Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mallarangeng, Andi Rizkha Fadillah
"Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia bekerjasama dengan PT. Telkom Indonesia. Tbk membangun dan menetapkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk menangani tracing dan tracking virus COVID-19 di Indonesia (Plate, 2020). Aplikasi PeduliLindungi dikembangakan dengan menggunakan metode pengembangan aplikasi Development and Operation (DevOps). Namun dalam pengembangannya terdapat beberapa permasalahan pada status pengembangan aplikasi PeduliLindungi dengan menggunakan metode pengembangan DevOps yakni sekitar 5% pengembangan aplikasi yang dikerjakan berpotensi untuk ditunda, 8% tertunda dan 2% telah dihentikan (Qiantori, 2022). Berdasarkan data tersebut diketahui dari 100% persentasi pengembangan aplikasi, sebanyak 15% pengembangan aplikasi PeduliLindungi megalami permasalahan dalam pengembangannya. Berdasarkan analisis peneliti mengenai kesenjangan antara ekspektasi dan realita maka persentasi kelancaran pengembangan aplikasi peduliLindungi menggunakan metode DevOps tidak memenuhi target. Dalam penelitian ini analisis fishbone dilakukan dengan memetakan akar permasalahan dalam tantangan adopsi DevOps terdapat akar permasalahan kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi. Menurut (Hamunen, 2016)kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi PeduliLindungi masuk pada Problems with adapting organizational processes to DevOps. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka peneliti mengkaji lebih lanjut akar permasalahannya yaitu belum pernah dilakukan pengukuran tingkat kematangan pengembangan aplikasi DevOps menggunakan Bucena DevOps Maturity Model dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kematangan. Penelitian ini berjenis applied research serta metode analisis data yang digunakan adalah mixed-methods. Berdasarkan penelitian menggunakan Bucena DevOps Maturity Model tingkat kematangan metode pengembangan aplikasi PeduliLindungi yakni dengan menggunakan metode DevOps adalah 3,49 Defined, dan terdapat 6 faktor yang diberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan  DevOps. Rekomendasi perbaikan telah melewati  proses validasi oleh Head of Technology pengembangan aplikasi PeduliLindungi. dengan adanya penelitian ini tim mendapatkan gambaran mengenai tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi termasuk mengenai  faktor-faktor pada dimensi yang mempengaruhi nilai Maturity rendah serta rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi serta penelitian ini memberikan kontribusi akademis dengan memperkaya penelitian terdahulu terkait DevOps Maturity Level termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi Maturity Level.

The Indonesian Ministry of Communication and Information in collaboration with PT. Telkom Indonesia. Tbk builds and establishes the use of the PeduliLindungi application to handle tracing and tracking the COVID-19 virus in Indonesia (Plate, 2020). The PeduliLindungi application was developed using the Development and Operations (DevOps) application development method. However, in its development there are several problems with the development status of the PeduliLindungi application using the DevOps development method, namely about 5% of application development that is being carried out has the potential to be delayed, 8% is delayed and 2% has been discontinued (Qiantori, 2022). Based on this data, it is known that from 100% percentage of application development, as much as 15% of PeduliLindungi application development has problems in its development. Based on the researcher's analysis of the gap between expectations and reality, the percentage of smooth development of the CareLindung application using the DevOps method did not meet the target. In this study, fishbone analysis was carried out by mapping the root causes in the challenge of DevOps adoption, there are root causes of the lack of maturity of the application of the DevOps method in application development. According to (Hamunen, 2016) the immaturity of the application of the DevOps method in the development of the PeduliLindung application is included in Problems with adapting organizational processes to DevOps. To answer these problems, the researchers further examined the root of the problem, namely that the maturity level of DevOps application development has never been measured using the Bucena DevOps Maturity Model and provided recommendations for improvements to increase maturity. This research is applied research type and the data analysis method used is mixed-methods. Based on research using the Bucena DevOps Maturity Model, the maturity level of the PeduliLindungi application development method using the DevOps method is 3.49 Defined, and there are 6 factors that are recommended for improvement to increase the DevOps maturity level. The recommendation for improvement has passed the validation process by the Head of Technology for PeduliLindungi application development. With this research, the team gets an overview of the maturity level of DevOps at Cares for Protect including the factors on the dimensions that affect the low Maturity value as well as recommendations for improvement to increase the maturity level of DevOps at PeduliLindungi and this research provides an academic contribution by enriching previous research related to DevOps Maturity Level including Factors Affecting Maturity Level."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mallarangeng, Andi Rizkha Fadillah
"Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia bekerjasama dengan PT. Telkom Indonesia. Tbk membangun dan menetapkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk menangani tracing dan tracking virus COVID-19 di Indonesia (Plate, 2020). Aplikasi PeduliLindungi dikembangakan dengan menggunakan metode pengembangan aplikasi Development and Operation (DevOps). Namun dalam pengembangannya terdapat beberapa permasalahan pada status pengembangan aplikasi PeduliLindungi dengan menggunakan metode pengembangan DevOps yakni sekitar 5% pengembangan aplikasi yang dikerjakan berpotensi untuk ditunda, 8% tertunda dan 2% telah dihentikan (Qiantori, 2022). Berdasarkan data tersebut diketahui dari 100% persentasi pengembangan aplikasi, sebanyak 15% pengembangan aplikasi PeduliLindungi megalami permasalahan dalam pengembangannya. Berdasarkan analisis peneliti mengenai kesenjangan antara ekspektasi dan realita maka persentasi kelancaran pengembangan aplikasi peduliLindungi menggunakan metode DevOps tidak memenuhi target. Dalam penelitian ini analisis fishbone dilakukan dengan memetakan akar permasalahan dalam tantangan adopsi DevOps terdapat akar permasalahan kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi. Menurut (Hamunen, 2016)kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi PeduliLindungi masuk pada Problems with adapting organizational processes to DevOps. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka peneliti mengkaji lebih lanjut akar permasalahannya yaitu belum pernah dilakukan pengukuran tingkat kematangan pengembangan aplikasi DevOps menggunakan Bucena DevOps Maturity Model dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kematangan. Penelitian ini berjenis applied research serta metode analisis data yang digunakan adalah mixed-methods. Berdasarkan penelitian menggunakan Bucena DevOps Maturity Model tingkat kematangan metode pengembangan aplikasi PeduliLindungi yakni dengan menggunakan metode DevOps adalah 3,49 Defined, dan terdapat 6 faktor yang diberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan DevOps. Rekomendasi perbaikan telah melewati proses validasi oleh Head of Technology pengembangan aplikasi PeduliLindungi. dengan adanya penelitian ini tim mendapatkan gambaran mengenai tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi termasuk mengenai faktor-faktor pada dimensi yang mempengaruhi nilai Maturity rendah serta rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi serta penelitian ini memberikan kontribusi akademis dengan memperkaya penelitian terdahulu terkait DevOps Maturity Level termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi Maturity Level.

The Indonesian Ministry of Communication and Information in collaboration with PT. Telkom Indonesia. Tbk builds and establishes the use of the PeduliLindungi application to handle tracing and tracking the COVID-19 virus in Indonesia (Plate, 2020). The PeduliLindungi application was developed using the Development and Operations (DevOps) application development method. However, in its development there are several problems with the development status of the PeduliLindungi application using the DevOps development method, namely about 5% of application development that is being carried out has the potential to be delayed, 8% is delayed and 2% has been discontinued (Qiantori, 2022). Based on this data, it is known that from 100% percentage of application development, as much as 15% of PeduliLindungi application development has problems in its development. Based on the researcher's analysis of the gap between expectations and reality, the percentage of smooth development of the CareLindung application using the DevOps method did not meet the target. In this study, fishbone analysis was carried out by mapping the root causes in the challenge of DevOps adoption, there are root causes of the lack of maturity of the application of the DevOps method in application development. According to (Hamunen, 2016) the immaturity of the application of the DevOps method in the development of the PeduliLindung application is included in Problems with adapting organizational processes to DevOps. To answer these problems, the researchers further examined the