Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jun, Meekyung
Jakarta: Haru Media Sejahtera, 2022
158.1 JUN b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Apriliana Dewi
"ABSTRAK
Skizofrenia merupakan sekumpulan gejala atau sindrom yang dapat menyebabkan masalah kejiwaan yang sangat serius. Stigma diri muncul akibat efek negatif penilaian orang lain terhadap pasien Skizofrenia sehingga mengakibatkan penurunan kemampuan kerja, fungsi sosial, harga diri dan harapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara stigma diri dengan kualitas hidup pasien Skizofrenia. Desain penelitian ini adalah descriptive corelative dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan sampel 92 orang dengan diagnosa Skizofrenia dengan teknik sampling consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen Internalized Stigma for Mental Illness (ISMI) dan instrumen kualitas hidup menurut (WHOQOL-BREF) versi Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara stigma diri dengan kualitas hidup pasien Skizofrenia dengan korelasi negatif (r = -0,568, p value= 0,000 <0,05) dengan level stigma diri termasuk kedalam klasifikasi stigma tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan implikasi untuk penatalaksaan asuhan keperawatan dalam upaya pencegahan stigma diri dan peningkatan kualitas hidup bagi individu dan komunitas.

ABSTRACT
Schizophrenia is a syndrome that could induce seriously psychology problems. Self stigma can induce because of consequence of negative stereo-tip in patients with Schizophrenia with the result that diminished ability to work, social function, self-esteem and hope. Quality of life in patients with Schizophrenia related to disability because of impaired cognitive and perception in their life. This study was conducted to correlation between self stigma with quality of life in patients Schizophrenia. Methodology use descriptive correlative with cross sectional study, used 92 patients with a diagnosis of Schizophrenia and used consecutive sampling. The Researcher used demographics questionnaire, Internalized Stigma of Mental Illness Scale (29 items) and WHOQOL Bref Indonesian version (26 items). Result this study, there is correlation between self stigma and quality of life (p=0,00 < 0,005) (r= -0,865). The level of self stigma of patients with schizophrenia was determined to be high, and the self stigma had a negative impact on the quality of life. Implication this study for treatment or nursing intervention become base literature for effort to prevention of self stigma and raising quality of life in individuate area or community area."
2015
S59596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustinus Semiun
Yogyakarta: Kanisius, 2006
616.890 092 YUS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa Florensa
"Sekitar 71% dari 229 remaja SMA di kota Depok, Jawa Barat mengalami depresi. Depresi terjadi karena berbagai faktor diantaranya efikasi diri yang rendah. Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri dan mengatasi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan efikasi diri dan depresi setelah mendapat CBT. Metode penelitian: quasi eksperimen dengan pre-post test with control group pada penerapan CBT yang dilakukan secara berkelompok. Uji analisis yang digunakan adalah dependen dan independent sample t-Test, chi-square dan pearson product moment. Responden penelitian ini adalah remaja kelas VIII SMPN Kota Bogor. Sampel penelitian sebesar 72 remaja.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan efikasi diri remaja yang mendapat CBT lebih tinggi dibanding remaja yang tidak mendapat CBT, depresi remaja yang mendapat CBT lebih rendah dibandingkan penurunan depresi pada remaja yang tidak mendapat CBT. Peningkatan efikasi diri mempunyai hubungan yang kuat dalam menurunkan depresi pada remaja dengan arah hubungan negatif. CBT direkomendasikan pada remaja dengan efikasi diri rendah dan depresi.

