Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rafi Ramadhan
"Perkembangan permukiman selalu erat kaitannya dengan pembentukan unsur-unsur morfologi kota seperti penggunaan lahan, jaringan jalan, dan struktur bangunan. Selain itu, permukiman tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan kolaborasi yang saling terkait antara beberapa elemen: Manusia, Masyarakat, Alam, Network, dan Shells. Manusia dan masyarakat seringkali terdorong oleh faktor budaya dari etnis masing-masing dalam membangun permukiman, seperti halnya masyarakat Arab-Hadrami di Pontianak Timur. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan permukiman Arab-Hadrami di Pontianak Timur dan pengaruhnya pada pembentukan morfologi urban Pontianak Timur, yang terwujudukan dalam unsur-usnur morofologi kota. Metode sejarah meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi digunakan untuk mengetahui perkembangan permukiman Arab-Hadrami. Kemudian metode hermeneutika digunakan untuk mendalami unsur-unsur morfologi kota yang terkait dengan perkembangan permukiman Arab-Hadrami. Hasil penelitian menunjukkan Permukiman Arab-Hadrami di Pontianak Timur awalnya terikat pada unsur-unsur alam, berkembang menjadi Kerajaan, tetapi kurang berkembang karena persaingan dengan entitas politik lain. Perkembangan permukiman ditandai dengan pembukaan kawasan baru oleh tokoh Arab-Hadrami lain. Meskipun permukiman melebur antar etnis setelah Kerajaan Pontianak berakhir, Kampung Saigon dan Tanah Beting masih menjadi tempat pelestarian budaya Arab-Hadrami. Pengaruh kebudayaan ini terlihat pada jejak-jejaknya seperti pada penggunaan lahan, jaringan jalan, dan bangunan-bangunan penting yang menjadi potensi wisata dan aset budaya.

Settlement development is always closely related to the formation of urban morphological elements such as land use, road networks, and building structures. In addition, settlements do not stand alone, but are interrelated collaborations between several elements: Human, Community, Nature, Network, and Shells. Humans and society are often driven by cultural factors from their respective ethnicities in building settlements, such as the Arab-Hadrami community in East Pontianak. Therefore this study aims to determine the development of Arab-Hadrami settlements in East Pontianak and their influence on the formation of urban morphology of East Pontianak, which is manifested in the morphological elements of the city. Historical methods including heuristics, criticism, interpretation, and historiography are used to determine the development of Arab-Hadrami settlements. Then the hermeneutic method is used to explore the morphological elements of the city related to the development of Arab-Hadrami settlements. The results of the study show that the Arab-Hadrami Settlements in East Pontianak were originally bound by natural elements, developed into a Kingdom, but were less developed due to competition with other political entities. Settlement development was marked by the opening of new areas by other Arab-Hadrami figures. Even though settlements merged between ethnic groups after the end of the Pontianak Kingdom, Kampung Saigon and Tanah Beting are still places of preservation of Arab-Hadrami culture. The influence of this culture can be seen in its traces such as land use, road networks and important buildings that become tourism potential and cultural assets."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Ramadhan
"Perkembangan permukiman selalu erat kaitannya dengan pembentukan unsur-unsur morfologi kota seperti penggunaan lahan, jaringan jalan, dan struktur bangunan. Selain itu, permukiman tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan kolaborasi yang saling terkait antara beberapa elemen: Manusia, Masyarakat, Alam, Network, dan Shells. Manusia dan masyarakat seringkali terdorong oleh faktor budaya dari etnis masing-masing dalam membangun permukiman, seperti halnya masyarakat Arab-Hadrami di Pontianak Timur. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan permukiman Arab-Hadrami di Pontianak Timur dan pengaruhnya pada pembentukan morfologi urban Pontianak Timur, yang terwujudukan dalam unsur-usnur morofologi kota. Metode sejarah meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi digunakan untuk mengetahui perkembangan permukiman Arab-Hadrami. Kemudian metode hermeneutika digunakan untuk mendalami unsur-unsur morfologi kota yang terkait dengan perkembangan permukiman Arab-Hadrami. Hasil penelitian menunjukkan Permukiman Arab-Hadrami di Pontianak Timur awalnya terikat pada unsur-unsur alam, berkembang menjadi Kerajaan, tetapi kurang berkembang karena persaingan dengan entitas politik lain. Perkembangan permukiman ditandai dengan pembukaan kawasan baru oleh tokoh Arab-Hadrami lain. Meskipun permukiman melebur antar etnis setelah Kerajaan Pontianak berakhir, Kampung Saigon dan Tanah Beting masih menjadi tempat pelestarian budaya Arab-Hadrami. Pengaruh kebudayaan ini terlihat pada jejak-jejaknya seperti pada penggunaan lahan, jaringan jalan, dan bangunan-bangunan penting yang menjadi potensi wisata dan aset budaya.

