Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Nia Klaudia
"Pada musim siklon tropis 2019/2020 lalu telah lahir siklon tropis ke sembilan di dalam wilayah tanggung jawab TCWC Jakarta, yang diberi nama siklon tropis Mangga. Gangguan tropis ini lahir di basin Samudera Hindia sebelah barat daya Bengkulu, tepatnya di 9.8 ⁰LS, 93.0 ⁰BT. Awalnya siklon tropis Mangga terdeteksi sebagai daerah pusat tekanan rendah pada 19 Mei 2020, kemudian dinyatakan sebagai bibit siklon tropis dengan kode 98S pada keesokan harinya, 20 Mei 2020. Sistem 98S membutuhkan waktu 36 jam untuk berkembang dan mencapai intensitas siklon tropis pada 21 Mei 2020 pukul 12.00 UTC, dengan kecepatan angin maksimum 35 knot dan tekanan 998 hPa. Siklon tropis Mangga bergerak ke arah Tenggara-Selatan, dan bertahan selama kurang lebih 12 jam di dalam wilayah tanggung jawab TCWC Jakarta, sebelum akhirnya memasuki wilayah tanggung jawab TCWC Perth, Australia. Meski masa hidupnya yang relatif pendek namun tetap menimbulkan dampak terhadap cuaca yang signifikan untuk beberapa wilayah di Indonesia. Keistimewaan lainnya adalah bahwa siklon tropis Mangga lahir di luar musim siklon tropis untuk basin Samudera Hindia selatan Indonesia yang umumnya berlangsung antara November hingga April setiap tahunnya.

In the tropical cyclone season of 2019/2020, the ninth tropical cyclone was born in the area of responsibility of TCWC Jakarta, which was named tropical cyclone Mangga. This tropical disturbance was born in the Indian Ocean southwest of Bengkulu, precisely at 9.8 ⁰S, 93.0 ⁰E. Initially tropical cyclone Mangga was detected as a low pressure area on May 19th, 2020, then it was declared as a tropical cyclone invest with the code 98S the next day, May 20th, 2020. The 98S system took 36 hours to develop and reached the intensity of the tropical cyclone on May 21st, 2020 at 12.00 UTC, with a maximum wind speed of 35 knots and a pressure of 998 hPa. The tropical cyclone Mangga moves to southeastsouth, and lasts for approximately 12 hours inside the area of responsibility of TCWC Jakarta, before finally entering the area of responsibility of TCWC Perth, Australia. Even though its life span is relatively short, it still has significant weather impacts for several regions in Indonesia. Another feature is that the tropical cyclone Mangga was born outside the tropical cyclone season for the basin of Indian Ocean south of Indonesia which generally takes place between November to April each year."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Siklon tropis pada periode Februari dan Maret 2008 muncul sebanyak 46, dan 26 kali di Samudera India sebelah selatan dan barat daya Benua Maritim Indonesia. Hal ini didasarkan dari hasil pemantauan satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) yang menunjukkan bahwa, selama periode Februari 2008 telah muncul 12 jenis siklon tropis yaitu siklon tropis 17S, 18S, 90S, 92S, 93S, 94S, 98S, 99S, Gula, Hondo, Ivan dan Nicholas, yang secara acak muncul sebanyak 46 kali dalam periode tersebut. Sedang pada periode Maret 2008 telah muncul 8 jenis siklon tropis yaitu siklon tropis Ophelia, Jokwe, Kamba, Lola, Pancho, 94S, 97S dan 99S. Pada rentang waktu yang bersamaan, dari TV ataupun media cetak diinformasikan juga bahwa selama periode Februari, dan Maret 2008 tersebut juga telah terjadi gelombang tinggi (3 sampai 4 m, atau bahkan lebih) di sejumlah perairan bagian selatan Indonesia, seperti Selat Sunda, perairan selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian selatan, Selat Bali, Selat Lombok, Laut Flores, perairan selatan Sulawesi, Laut Sawu, Laut Timor. Pada periode yang sama pula (Februari, dan Maret 2008) di sebagian Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, dan Flores Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, dan Flores juga terjadi angin kencang (oleh masyarakat setempat sering disebut sebagai puting beliung). Pada penelitian tahap ini keterkaitan antara munculnya siklon tropis di Samudera India sebelah selatan dan barat daya Benua aritim Indonesia dengan kejadian gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia (dari lautan di sebelah selatan Jawa sampai Nusa Tenggara Timur) dan terjadinya angin kencang (puting beliung) memang belum dapat diungkapkan secara kuantitatif, namun secara kualitatif hal-hal tersebut menunjukkan keterkaitan yang cukup signifikan, terutama untuk siklon tropis Hondo, Ivan dan 17S di periode Februari 2008, dan hal yang analog untuk siklon tropis Pancho di periode Maret 2008."