Improved Self-Efficacy and Decrease of Depression in Teenagers with Cognitive Behavior Therapy. Research shows that in the city of Depok, West Java, there is 71% of 229 high school adolescents with depression. Depression occurs due to various factors such as low self-efficacy. Cognitive Behavior Therapy (CBT) is the treatment carried out to improve the self-efficacy and depression. This study aims to determine the change in self-efficacy and depression after receiving CBT. Research methods: a quasi experimental pre-post test with control group on the application of CBT is done in groups. The analysis used is dependent and independent sample t-test, chi-square and Pearson product moment. The respondents of this study were adolescents class VIII SMPN Bogor. This sample is 72 adolescents with low self-efficacy and depression. The results showed an increase in self efficacy teen gets CBT significantly higher than adolescents who did not receive CBT, depressed adolescents who received CBT were significantly lower than the decrease in depression in adolescents who did not receive CBT. Â Increased self-efficacy has a strong relationship in reducing depression in adolescents with a negative direction. CBT is recomended in adolescents with loh self-efficacy and depression."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Widya Ningtyas
"Penelitian ini membahas isu kesehatan mental yang kini sedang ramai diperbincangkan publik hingga banyak disebarluaskan melalui TikTok. Banyak konten baru terkait Kesehatan mental yang dapat mempengaruhi orang untuk tindakan self-diagnose. Tidak semua konten dapat dipercaya dan dapat diaplikasikan untuk semua orang. Dibutuhkan literasi informasi dalam menyaring terhadap konten-konten tersebut. Kekhawatiran atas penyebaran informasi yang tidak akurat dan potensinya untuk memperburuk stigma menjadi dasar pentingnya penelitian ini. Penelitian ini menganalisis kaitan antara literasi informasi terkait konten kesehatan mental di TikTok dan kecenderungan mereka melakukan self-diagnose. Penelitian ini menggunakan survey terhadap 232 mahasiswa dalam mengukur kesadaran diri mengenai literasi informasi dan penggunaan tiktok terhadap penolakan ataupun penerimaan self-diagnose. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa seluruh hipotesis diterima, sehingga dapat dipahami kesadaran diri mengenai literasi informasi berpengaruh secara signifikan dalam dukungan ataupun menolak ataupun menerima self-diagnose terkait Kesehatan mental di TikTok. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemerhati di bidang literasi informasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana mahasiswa terlibat dan memproses informasi kesehatan mental dari media digital, dengan harapan dapat meningkatkan praktik informasi yang terinformasi dan perilaku digital yang lebih sehat di kalangan mahasiswa.

This research discusses the issue of mental health which is currently being widely discussed by the public and is being widely shared via TikTok. There is a lot of new content related to mental health that can influence people to self-diagnose. Not all content can be trusted and can be applied to everyone. Information literacy is needed to filter this content. Concerns about the spread of inaccurate information and its potential to exacerbate stigma underlie the importance of this research. This research analyzes the relationship between information literacy related to mental health content on TikTok and their tendency to self-diagnose. This research used a survey of 232 students to measure self-awareness regarding information literacy and the use of TikTok to reject or accept self-diagnoses. Based on the research results, it is known that all hypotheses are accepted, so it can be understood that self-awareness regarding information literacy has a significant influence on supporting or rejecting or accepting self-diagnoses related to mental health on TikTok. This research can be considered 3 by observers in the field of health information literacy to increase understanding of how students engage with and process mental health information from digital media, with the hope of increasing informed information practices and healthier digital behavior among students."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sulthan Sadad Shidqi
"Individu yang memasuki masa dewasa awal akan mengalami transisi kehidupan yang intens di mana mereka perlu untuk beradaptasi pada kehidupan baru sebagai mahasiswa di perguruan tinggi. Proses adaptasi yang dijalani oleh mahasiswa dapat cukup memberatkan bagi kesejahteraan mental mahasiswa sehingga menimbulkan persepsi stres, yaitu persepsi individu ketika tuntutan lingkungan membebani kapasitas adaptif yang dimilikinya. Welas diri sebagai kemampuan untuk menyadari dan merespon penderitaan diri sendiri dengan sikap penuh kasih dapat membantu dalam meringankan persepsi stres mahasiswa dengan menerima penderitaan yang sedang dialami, serta berusaha untuk meredakan penderitaan tersebut dengan sikap penuh kasih terhadap diri sendiri. Pengaruh welas diri terhadap persepsi stres dapat dijelaskan melalui efikasi diri, yaitu kepercayaan diri individu terhadap kemampuan dirinya di mana welas diri dapat membantu untuk memunculkan penerimaan positif