root of the problem, namely that the maturity level of DevOps application development has never been measured using the Bucena DevOps Maturity Model and provided recommendations for improvements to increase maturity. This research is applied research type and the data analysis method used is mixed-methods. Based on research using the Bucena DevOps Maturity Model, the maturity level of the PeduliLindungi application development method using the DevOps method is 3.49 Defined, and there are 6 factors that are recommended for improvement to increase the DevOps maturity level. The recommendation for improvement has passed the validation process by the Head of Technology for PeduliLindungi application development. With this research, the team gets an overview of the maturity level of DevOps at Cares for Protect including the factors on the dimensions that affect the low Maturity value as well as recommendations for improvement to increase the maturity level of DevOps at PeduliLindungi and this research provides an academic contribution by enriching previous research related to DevOps Maturity Level including Factors Affecting Maturity Level."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rommy Bastian Hutauruk
"Analitik diyakini menjadi kapabilitas pembeda yang dapat membawa sebuah perusahaan pada peningkatan performansi perusahaan maupun keberlanjutan bisnis. Perusahaan B2B merupakan area yang jarang dilakukan penelitian terkait analitik di sektor bisnis. Pada penelitian ini dilakukan studi kasus pada PT XYZ, sebuah perusahaan telekomunisai bidang B2B, untuk dinilai tingkat kematangan proses analitik saat ini dengan menggunakan model DELTA dari Davenport. Pengukuran tingkat kematangan menunjukkan PT XYZ baru mencapai tingkat 2 (locally analytics) pada setiap element dari model DELTA: Data, Enterprises, Leadership, Target dan Analyst. Aspirasi manajemen adalah berada pada tingkat kematangan 4 (analytical company). Untuk mencapai tingkat yang diinginkan diusulkan perencanaan perbaikan tingkat kematangan berupa aktivitas-aktivitas yang kemudian disusun dalam bentuk roadmap dalam waktu lima tahun. Aktivitas-aktivitas ini dikelompokan dalam empat kategori yang lebih memudahkan dalam implementasi karena menyesuaikan dengan struktur fungsional dari unit organisasi perusahaan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi perusahaan B2B yang ingin meningkatkan tingkat kematangannya dalam menggunakan analitik dalam membantu pengambilan keputusan.

Analytics is one of the differentiating capabilities that can lead a company to improve company performance and business sustainability. B2B companies are an area where analytics-related research is rarely done in the business sector. In this research, a case study was conducted at PT XYZ, a B2B telecommunications company, to assess the current level of analytical process maturity using the DELTA model from Davenport. Maturity level measurement shows that PT XYZ currently at level 2 (locally analytics) in each element of DELTA model: Data, Enterprises, Leadership, Target and Analyst. The management's aspiration is at maturity level 4 (analytical company). To achieve the target level, it is proposed a corporate plan to improve the maturity level. The plan consists of activities compiled in the form of a roadmap executed within five years. These activities then regrouped into four categories which make implementation easier because they conform to the functional structure of the company's organizational units. This research can be used as a reference for other B2B companies to improve their maturity level in using analytics to support their decision making."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Karoma Yude
"PT X adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi makanan dan minuman dengan aspek kesehatan. Sejak didirikan tahun 1979 hingga saat ini berusia 42 tahun, organisasi telah berkembang dan melakukan berbagai inovasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis. Memasuki industri 4.0, PT X beradaptasi dengan perkembagan teknologi informasi. Perusahaan tengah dalam fase transformasi bisnis menjadi digital dengan melakukan pengembagan perangkat lunak yang bertujuan untuk mempermudah dan membuat proses bisnis menjadi lebih efektif dan efisien. Organisasi telah melakukan praktik manajemen proyek namun belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari adanya 40% proyek yang dijalankan tidak dapat di-deliver dengan tepat waktu. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan manajemen proyek yang sudah dijalankan sehingga organisasi dapat melakukan perbaikan. Dengan menggunakan Project Management Maturity Model (PMMM) diketahui bahwa tingkat kematangan manajemen proyek PT X berada pada tingkat pertama. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan organisasi mengenai manajemen proyek masih belum cukup baik.
