Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jahroo Nabila Marvi
"Sifat lingkungan bawah air yang kompleks menjadi sebuah tantangan untuk analisis citra bawah air. Citra bawah air sering mengalami distorsi warna dan visibilitas buruk karena penyerapan dan penghamburan. Hal ini menyebabkan kualitas citra menjadi buruk dan sulit dimengerti, sehingga membuat sistem analisis citra sulit diterapkan di bawah air. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengatasi tantangan ini. Akan tetapi, setiap metode memiliki keterbatasannya masing-masing. Metode konvensional, seperti metode berbasis physical dan non-physical, sering kali tidak cukup untuk mencakup beragam kondisi bawah air. Sementara itu, metode deep learning cenderung memiliki beban komputasi berat. Metode ini juga berpotensi untuk tidak dapat beradaptasi pada data yang berbeda karena parameter yang sudah tetap setelah pelatihan. Untuk mengatasi keterbatasan kedua metode, penelitian ini mengadopsi pendekatan hybrid GL-Net+CHE yang merupakan model restorasi yang menggabungkan metode konvensional dan deep learning. Modifikasi dari model tersebut, Mod GL-Net+CHE, dilakukan pada komponen deep learning. Dari hasil evaluasi kuantitatif pada data uji UIEB, Mod GL-Net+CHE memperoleh nilai terbaik dengan SSIM 0.9015, PSNR 21.6835, dan 00 9.4205. Namun, berdasarkan hasil evaluasi kualitatif pada data UIEB dan uji robustness pada data UCCS, perbedaan antara model baseline (GL-Net+CHE) dan model modifikasi (Mod GL-Net+CHE) tidak signifikan. Pada ablation studies, ditemukan bahwa hasil kuantitatif Mod GL-Net+CHE lebih baik ketika hanya menggunakan komponen deep learning saja. Akan tetapi, observasi dari beberapa sampel menunjukkan bahwa hasil kuantitatif tidak selalu merefleksikan hasil kualitatif. Hingga saat ini, membandingkan performa model restorasi dan mengukur kualitas citra masih menjadi tantangan.

The complex nature of underwater environments poses a challenge in underwater image understanding. Underwater images often have color distortion and poor visibility due to absorption and scattering. These phenomenons negatively affect the quality and the interpretability of the images, which becomes a hindrance in underwater vision-related tasks. Many methods have been developed to overcome this problem. However, each of them has its own limitations. Conventional methods, such as physical-based and non-physical based, are often not sufficient enough to cover a wide variety of underwater scenes. Deep learning methods, on the other hand, have a heavy computational cost. It might also be unable to adapt to different datasets due to its fixed parameters after training. To overcome the limitations of both approaches, this research adopts a hybrid approach, GL-Net+CHE, a restoration model that combines conventional and deep learning methods. A modification of this model, named Mod GL-Net+CHE, is proposed, which modifies the deep learning component of the baseline model. Based on the quantitative evaluation on the UIEB dataset, Mod GL-Net achieves the best SSIM, PSNR, and ΔE00 with value 0.9015, 21.6835, and 9.4205 respectively. However, based on the qualitative evaluation, there are no significant differences between the baseline and modified model. Ablation studies also show that Mod GL-Net+CHE performs better when only the deep learning component is used. However, further observation shows that quantitative results do not always reflect qualitative result. To this day, comparing the performance of underwater images restoration models and measuring the quality of underwater images remains challenging."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Theodore Tjondrowidjojo
"Kabut merupakan fenomena atmosfer di mana asap, debu dan partikel kering lainnya berada di atmosfer. Kabut ini tentunya dapat memunculkan efek blur dan buram pada citra sehingga dapat mengurangi informasi yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat menyebabkan penurunan performa dari permasalahan pembelajaran mesin, seperti identifikasi dan klasifikasi. Image dehazing merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memulihkan gambar yang jelas dari gambar yang rusak oleh kabut atau asap. Terdapat berbagai metode image dehazing yang telah dikembangkan, baik yang berbasiskan pixel intensity dan deep learning. Salah satu metode deep learning yang telah dikembangkan sebelumnya untuk image dehazing adalah Mod PDR-Net. Pada penelitian ini, penulis mengajukan suatu deep network untuk image dehazing baru dengan menggunakan Mod PDR-Net di dalam suatu Conditional Generative Adversarial Network. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dataset standar citra berkabut luar ruangan. Untuk mengetahui kualitas dari hasil image dehazing yang didapat, penulis membandingkan hasil metode usulan dengan Mod PDR-Net original dan didapatkan bahwa metode usulan memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan Mod PDR-Net berdasarkan metrik yang digunakan, yaitu SSIM, RMSE, Delta E, dan BRISQUE dengan nilai berturut-turut sebesar 0.785, 0.109, 9.750. dan 28.375.

