Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Alfian Syahmadan
"Disertasi ini merupakan hasil penelitian terhadap dua ritual mangampar ruji, yaitu mangampar ruji Sitamiang dan mangampar ruji Pargarutan Baru di wilayah adat Batak Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan untuk melihat bagaimana teks, formula, simbol dan narasi ritual yang dilaknsakan sebagai bagian ari upacara perkawinan pada masyarakat Batak Angkola tersebut dapat diwariskan ke generasi yang akan dating. Disertasi ini menggunakan gabungan metode etnografi (Spreadly) dengan teori formula (formulaic theory Parry-Lord). Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan sebagian besar data yang diperoleh adalah data lapangan. Sebagai data pendukung, penulis juga melakukan penelitian dan studi pustaka. Tahapan-tahapan pengambilan data dilakukan secara etnografis secara berkala dan berulang-ulang melalui survey, wawancara, dengan informan kunci dari pelaku tradisi lisan lokal, sumber data primer pada ritual mangampar ruji dan data sekunder dengan mengumpulkan data lapangan, menganalisis data. Setelah itu, peneltian ini menggunakan teori formulaik Parry-Lord terutama pada konsep transmisi, pewarisan, formula, oralitas, piranti mnemonik (alat pengingat) dan pembentuk tema. Kesimpulan yang menarik yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa ritual mangampar ruji, sacara adat dan diyakini secara sadar oleh masyarakat Batak Angkola, mengawali hubungan interpersonal suami – istri, mengawali hubungan pemberi istri – pengambil istri, menjadi dasar hubungan interpersonal dalam extended family, dan menjadi faktor utama pembentuk dan pemberi sifat pada hubungan sosial dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Batak Angkola. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa ritual tersebut adalah dasar dari pembentukan dalihan natolu, falasafah manat mardongan tubu, somba, marhulahula, dan elek marboru, tiga tujuan hidup; hamoraon, hagabeon, dan hasangapon, serta etika dan etiket masyarakat batak Angkola.

This dissertation is the result of research on two rituals of mangampar ruji, namely mangampar ruji Sitamiang and mangampar ruji of Pargarutan Baru in the Batak Angkola traditional area in South Tapanuli Regency, North Sumatra Province. The research was carried out to see how the texts, formulas, symbols and ritual narratives that were carried out as part of the marriage ceremony in the Angkola Batak community could be heir on to the next generations. This dissertation is conducting by using a combination of ethnographic methods (Spreadly) with the formulaic theory by Parry-Lord. This research is a field research and most of the data obtained is field data. As supporting data, the writer also conducted research and literature study. The stages of data collection are carried out ethnographically periodically and repeatedly through surveys, interviews, with key informants from local oral tradition actors, primary data sources on the mangampar ruji ritual and secondary data by collecting field data, analyzing data. After that, this research uses Parry-Lord's formulaic theory, especially on the concepts of transmission, inheritance, formulas, orality, mnemonic devices and forming themes.
An interesting conclusion that can be drawn from this research is that the mangampar ruji ritual initiates the interpersonal relationship between husband and wife, initiates the relationship between wife and wife, becomes the basis for interpersonal relationships in the extended family, and become the main factor forming and characterizing social relations in the daily interactions of the Angkola Batak people. In the end it can be concluded that the ritual is the basis for the formation of dalihan natolu, the philosophy of manat mardongan tubu, somba, marhulahula, and elek marboru, the three goals of life of Batak Angkola (hamoraon, hagabeon, and hasangapon), as well as etics and etiquettes of the Angkola Batak community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2016
R 297.122 5 ALQ
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Alfian Syahmadan
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian untuk memeriksa apakah Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik untuk mempermudah proses transmisi dan pewarisan tradisi Mangkobar pada masyarakat Batak Angkola di Tapanuli Selatan Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatra Utara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan sebagian besar data yang diperoleh adalah data lapangan. Sebagai data pendukung, penulis juga melakukan penelitian dan studi pustaka. Peneltian ini menggunakan teori formulaik Parry-Lord terutama pada konsep transmisi, pewarisan, formula, oralitas, piranti mnemonik (alat pengingat) dan pembentuk tema. Untuk menganalisis bagaimana sebuah bagian Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik juga dipakai pendetakan semiotika khususnya konsep triadik peirce. Untuk menuangkan hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan dipergunakan pendekatan etnografi yang juga digunakan untuk menghimpun data kebudayaan dan keseharian masyarakat tempatan. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa Upa-upa sebagai benda konkrit dapat diolah bersama dengan kognisi masyarakat untuk diinterpretasi sebagai sebuah nasihat perkawinan yang penting. Penelitian ini dapat melihat bahwa secara internal tradisi mangkobar dapat ditransmisikan lewat formula yang berupa bunyi dan secara eskternal taradisi ini dapat ditransimi lewat simbol Upa-upa.