620 DIR 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Apsari
"Skripsi ini mengkaji variasi reinterpretasi kosmologi yang tertuang dalam pranata mangsa yang merupakan acuan bercocok tanam yang dipakai oleh petani di pulau Jawa secara turun temurun. Selain itu, skripsi ini juga menjabarkan mengenai reinterpretasi pengetahuan lokal petani mengenai cuaca atau yang disebut sebagai weather lore, yaitu ujaran-ujaran mengenai tanda-tanda alam untuk membaca cuaca yang disampaikan secara lisan. Reinterpretasi yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam anggota kelompok Tani Mulya, Desa Segeran Kidul tersebut merupakan respon mereka dalam menghadapi kondisi perubahan cuaca yang ekstrem atau yang biasa dikenal sebagai fenomena El-Niño dan La-Niña yang menyebabkan kondisi alam menjadi tidak lazim. Keberagaman reinterpretasi tersebut secara individual, dituangkan dalam strategi bercocok tanam yang dilakukan oleh petani kelompok Tani Mulya.
Skripsi ini juga mendeskripsikan bagaimana kelompok Tani Mulya memperoleh sebuah introduksi pengetahuan baru berupa pengukuran curah hujan dan analisis agroekosistem. Meskipun program pengukuran curah hujan tersebut belum mampu membentuk sebuah skema baru berupa analisis mendalam mengenai curah hujan dan implikasinya pada lahan dan pertumbuhan tanaman, namun hal tersebut mampu membuat para petani termotivasi untuk menafsirkan ulang pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya dan memunculkan minat mereka untuk mempertajam kemampuan pengamatan dan analisis mendalam terhadap lingkungan mereka. Dalam mendeskripsikan kisah para petani pengukur curah hujan itu, skripsi ini juga ditunjang oleh data sekunder melalui studi pustaka.

This article probes cosmological reinterpretation variation that occurred in pranata mangsa. Those cosmological reinterpretation becomes a guide to farming. which used by Javanese farmers hereditarily. Moreover, this thesis explains the reinterpretation of farmer’s local knowledge about the weather or commonly referred to as weather lore that is the knowledge of natural sign for predicting the weather that delivered orally. The reinterpretation which done by the farmers in the group Tani Mulya, Segeran Kidul Village is their response to face the changes of weather condition which causes the unstability of natural conditions. The variety of reinterpretation applied individually with on the farming strategy of the group Tani Mulya.
This thesis also describes how the Tani Mulya group get the introduction for new knowledge such as measuring the rainfall. Even though that rainfall measurement program could not form the new schema like deep-analysis of rainfall, it motivates the farmers to reinterprate their knowledge and raises their interest to improve their observation and deep-analytical skill on their environment. In describing the story of those rainfall measuring farmers, this thesis also supported by secondary data which obtained from literature.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Wibisono
"Hujan ekstrim merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrim yang kejadiannya sering memicu bencana alam seperti tanah longsor, banjir bandang, dan erosi tanah. Di Wilayah Jabodetabek khususnya Kota Jakarta sering dilanda banjir akibat adanya curah hujan yang berlebih. Melalui perhitungan stastistik dan analisis spasial serta temporal, penelitian ini mengungkapkan bahwa terjadi kecenderungan kejadian hujan ekstrim di Jabodetabek dari tahun 1980 - 2011. Dengan menggunakan metode site specific threshold dan analisis spasial, ditemukan bahwa kejadian hujan ekstrim cenderung terjadi di wilayah dataran rendah dan dekat jaraknya dari garis pantai. Kejadian hujan ekstrim di Jabodetabek tahun 1980 - 2011 akan lebih sering terjadi dalam siklus 5 tahunan, dan cenderung meningkat kejadiannya meskipun tidak selalu fluktuatif dan tidak terlalu signifikan.

Extreme rainfall is one of the occurrence of extreme weather phenomena are often triggered by natural disasters such as landslides, floods, and erosion. In Jabodetabek region especially the city of Jakarta is often flooded due to excessive rainfall. Through a statistical calculation and analysis of spatial and temporal, this study reveals that there is a trend of extreme rainfall events in Jabodetabek from 1980 - 2011. By using site specific threshold method and spatial analysis, it was found that the incidence of extreme rainfall tends to occur in low lying areas and near distance from the sea. Extreme rainfall events in Jabodetabek from 1980 - 2011 will be more likely to occur in cycles of 5 years, and is likely to increase occurrence though not always fluctuate and are not too significant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S28498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iskandar Wijaya T.
