Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wulung, Rama Josua Matasak Lolong
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 berdampak pada penanganan pasien di Rumah Sakit, terutama di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dampak pandemi COVID-19 terhadap mortalitas pasien gawat darurat masih kontroversial. Selama pandemi terjadi peningkatan lama rawat IGD, namun angka kematian sebelum dan saat pandemi tidak berbeda bermakna. Kasus kematian 7 hari ini diterapkan sebagai indikator untuk mengukur kematian dini di IGD, karena keputusan klinis yang paling penting dibuat pada minggu pertama setelah masuk rumah sakit. Saat ini belum ada studi yang meneliti faktor risiko kematian 7 hari pada pasien COVID-19 di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik retrospekstif dengan pengambilan data sekunder pasien terkonfirmasi COVID-19 yang masuk IGD di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dari Januari sampai Desember 2021. Luaran yang dinilai adalah angka kematian 7 hari pada pasien COVID-19 dan faktor-faktor yang memengaruhinya (lama waktu tunggu, komorbiditas, kriteria triase, derajat keparahan COVID-19).
Hasil: Total pasien yang masuk ke IGD RSUI selama tahun 2021 adalah sebesar 3710 pasien dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 sebesar 38,6%. Angka kematian 24 jam pada populasi pasien COVID-19 sebesar 5,4%. Angka kematian 7 hari pasien di IGD RSUI sebesar 12,2% (175 pasien). Faktor-faktor yang memengaruhi angka kematian 7 hari di IGD RSUI antara lain derajat keparahan COVID-19 (RR 7,1;IK 95% [4,055-12,515]), kriteria triase (RR 4,2;IK 95% [2,763-6,452]), dan komorbiditas (RR 4,2;IK 95% [2,679-6,613]). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama waktu tunggu tidak meningkatkan risiko kematian 7 hari (RR 1,01; IK 95% [0,975-1,050]; p=0,595).
Simpulan: Faktor-faktor yang memengaruhi angka kematian 7 hari di IGD RSUI adalah komorbiditas, kriteria triase, derajat keparahan COVID-19. Lama waktu tunggu pasien di IGD tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap angka kematian 7 hari.

Background: The COVID-19 pandemic has had an impact on the treatment of patients in hospitals, especially in the Emergency Department (ED). The impact of the COVID-19 pandemic on mortality in emergency department patients is still controversial. During the pandemic there was an increase in the length of stay in the emergency room, but the mortality rate before and during the pandemic was not significantly different. 7-day mortality was recently applied as an indicator to measure early death in the ED, because the most important clinical decisions are made in the first week after admission. Currently, there are no studies that examine the risk factors for 7-day death in COVID-19 patients in Indonesia.
Methods: This study is a retrospective analytic descriptive study by collecting secondary data from patients with confirmed COVID-19 who entered the emergency room at the University of Indonesia Hospital (RSUI) from January to December 2021. The outcomes assessed were the 7-day mortality rate in COVID-19 patients and its risk factors (ED waiting time, comorbidity, triage criteria, degree of severity of COVID-19).
Results: The total number of patients admitted to the RSUI ED during 2021 was 3710 patients with confirmed COVID-19 patients at 38.6%. The 24-hour mortality rate in the COVID-19 patient population is 5.4%. The 7-day mortality rate of patients in RSUI ED was 12.2% (175 patients). Factors that influence the 7-day mortality rate in the RSUI ED include the degree of severity of COVID-19 (RR 7,1; CI 95% [4,055-12,515]), triage criteria (RR 4,2; CI 95% [2,763-6,452]), and comorbidity (RR 4,2; CI 95% [2,679-6,613]). The results of this study indicated that ED waiting time did not increase the risk of 7-day mortality (RR 1,01 ; CI 95% [0,975-1,050]; p=0,595).
