Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Murray Li, Tania
"Keberadaan perkebunan besar didukung dengan klaim bahwa ia bisa mendatangkan kemajuan dan kemakmuran bagi masyarakat sekitar, bahwa ia efisien dan paling mampu mengolah tanaman komoditas yang tidak bisa dilakukan oleh petani desa. Namun benarkah demikian? Mengkaji struktur dan tata kelola dua perkebunan sawit di Kalimantan Barat —satu milik negara dan satu swasta—Tania Li dan Pujo Semedi meneliti bagaimana perkebunan datang dan mendominasi, bentuk-bentuk kehidupan seperti apa yang muncul dari kedatangan dan keberadaan perkebunan, serta mengapa sistem yang terus mengingkari klaim-klaimnya sendiri ini tetap mendapat dukungan politik dan finansial. Memakai paduan pendekatan ekonomi politik dan teknologi politik, upaya kedua penulis untuk memahami kawasan per­kebunan membawa mereka kepada teori baru tentang perusahaan sebagai “bala pendudukan"."
Tangerang: Marjin Kiri, 2021
301 MUR h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Adam
"ABSTRAK
industri pemasok produksi pertanian dan perkebunan merupakan industri yang berkembang seiring dengan perkembangan industri pertanian dan perkebunan di Indonesia. Persaingan di antara "produsen cukup tinggi", upersaingan bisa terjadi pada tingkat produsen sarana produksi pertanian dan perkebunan", dan "jaringan distribusi".
Kantor Pemasaran Bersama Perusahaan Terbatas Pekebunan Negara (KPB PTPN) perusahaan Badan Usaha Milik Negara merupakan pemain tunggal memasarkan industri minyak sawit komoditi perkebunan, berperan unggul pada kelompok minyak nabati. Memasuki pasar global transparan dengan beragam masalah pemasaran serta pencapaian sasaran pengembangan strategi pemasaran kompetitif dengan negara lain yaitu Malaysia, selain itu jugs komparatif kompetitif dengan kelompok minyak nabati lainnya seperti minyak kedele, matahari, lobak dan kelapa tinggi (kelapa biasa).
Pemerintah memberikan kemudahan pengaturan sistem tata niaga minyak sawit dalam dan luar negeri, dikeluarkan Deregulasi Paket Juni 1991 tanggal 3 Juni 1991 tujuan memberi keleluasaan pada, kelompok produsen terutama swasta memasarkan produk domestik maupun ekspor, ternyata deregulasi ini dianggap kurang efektif, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan lagi Paket deregulasi 21 Juni 1996 untuk antisipasi peningkatan daya saing ekonomi Indonesia pada globalisasi dunia, paket tersebut berdasarkan kesepakatan World Trade Organization ONTO), Asean Free Trade Agreement (AFTA), North America Free Trade Agreement (NAFTA), Asean Pacific Economic Cooperation (APEC) untuk mempermudah tata niaga ekspor minyak sawit.
Penelitian ini menganalisis kondisi internal dan eksternal komoditi minyak sawit dan memformulasikan ke strategi pemasaran yang sesuai, melalui metoda analisis strategi pertumbuhan matriks daya tarik industri dan kekuatan bisnis, alternatif strategi pengembangan produk dan pasar, analisis matriks Strength, Weakness, Opportunities dan Threaths (SWOT).
Prioritas pasar sasaran jangka pendek dan jangka panjang adalah perkebunan swasta dan asing. Sedangkan pasar sasaran perusahaan perkebunan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) proyek pemerintah bidang perkebunan dan proyek tersebut merupakan pasar sasaran potensial untuk dikembangkan masa datang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Siti Lestari
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
TA3658
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, 2013
633.851 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Machroes Effendy
"Isi Ringkasan :
Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pendapatan, Pemerintah melaksanakan Pembangunan di daerah-daerah, termasuk daerah Kalimantan Barat. Pembangunan Dilakukan sesuai dengan kondisi,masing-masing daerah.