ABSTRACT
This Thesis is a research about transmission proses in Batak Angkola Oral Tradition. This is to check if Upa-upa can be functioned as a mnemonic device in order to make the transmission and the inheritance process of Mangkobar tradition easier in Batak Angkola Communityy in South Tapanuli North Sumatra. The research took places in Kota Padangsidimpuan and Tapanuli Selatan Region in North Sumatra. The Research is a field research and the biggest amount of the datum that was collected is field data. As a supporting, the researcher was also doing literary observation and study. This research using formulaic theory Parry-Lord especially in transmission, inheritance, formula, orality, mnemonic devices dan the building of theme as in formulaic theory. In order to analyses how an Upa-upa part can be functioned as a mnemonic device the researcher is also using the semiotika approach especially triadic ? peircean concepts. In the term of wiriting, the researcher using the ethnographic approach in order to collect the cultural data and the ethnic gorup daily data. This research was able to prove that Upa-upa as a representament can be analysed along with the ethnic group cognition in order to be interpreted as an important marital advices. The research was able to indicate that internally mangkobar tradition can be transmitted by formula which is sounds and formulas can be transmitted by symbol which is Upa-upa."
2015
T45145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Alfian Syahmadan
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian untuk memeriksa apakah Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik untuk mempermudah proses transmisi dan pewarisan tradisi Mangkobar pada masyarakat Batak Angkola di Tapanuli Selatan Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatra Utara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan sebagian besar data yang diperoleh adalah data lapangan. Sebagai data pendukung, penulis juga melakukan penelitian dan studi pustaka. Peneltian ini menggunakan teori formulaik Parry-Lord terutama pada konsep transmisi, pewarisan, formula, oralitas, piranti mnemonik (alat pengingat) dan pembentuk tema. Untuk menganalisis bagaimana sebuah bagian Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik juga dipakai pendetakan semiotika khususnya konsep triadik peirce. Untuk menuangkan hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan dipergunakan pendekatan etnografi yang juga digunakan untuk menghimpun data kebudayaan dan keseharian masyarakat tempatan. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa Upa-upa sebagai benda konkrit dapat diolah bersama dengan kognisi masyarakat untuk diinterpretasi sebagai sebuah nasihat perkawinan yang penting. Penelitian ini dapat melihat bahwa secara internal tradisi mangkobar dapat ditransmisikan lewat formula yang berupa bunyi dan secara eskternal taradisi ini dapat ditransimi lewat simbol Upa-upa

ABSTRACT
This Thesis is a research about transmission proses in Batak Angkola Oral Tradition. This is to check if Upa-upa can be functioned as a mnemonic device in order to make the transmission and the inheritance process of Mangkobar tradition easier in Batak Angkola Communityy in South Tapanuli North Sumatra. The research took places in Kota Padangsidimpuan and Tapanuli Selatan Region in North Sumatra. The Research is a field research and the biggest amount of the datum that was collected is field data. As a supporting, the researcher was also doing literary observation and study. This research using formulaic theory Parry-Lord especially in transmission, inheritance, formula, orality, mnemonic devices dan the building of theme as in formulaic theory. In order to analyses how an Upa-upa part can be functioned as a mnemonic device the researcher is also using the semiotika approach especially triadic ? peircean concepts. In the term of wiriting, the researcher using the ethnographic approach in order to collect the cultural data and the ethnic gorup daily data. This research was able to prove that Upa-upa as a representament can be analysed along with the ethnic group cognition in order to be interpreted as an important marital advices. The research was able to indicate that internally mangkobar tradition can be transmitted by formula which is sounds and formulas can be transmitted by symbol which is Upa-upa."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yundi Fitrah
"Tulisan ini menguraikan warna budaya Batak Angkola dalam novel Azab dan Sengsara. Sejak sastra Indonesia lahir, warna budaya selalu memperkayanya, warna-warna budaya ini khususnya tampak dalam novel. Demikian juga novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar yang diwarnai oleh budaya Batak Angkola. Warna budaya Batak Angkola dalam novel tersebut, seperti kedudukan marga dan sistem pengaturannya, tradisi martandang (berkunjung ke rumah gadis), kepercayaan terhadap dukun dan arwah manusia yang meninggal dan sistem pembagian harta warisan.