Haze is an atmospheric phenomenon where smoke, dust, and other dry particles are present in the atmosphere. Haze can create blurring effects in captured images, resulting in reduced information contained in the image. This can lead to performance degradation from machine learning problems, such as identification and classification. Image dehazing is a process that aims to recover a clear image from a hazy image. Various image dehazing methods have been developed, both based on the pixel intensity and deep learning. One of the deep learning methods that has been previously developed for image dehazing is Mod PDR-Net. In this study, the author proposes a deep network for image dehazing by using Mod PDR-Net in a Conditional Generative Adversarial Network. The data used in this study consists of a standard dataset of outdoor hazy images. In order to determine the quality of the obtained image dehazing results, the author compared the result of the proposed method with the original Mod PDR-Net and found that the proposed method has better results than the Mod PDR-Net based on the metric used, namely SSIM, RMSE, !E, and BRISQUE with values respectively 0.785, 0.109, 9.750. and 28.375."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnan Fiqih
"Hampir separuh dunia bergantung pada makanan yang berasal dari laut sebagai sumber protein utama. Di Pasifik Barat dan Tengah 60% dari ikan tuna ditangkap secara illegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur dengan regulasi dapat mengancam ekosistem laut, pasokan ikan global, dan mata pencaharian lokal. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kamera keamanan untuk menangkap gambar aktivitas kapal. Pada penelitian ini akan dibuat sistem untuk mengklasifikasi jenis ikan yang ditangkap dari gambar kamera keamanan kapal tersebut. Sistem ini menggunakan model transfer learning yang sudah dilakukan fine tuning dan dilatih menggunakan dataset yang disediakan oleh The Nature Conservancy. Dari penelitian ini didapatkan performa terbaik dengan akurasi 98.19% menggunakan model EfficientNetV2L dan optimizer Stochastic Gradient Descent (SGD) dengan learning rate 1e-4, momentum 0.9, weight decay 1e-6, dan split ratio training testing 80/20. Dengan sistem ini pengolahan data untuk menghitung jumlah penangkapan ikan berdasarkan spesies akan lebih efisien.

Almost half of the world depends on food that comes from the sea as the main source of protein. In the West and Central Pacific 60% of tuna fish are caught illegally, unreported and unregulated, threatening marine ecosystems, global fish supplies and local livelihoods. One possible solution is to use a security camera to capture images of ship activity. In this study a system will be created to classify the types of fish caught from the ship's security camera images. This system uses a transfer learning model that has been fine tuned and trained using the dataset provided by The Nature Conservancy. From this study, the best performance was obtained with an accuracy of 98.19% using the EfficientNetV2L model and the Stochastic Gradient Descent (SGD) optimizer with a learning rate of 1e-4, momentum of 0.9, weight decay of 1e-6, and split ratio training testing of 80/20. With this system, data processing to calculate the amount of fish caught by species will be more efficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mahdi Ramadhan
"Penggunaan kecerdasan buatan berbasis Deep Learning untuk mendukung prediksi dan pengambilan keputusan sangat populer di banyak bidang. Salah satu bidang tersebut adalah di sektor kesehatan, terutama dalam pengobatan kanker. Banyak ahli onkologi radiasi dan fisikawan medis sedang melakukan penelitian yang menjanjikan dalam histologi dan stadium kanker, prediksi hasil, segmentasi otomatis, perencanaan perawatan, dan jaminan kualitas. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan pengembangan dan perbandingan model deep learning yang berfungsi sebagai alat konversi dari nilai piksel citra Electronic Portal Imaging Device (EPID) ke dosis. Data diambil dari dua bidang radioterapi dengan teknik yang berbeda, yang pertama dosimetri transit pada Varian Unique 6MV foton dan dosimetri non-transit pada Varian Halcyon. Selanjutnya karena data yang tersedia hanya sedikit, data tersebut direproduksi dengan teknik augmentasi sehingga data tersebut cukup untuk menjadi data latih pada berbagai model deep learning, hasilnya divalidasi menggunakan indeks gamma 3%/3mm terhadap citra dosis hasil perencanaan dari TPS. Beberapa model deep learning telah berhasil dibuat yang dapat mengubah nilai piksel EPID menjadi distribusi dosis. Pada dosimetri transit telah berhasil dibuat model Convolutional Neural Network (CNN) dengan 6 layer dengan hasil validasi terbaik mencapai 92,40% ± 28,14%. sedangkan pada dosimetri non-transit, model terbaik mencapai tingkat kelulusan gamma indeks rata-rata 90,07 ± 4,96%. Validasi lebih lanjut dalam banyak kasus dan perbaikan perlu dilakukan untuk meningkatkan akurasi kemiripan dengan citra acuan dengan mempertimbangkan karakteristik yang terkandung dalam gambar EPID dan jumlah dataset.

The use of deep learning to support prediction and decision making is very popular in many areas. Many radiations oncologist and medical physicists are conducting promising research in cancer histology and staging, outcome prediction, automated segmentation, treatment planning, and quality assurance. This research is a preliminary study of the development and comparison of deep learning model that work as a conversion tool from the pixel value of Electronic Portal Imaging Device (EPID) images to dose. Data were taken from two radiotherapy plane with different techniques, the first was transit dosimetry on the Varian Unique 6MV Photon and the second non-transit dosimetry on the Varian Halcyon. Furthermore, due to limited of data source, the data was reproduced by augmentation techniques so that the data was sufficient to become training data on various deep learning models, the results were validated using a gamma index of 3%/3mm compared to the planned dose image from TPS. Several deep learning models has been successfully created that can convert the EPID pixel value into a dose distribution. In transit dosimetry, a Convolutional Neural Network (CNN) model with 6 layers has been successfully created with the best results from the validation reaching 92.40% ± 28.14%. while in non-transit dosimetry, the best model achieves an average gamma passing rate of 90.07 ± 4.96%. Further validation in many cases and improvements need to be made to increase the accuracy of similarity by considering the characteristics contained in the EPID image and the number of datasets."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajar Indah Fitriasari
"Pencitraan 'X-ray' dapat digunakan sebagai alternatif penunjang diagnostik klinis untuk mendeteksi penyakit COVID-19 pada paru-paru pasien. 'Machine learning' atau 'Deep Learning' akan disematkan pada 'computer-aided-diagnosis' (CAD) untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam menangani permasalahan membedakan COVID-19 dengan penyakit lain yang memiliki karakteristik yang serupa. Beberapa sistem kecerdasan buatan berbasis 'Convolutional Neural Network' (CNN) pada penelitian sebelumnya, memiliki akurasi yang menjanjikan dalam mendeteksi COVID-19 menggunakan citra 'X-ray' rongga dada. Dalam penelitian ini, dikembangkan 'classifier' berbasis CNN dengan teknik 'transfer learning', yakni memanfaatkan model CNN pra-terlatih dari ImageNet bernama Xception dan ResNet50V2 yang dikombinasikan agar sistem menjadi lebih akurat dalam kemampuan ekstraksi fitur untuk mendeteksi COVID-19 melalui citra 'X-ray' rongga dada. 'Classifier' yang dikembangkan terdiri dari 2 jenis, yakni 'classifier' yang disusun secara serial dan paralel. Pengujian dilakukan dalam 2 skenario berbeda. Pada skenario 1, digunakan 'dataset' dan pengaturan parameter yang mengacu pada penelitian sebelumnya, sedangkan skenario 2 dilakukan dengan menambahkan sejumlah citra kedalam 'dataset' baru serta pengaturan parameter yang berbeda untuk memperoleh peningkatan akurasi. Dari pengujian untuk kelas COVID-19 pada skenario 1, diperoleh 'classifier' paralel berhasil menggungguli 'classifier' lain dengan mencapai akurasi rata-rata 93,412% serta memperoleh 'precision', 'recall,' dan 'f1-score' masing – masing mencapai 96.8%, 99.6% dan 98%. Pada skenario 2, 'classifier' paralel mencapai akurasi rata-rata yang lebih tinggi, yakni mencapai 96,678% serta memperoleh 'precision', 'recall,' dan 'f1-score' yang cukup tinggi pula, yakni masing – masing mencapai 98.8%, 99.8% dan 99.4% untuk kelas COVID-19. Adanya penambahan jumlah 'dataset' pada skenario 2 dapat meningkatkan akurasi dari 'classifier' yang dikembangkan. Secara keseluruhan, 'classifier' paralel yang dikembangkan dapat direkomendasikan menjadi alat yang dapat membantu praktisi klinis dan ahli radiologi untuk membantu mereka dalam diagnosis, kuantifikasi, dan tindak lanjut kasus COVID-19.