Pembangunan daerah Kalimantan Barat dititikberatkan pada pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi tersebut selain bertumpu pada pengelolaan hasil hutan beserta industri pengolahannya, juga pada perkebunan, termasuk di dalamnya adalah perkebunan kelapa sawit yang rerata pertumbuhannya tertinggi di antara jenis perkebunan lainnya.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat dilaksanakan mulai tahun 1980 oleh PN Perkebunan VII (Sekarang PT Perkebunan Nusantara XIIIKalimantan). Perkebunan ini berkembang pesat dan diprediksikan mencapai setengah juta hektar pada tahun 2000. Dengan luas tersebut diharapkan pada masa datang sektor industri kelapa sawit akan merupakan unsur pokok penggerak pembangunan di Kalimantan Barat.
Di sisi lain, pembangunan perkebunan kelapa sawit, seperti halnya pembangunan proyek-proyek pada umumnya, akan berdampak positif dan negatif terhadap komponen-komponen lingkungan hidup, termasuk komponen sosial ekonomi dan budaya. Dampak tersebut harus diwaspadai, dampak negatif harus ditekan menjadi sekecil-kecilnya.
Cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan mengadakan evaluasi terhadap dampak yang ditimbulkan. Dengan evaluasi akan diketahui apakah tindakan dan dampak tersebut sesuai dengan yang diharapkan, selanjutnya dapat dilakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk menghindarkan dampak negatif.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak yang timbul dengan adanya PIR V Ngabang yang meliputi aspek demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya, mengkaji sebab dan akibat dampak, serta persepsi masyarakat terhadap keberadaan PIR V Ngabang. Untuk mendukung penelitian tersebut, dipergunakan hipotesis, jika keberadaan PIR V Ngabang memberikan dampak sosial ekonomi dan budaya, maka adanya PIR V Ngabang dapat menimbulkan dampak terhadap tingkat pendidikan, kegiatan bersama dan pertemuan warga, mata pencaharian, dan penghasilan masyarakat. Untuk menganalisis dan membuktikan hipotesis di atas, maka dalam penelitian ini akan diukur dan dianalisis beberapa variabel, yaitu:
- Tenaga kerja yang terserap oleh PIR V
- Tingkat pendidikan masyarakat sebelum dan sesudah adanya PIR
- Kegiatan masyarakat dan pertemuan warga sebelum dan sesudah adanya perkebunan
- Mata pencaharian utama dan sampingan sebelum dan sesudah adanya PIR V
- Tingkat penghasilan masyarakat sebelum dan sesudah ada perkebunan
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan kriteria desa yang dipilih adalah desa yang berdekatan dengan PIR, dan mata pencaharian masyarakatnya beragam. Untuk itu lokasi penelitian ditentukan di desa Hilir Kantor, sebuah desa terletak disebelah timur PIR dan berhimpitan dengan FIR. Dari desa Hilir Kantor diteliti keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya.
Untuk mendapatkan gambaran keadaan desa sebelum ada PIR, ditentukan desa dengan kriteria terletak di Kecamatan Ngabang, diperkirakan tidak terkena dampak PIR, dan mempunyai kemiripan dalam hal akses keluar masuk desa . desa tersebut kemudian-dijadikan desa pembanding-. Desa .yang ditetapkan sebagai desa pembanding adalah desa Jelimpo, sebuah desa diperbatasan Kecamatan Ngabang dengan Sosok, dan terletak kira-kira 30 km dari desa Hilir Kantor. Dari desa Jelimpo diteliti keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya.
Dengan membandingkan keadaan kedua desa tersebut dapat diperoleh gambaran dampak sosial ekonomi dan budaya PIR V Ngabang terhadap masyarakat sekitarnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi yang dimaksud dalam hal ini adalah kepala keluarga (KK) yang sudah bermukim di lokasi penelitian lebih dari 15 tahun. Sampel ditentukan secara acak sebesar 10% dari populasi.
Berdasarkan data, jumlah Kepala Keluarga (KK) yang telah lebih dari 15 tahun bermukim di desa Hilir Kantor adalah 671 KK dan di desa Jelimpo adalah 336 KK. Sesuai dengan ketentuan tersebut, responden di desa Hilir Kantor berjumlah 67 orang (KR) dan responden di desa Jelimpo berjumlah 33 orang (KK).