Settlement development is always closely related to the formation of urban morphological elements such as land use, road networks, and building structures. In addition, settlements do not stand alone, but are interrelated collaborations between several elements: Human, Community, Nature, Network, and Shells. Humans and society are often driven by cultural factors from their respective ethnicities in building settlements, such as the Arab-Hadrami community in East Pontianak. Therefore this study aims to determine the development of Arab-Hadrami settlements in East Pontianak and their influence on the formation of urban morphology of East Pontianak, which is manifested in the morphological elements of the city. Historical methods including heuristics, criticism, interpretation, and historiography are used to determine the development of Arab-Hadrami settlements. Then the hermeneutic method is used to explore the morphological elements of the city related to the development of Arab-Hadrami settlements. The results of the study show that the Arab-Hadrami Settlements in East Pontianak were originally bound by natural elements, developed into a Kingdom, but were less developed due to competition with other political entities. Settlement development was marked by the opening of new areas by other Arab-Hadrami figures. Even though settlements merged between ethnic groups after the end of the Pontianak Kingdom, Kampung Saigon and Tanah Beting are still places of preservation of Arab-Hadrami culture. The influence of this culture can be seen in its traces such as land use, road networks and important buildings that become tourism potential and cultural assets."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Citra Rahmawati
"Pertumbuhan penduduk dapat menyebabkan peningkatan lahan permukiman dan konversi lahan menjadi permukiman. Masalah penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas manusia dalam pembangunan permukiman karena kedekatannya dengan Kota Malang, pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan secara cepat dan Kota  Batu yang terletak di hulu  DAS Brantas, berfungsi sebagai daerah resapan air. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis daya dukung lingkungan, sosial dan ekonomi, dan menyusun konsep penataan kawasan permukiman berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode analisis sistem informasi geografis, metode statistik, dan metode AHP. Hasil penelitian yaitu luasan permukiman eksisting yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan lebih banyak dibandingkan yang sesuai dan ketersediaan air adalah surplus. Kelayakan hunian adalah sangat layak dan daya tampung jumlah penduduk saat ini sudah melebihi ambang batas penduduk. Kecamatan Batu menjadi daerah dengan kepadatan ekonomi dan jalan yang tinggi. Kesimpulan penelitian ini dalam menyusun konsep permukiman berkelanjutan, kemampuan lahan menjadi hal terpenting dalam pengembangan kawasan permukiman.

Population growth can lead to increased settlement areas. Problems in this study were increasing human activity in settlement development due to its proximity to Malang City, growth resulting in rapid land conversion, and Batu City was located upstream of the Brantas DAS and functions as a water catchment area. This study aimed to analyze the carrying capacity of the environment, social, economy, and develop the concept of settlement sustainable. The method used was geographic information systems method, statistical methods, and AHP. The results were the area of existing settlements that were unsuitable with land capability was greater than that which was suitable and water availability was currently a surplus. The analysis of social carrying capacity on liveability are very feasible, and the capacity to accommodate the current population has exceeded the population threshold. Batu District being an area with high economic and roads density. In conclusion, developing the concept of sustainable settlements, that land capability was the most important to consider in developing settlement areas."
Lengkap +
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martina
"ABSTRAK
Language as a means of communication in community has an important role in life, both urban and local communities. Theories applied in this paper include intercultural communication (Liliweri, 2016), language studies (Yule, 2014), sociolinguistics (Sumarsono, 2013), and other related theories. This paper aims to describe urban community communication strategies in adapting in Pontianak City. The method applied is descriptive method with qualitative approach. The result of the analysis shows that communication strategy used by urban community to adapt in Pontianak city through culture, language, and society. The form of adaptation of urban society through culture in Pontianak City by showing the characteristic of its culture so as giving space and its own value for society in that city. In practice, these culturalactivities use ethnic language (Dayak language, Chinese language, and Malay dialectof Pontianak) and Indonesian language."