Conclusion: The factors that influence the 7-day mortality rate in the RSUI ED are comorbidities, triage criteria, and the degree of severity of COVID-19. The patient's ED waiting time has no significant relationship to the 7-day mortality rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahiza Satryo Bimantoro
"Latar Belakang: Virus COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31 Desember 2019. Sejak ditemukan, virus ini telah menginfeksi lebih dari 700 juta orang di seluruh dunia. Varian delta pertama kali ditemukan pada Oktober 2020 di India. Virus ini sangat mudah menular dengan tingkat penularan 50-60% lebih tinggi dibandingkan dengan varian sebelumnya. Varian ini juga lebih sulit untuk diobati dikarenakan adanya mutasi pada sisi penempelan antigen-antibodi. Data epidemiologi dan dampak dari varian ini di Indonesia masih belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas pada pasien COVID-19 varian delta di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dengan melibatkan 224 rekam medis pasien COVID-19 dari bulan Juni-Agustus 2021. Faktor-faktor yang dianalisis adalah usia, jenis kelamin, derajat keparahan, komorbiditas, D-dimer, SGOT, dan temuan radiologi.
Hasil: Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa semua faktor meningkatkan odds ratio mortalitas kecuali jenis kelamin. CKD/AKI (p=0,01), kerusakan hati (p=0,01), derajat kritis-berat (p=<0,01), dan peningkatan SGOT (p=<0,01) secara signifikan berkontribusi pada model akhir.
Kesimpulan: Hubungan signifikan ditemukan antara mortalitas dan usia, tingkat keparahan, komorbiditas, peningkatan D-dimer dan SGOT, serta temuan radiologi yang abnormal. Selain itu, semua faktor ini berkontribusi dalam meningkatkan odds ratio mortalitas.

Introduction: The COVID-19 virus was first identified on December 31st of 2019. Ever since it was discovered, the virus has infected more than 700 million people worldwide. The delta variant was first discovered in October 2020 in India. The virus was found to be highly transmissible with 50-60% higher transmission rate compared to the previous variant. The variant was also found to be more difficult to treat and manage. The epidemiological data and the impact of this variant in Indonesia is still undermined. This study intends to investigate the factors that affects mortality in COVID-19 patients during the delta variant in Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).
Method: This research utilizes a case-control design including 224 COVID-19 patients’ medical records from June-August 2021. Factors analyzed are age, gender, degree of severity, comorbidities, D-dimer, SGOT, and radiology findings.
Results: Logistic regression analysis revealed all factors increases the odds ratio of mortality except for gender. CKD/AKI (p=0.01), liver injury (p=0.01), severe-critical degree (p=<0.01), and SGOT elevation (p=<0.01) were significantly contributing to the final model.
Conclusion: Significant relationship between mortality and age, degree of severity, comorbidities, D-dimer and SGOT elevation, and abnormal radiology findings. Additionally, these factors are all contributing to increasing the odds ratio for mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Shidqul Azmi
"Latar belakang: COVID-19 telah menyebabkan pandemi dengan angka mortalitas yang signifikan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian tertinggi akibat COVID-19. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan kematian pada pasien COVID-19 memiliki kesamaan dengan faktor risiko pada infeksi SARS-CoV dan MERS- CoV, seperti usia, komorbiditas, kadar neutrofil dan limfosit, d-dimer, serta jumlah lobus paru yang terlibat berdasarkan temuan rontgen toraks.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proporsi kematian dan faktor- faktor yang memengaruhi mortalitas pasien COVID-19 dalam perawatan ≤ 14 hari, dengan pendekatan komprehensif yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik dasar, dan pemeriksaan penunjang sederhana yaitu pemeriksaan laboratorium darah dan rontgen toraks.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospektif observasional dengan menganalisis rekam medis pasien COVID-19 yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo dari Januari 2021 hingga Januari 2024. Data dianalisis menggunakan program STATA versi 17.0 melalui metode analisis univariat, bivariat, dan regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 142 subjek direkrut dan dianalisis, dengan angka mortalitas selama perawatan mencapai 29,57%. Mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki (58,5%) dan berusia >60 tahun (52,8%), serta sebagian besar mengalami ketergantungan total (85,7%). Sebagian besar subjek memiliki status nutrisi obesitas (43%). Komorbiditas terbanyak adalah diabetes melitus (42,3%), hipertensi (39,4%), dan gangguan ginjal kronis (37,3%), sedangkan mortalitas tertinggi ditemukan pada pasien dengan gangguan ginjal kronis (34%), penyakit jantung koroner (33,3%), dan stroke (29,2%). Faktor signifikan yang memengaruhi mortalitas dalam ≤14 hari meliputi usia (OR 3,17, p = 0,016), D-dimer (OR 3,07, p = 0,015), CRP (OR 5,16, p < 0,001), dan SpO2 (OR 8,64, p < 0,001).