Penelitian ini juga menghasilkan rekomendasi perbaikan yang dapat diterapkan organisasi yaitu mengadakan pelatihan khusus untuk setiap area manajemen proyek, membuat standar dokumentasi yang baik, mengadakan sesi pendalaman materi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) dan mendorong project manager untuk berkomunikasi menggunakan istilah manajemen proyek yang tepat

.PT X is a food and beverage manufacturing company with a focus on health. Since its establishment in 1979, the organization has developed and implemented several innovations in order to remain competitive in the commercial sector. PT X has adapted to the advancement of information technology as it enters industry 4.0. The organization is in the process of digitalizing its business by building software to simplify and improve the effectiveness and efficiency of business operations. The organization has implemented project management practices, but they have not been properly applied. There are 40% of projects that cannot be delivered on schedule. Evaluation is required to determine the maturity level of project management that has been applied so that the organization could implement improvements. Using the Project Management Maturity Model (PMMM), it is determined that PT X's project management is at the first level of maturity. This indicates that the organization's understanding of project management is still insufficient. This research also includes recommendations for improvement that may be implemented by organization, such as providing particular training for each project management area, establishing appropriate documentation standards, organizing sessions to increase understanding of the Project Management Body of Knowledge (PMBOK) materials, and encouraging project managers to communicate using proper project management terms."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Tiara Ayu
"Tingkat kesuksesan proyek suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh bagaimana suatu organisasi mengelola proyek. Salah satu faktor yang memengaruhi kesuksesan proyek adalah tingkat kematangan manajemen proyek. Terdapat korelasi antara tingkat kematangan manajemen proyek dan kesuksesan proyek. Ada beberapa proses kematangan yang dapat memengaruhi kesuksesan proyek. Pada penelitian ini penulis melakukan perhitungan dan analisis tingkat kematangan manajemen proyek berdasarkan teori project management maturity model (PMMM). Penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk mencapai tingkat kematangan yang diharapkan dan sesuai dengan faktor kesuksesan proyek. Penelitian dilakukan di Bank XYZ dan terbatas hanya pada unit kerja ITPM (Information Technology Project Management). Penelitian ini menggunakan focus group discussion, wawancara, kuesioner dan observasi dokumen. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Proses kematangan manajemen proyek di Bank XYZ berada pada tingkat-1. Hal ini dikarenakan ada beberapa proses yang belum terlaksana sesuai dengan best practice.

The success rate of an organization can be influenced by how an organization manages projects. One of the factors that influence project success is the level of project management readiness. There is a correlation between project management maturity level and project success. Several maturity processes can affect project success. In this study, the authors calculated and analyzed the project maturity level based on the theory of the project management maturity model (PMMM). This study also provides recommendations for achieving the expected maturity level and in accordance with the project's success factors. The research was conducted at Bank XYZ and was limited to the ITPM (Information Technology Project Management) work unit. This study uses focus group discussions, interviews, questionnaires, and document observations. From the research results, the result of the project management process at XYZ Bank is level 1. This is because several processes have not been implemented in accordance with best practice."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Karoma Yude
"PT X adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi makanan dan minuman dengan aspek kesehatan. Sejak didirikan tahun 1979 hingga saat ini berusia 42 tahun, organisasi telah berkembang dan melakukan berbagai inovasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis. Memasuki industri 4.0, PT X beradaptasi dengan perkembagan teknologi informasi. Perusahaan tengah dalam fase transformasi bisnis menjadi digital dengan melakukan pengembagan perangkat lunak yang bertujuan untuk mempermudah dan membuat proses bisnis menjadi lebih efektif dan efisien. Organisasi telah melakukan praktik manajemen proyek namun belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari adanya 40% proyek yang dijalankan tidak dapat di-deliver dengan tepat waktu. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan manajemen proyek yang sudah dijalankan sehingga organisasi dapat melakukan perbaikan. Dengan menggunakan Project Management Maturity Model (PMMM) diketahui bahwa tingkat kematangan manajemen proyek PT X berada pada tingkat pertama. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan organisasi mengenai manajemen proyek masih belum cukup baik. Penelitian ini juga menghasilkan rekomendasi perbaikan yang dapat diterapkan organisasi yaitu mengadakan pelatihan khusus untuk setiap area manajemen proyek, membuat standar dokumentasi yang baik, mengadakan sesi pendalaman materi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) dan mendorong project manager untuk berkomunikasi menggunakan istilah manajemen proyek yang tepat.