terhadap kelebihan dan kelemahan individu, baik ketika ia berhasil maupun gagal sehingga dapat menjadi sumber kepercayaan dirinya dalam menangani peristiwa sulit agar tidak menimbulkan persepsi stres yang berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh welas diri terhadap persepsi stres dengan dimediasi oleh efikasi diri pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif melalui teknik stratified random sampling pada 214 responden yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner online selama masa akhir semester genap tahun akademik 2023/2024. Analisis data secara univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi setiap variabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa persebaran nilai persepsi stres mahasiswa terdistribusi pada nilai rerata, sedangkan persebaran nilai welas diri dan efikasi diri mahasiswa cenderung terdistribusi pada nilai terendah. Kemudian, analisis bivariat dan mediasi dilakukan melalui teknik regresi linier. Pada analisis bivariat penelitian ini menunjukan bahwa welas diri tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap persepsi stres mahasiswa (β = 0,15; P > 0,05). Analisis mediasi turut menunjukan bahwa welas diri tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap persepsi stres mahasiswa (β = 0,08; P > 0,05). Selain itu, efikasi diri turut tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap persepsi stres mahasiswa (β = 0,10; P > 0,05). Tidak adanya pengaruh langsung, baik dari variabel welas diri dan efikasi diri menunjukan bahwa jalur mediasi tidak terjadi pada pengaruh welas diri terhadap persepsi stres melalui efikasi diri. Kedua variabel tersebut dapat menjelaskan 13% varians yang berpengaruh terhadap persepsi stres mahasiswa. Namun, analisis bivariat menunjukan bahwa welas diri berpengaruh signifikan terhadap efikasi diri (β = 0,54; P < 0,001). Hal yang sama turut terjadi pada analisis mediasi di mana welas diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efikasi diri (β = 0,54; P < 0, 01). Variabel welas diri dapat menjelaskan 68,9% varians yang berpengaruh terhadap efikasi diri mahasiswa. Tidak adanya pengaruh welas diri dan efikasi diri terhadap persepsi stres mahasiswa dapat terjadi karena kapasitas welas diri dan efikasi diri mahasiswa belum begitu kuat sehingga tidak dapat membantu dalam menurunkan persepsi stres mahasiswa selama masa akhir semester genap tahun akademik 2023/2024. Intervensi oleh perguruan tinggi dibutuhkan untuk memperkuat kapasitas welas diri mahasiswa sebagai sumber daya koping dalam menangani persepsi stres mahasiswa, sekaligus meningkatkan kapasitas efikasi diri mahasiswa dalam menjalani berbagai aktivitas di perguruan tinggi.

Individuals entering early adulthood often experience an intense life transition, requiring them to adapt to a new life as college students. The adaptation process can significantly burden students' mental well-being, leading to perceived stress defined as individual's perception that environmental demands exceed their adaptive capacity. Self-compassion, defined as the ability to recognize and respond to one's own suffering with kindness and care, can play a pivotal role in alleviating perceived stress. Self-compassion enables students to mitigate the burden of persepsi stres by fostering an attitude of acceptance towards one's struggles and addressing them with a compassionate mindset. The influence of self-compassion on perceived stress can be explained through self-efficacy, which refers to an individual's confidence in their ability to handle challenges, as self-compassion fosters positive acceptance of an individual's strengths and weaknesses, whether in success or failure, thereby building confidence to handle challenging situations without experiencing excessive perceived stress. The aim of this study is to analyze the influence of self-compassion on perceived stress mediated by self-efficacy among students of the Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Indonesia. The research method employed is quantitative, using stratified random sampling with 214 respondents collected through an online questionnaire during the end of even semester 2023/2024 academic year. Univariate data analysis was conducted to describe the condition of each variable. The results showed that the distribution of perceived stress scores among students was around the mean, while the distribution of self-compassion and self-efficacy scores tended to be concentrated at the lower end. Bivariate and mediation analyses were conducted using linear regression techniques. Bivariate analysis results show that self-compassion does not have a significant direct effect on students' perceived stress (β = 0.15; P > 0.05). Similarly, mediation analysis confirms that self-compassion does not significantly influence perceived stress through self-efficacy (β = 0,08; P > 0,05). Additionally, self-efficacy itself does not exhibit a significant direct effect on perceived stress (β = 0,10; P > 0,05). The absence of direct effects from both self-compassion and self-efficacy indicates that a mediation pathway does not exist between self-compassion and perceived stress through self-efficacy. Together, these variables account for 13% of the variance in perceived