Kesimpulan: Proporsi mortalitas pasien COVID-19 dalam perawatan ≤ 14 hari adalah 29,57%. Mortalitas sebagian besar terjadi pada pasien berusia ≥60 tahun dengan ketergantungan total. Faktor usia, D-dimer, CRP, dan SpO2 terbukti sebagai faktor yang memengaruhi mortalitas pasien COVID-19 selama perawatan.

Background: COVID-19 has caused a pandemic with a significant mortality rate. Indonesia is among the countries with the highest death toll from COVID-19. Several risk factors contributing to mortality in COVID-19 patients are similar to those observed in SARS-CoV and MERS-CoV infections, such as age, comorbidities, neutrophil-to- lymphocyte ratio, D-dimer levels, and the number of lung lobes affected as identified through chest X-ray findings.
Aim: This study aims to identify the proportion of mortality and the factors influencing the mortality of COVID-19 patients within ≤ 14 days of care, using a comprehensive approach that includes medical history, basic physical examination, and simple supporting tests, namely blood laboratory tests and chest X-rays
Methods: This study employs a retrospective observational design by analyzing the medical records of COVID-19 patients treated at RSUPN Cipto Mangunkusumo from January 2021 to January 2024. The data were analyzed using STATA version 17.0 software through univariate, bivariate, and logistic regression analysis methods.
Results: A total of 142 subjects were recruited and analyzed, with a mortality rate of 29.57% during ≤14 days of treatment. Most patients were male (58.5%) and aged over 60 years (52.8%), with the majority experiencing total dependence (85.7%). Obesity was the predominant nutritional status among the subjects (43%). The most prevalent comorbidities included diabetes mellitus (42.3%), hypertension (39.4%), and chronic kidney disease (37.3%). The highest mortality rates were found in patients with chronic kidney disease (34%), coronary artery disease (33.3%), and stroke (29.2%). Significant factors affecting mortality within ≤14 days included age (OR 3.17, p = 0.016), D-dimer (OR 3.07, p = 0.015), CRP (OR 5.16, p < 0.001), and SpO2 (OR 8.64, p < 0.001).
Conclusion: The mortality proportion of COVID-19 patients during ≤14 days of treatment is 29.57%. The majority of mortality occurred in patients over 60 years old with total dependence. Age, D-dimer, CRP, and SpO2 were found to be significant factors influencing mortality in COVID-19 patients during treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Kenichi Johan
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 di Indonesia dilaporkan dengan penambahan kasus yang semakin meningkat. Karena hal tersebut, beberapa rumah sakit di Indonesia dijadikan sebagai rumah sakit rujukan COVID- 19, salah satunya RSUI Depok. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meneliti profil kunjungan iGD RSUI yang ditinjau dari aspek demografi, triase, dan diagnosis pasien
Metode: Penelitian ini potong lintang ini mengambil sampel berupa data sekunder, yaitu data riwayat pasien yang tercatat dalam rekam medis IGD RSUI untuk periode 2020 (1 Januari 2020 – 31 Desember 2020). Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif menggunakan software Microsoft Excel akan dilanjutkan analisis bivariat dengan teknik analisis chi-square menggunakan software SPSS versi 20.