X-ray imaging can be used as an alternative support clinical diagnostics to detect COVID-19 in the patient's lungs. Machine learning or Deep Learning will be embedded in computer-aided diagnosis (CAD) to increase efficiency and accuracy in dealing with problems distinguishing COVID-19 from other diseases that have similar characteristics. Several artificial intelligence systems based on the Convolutional Neural Network (CNN) in previous studies have promising accuracy in detecting COVID-19 using Chest X-ray images. In this study, a CNN-based classifier with transfer learning techniques was developed, which utilizes a pre-trained CNN model from ImageNet named Xception and ResNet50V2 combined that makes the system powerful using multiple feature extraction capabilities to detect COVID-19 through Chest X-ray images. There are 2 types of classifiers developed, classifiers arranged in serial and parallel. The testing in this study was carried out in two different scenarios. In the scenario 1, the dataset and parameter settings are used referring to previous studies, while the scenario 2 was carried out by adding several images to the new dataset and setting different parameters to obtain increased accuracy. From testing of the COVID-19 class in the scenario 1, the parallel classifier succeeded in outperforming other classifiers by achieving an average accuracy in 93.412% and also obtains precision, recall and f1-score, which reached 96.8%, 99.6%, and 98% respectively. In the scenario 2, the parallel classifier achieved a higher average accuracy of 96.678%, and also obtained quite high precision, recall and f1-score, which reached 98.8%, 99.8% and 99.4% for the COVID-19 class, respectively. The addition of the number of datasets in scenario 2 can increase the accuracy of the developed classifier. Overall, the developed parallel classifier can be recommended as a tool that can help clinical practitioners and radiologists to aid them in diagnosis, quantification, and follow-up of COVID-19 cases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferro Geraldi Hardian
"Deteksi objek merupakan permasalahan populer pada bidang computer vision yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencari lokasi objek pada suatu citra. Performa metode-metode deteksi objek tentunya dipengaruhi oleh kualitas citra. Di sisi lain, pada kehidupan sehari-hari terdapat citra berkabut. Citra berkabut adalah citra yang diambil dalam kondisi berkabut. Kabut tersebut dapat menghamburkan sinar cahaya dan menyebabkan citra yang diambil mengalami penurunan kualitas. Dataset-dataset citra yang populer digunakan untuk deteksi objek juga biasanya mengasumsikan citra diambil pada kondisi tanpa kabut. Oleh karena itu kebanyakan metode deteksi objek pada umumnya tidak dapat berperforma dengan baik pada citra berkabut. YOLOv4 merupakan arsitektur deteksi objek state-of-the-art yang memiliki performa tinggi baik dari segi akurasi dan kecepatan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kapasitas YOLOv4 dengan citra yang berkabut dan juga mencari skenario pelatihan terbaik bagi YOLOv4 untuk mendeteksi objek pada citra berkabut. Skenario pelatihan yang diusulkan ada tiga, pelatihan hanya dengan citra tanpa kabut, pelatihan hanya dengan citra berkabut, dan pelatihan dengan kedua tipe citra. Pengujian dilakukan pada dataset Hazy Series dimana permasalahan utamanya adalah untuk mendeteksi satu buah objek Macbeth ColorChecker yang ada pada setiap citra. Hasil penelitian menunjukan bahwa kabut memiliki pengaruh yang besar pada model yang tidak dilatih dengan citra berkabut. Selain itu, ditunjukan bahwa model YOLOv4 yang dilatih dengan citra berkabut dan citra tanpa kabut memiliki performa terbaik, dengan akurasi 0,88 dan Intersection of Union (IOU) 0,71 untuk dataset Hazy.