PT X is a food and beverage manufacturing company with a focus on health. Since its establishment in 1979, the organization has developed and implemented several innovations in order to remain competitive in the commercial sector. PT X has adapted to the advancement of information technology as it enters industry 4.0. The organization is in the process of digitalizing its business by building software to simplify and improve the effectiveness and efficiency of business operations. The organization has implemented project management practices, but they have not been properly applied. There are 40% of projects that cannot be delivered on schedule. Evaluation is required to determine the maturity level of project management that has been applied so that the organization could implement improvements. Using the Project Management Maturity Model (PMMM), it is determined that PT X's project management is at the first level of maturity. This indicates that the organization's understanding of project management is still insufficient. This research also includes recommendations for improvement that may be implemented by organization, such as providing particular training for each project management area, establishing appropriate documentation standards, organizing sessions to increase understanding of the Project Management Body of Knowledge (PMBOK) materials, and encouraging project managers to communicate using proper project management terms."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Fauziyah
"Perkembangan implementasi teknologi informasi dan komunikasi TIK di bidang kepemerintahan saat ini semakin meningkat pesat baik untuk peningkatan kinerja internal organisasi maupun untuk peningkatan kualitas layanan publik Kementerian Keuangan merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melakukan banyak perbaikan dalam penerapan TIK untuk mendukung pencapaian pengelolaan keuangan yang kredibel dan akuntabel Untuk mendukung hal tersebut Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek yang merupakan unit TIK pusat di lingkungan Kementerian Keuangan melakukan banyak proyek TIK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis tingkat kematangan pelaksanaan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan Model kematangan yang digunakan adalah Project Management Maturity Model PMMM yang disesuaikan dengan Project Management Body of Knowledge PMBoK Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan adalah tingkat 2 Hal ini menunjukkan bahwa Pusintek telah memiliki kebijakan dan standar dalam pelaksanaan manajemen proyek Namun berdasarkan pemeriksaan dan observasi dokumen yang dilakukan penelitian ini pelaksanaan manajemen proyek belum sepenuhnya mengacu pada kebijakan tersebut Menurut PMMM tingkat 2 menunjukkan belum adanya konsistensi dalam pemahaman dan pelaksanaan manajemen proyek Penelitian ini juga memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh Pusintek Kementerian Keuangan untuk dapat mencapai kematangan tingkat 3 Rekomendasi mencakup beberapa aspek yaitu aspek kebijakan yang terdiri dari melakukan sosialisasi kebijakan dan menyusun beberapa prosedur yang dibutuhkan aspek sumber daya manusia yang terdiri dari memberikan pelatihan manajemen proyek evaluasi manajemen proyek dan manajemen program serta melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja tim proyek serta aspek teknologi yang terdiri dari pemanfaatan tools atau sistem manajemen proyek.

The implementation of information and communication technology ICT in government today is growing rapidly both to improve the internal performance of the organization and to improve the quality of public services The Ministry of Finance is one of the government agencies that make a lot of improvements in the implementation of ICT to encourage the achievement of credible and accountable financial management To support this Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek which is the IT department of the Ministry of Finance did a lot of ICT projectsThis study was conducted to evaluate and analyze the maturity level of project management implementation in Pusintek Ministry of Finance Maturity model used is Project Management Maturity Model PMMM which is adapted to the Project Management Body of Knowledge PMBOK The result of this study indicates that the project management maturity level in Pusintek Ministry of Finance is level 2 It means that Pusintek already have policies and standards in the implementation of project management However based on the evaluation and documents observation conducted by this study the implementation of project management have not been fully based on the policies According to PMMM level 2 shows the lack of consistency in the understanding and implementation of project management This study also provides some recommendations that can be done by Pusintek to achieve the maturity level 3 The recommendations are grouped into three aspects policy by disseminating the policy and developing the necessary procedures human resource by providing project management project management evaluation and management program training and evaluating and measuring the performance of the project team and technology by more using the project management tools and systems Keywords Project Management Maturity Level PMMM PMBOK."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Fauziyah