Hasil: Pasien dalam rekam medis berjumlah 2.735 orang. Pola kunjungan umum dan pasien COVID-19 IGD RSUI mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19. Terjadi peningkatan pada bulan Maret, menurun hingga bulan Mei, dan meningkat kembali secara bertahap hingga bulan Desember untuk kedua pola kunjungan. Setiap kunjungan memiliki karakteristik yang ditandai oleh aspek demografi (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal), triase, dan diagnosis.
Kesimpulan: Masa pandemi COVID-19 telah telah berperan terhadap banyaknya perubahan yang terjadi dalam profil kunjungan IGD RSUI selama tahun 2020.

Background: The COVID-19 pandemic in Indonesia is reported with the addition of increasing cases. Within the condition, several hospitals in Indonesia have been used as COVID-19 referral hospitals, one of which is RSUI Depok. Thus, this study aims to examine the profile of IGD RSUI visits in terms of demographics, triage, and patient diagnosis.
Methods: This cross sectional study took secondary database for the samples, which is IGD RSUI patient medical records for one period in 2020 (January 1st 2020 - December 31th 2020). Data obtained was analyzed descriptively using Microsoft Excel software continued with bivariate analysis with chi-square analysis techniques using SPSS version 20 software.
Results: Patients in the medical record amounted to 2,735 people. The pattern of general visits, as well as patients with COVID-19 visits, has increased during the COVID-19 pandemic. There was increasing number in March, decreasing until May, and gradually increased until December for both visit patterns. Each visit has characteristics that are identified by demographic aspects (gender, age, education, occupation, area of residence), triage, and diagnosis.
Conclusion: The COVID-19 pandemic period has played a role in the many changes that have occurred in the profile of RSUI's Emergency Department (ED) in 2020
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang mana menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) berfungsi dalam menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari ataupun dalam keadaan bencana. Stagnan ialah keadaan ketika pasien itdak dapat pindah ke ruangan rawat inap ataupun ke ICU yang sudah lebih dari 8 jam setelah diputuskannya rawat inap yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena pasien tidak mendapatkan ruang perawatan. Tujuan dilakukan tugas khusus ini yaitu untuk mengidentifikasi DRP (Drug Related Problem) yang terjadi selama penggunaan obat pada pasien dengan kondisi stagnan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan dengan pengambilan data secara retrospektif dari Form Penggunaan Obat Pasien dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi), diobservasi perkembangan keadaan pasien dan dilakukan analisis DRP. Hasil yang didapat yakni dari seluruh pasien yang dianalisis telah menerima terapi yang sudah sesuai dengan tatalaksana terapi namun ditemukan beberapa DRP. Akan tetapi DRP yang didapat belum mutlak benar karena terdapat faktor lain yang mempengaruhinya.

A hospital is a health service institution that provides complete individual health services which provide outpatient, inpatient and emergency services. The Emergency Department (IGD) functions in receiving, stabilizing and managing patients who require immediate emergency treatment, either on a one-day basis or in a disaster. Stagnancy is a condition when the patient cannot move to the inpatient room or to the ICU more than 8 hours after the decision to be hospitalized, which is caused by several factors, one of which is because the patient does not get a treatment room. The aim of this special task is to identify DRP (Drug Related Problems) that occur during drug use in patients with stagnant conditions in the Emergency Room (IGD) at the University of Indonesia Hospital. The implementation of this special task is carried out by collecting data retrospectively from the Patient Medication Use Form and CPPT (Integrated Patient Progress Note), observing the progress of the patient's condition and carrying out DRP analysis. The results obtained were that all patients analyzed had received therapy that was in accordance with the therapeutic management but several DRPs were found. However, the DRP obtained is not absolutely correct because there are other factors that influence it.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Effendi