Object detection is a well known problem in the computer vision field that aims to identify and locate objects in images. The performance of object detection methods is influenced by the quality of the images. However, in real world situations, it is possible to have hazy images. Hazy images are images that are taken in hazy conditions. Haze occurs because of scattering light in a medium that has micro-particles and causes the quality of the image to worsen. Well known object detection datasets also commonly assume that the images are taken in haze-free conditions. As a result, most object detection methods cannot perform well when faced with hazy images. YOLOv4 is a state-of-the-art object detection architecture that has high performance in both accuracy and speed. This research aims to test YOLOv4 capability in handling hazy images while also searching for the best training scenario for YOLOv4 to detect object in hazy images. There are three proposed training scenarios, they are training with only haze-free images, training with only hazy images and training with both. Evaluation is done on Hazy Series dataset where the main task is to detect one Macbeth ColorChecker object in each image. Research’s results indicate that haze has a big effect on models that are not trained with hazy images. They also indicate that the YOLOv4 model that is trained with both haze-free images and hazy images has the best performance, with an accuracy of 0,81 and Intersection of Union (IOU) of 0,71 for hazy images. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Septina Ika Hartanti
"Bencana banjir merupakan salah satu peristiwa alam yang sering terjadi di dunia, termasuk Indonesia, dan terjadi ketika aliran air yang berlebihan menggenangi daratan dalam jangka waktu tertentu. Perubahan iklim, cuaca ekstrem, urbanisasi yang tidak terkendali, dan kondisi geografis yang kompleks telah berkontribusi terhadap peningkatan frekuensi dan intensitas banjir, terutama di daerah perkotaan. Analisis banjir otomatis dan deteksi citra dapat memberikan panduan dan informasi yang berguna dalam membuat keputusan untuk mengurangi dampak destruktif seperti korban jiwa dan ekonomi, salah satunya dengan melakukan segmentasi untuk membantu proses pembuatan peta kerawanan banjir. Namun, sejumlah kecil data beresolusi tinggi dan berlabel yang tersedia membuat proses segmentasi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, penulis mengusulkan pendekatan semi-supervised yaitu mean teacher dengan memanfaatkan teknik deep learning. Adapun dataset yang digunakan adalah citra SAR Sentinel-1 C-band yang telah diolah sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model usulan memberikan kenaikan performa yang cukup signifikan pada metrik IoU sebesar 5% terhadap baseline yang mengimplementasikan teknik pseudo-labeling.