stress. However, bivariate analysis showed that self-compassion significantly influences self-efficacy (β = 0.54; P < 0.001). A similar finding was observed in the mediation analysis, where self-compassion demonstrated a significant effect on self-efficacy (β = 0.54; P < 0.01). Self-compassion was found to explain 68.9% of the variance in students' self-efficacy. The lack of significant effects from self-compassion and self-efficacy on perceived stress may be attributed to the insufficient development of these capacities among students, rendering them less effective in mitigating perceived stress during the late semester period of the 2023/2024 academic year. Institutional intervention is essential to enhance students' self-compassion as a coping resource for managing perceived stress while simultaneously strengthening their self-efficacy to navigate various academic activities. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Samuel Santun Hamonangan
"Tingginya prevalensi masalah kesehatan mental di kalangan dewasa awal menjadi perhatian serius dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini diakibatkan tingginya ketidakstabilan kelompok usia ini. Tekanan pada masa ini menimbulkan kebingungan individu dewasa awal untuk bekerja keras, atau untuk mengasihi diri. Melalui penelitian ini, ingin dicari tahu bagaimana welas diri sebagai konstruk psikologis dapat memiliki hubungan dengan grit sebagai konstruk yang menggambarkan kegigihan dalam berusaha, pada individu dewasa awal. Partisipan keseluruhan berjumlah 107 partisipan pada rentang usia dewasa awal, yaitu 18-29 tahun, serta merupakan warga negara Indonesia. Penelitian menemukan bahwa welas diri berkorelasi positif dengan grit (r = 0.302, p = 0.002). Adapun penelitian juga menemukan korelasi yang signifikan antara welas diri dan subskala grit kegigihan dalam berusaha.

The high prevalence of mental health issues among early adults has become a serious concern in recent decades. This is due to the high instability faced by this age group. The pressures during this period create a confusion whether they need to prioritizing working hard or loving themselves. This study aims to explore how self-compassion, as a psychological construct, can be related to grit, a construct that reflects perseverance in effort, among early adults. The total number of participants was 107, all early adults aged 18-29 years, and all were Indonesian citizens. The study found that self-compassion is positively correlated with grit (r = 0.302, p = 0.002). Furthermore, the study also found a significant correlation between self-compassion and the subscale of grit related to perseverance in effort."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Probosari
"Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pemenuhan hak kesehatan mental yang sudah dilakukan Lapas Klas I Cipinang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam untuk pengumpulan data. Model rehabilitasi, Upaya Kesehatan, dan konsep-konsep relevan lainnya digunakan untuk menganalisis penelitian ini.
Hasil penelitian menemukan bahwa narapidana memiliki berbagai masalah yang berisiko menimbulkan gangguan jiwa. Bedasarkan peraturan perundangan, upaya kesehatan mental yang mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif belum terpenuhi dengan baik. Kesehatan mental sebagai bagian penting criminogenic needs belum diintervensi secara memadai oleh pihak Lapas sebagai bagian pembinaan model rehabilitasi.

This thesis aims to explain the fulfillment of inmate`s mental health right that has been done by Cipinang Penitentiary Institution. This research use qualitative approach with depth interview for collecting the data. Rehabilitation Model, Health Efforts, and other relevant concepts are used to analyze this research.
The result shows that inmates have range of problem which risking their mental health. Mental health efforts, which include health promotion, health prevention, curative care, and rehabilitative care, haven`t been well done by Cipinang Penitentiary Institution. Mental health as an important part of criminogenic needs hasn`t been well intervened by Penitentiary Institution as a part of rehabilitation model of correction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini berupaya mengulas urgensi dimensi resiliensi bagi pemuda di Indonesia dalam keseharian hidup. Secara sederhana resiliensi dapat diterjemahkan sebagai kemampuan individu untuk bertahan, beradaptasi berikut bangkit dari berbagai bentuk penderitaan hidup yang menderanya. Persoalan ini menjadi penting mengingat masa muda merupakan periode-periode transisi yang begitu berat bagi setiap individu, dimana ketidakstabilan emosi dan psikologis besar mempengaruhi di dalamnya. Lebih jauh artikel ini mendiskusikan karakteristik pemuda dan alasan diperlukannya dimensi resiliensi, maraknya aksi bunuh diri yang dilakukan pemuda dewasa ini sebagai implikasi lemahnya dimensi resiliensi serta berbagai upaya yang dapat ditempuh dalam rangka memperkuat dimensi resilensi pada diri pemuda guna mengatasi persoalan tersebut. Artikel diawali dengan uraian ihwal perkembangan studi resiliensi, baik menyangkut aspek konseptual maupun kemanfaatannya."
JSP 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>