Data primer diperoleh dengan mempergunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden, selain itu dilakukan wawancara yang mendalam untuk mengetahui hal-hal yang tidak terungkap dari kuesioner. Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya di analisis dengan program SPSS PC Plus; distribusi frekuensi untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan budaya meliputi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya, uji-t dan uji proporsi untuk mengetahui dampak sosial ekonomi dan budaya PIR V Ngabang terhadap desa Hilir Kantor, dan tabulasi silang untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan PIR V Ngabang.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, kecuali meningkatnya pendidikan dan penghasilan penduduk, secara umum dapat dikatakan keberadaan PIR V Ngabang memberikan dampak positif yang kecil dan bahkan Menimbulkan dampak negative terhadap budaya masyarakat.
Meningkatnya tingkat pendidikan pada tingkat kepercayaan 0,95 atau alpha 0,05, karena PIR V Ngabang membangun sarana pendidikan SD dan SMP untuk keluarga karyawan, yang dapat pula dipergunakan oleh masyarakat sekitar.
Tingkat penghasilan rata-rata setelah ada PIR adalah sebesar Rp 255.731,00 lebih tinggi dibandingkan sebelum ada PIR dimana rata-rata penghasilan penduduk Rp 357.424,00 , pada tingkat kepercayaan 0,99 atau alpa 0,01. Meningkatnya penghasilan masyarakat karena dengan adanya PIR V telah mendorong berkembangnya non basic ekonomi, sektor informal, warung-warung, perdagangan jasa dan lain-lain di desa sekitarnya. Beberapa hal lain' yang ditemukan sebagai berikut :
PIR V Ngabang sangat rendah merespon tenaga kerja lokal. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa tenaga kerja lokal yang diserap hanya sebanyak 7,5% dari angkatan kerja yang ada, dan ini hanya mengisi 1,8% lowongan yang ada di perkebunan.
Hasil penelitian juga menyiratkan adanya perubahan mata pencaharian utama dan sampingan penduduk yang bergeser dari petani menjadi beragam usaha, pada tingkat kepercayaan 0,95 atau alpa 0,05, yang disebabkan bertambah luasnya kesempatan berusaha di sektor perdagangan di sekitar perkebunan. Keberadaan PIR V telah memberikan dampak negative dengan "melemahnya keterlibatan sosial (social involvement) anggota masyarakat, pada tingkat kepercayaan 0,95 atau alpa 0,05, sebagai akibat lebih banyaknya ourahan waktu dan perhatian mereka tujukan pada pekerjaan mereka.

Social, Economic And Cultural Impact Of Oil Palm Plantation (A Case Study of PIR V Ngabang P.T Perkebunan Nusantara KIII in West Kalimantan)Summary :
In the frame of increasing and implementing earning even distribution, the government carries out the development in all regions, including West Kalimantan. This development is carried out in accordance with the capability and potential which are available in each region.
The development in West Kalimantan is focused on economical sector. That economical sector's development encompasses the management of forest product, processing industry and plantation, including oil palm plantation that has the highest grade among other plantations.
The development of oilpalm plantation in West Kalimantan was first carried out in 1980 by PN Perkebunan VII (recent name P.T Perkebunan Nusantara KIII Kalimantan).The oilpalm plantation is grown up rapidly and it is estimated will reach 500.000 acres by the year 2000. By having that 500.000 acres, it is hoped that oilpalm industry sector can be the main key of development in West Kalimantan in the future.
Besides, the development of oilpalm plantation, like other developments, will bring about positive and negative impacts to the living environmental components, including social component, economical component and cultural component. Those impacts should be alert, and negative impact should be minimized. The way that can be done to overcome those emerging impacts is by initiating evaluation, for by having evaluation it can be known whether the measures as well as the impacts conform to the setting desire. So, the appropriate measures can be carried out in order to be able to avoid the negative impact.