"Penegakkan diagnosis sepsis lebih dini perlu dilakukan agar tepat dalam inisiasi penatalaksanaan sepsis, terutama saat di instalasi gawat darurat. Insidens sepsis cenderung meningkat, di Indonesia mortalitas pada tahun 2000 mencapai 84,5%. Penyebab dari sepsis bersifat multifaktorial. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang memengaruhi peningkatan risiko mortalitas berdasarkan jumlah sumber infeksi, asal infeksi (komunitas atau nosokomial), jumlah komorbid, sistem skor, albumin, kalium, dan kreatinin darah pada pasien terdiagnosis sepsis. Desain studi adalah kohort retrospektif dengan data rekam medis RSCM dan penelitian sepsis Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Kriteria inklusi meliputi pasien dewasa berusia > 18 tahun terdiagnosis sepsis sesuai kriteria Surviving Sepsis Campaign 2012 (SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS) tahun 2012 dan dirawat inap di RSCM dari Januari 2014?Desember 2015. Studi dianalisis dengan SPSS ver 12.0. Dari 286 pasien, 75,9% memiliki jumlah sumber infeksi tunggal dan 53,5% berasal dari infeksi nosokomial. Selain itu, 80,8% dilaporkan dengan jumlah komorbid multipel. Dari pemantauan selama 28 hari, peningkatan kalium, skor qSOFA > 2, dan skor MSOFA > 11 meningkatkan risiko terjadinya mortalitas akibat sepsis dengan HR kalium > 5,0 mEq/l 1,91 (IK 95% 1,32?1,78, p 0,001) ; HR qSOFA > 2 1,19 (IK 95% 0,92-1,54, p 0,17) dan HR MSOFA > 11 1,38 (IK 95% 0,96?1,98, p 0,07). Median lama rawat inap dari pasien dengan sepsis hari ke-3 (IK 95% 2,53?3,47). Semakin lama pemantauan, maka probabilitas kesintasan akan semakin menurun. Kalium darah, skor qSOFA, dan skor MSOFA merupakan faktor yang memengaruhi mortalitas pasien sepsis di IGD dan dirawat di RSCM selama pemantauan 28 hari.

Early diagnosis of sepsis is essential to initiate sepsis management especially in emergency room. Sepsis incidence rate tends to increase, in Indonesia the mortality rate year 2000 reached 84.5%. The cause of sepsis is multifactorial. The objectives are to determine factors associated with increased mortality risk based on single/multiple infection sources and comorbidity, community/nosocomial infection, scoring system, albumin/potassium/creatinine concentration in patients with sepsis. This is a cohort retrospective study based on medical records and research tree of sepsis from Division of Tropic and Infection, Internal Medicine Department, FMUI-RSCM. Inclusion criteria includes patients aged > 18 years diagnosed with sepsis based on Surviving Sepsis Campaign 2012 (SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS), hospitalized in RSCM within January 2014- December 2015. Analysis is based on SPSS ver 12.0. From 286 patients, there were 75.9% suffered from single source of infection and 53.5% due to nosocomial infection. There were 80.8% of septic patients had > 1 comorbidities. Within 28 days, increased potassium, qSOFA score > 2, and MSOFA score > 11 tended to increase mortality risk due to sepsis with HR of potassium > 5,0 mEq/l 1.91 (95% CI 1.32?1.78, p .001) ; HR qSOFA > 2 1.19 (95% CI 0.92?1.54, p .17) dan HR MSOFA > 11 1.38 (95% CI 0.96?1.98, p .07). Median lifetime within 28 days was 3 days (95% CI 2.53?3.47). The longer the duration of survival analysis, the lower the probability of survival. Potassium, qSOFA and MSOFA scoring system were factors associated with increased risk of mortality in patients with sepsis admitted in emergency room and hospitalized in RSCM within 28 days of survival analysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Hadiani
"Rumah sakit menjadi salah satu tempat diselenggarakannya pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit salah satunya dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). IGD menjadi unit pelayanan yang menangani pasien dengan kondisi darurat sehingga dibutuhkan pelayanan yang cepat dan tepat. Akan tetapi, ramainya pasien yang berkunjung ke rumah sakit menyebabkan beberapa pasien tertahan lebih lama di IGD karena tidak memperoleh akses tempat tidur sampai batas yang wajar setelah diputuskan untuk rawat inap atau disebut dengan stagnan. Laporan tugas khusus ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian terapi pasien IGD kondisi stagnan berdasarkan guideline klinis serta mengidentifikasi masalah terkait obat pada terapi pasien. Pelaksanaan tugas khusus dimulai dengan melakukan pengumpulan data tiga pasien stagnan dari formulir penggunaan obat dan S-O-A-P pasien selama berada di IGD. Analisis terapi dilakukan dengan menganalisis penggunaan obat (pemilihan obat, indikasi, dan dosis) berdasarkan guideline klinis serta memaparkan masalah terkait obat. Semua pasien telah menerima terapi yang sesuai dengan guideline klinis secara teoritis. Terdapat masalah terkait obat dalam pengobatan pasien, antara lain pemberian obat tanpa indikasi, ada indikasi tanpa obat, dan interaksi obat. Namun, adanya masalah terkait obat pada terapi pasien dapat dipengaruhi oleh kondisi pasien, ketersediaan obat, respon pasien terhadap obat, dan tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien oleh tenaga kesehatan selama masa perawatan.