This writing tells about the variation of Bataknese cultural of Angkola on torture and misery novel. Since Indonesia literature was born. The variation of culture always enrich it. The variation of culture especially visible on novel, the some likes torture and misery in Merari Siregar which is coloured by Bataknese of Angkola. The variation of Bataknese culture of Angkola on the novel, such as position of clan and the system of arrangement, tradition of martandang (visiting to girl?s house), belief to native doctor and soul of human being that was die, and the system of division of belongings."
Universitas Jambi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2008
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Marida Gahara
"Di dalam masyarakat terdapat bermacam-macam pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa yang berbeda-beda ini diistilahkan oleh para ahli bahasa dengan variasi bahasa. Variasi bahasa adalah perbedaan ucapan, tata bahasa, atau pemilihan kata dalam satu bahasa. Variasi bahasa dapat berkaitan dengan daerah (dialek), dengan latar belakang kelompok sosial atau pendidikan (sosiolek), atau dengan resmi tidaknya situasi penggunaan bahasa itu (register atau ragam bahasa), seperti yang dikemukakan oleh Ferguson (1971:110-111). Perbedaan itu terwujud, antara lain dalam bidang sosial budaya atau dalam sistem komunikasinya. Jadi, hubungan antara pemakai bahasa dan pemakaian bahasa dapat menimbulkan ragam bahasa.
Sementara itu, situasi kebahasaan berbeda satu sama lain. Secara garis besarnya dapat dikemukan bahwa situasi itu ditentukan oleh tiga unsur, peristiwa atau situasi, siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan. Ketiga unsur ini bersama-sama menentukan ragam yang menyebabkan kata tertentu dipilih untuk mengungkapannya. Dengan prinsip-prinsip umum yang mendasari variasi itu, dapat dipahami faktor-faktor situasi apa yang menentukan wujud kebahasaan mana yang digunakan oleh pelibat dalam peristiwa bahasa. Jadi, dalam berkomunikasi penutur perlu memilih dan memilah bahasa berdasarkan keperluan apa isi berbicara pada saat itu dengan cara memperhatikan bidang, pelibat, dan sarana (Halliday, 1979:30-31). Moeliono (1989:67) menyebut konsep ini laras bahasa. Selanjutnya, dijelaskan bahwa laras bahasa terutama berbeda dalam segi bentuknya, yaitu di dalam ciri-ciri tata bahasanya dan lebih-lebih lagi di dalam leksisnya. Penggolongan laras menggambarkan tipe situasi yang menjadi ajang peranan bahasa itu sebagai berikut: laras bahasa dari sudut pandangan bidang, laras bahasa menurut sarana pengungkapannya, dan laras bahasa berdasarkan tata hubungan di antara penyerta peristiwa bahasa (Moeliono:166-167).
Demikian pula halnya dengan bahasa upacara perkawinan tradisional dalam masyarakat Batak Angkola yang disebut marsitogol perkawinan. Kiranya akan menarik sekali apabila dilakukan penelitian tentang bentuk bahasa marsi togol perkawinan yang menampilkan sejumlah bentuk kosakata yang diucapkan oleh sejumlah orang dalam upacara perkawinan.
Dalam kepustakaan tentang bahasa Batak Angkola yang pernah saya periksa, belum pernah diadakan penelitian tentang ragam marsitogol ini. Itulah sebabnya, saya tertarik untuk menelitinya. Bahasa Batak Angkola (selanjutnya disingkat dengan BSA) adalah salah satu (ragam) bahasa yang ada di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan sehari-hari dan upacara adat. Bahasa Batak Angkola mempunyal beberapa ragam dan salah satu dari ragam itu disebut Marsitogol.
Marsitogol mempunyai tujuan yang bermacam-macam, sangat bergantung kepada tujuan upacara adat itu: ada marsitogol untuk upacara perkawinan dan upacara menyambut kelahiran bayi (mencukur rambut bayi); dan ada pula marsitogol untuk kematian. Dengan kata lain, marsitogol dapat disampaikan pada upacara gembira yang dalam SBA disebut siriaon dan upacara adat yang sedih disebut silutluton."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Basyral Hamidy, 1940-
Jakarta: Sanggar Willem Iskandar, 1987
959.8 HAR o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ummy Sari Dewi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S7518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barani P. A., Ch. Sutan Tinggi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
899.231 BAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Traditional calendar of Batak, ethnic group of North Sumatra"
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1992
899.224 62 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>