"Perkembangan implementasi teknologi informasi dan komunikasi TIK di bidang kepemerintahan saat ini semakin meningkat pesat baik untuk peningkatan kinerja internal organisasi maupun untuk peningkatan kualitas layanan publik Kementerian Keuangan merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melakukan banyak perbaikan dalam penerapan TIK untuk mendukung pencapaian pengelolaan keuangan yang kredibel dan akuntabel Untuk mendukung hal tersebut Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek yang merupakan unit TIK pusat di lingkungan Kementerian Keuangan melakukan banyak proyek TIK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis tingkat kematangan pelaksanaan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan Model kematangan yang digunakan adalah Project Management Maturity Model PMMM yang disesuaikan dengan Project Management Body of Knowledge PMBoK Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan manajemen proyek di Pusintek Kementerian Keuangan adalah tingkat 2 Hal ini menunjukkan bahwa Pusintek telah memiliki kebijakan dan standar dalam pelaksanaan manajemen proyek Namun berdasarkan pemeriksaan dan observasi dokumen yang dilakukan penelitian ini pelaksanaan manajemen proyek belum sepenuhnya mengacu pada kebijakan tersebut Menurut PMMM tingkat 2 menunjukkan belum adanya konsistensi dalam pemahaman dan pelaksanaan manajemen proyek Penelitian ini juga memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh Pusintek Kementerian Keuangan untuk dapat mencapai kematangan tingkat 3 Rekomendasi mencakup beberapa aspek yaitu aspek kebijakan yang terdiri dari melakukan sosialisasi kebijakan dan menyusun beberapa prosedur yang dibutuhkan aspek sumber daya manusia yang terdiri dari memberikan pelatihan manajemen proyek evaluasi manajemen proyek dan manajemen program serta melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja tim proyek serta aspek teknologi yang terdiri dari pemanfaatan tools atau sistem manajemen proyek.

The implementation of information and communication technology ICT in government today is growing rapidly both to improve the internal performance of the organization and to improve the quality of public services The Ministry of Finance is one of the government agencies that make a lot of improvements in the implementation of ICT to encourage the achievement of credible and accountable financial management To support this Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Pusintek which is the IT department of the Ministry of Finance did a lot of ICT projectsThis study was conducted to evaluate and analyze the maturity level of project management implementation in Pusintek Ministry of Finance Maturity model used is Project Management Maturity Model PMMM which is adapted to the Project Management Body of Knowledge PMBOK The result of this study indicates that the project management maturity level in Pusintek Ministry of Finance is level 2 It means that Pusintek already have policies and standards in the implementation of project management However based on the evaluation and documents observation conducted by this study the implementation of project management have not been fully based on the policies According to PMMM level 2 shows the lack of consistency in the understanding and implementation of project management This study also provides some recommendations that can be done by Pusintek to achieve the maturity level 3 The recommendations are grouped into three aspects policy by disseminating the policy and developing the necessary procedures human resource by providing project management project management evaluation and management program training and evaluating and measuring the performance of the project team and technology by more using the project management tools and systems."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzy As Sidiqy
"Menurut laporan CHAOS yang dikeluarkan oleh Standish Group pada tahun 2015, hanya sekitar 29% proyek TI yang mengalami kesuksesan. Penerapan manajemen proyek merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek di perusahaan. PT. XYZ sebagai perusahaan terkemuka dibidang solusi TI masih mengalami kendala dalam menerapkan manajemen proyek di perusahaan. Kompetensi dari manajemen proyek dapat diwakilkan melalui tingkat kematangan manajemen proyek di perusahaan. Pengukuran terkait kematangan manajemen proyek di PT. XYZ masih belum pernah dilakukan. Untuk itu, dilakukan sebuah penelitian terkait tingkat kematangan manajemen proyek di PT. XYZ. Penelitian menggunakan metodologi kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat kematangan manajemen proyek di perusahaan menggunakan model kematangan Kerzner (KPMMM). Setelah nilai tingkat pengukuran didapatkan, kemudian dilakukan wawancara dengan para pakar manajemen proyek untuk menyusun rekomendasi-rekomendasi peningkatan tingkat kematangan manajemen proyek perusahaan. Hasil dari penelitian adalah tingkat kematangan manajemen proyek PT. XYZ berada pada tingkat 1 dan kemudian disusun lima rekomendasi bersama pakar sebagai upaya peningkatan tingkat kematangan. Kelima rekomendasi tersebut yaitu penyusunan manajemen portofolio perusahaan, peningkatan jumlah dan kompetensi SDM, penyusunan prosedur pelaksanaan proyek, penggunaan tools dalam mengelola proyek, dan penyusunan manajemen perubahan.