Hospitals are one of the places where pharmaceutical services are held. One of the pharmaceutical services in hospitals is carried out in the Emergency Room (IGD). The ER is a service unit that handles patients with emergency conditions so fast and precise service is needed. However, the large number of patients visiting the hospital caused some patients to be held longer in the ER because they did not have access to a bed to a reasonable extent after deciding to be hospitalized or what was called stagnant. This special assignment report aims to analyze the suitability of therapy for emergency room patients with stagnant conditions based on clinical guidelines and identify drug-related problems in patient therapy. Implementation of the special task began by collecting data on three stagnant patients from the patient's medication use form and S-O-A-P while in the ER. Therapy analysis is carried out by analyzing drug use (drug selection, indications and dosage) based on clinical guidelines and explaining drug-related problems. All patients had received therapy in accordance with theoretical clinical guidelines. There are drug-related problems in patient treatment, including administering drugs without indications, indications without drugs, and drug interactions. However, the presence of drug-related problems in patient therapy can be influenced by the patient's condition, the availability of the drug, the patient's response to the drug, and the actions taken on the patient by health workers during the treatment period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Junita Purwarini
"Secara umum, jumlah pasien COVID-19 yang mendapatkan perawatan di rawat inap lebih banyak daripada di ICU, sehingga menjadikannya urgensi untuk memberikan pelayanan terbaik dengan memberikan terapi pengobatan yang efektif agar jumlah pasien sembuh terus bertambah. Dalam peresepan obat dapat terjadi kesalahan yang akan menyebabkan pengobatan bagi pasien COVID-19 tidak efektif, salah satunya Masalah Terkait Obat (MTO). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi MTO pada pasien COVID-19 rawat inap di RSUI tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil secara retrospektif dari resep dan rekam medis pasien. Klasifikasi MTO dalam penelitian ini mengacu pada klasifikasi Hepler dan Strand. Identifikasi dilakukan pada 406 pasien COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya MTO sebanyak 26 kejadian pada 22 pasien dari 406 pasien COVID-19 rawat inap di RSUI tahun 2020 dengan persentase indikasi yang tidak diobati sebesar 3,85%, kesalahan pemilihan obat 11,54%, kegagalan dalam penerimaan obat 23,08%, reaksi obat tidak diinginkan 19,23%, potensi interaksi obat 42,31%, dan tidak ditemukan kejadian dosis subterapi, dosis berlebih, serta penggunaan obat tanpa indikasi. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terapi pengobatan pasien COVID-19 rawat inap di RSUI berpotensi mengalami MTO.