Lengkap +
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Syahrir
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perkembangan pelabuhan Pontianak dalam aspek ekonomi dan politik pada tahun 1771 ? 1942. Sultan Syarif Abdurakhman Al Qadrie mendirikan kerajaan Pontianak dan pelabuhan ini pada tahun 1771, yang letaknya di persimpangan antara Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Sejak saat itulah pelabuhan ini menjadi ramai dikunjungi baik oleh para pedagang nusantara maupun pedagang asing. Perdagangan yang semakin ramai membuat pihak kerajaan ingin memperluas kekuasan ke seluruh Kalimantan Barat. Untuk memperluas kekuasaan tersebut, Kerajaan Pontianak mulai menaklukan Kerajaan Sanggau, Kerajaan Mempawah, Kerajaan Sambas, dan Kerajaan Sukadan. Usaha inipun berhasil karena Kerajaan Pontianak mendapat bantuan dari VOC yang sudah melakukan kontrak politik dengan pihak kerajaan pada tahun 1779. Kontrak politik tersebut membuat VOC ikut campur dalam aktifitas kerajaan baik dalam segi politik, ekonomi, maupun sosial. Pada abad ke-19 hingga abad ke-20, pelabuhan Pontianak mengalami perkembangan perdagangan dan pelayaran yang sangat pesat. Berkembangnya pelabuhan Pontianak, menjadikan pelabuhan Pontianak sebagai pusat kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kalimantan Barat.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses about the development of Pontianak Port in economy and political aspect in 1771-1942. Sultan Syarif Abdurakhman Al Qadrie established The Kingdom of Pontianak and the port in 1771, which located on the intersection between Kapuas River and Landak River. Since then, the port became busy by the economical activity and visited not only by traders from Nusantara but also from other countries. The growth of trade and other economic activities led the Kingdom to spread its influence on the entire of West Kalimantan. To spread its influence, Pontianak Kingdom started to conquered kingdoms surround it, Sanggau, Mempawah, Sambas, and Sukadan. This effort was successful with helped by VOC which already had a politic contract with the Kingdom in 1779. That politic contract made VOC more or less interfered the Kingdom?s politics, economic, and social. In 19th until 20th century, Pontianak port had a significance growth. This growth, made Pontianak port became the entrepot in West kalimantan.
"
Lengkap +
2015
S60244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rikaz Prabowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan pendidikan di Pontianak pada periode 1914-1941. Pada periode ini, banyak berdiri sekolah Islam yang memadukan pelajaran agama dengan kurikulum pemerintah kolonial. Penelitian ini penting dilakukan karena studi-studi sebelumnya belum menguraikan secara detail tentang kontestasi pendidikan di level lokal. Penelitian ini menggunakan metode sejarah melalui tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada awal abad ke-20 pemerintah kolonial membentuk sejumlah sekolah, seperti Europesche Lagere School (ELS) dan Hollandsch Inlands School (HIS) di Pontianak. Dualisme, diskriminasi, dan gradualisme
menyebabkan sekolah-sekolah tersebut belum dapat dijangkau banyak orang dan tidak setara. Sekolah-sekolah jenis ini tidak memasukkan pelajaran agama. Hal ini disinyalir berdampak kepada semakin menjauhkan pelajar dari budaya asli penduduk Hindia. Kondisi itu mendorong perubahan model pendidikan nonformal melalui surau menjadi sebuah sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi sekolah-sekolah Belanda serta adanya aturan dari
Priesterraden dan Ordonansi Sekolah Liar. Ulama tidak dapat lagi secara bebas menyampaikan pengajarannya kecuali mendapatkan izin dan rekomendasi. Sekolah Islam pertama yang berdiri di Pontianak yakni Perguruan Alqadriah (1914) dan Perguruan Saigoniah (1925). Perubahan bentuk sekolah ditandai dengan adopsi mata pelajaran umum (pengetahuan Barat) dan bahasa Belanda. Sekolah Islam yang didirikan, menyamakan kurikulumnya setara dengan tingkatan dan jenis sekolah pemerintah. Sekolah Muhammadiyah (1927) berjenis
volksschool dan mendapatkan kepanduan ‘Hizbul Wathan’. Perguruan Al-Islamiyah (1926) dan Perguruan Raudhatul Islamiyah (1936) membuka schakelschool yang lulusannya disamakan dengan HIS."