According to the CHAOS report released by Standish Group in 2015, only 29% of IT projects can be categorized as success. The implementation of project management is one of the factors that influence the success of the project in the company. PT. XYZ, as a leading company in the field of IT solutions, still has problems in implementing project management inside the company. The competence of project management in the company can be represented by the maturity level of project management. Measurements related to project management maturity at PT. XYZ has never been done before. For this reason, a research was conducted regarding a measurement of the project management maturity at PT. XYZ. This research uses qualitative and quantitative methodologies. The quantitative method is used to measure the maturity level of project management in companies using the Kerzner maturity model (KPMMM). After getting the value of the measurement level, interviews with project management experts are then conducted to formulate recommendations for increasing the level of maturity of the company's project management. The results of this research are the maturity level of PT. XYZ is at level 1 and then five recommendations are prepared with experts as an effort to increase the level of maturity. The five recommendations are making the company portfolio management, increasing the number and competence of project managers, preparing the procedures for implementing projects, using tools in managing projects across the company, and preparing the change management."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Univeristas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Setya Ningrum
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi bencana yang cukup tinggi di mana berdasarkan data World Risk Report di tahun 2020 Indonesia menduduki posisi ke-35 di dunia. E-government menjadi salah satu upaya BMKG dalam memberikan pelayanan publik berupa informasi melalui Aplikasi InfoBMKG. Namun, dalam pelaksanaanya Aplikasi InfoBMKG menemui berbagai masalah, yaitu tidak bisa diakses, error, tidak dapat memuat data, tidak bisa diakses (blank page/force close), pencarian lokasi gagal, informasi tidak menyeluruh, dan tampilan aplikasi yang kurang menarik serta terkesan berantakan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat kematangan Aplikasi InfoBMKG dalam perspektif bisnis internal COBIT 4.1. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelayanan publik, e-service, e-maturity level, dan COBIT 4.1. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan tujuan deskriptif melalui teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sub-dimensi fungsionalitas proses bisnis, mengelola perubahan bisnis, dan produktivitas operasional dan staf berada di level 2 yaitu repeatable but intuitive yang dapat dikategorikan bahwasanya di tingkat ini BMKG sudah melakukan beberapa upaya untuk aplikasi InfoBMKG namun belum terdapat standar prosesnya. Sedangkan untuk sub-dimensi kebijakan internal mendapatkan skor level 1 yaitu non existing di mana di level atau tingkat tersebut menunjukkan bahwa sub dimensi kebijakan internal masih dalam tahap paling awal sehingga setiap proses yang terjadi belum terdefinisi dengan baik. Melihat dari tingkat atau level di setiap sub-dimensi di atas, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan Aplikasi InfoBMKG dalam perspektif bisnis internal COBIT 4.1 mendapatkan nilai 1.8 yang berarti Aplikasi InfoBMKG belum mencapai tingkat kematangan level 2 (repeatable but intuitive).

Indonesia is one of the countries that has a fairly high potential for disasters where based on World Risk Report data in the previous year Indonesia was in the 35th position. E-government is one of BMKG's efforts in providing services in the form of public information through the InfoBMKG Application. However, in its implementation, the InfoBMKG application encountered various problems, namely inaccessibility, errors, unable to load all data, inaccessibility (blank page/force close), failed location search, incomplete information, and the appearance of the application was less attractive and impressed. untidy. This research was conducted to analyze the maturity level of the InfoBMKG application in the perspective of COBIT 4.1 internal business. The theory used in this research is public service, e-service, e-maturity level, and COBIT 4.1. This study uses a post-positivist approach with descriptive objectives through in-depth data collection techniques and literature study. The results show that the sub-dimensions of business process functionality, managing business change, and operational and staff productivity are at level 2, namely repeatable but intuitive which can be categorized that at this level BMKG has made several efforts for the InfoBMKG application but there is no standard process yet. Meanwhile, for the internal policy sub-dimension, the score is level 1, namely the non-existing level, which indicates that the internal policy sub-dimension is still in the early stages so that every process that occurs is not well defined. Looking at the level or levels in each of the sub-dimensions above, it can be said that the maturity level of the InfoBMKG Application in the internal business perspective of COBIT 4.1 gets a score of 1.8, which means that the InfoBMKG application has not yet reached maturity level 2 (repeatable but intuitive)."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>