In general, the number of COVID-19 patients who are hospitalized is more than in the ICU, thereby this becomes an urgency to provide the best service by providing effective treatment to increase the number of recovered patients. In prescribing drugs, errors can occur which will cause treatment for COVID-19 patients to be ineffective, one of which is Drug-related Problems (MTO). This study aims to identify DRP in hospitalized COVID-19 patients at RSUI in 2020. This study is a descriptive study with a cross-sectional study design. The data used in this study are secondary data taken retrospectively from prescriptions and patient medical records. The DRP classification used in this study refers to the Hepler and Strand classifications. Identification was carried out on 406 COVID-19 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results of the study indicated that there were 26 DRP events in 22 out of 406 hospitalized COVID-19 patients at RSUI with the proportion of events for untreated indications 3,85%, improper drug selection 11,54%, failure to receive drugs 23,08%, adverse drug reactions 19,23%, potential drug interactions 42,31%, and there were no incidence of subtherapeutic dosage, overdosage, and drug use without indication. Based on the results, it can be seen that the treatment for hospitalized COVID-19 patients at RSUI has the potential to experience drug related problems."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septa Ryan Ellandi
"Keselamatan pasien di rumah sakit masih menjadi isu krusial yang mendunia, karena rumah sakit merupakan institusi jasa pelayanan yang mengupayakan kesembuhan pasien. Maka keselamatan pasien menjadi suatu keniscayaan, diharapkan tidak terjadi insiden keselamatan pasien (zero insiden). Salah satu cara untuk mengendalikan peningkatan angka insiden di rumah sakit adalah dengan memanfaatkan sistem pelaporan. Penelitian ini membahas mengenai gambaran pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit di Indonesia beserta faktor-faktor yang memengaruhinya, ditinjau dari faktor individu, organisasi, dan pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah didapatkannya informasi mengenai faktor-faktor yang brpengaruh terhadap pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan basis data Garuda Kemendikbud, Rama Kemendikbud, Directory of Open Acces Journals (DOAJ), Library UI, Science Direct, PubMed, ProQuest, dan Scopus. Hasil penelitian didapatkan bahwa rumah sakit di Indonesia sudah memiliki regulasi yang mengatur mengenai pelaporan insiden kselamatan pasien. Sistem pelaporan yang digunakan masih berbasis manual, dan praktik pelaporan belum bisa dikatakan sukses karena masih adanya budaya menghukum, jaminan kerahasiaan pelapor masih diragukan, pelaporan belum tepat waktu, dan umpan balik masi minim. Dari hasil penelitian juga diperoleh faktor yang dapat memengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit adalah faktor individu (pengetahuan, ketakutan, beban kerja, dan motivasi), faktor organisasi (umpan balik, sistem pelaporan, kerahasiaan, sosialisasi dan pelatihan, serta budaya keselamatan), dan faktor pemerintah dalam hal kebijakan.

Patient safety in hospitals is still a crucial issue worldwide, because hospitals are service institutions that seek to cure patients. So patient safety becomes a necessity, it is hoped that there will be no patient safety incidents (zero incidents). One way to control the increasing number of incidents in hospitals is to utilize a reporting system. This study discusses the description of patient safety incident reporting in hospitals in Indonesia and the factors that influence it, in terms of individual, organizational, and government factors. The purpose of this study was to obtain information about the factors that influence the reporting of patient safety incidents in hospitals in Indonesia. This study uses a literature review method with the Garuda Ministry of Education and Culture database, Rama Kemendikbud, Directory of Open Acces Journals (DOAJ), UI Library, Science Direct, PubMed, ProQuest, and Scopus. The results showed that hospitals in Indonesia already have regulations governing patient safety incident reporting. The reporting system used is still manual-based, and reporting practices cannot be said to be successful because there is still a punitive culture, guarantees for the confidentiality of whistleblowers are still in doubt, reporting is not timely, and feedback is still minimal. From the results of the study, it was also found that the factors that can affect the reporting of patient safety incidents in hospitals are individual factors (knowledge, fear, workload, and motivation), organizational factors (feedback, reporting systems, confidentiality, socialization and training, and safety culture), and government factors in terms of policy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Anggun Pratiwi