Floods are one of the natural disaster events that occur in the world. Floods happen when excessive water flows and submerges land for a certain period of time. Climate change, extreme weather, uncontrolled urbanization, and complex geographical conditions have contributed to the increase in the frequency and intensity of floods, especially in urban areas. Automatic flood analysis and detection of imagery can provide useful guidance and information in making decisions to reduce destructive impacts such as loss of life and economy. However, the small amount of high-resolution and labeled data available makes the segmentation process difficult for flood detection. Therefore, the author proposes a semi-supervised approach, namely mean teacher by utilizing the deep learning architecture. The dataset used is the SAR image of Sentinel-1 C-band which has been processed. The results show that the proposed model provides a significant increase in performance on the IoU metric by 5% against the baseline that implements the pseudo-labeling technique."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Gowandi
"Analisis sentimen adalah salah satu bidang dari Pemrosesan Bahasa Alami yang membangun sistem untuk mengenal opini dalam teks dan mengelompokkan ke dalam sentimen positif atau negatif. Banyak peneliti telah membangun model yang menghasilkan akurasi terbaik dalam melakukan analisis sentimen. Tiga diantaranya adalah Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), dan Gated Recurrent Unit (GRU), yang merupakan bagian dari deep learning. CNN digunakan karena kemampuannya dalam mengekstrak fitur penting dalam penggalan kalimat, sedangkan LSTM dan GRU digunakan karena kemampuannya yang memiliki memori akan input yang telah diproses sebelumnya. GRU memiliki struktur yang lebih sederhana dibandingkan dengan LSTM. Ketiga model tersebut dapat digabungkan menjadi model gabungan LSTM-CNN, CNN-LSTM, GRU-CNN, dan CNN-GRU. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa model gabungan tersebut memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan model dasar LSTM, GRU, dan CNN. Implementasi model dilakukan pada data ulasan aplikasi berbahasa Indonesia. Hasilnya, didapatkan bahwa hampir seluruh model gabungan memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan model dasar.

Sentiment analysis is one of the fields of Natural Language Processing that builds a system to recognize and extract opinion in the form of text into positive or negative sentiment. Nowadays, many researchers have developed methods that yield the best accuracy in performing analysis sentiment. Three particular models are Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), and Gated Recurrent Unit (GRU), which are part of deep learning architectures. CNN is used because of its ability to extract important features from each sentence fragment, while LSTM and GRU are used because of their ability to have a memory of prior inputs. GRU has a simpler and more practical structure compared to LSTM. These models can be combined into combined LSTM-CNN, CNN-LSTM, GRU-CNN, and CNN-GRU model. Former researches have proved that these models have better accuracy compared to standard models. This research is focused on the performance of all the combined LSTM-CNN, CNN-LSTM, GRU-CNN, CNN-GRU models and will be compared to the standard LSTM, GRU, CNN models. Implementation of the model is performed on a collection of application review data in Indonesian text. As a result, almost all of the combined models have better accuracy than the standard models."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Asyifa
"Sistem Penilaian Esai Otomatis (SIMPLE-O) merupakan teknologi deep learning yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. SIMPLE-O dikembangkan untuk menilai ujian esai Bahasa Indonesia menggunakan gabungan algoritma CNN dengan Bidirectional LSTM. Dokumen yang menjadi input untuk sistem berupa jawaban mahasiswa dan kunci jawaban dosen. Keduanya akan melalui proses pre-processing yang dilanjut menuju proses embedding dan masuk ke dalam model deep learning. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan dengan metrik penilaian yaitu Manhattan Distance dan Cosine Similarity. Pengujian dilakukan dengan mencari hyperparameter terbaik dari enam skenario yang dijalankan. Hasil pengujian skenario akhir fase training dan testing pengukuran Manhattan Distance mendapatkan nilai rata-rata selisih sebesar 0,72 dan 15,19. Untuk pengujian akhir pengukuran Cosine Similarity didapatkan nilai sebesar 1,07 dan 15,43.

