitu filsafat dan hukum (ranah ilmu sosial dan humaniora), kimia dan komputer (ranah ilmu sains dan komputer), serta kedokteran dan keperawatan (ranah ilmu kesehatan). Penelitian ini menemukan 150 gugus kata yang terdiri atas tiga hingga lima kata dengan total frekuensi kemunculan 156.453 kali, misalnya pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. Selain gugus kata yang khas, penelitian ini juga menemukan 20 gugus kata bersama, yaitu gugus yang muncul secara bersama-sama pada keenam disiplin ilmu. Gugus kata pada umumnya berstruktur taklengkap dan dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori utama: gugus frasal dan gugus klausal. Gugus berpola preposisi + frasa nominal merupakan pola yang paling banyak variasinya dan paling tinggi frequensi pemakaiannya, sementara klausa relatif dengan pola yang + frasa verbal pasif + fragmen frasa preposisional adalah yang paling banyak digunakan. Dari segi fungsi wacana, yang paling sering muncul adalah gugus berorientasi penelitian, sedangkan gugus berorientasi partisipan terendah. Subfungsi deskripsi merupakan fungsi yang paling tinggi frekuensi penggunaannya, sedangkan fungsi komparasi adalah yang terendah.

Researchers found that lexical bundles are pervasively used in various types of text in academic discourse—the ways of thinking and using language in the academic environment. This study aims to find the characteristics of Indonesian lexical bundles in written academic discourse by identifying the frequency of occurrence, variation and distribution as well as finding the grammatical structure and the discourse function. This research used a mixed-method design by combining corpus-driven and corpus-based approaches. To identify lexical bundles in the corpus, WordSmith 7.0 corpus tool was used. The corpus used in this research consists of 12,505,330 tokens taken from undergraduated thesis, postgraduated thesis, dissertation, and journal article with a total of 1,800 manuscripts. This study found 150 lexical bundles consisting of three to five words with a total occurrence frequency of 156,453, such as pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. This study also found 20 shared lexical bundles, namely bundles that appear together in all disciplines. Lexical bundles are generally incomplete structures and can be classified into two main categories: phrasal bundles and clausal bundles. Bundles patterning prepositional + nominal phrase are the most varied and the most frequent in usage, while relative clauses with patterns that + passive verbal phrase + prepositional phrase fragment are the most widely used. In terms of discourse function, research-oriented bundles are the most frequently used, while participant-oriented bundles are the lowest bundles. The description sub-function is the highest frequency in usage, while the comparitive function is the lowest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>