Lengkap +
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 5:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Katamba, Francis
London: Macmillan, 1994
BLD 439.31 KAT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ardia Yunda Fauzul
"Penelitian ini membahas terkait dinamika perkembangan sepak bola Arab Saudi dan pengaruhnya terhadap budaya konservatisme di negara tersebut. Arab Saudi dikenal sebagai negara yang konservatif dan cenderung tidak inklusif terhadap budaya luar. Akan tetapi, beberapa tahun ke belakang Arab Saudi justru mulai membuka diri dan bersifat moderat termasuk dalam ranah olahraga. Penelitian ini menarik untuk dibahas karena sepak bola yang sejatinya merupakan olahraga terpopuler di Arab Saudi justru menjadi salah satu saluran bagi terciptanya transformasi budaya dari yang awalnya konservatif menuju moderat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejarah serta perkembangan sepak bola Arab Saudi dan kaitannya terhadap budaya konservatisme yang telah mengakar di Arab Saudi sejak dulu. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi studi kepustakaan. Teori pada penelitian ini merujuk pada teori perubahan sosial menurut John Lewis Gillin serta John Phillip Gillin. Hasil penelitian menunjukan bahwa sepak bola menjadi sebuah saluran yang mampu mengubah budaya konservatisme Arab Saudi menjadi budaya moderat lewat pelonggaran terhadap norma-norma yang berlaku seperti diperbolehkannya wanita menonton pertandingan sepak bola di stadion, dibentuknya kompetisi serta tim nasional wanita, serta diizinkannya kohabitasi bagi pemain sepak bola asing.

This research discusses the development dynamics of Saudi Arabian football and its influence on conservatism culture in that country. Saudi Arabia is known as a conservative country and tends not to be inclusive toward outside cultures. However, in the past few years, Saudi Arabia has begun to open up and be moderate, including in the realm of sports. This research is interesting to discuss because football, which is actually the most popular sport in Saudi Arabia, has actually become a channel for creating a cultural transformation from conservative to moderate. This study aims to explain the history and development of Saudi Arabian football and its relation to the culture of conservatism that has been rooted in Saudi Arabia for a long time. This research is a descriptive qualitative research with library research method. The theory in this study refers to the theory of social change according to John Lewis Gillin and John Phillip Gillin. The results of the study show that football is a channel that capable to transforming Saudi Arabia's conservatism culture into a moderate culture through loosening of prevailing norms such as allowing women to watch football matches in stadiums, establishing women's competitions and national teams, and allowing cohabitation for foreign football player."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayatul Astar
Jakarta: Pusat Bahasa. Depdiknas, 2002
499.221 HID k (1);499.221 HID k (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Juaningsih
"Prevalensi penyakit hepatitis di Indonesia menurut tim Hepatitis Nasional berkisar 5- 20 % pada negara dengan endemis sedang sampai tinggi. Pada ibu hamil mengidap hepatitis/carier sebanyak 3-8 % dan 45.9 % bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap Hepatitis B. Program Imunisasi HB.0 dengan vaksin Hepatitis B uniject ini telah dilaksanakan sejak tahun 2002 tapi pada pelaksanaanya masih mengalami banyak kendala sehingga hasil cakupan yang diperoleh masih rendah. Propinsi Kalimantan Barat pencapaian Imunisasi HB.0 pada tahun 2008 32,7 % dan tahun 2009 44,84 % masih berada dibawah rata-rata nasional selama 2 tahun dan hanya sedikit mengalami peningkatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status imunisasi HB.0 di Kecamatan Pontianak Tenggara Kota Pontianak Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Variabel yang secara statistik berhubungan dengan status imunisasi HB.0 pada bayi umur 0-7hari adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, penolong persalinan, kunjungan neonatal dan keaktifan petugas imunisasi dalam memberikan motivasi.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk menganggarkan dana rutin untuk memberikan pelatihan pada petugas kesehatan,bagi puskesmas, meningkatkan promosi imunisasi HB.0, memberikan pelatihan kepada kader, dan kepada tokoh masyararakat agar lebih terlibat aktif dalam memberikan pembinaan masyarakat tentang pentingnya imunisasi HB.0
Prevalence of hepatitis disease in Indonesia according to National Hepatitis team is around 5-20%. Expectant with hepatitis/carier as much as 3-8% and 45.9% babies was infected at birth from mother with hepatitis B. HB.0 Immunization Program with Hepatitis B uniject vaccine was implemented since 2002 but still facing many obstacles, so that obtained scope result was low. In West Kalimantan province achievement of HB.0 Immunization 32.7% at 2008 and 44.84% at 2009, is still below average of national for 2 years and only slightly enhancement.
This study aims to find out find out influence factors of immunization status of HB.0 in Sub-district of South-East Pontianak City of Pontianak year 2011. It is descriptive study with cross sectional design. Statistically variables related to HB.0 immunization to infant age 0-7 days are maternal knowledge, maternal attitude, labor support, neonatal visit, and immunization officer liveliness in motivating.
Recommended to the health Departement to budget routine fund in regard to provide training to health officer, health centers, increase HB.0 immunization promotion, training to cadre, and for community leaders were expected to more active involved in supporting importance of HB.0 immunization to community.
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>