The purpose of this research is to find out what types of impact that are going to emerge after PIR V Ngabang is established and it encompasses some aspects, such as demography, socioeconomic and sociocultural, examine the impact of cause - impact, as well as society's perception to the existence of PIR V Ngabang. Hypotesis is used to support the research, and the existence of PIR V brings about some impacts to socioeconomic and sociocultural at PIR surrounding area. By using hypothesis, education level after having PIR is higher than before having PIR and also together activities after having FIR is fewer than before having PIR, social meeting after having PIR is fewer than before having PIR, the main earnliving after having PIR is getting more and more various than before having PIR, secondary earnliving after having PIR is also geting more and more various than before having PIR and the income after having PIR is higher than before having PIR. To analyze and prove the above hypothesis, so this research is going to measure and analyze some variables, they are:
- Employees that are employed by PIR V
- Society's education grade before and after having PIR
- Society's activities and meeting of members of society before and after having plantation.
- The main and the second earnliving before and after having PIR Y
- Society's income level before and after having plantation
The determination of location of research is initiated purposively and the criteria of the chosen village is a village that is close to PIR and the members of the society have various earnlivings. That-is why, research location is determined at the village of Hilir Kantor, a village that is located on southern PIR and is close to PIR. There, the research is done on the situation of socioeconomic and cultural society. To get the illustration of the village situation before having PIR, it is determined with criteria of having similarity topography with the village of Hilir Kantor, located at Ngabang subdistrict and it is assumed that the impact of PIR will not effect it. That village, furthermore, is to be' a standard village. The Jelimpo village is determined as a standard village, it is in the border of Ngabang subdistrict and Sosok and is located around 30 km away from Hilir Kantor village. In Jelimpo village, the research is done on socioeconomic and cultural society. By comparing the situation of those two villages, so it can get an illustration of socioeconomic impact and culture of PIR V Ngabang to the surrounding society.
This research constitutes a descriptive research. Population which is related to this subject means the family heads (KK) who have been living at the research location for more than 15 years. Samples are based on data, the number of family heads (KK) who have been living at Hilir Kantor village for more than 15 years is 671 family heads (KR) and those who have been living at Jelimpo village is 336 family heads (KK). In conformity with those stipulations, respondents at Hilir Kantor village are 67 people and at Jelimpo village are 33 people. Data which are obtained from further research are analyzed with SPSS PC Plus programme. The frequency of distribution to 'identify the condition of socioeconomic and cultural encompasses demography, ocioeconomic and sociocultural, the initiating of t-test is to find out the impact of socioeconomic and cultural PIR V Ngabang to Hilir Kantor village and crossed tabulation in order to find out the society's perception to the existence of PIR V Ngabang.
First data is obtained by using questionnaires. Besides, an intense interview is used in order to obtain a further information.
Based on the outcome of the research, generally the existence of PIR V Ngabang brings about a minor positive impact and even it can arouse negative impact to the cultural society, except the increasing of the education level and society's income. The increasing of education level at the degree of 0,95 trusting or alpha 0,05 is caused PIR V have built means of education from elementary school (SD) to junior high school (SHP) level and those schools are to be used by the family of employees as well as by the surrounding society. The average of salary degree after having PIR is Rp. 265.731,00 and it is higher than before having FIR, viz Rp. 157.424,00, at 0,99 of trusting degree or alpha 0.01. The increasing of society's income is caused PIR V have contributed the motivation to develop non-basic economic, informal sectors, stalls, service of trade and so forth at surrounding villages. Some other things that were found are:
PIR V Ngabang is lack of responding local employees. The research shows that local employees which are employed are just 7.5 percent of the available work force or it just fills 1.8 percent of the available vacancies at plantation field.
The outcome of the research also shows that there is a change of main earnliving of the society, it is from cultivators into merchants profession, at 0,95 of trusting degree or alpha 0,05 because the expansion of oppurtunities of having a job at trade sector around the plantation.
The existence of PIR V arouse negative impact together with the lack of social involvement of members of society because they completely spend their time on their jobs.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mashudi
"Penelitian ini mengkaji tentang perubahan sosial akibat pembangunan perkebunan sawit di Desa Sembuluh, Kecamatan Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses perubahan yang terjadi di tingkat masyarakat, yaitu bagaimana perubahan yang terjadi, dan bagaimana masyarakat merespon perubahan tersebut.