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 telah menjadi tantangan besar bagi dunia kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan populasi yang sangat rentan tertular dikarenakan tingginya intensitas dan frekuensi pajanan SARS-CoV-2. Risiko penularan meningkat apabila tenaga medis melakukan tindakan yang memicu aerosilisasi, salah satunya adalah intubasi endotrakeal karena tingginya viral load pada saluran napas. Sebanyak 3,2% pasien COVID-19 memerlukan tindakan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanis. Intubasi endotrakeal yang efektif pada pasien COVID-19 penting dilakukan untuk menurunkan mortalitas dan risiko penularan. Penelitian ini bertujuan intuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas intubasi endotrakeal pada pasien terkonfirmasi COVID- 19 di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di IGD, ICU Rasmin Rasjid dan ICU PINERE RSUP Persahabatan pada bulan Juni 2021 – Juni 2022. Subjek peneltian ini adalah pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dilakukan tindakan intubasi endotrakeal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tindakan intubasi endotrakeal dinilai dari observasi rekaman CCTV. Selanjutnya karakteristik subjek, karakteristik intubasi endotrakeal dan faktor-faktor yang memengaruhi intubasi endotrakeal dievaluasi.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 59 subjek penelitian. Proporsi intubasi endotrakeal efektif pada pasien COVID-19 sebesar 20,34%. Median lama waktu tindakan intubasi endotrakeal adalah 38 (19-189) detik. Sebanyak 32 (54,24%) tindakan intubasi endotrakeal dilakukan oleh spesialis anestesi dan 27 (45,76%) oleh PPDS Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil bermakna secara statistik pada variabel penyakit kardiovaskular+DM (OR 0,24 (IK 95% 0,06-0,91), p=0,028) dan variabel operator (OR 0,07 (IK 95% 0,01-0,62), p=0,004). Hasil analisis multivariat menunjukkan hasil bermakna secara statistik hanya pada variabel operator (adjusted OR 0,06 (IK 95% 0,01-0,60), p=0,016).
Kesimpulan: Terdapat hubungan penyakit kardiovaskular+DM dan operator terhadap intubasi endotrakeal efektif pada pasien COVID-19 di RSUP Persahabatan.

Background: The COVID-19 pandemic has become a major challenge for the healthcare system. Healthcare workers are vulnerable population of COVID-19 transmission due to high intensity and frequency of exposure to SARS-CoV-2. The risk of transmission increases in aerosolization procedure such as endotracheal intubation because of the high viral load in the airways. Approximately 3.2% of COVID-19 patients require endotracheal intubation and mechanical ventilation. Effective endotracheal intubation in COVID-19 patients is important parameter to reduce mortality and the risk of transmission to healthcare workers. This study aims to determine the factors that influence the effectiveness of endotracheal intubation in patients with COVID-19 in National Respiratory Center, Persahabatan Hospital.
Methods: This study is an observational study using a cross-sectional design which was carried out in the emergency department, ICU Rasmin Rasjid and ICU PINERE of National Respiratory Center, Persahabatan Hospital in June 2021 – June 2022. The subjects of this study were COVID-19 patients who underwent endotracheal intubation who met the criteria inclusion and exclusion. The endotracheal intubation procedure was assessed from the observation of CCTV recordings. The characteristics of the subject, the characteristics of endotracheal intubation and the factors that influence endotracheal intubation were evaluated.
Results: In this study, there were 59 subjects. The proportion of effective endotracheal intubation in COVID-19 patients was 20.34%. The median length of time for endotracheal intubation was 38 (19-189) seconds. Among the subjects, 32 (54.24%) endotracheal intubation were performed by anesthesiologists and 27 (45.76%) were performed by Pulmonology and Respiratory Medicine residents. The results of the bivariate analysis showed statistically significant results on the cardiovascular disease + DM comorbid (OR 0.24 (95% CI 0.06-0.91), p=0.028) and operator (OR 0.07 (95% CI 0.01-0.62), p=0.04). The results of the multivariate analysis showed statistically significant results only for operator (adjusted OR 0.06 (95% CI 0.01-0.60), p=0.016).
Conclusion: There is relationship of cardiovascular disease + DM comorbid and operator with effective endotracheal intubation in COVID-19 patients at National Respiratory Center, Persahabatan Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>