The Automated Essay Assessment System (SIMPLE-O) is a deep learning technology developed by the Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia. SIMPLE-O was developed to assess Indonesian essay exams using the CNN algorithm and the Bidirectional LSTM. Documents that become input for the system are student answers and lecturer answer keys. Both of them will go through a pre-processing process, leading to the embedding process and entering the deep learning model. Next, calculations will be done with assessment metrics: Manhattan Distance and Cosine Similarity. Testing is done by looking for the best hyperparameters from the six-run scenarios. The results of testing the scenario at the end of the training and testing phase of the Manhattan Distance measurement obtained an average difference of 0.72 and 15.19. For the final test of the Cosine Similarity measurement, values were obtained of 1.07 and 15.43."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adawiyah Ulfa
"Pengembangan inhibitor Dipeptidyl Peptidae-4 (DPP-4) sangat diperlukan dalam pengobatan Diabetes Mellitus tipe 2 dengan efek samping yang rendah. Pemodelan hubungan kuantitatif struktur aktivitas (QSAR) merupakan pendekatan analisis hubungan struktur kimia dengan aktivitasnya yang banyak digunakan dalam desain obat penyakit Diabetes. Pada tesis ini, model QSAR klasifikasi dibangun untuk memprediksi struktur aktivitas senyawa pada inhibitor DPP-4 yang dapat memblokir kerja enzim DPP-4. Dalam representasi molekul digunakan circular fingerprint ECFP dan FCFP yang menyajikan notasi SMILES dalam format vektor biner. Fingerprint ECFP dan FCFP yang berdiameter 4 dan 6 sebagai input data dalam membangun model QSAR klasifikasi. Pada QSAR klasifikasi dengan pendekatan deep learning memberikan waktu yang cepat dalam proses virtual screening senyawa aktif atau tidak aktif dalam inhibitor DPP-4. Penelitian ini menggunakan model Hybrid Deep Learning 1D CNN-LSTM untuk memprediksi aktivitas senyawa inhibitor dalam kelas aktif atau tidak aktif berdasarkan nilai aktivitas biologis dengan proporsi data latih dan data uji yang berbeda. Dalam arsitektur 1D CNN-LSTM terdiri dari model 1D CNN sebagai tahap ektraksi fitur dan output dari lapisan konvolusi 1D CNN digunakan dalam lapisan LSTM. Selain itu, pemilihan fitur dengan metode Random Forest-Recursive Feature Elimination (RF-RFE) digunakan untuk memperoleh fitur yang optimal dari dataset ECFP dan FCFP. Selanjutnya, penelitian ini membandingkan performa model dengan menerapkan pemilihan fitur RF-RFE dan tanpa pemilihan fitur RF-RFE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model QSAR klasifikasi menggunakan Hybrid Deep Learning yaitu 1D CNN-LSTM dengan pemilihan fitur RF-RFE memperoleh performa model yang lebih baik dibandingkan model tanpa pemilihan fitur optimal. Performa model 1D CNN-LSTM dengan pemilihan fitur RF-RFE menggunakan data ECFP_4 dengan proporsi data latih 80% memiliki akurasi sebesar 0.9075, sensitivitas 0.9008, spesifisitas 0.9142, dan nilai MCC 0.8151.

The development of Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4) inhibitors is urgently needed in the treatment of Type 2 Diabetes Mellitus with low side effects. Activity structure quantitative relationship modeling (QSAR) is an analytical approach to the relationship between chemical structure and activity which is widely used in diabetes drug design. In this thesis, a classification QSAR model was built to predict the structure of the activity of the DPP-4 inhibitor compound that can block the action of the DPP-4 enzyme. In molecular representation, ECFP and FCFP circular fingerprints are used which present SMILES notation in binary vector format. ECFP and FCFP fingerprints with diameters of 4 and 6 as input data in building a classification QSAR model. The QSAR classification with a deep learning approach provides fast time in the virtual screening process for active or inactive compounds in DPP-4 inhibitors. This study uses the Hybrid Deep Learning 1D CNN-LSTM model to predict the activity of inhibitor compounds inactive or inactive classes based on the value of biological activity with different proportions of training data and test data. The 1D CNN-LSTM architecture consists of a 1D CNN model as the feature extraction stage and output of 1D CNN convolution layer is used in the LSTM layer. In addition, feature selection using the Random Forest-Recursive Feature Elimination (RF-RFE) method was used to obtain optimal features from the ECFP and FCFP datasets. Furthermore, this study compares the performance of the model by applying the RF-RFE feature selection and without the RF-RFE feature selection. The results of this study indicate that the classification QSAR model using Hybrid Deep Learning, namely 1D CNN-LSTM with RF-RFE feature selection, obtains better model performance than the model without optimal feature selection. The performance of the CNN-LSTM 1D model with RF-RFE feature selection using ECFP_4 data with a proportion of 80% training data has an accuracy of 0.9075, sensitivity of 0.9008, specificity of 0.9142, and an MCC value of 0.8151.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>