Kerangka konsep yang digunakan adalah pembangunan dan perubahan sosial. Pembangunan bukanlah istilah yang netral. Antara para perencana pembangunan dan masyarakat lokal mempunyai persepsi yang berbeda. Pada proses pembangunan perkebunan sawit, terdapat sebagian masyarakat yang mendukung, dan sebagian lainnya menolak program tersebut. Konsep perubahan sosial dalam penelitian ini mengacu pada konsep perubahan sosial menurut Soemardjan (1981) dan Cohen (1983). Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai sosia!, pola tingkah laku antara kelompok dalam masyarakat, dan organisasi sosial masyarakat. Penyebab terjadinya perubahan sosial adalah adanya kontak antara masyarakat lokal dengan pihak luar yang memperkenalkan sesuatu yang baru, yang mana terdapat proses dinamis dari perubahan tersebut.
Indikator yang digunakan untuk melihat perubahan sosial dalam penelitian ini adalah: pertama, mata pencaharian hidup masyarakat, yaitu perubahan sistem mata pencaharian hidup masyarakat dari pekerjaan-pekerjaan yang mengandalkan ketersediaan surnberdaya alam, menjadi buruh di perusahaan perkebunan sawit. Kedua, pengusaan lahan, yaitu perubahan dari pola penguasaan lahan komunal merijadi individual dan komersial. Ketiga, kepemimpinan lokal dan organisasi sosial, yaitu perubahan dari dari kepemimpinan kepala desa yang mewakili pemerintahan pusat menjadi kepemimpinan yang berperan ganda, yaitu mewakili pemerintahan pusat, dan mewakili masyarakat ketika berhubungan dengan perusahan perkebunan sawit."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 21478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Naryati
"Menghadapi era globalisasi serta kondisi bisnis yang semakin majemuk,
semakin disadari bahwa pengelolaan sumberdaya manusia menempati posisi
penting dalam kegiatan organisasi. Pengamatan terhadap kondisi tenaga kerja yang
ada di Indonesia, memberikan gambaran yang memprihatinkan. Hanya sedikit
tenaga kerja Indonesia yang memiliki kualitas intelektuai dan kecakapan memadai
untuk bersaing di dunia intemasional. Sementara itu, sejak tahun 1997 Indonesia
mengalami masalah-masalah poiitik, sosial dan khususnya ekonomi, yang belum
dapat teratasi.
Dengan gambaran seperti di atas, Indonesia dewasa ini memerlukan suatu
konsep atau teori tentang kinerja dan motivasi kerja yang tepat untuk diterapkan,
agar sumber daya manusia di Indonesia mampu mengejar ketinggalannya dari
negara-negara maju dan mempersiapkan diri menghadapi era pasar bebas. Konsep
pengelolaan kinerja dan Kanungo & Mendonca (1994) yang dibuat khusus untuk
kondisi di negara sedang bemembang dapat menjadi suatu alternatif. Menurut
konsep ini perilaku pekerja dipengaruhi oleh motivasinya untuk menampilkan kinerja
tertentu, kecakapannya melakukan pekerjaan yang dituntut dan sistem pendukung
dari organisasi. Dalam hal ini Kanungo & Mendonca menekankan pentingnya
melihat aspek-aspek sosial-budaya dari Iingkungan asal pekerja yang
mempengaruhi motivasi kerjanya.
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bidang usaha yang berprospek
baik untuk meningkatkan penghasilan negara, sekaligus dapat menyerap cukup
banyak tenaga kerja dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji kesesuaian konsep pengelolaan kinerja di negara sedang
berkembang dan Kanungo dengan kondisi empirik di Indonesia, khususnya di
perkebunan kelapa sawit di Sumatera.
Secara teoritik penelitian ini dapat mengkonfirmasikan kesesuaian konsep
pengelolaan kinerja dari Kanungo untuk diterapkan pada kondisi di Indonesia,
khususnya di perkebunan kelapa sawit di Sumatera. Disamping itu dapat
melengkapi informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja,
khususnya di negara sedang berkembang."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Lutfi
"PT SAM adalah perusahaan yang merencanakan akan membangun perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 Ha. yang terintegrasi dengan pabrik pengolahannya. Untuk itu perlu adanya kajian kelayakan yang meIiputi: aspek teknis dan teknologi, aspek pemasaran, aspek finansial,
aspek lingkungan hidup, aspek ekonomis dan aspek manajemen.
Secara teknis dan teknologis pembangunan perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 Ha dan pabrik pengolahannya dengan kapasitas 60 Ton TBS/Jam, yang akan dikembangkan oleh PT SAM layak untuk diimplementasikan. Lahan yang akan dikembangan berdasarkan analisis kesesuaian lahan memungkinkan untuk digunakan sebagai perkebunan
kelapa sawit.
Analisis pemasaran menunjukkan adanya permintaan dunia yang semakin lama semakin meningkat terhadap produk kelapa sawit. Disamping itu kebutuhan dalam negeri juga makin lama makin meningkat, sehingga dilihat dari segi pemasaran provek ini layak untuk dilaksanakan.
Analisis keuangan atas proyek ¡ni dibuat enam skenario. Skenario satu sampai tiga merupakan turunan skenario pembangunan perkebunan kelapa sawit yang terintegrasi dengan pabrik pengolahannya. Sedangkan skenario empat sampai enam merupakan turunan skenario pembangunan
perkebunan kelapa sawit saja. Keenam skenario tersebut semuanya Iayak secara finansial dengan hasil sebagai berikut:
1. skenario Pertama, dengan tingkat bunga pinjaman komersial sebesar 19% dan bunga pinjaman PBSN sebesar 12% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 74.715,8 juta dan IRR sebesar
22,09%.
2. Skenarlo Kedua, dengan tíngkat bunga pinjaman komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 10%, diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 99.067,3 juta dan IRR sebesar 24,33%.
3. Skenario Ketiga, dengan tingkat bunga pinjaman komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 20% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 70.932,4 juta dan ERR sebesar 21,53%.
4. Skenario Keempat, dengan tingkat bunga pinjaman komersial sebesar 19% dan bunga pinjaman PBSN sebesar 12%, diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 16.572,2 juta dan IRR sebesar 17,49%.
5. Skenario Kelima, dengan tingkat bunga pinjarnan komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 10% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 16.380,8 juta dan IRR sebesar 17.50%.
6. Skenario Keenam, dengan tingkat bunga pinjaman komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 20% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 10.976,7 juta dan IRR sebesar 16,59%.
Untuk analisis proyek dan sisi ekonomi terlihat bahwa dari tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-5 output manfaat ekonomi dengan finansial sama besarnya. Hal ini dikarenakan perkebunan belum mulai menghasilkan. Namum mulai tahun ke-6 sampal dengan tahun ke-25, terlihai bahwa manfaat ekonomi proyek lebih besar dibandingkan dengan manfaat finansial dan proyek itu sendiri.
Pembangunan dan pengoperasian proyek PT SAM akan keadaan ruang lingkungan awal, biogeofisik, kimia
maupun ekonomi dan budaya. Analisis dampak lingkungan yang dilakukan menyatakan bahwa proyek perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahannya dapat diimplementasikan dengan treatment tertentu untuk
mereduksi dampak negatif yang ada sehingga aman bagi Iingkungan hidup.
Secara manajemen terlihat bahwa membangun pabrik pengolahan yang terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit secara finansial keuntungannya jauh lebih besar. Disamping itu lebih menjamin pasokan bahan baku bagi pabrik pengolahan. Sedangkan pada sisi yang lain memberikan jaminan kepastian bahwa hasil panen dan perkebunan akan terserap semuanya.
Secara keseluruhan dilihat dari aspek teknis dan teknologi, aspek pemasaran, aspek finansial, aspek lingkungan hidup, aspek ekonomis maupun aspek manajemen, rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 Ha yang terpadu dengan pabrik pengolahannya oleh PT SAM sesuai dengan skenario pertama, layak untuk diimplementasikan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>