"Pasang surut adalah peristiwa alam tentang naik turunnya permukaan air laut yang terjadi secara berulang-ulang dan teratur karena adanya gaya gravitasi benda – benda di langit terutama bulan dan matahari terhadap massa air laut di bumi. Karateristik dan peramalan pasang surut dapat diketahui dengan cara perhitungan mengenai data amplitudo dan beda fase yang merupakan komponen pasang surut. Peramalan pasang surut ditujukan untuk memperoleh informasi tinggi muka air laut di masa mendatang pada saat dan lokasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik pasang surut dengan metode Admiralty meramalkan pasang surut dengan menggunakan software World Tide dan mengetahui kedudukan muka air laut di perairan Desa Pagar Jaya, Lampung selama 5 tahun kedepan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 April-22 April 2019 di Perairan Desa Pagar Jaya Lampung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasang surut pengamatan pada lokasi penelitian dan koordinat lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dimana dalam penelitian ini data penelitian berupa angka yang dianalisa secara kuantitatif dengan metode Admiralty dan WorldTide yang akan menghasilkan karateristik pasang surut di perairan berupa nilai koefisien yang akan digunakan untuk mengetahui tipe pasang surut, LLWL dan HHWL di suatu perairan. Hasil penelitian dengan mengunakan metode Admiralty menunjukan bahwa tipe pasang surut di Perairan Desa Pagar Jaya, Lampung adalah tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda atau mixed tide prevailing semidiurnal dengan nilai Formzahl sebesar 0,52. Nilai Mean Sea Level (MSL) sebesar 96 cm, nilai Higest High Water Level (HHWL) sebesar 167 cm, dan nilai Lowest Low Water Level sebesar 25 cm. Peramalan pasang surut menggunakan World Tides dengan nilai MRE sebesar 0,3% menunjukan bahwa HHWL tertinggi terjadi di bulan Desember 2021 dengan nilai sebesar 178 cm dan LLWL terendah terjadi di bulan Juni 2021 dengan nilai sebesar 19 cm.

Tidal is natural events about the rise and fall of sea levels that occur repeatedly and regularly as because gravity objects - objects in the sky, especially the moon and sun on the sea water mass on earth. Characteristics and tidal forecasting can be determined by calculating the amplitude and phase difference of the data which is a component of the tides. Forecasting tidal aimed at obtaining information sea level in the future at a specific time and location. This study aims to determine the characteristics of ups and downs with the Admiralty method, predicted tidal using software World Tide and find out position of sea level on the waters of Pagar Jaya Village, Lampung during the next 5 years. This study was conducted on 8 April-22 April 2019 in Pagar Jaya Village, Lampung. The data used in this research is observational data of the tidal test site and the location coordinates research.  The method used in this study is the case study method in this study. The research data that produces numbers analyzed by the Admiralty and WorldTide methods will produce tidal characteristics in the findings that will be used to connect the tidal type, LLWL and HHWL at a meeting. The results of the study using the Admiralty method showed that the type of tidal waters Pagar Jaya Village, Lampung is a type of mixed tide prevailing semidiurnal with Formzahl value at 0,52. Value of Mean Sea Level (MSL) 96 cm, the value Higest High Water Level (HHWL) of 167 cm, and the value Lowest Low Water Level by 19 cm. Forecasting tidal using World Tides with MRE value of 0,3% indicates that the highest HHWL occurred in December 2021 at a value of 178 cm and the lowest LLWL occurred in June 2021 at a value of 19 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triarko Nurlambang
"Tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan analisa grafis dari variabilita jumlah dan waktu hujan pada daerah pantai utara Jawa Barat. Sebagai alternatif dari analisa statistik yang sudah umum digunakan walaupun masih diragukan hasilnya, melalui analisa grafis dengan pendekatan pengamatan jangka panjang dan pendek ini diharapkan dapat diperoleh hasil yang paling tidak sama baiknya dengan menggunakan analisa statistik.
Penelitian ini mencakup wilayah pantai utara Jawa Barat yang telah berkembang secara cepat sehingga perubahan penggunaan juga meningkat tajam dan akhirnya diasumsikan bahwa perubahan penggunaan tanah tersebut dapat pula merubah ekosistem di wilayah tersebut termasuk pola curah hujannya, seperti yang dijelaskan dalam konsep siklus hidrologi. Data yang digunakan adalah dari data curah hujan bulanan dari tahun 1960 sampai dengan tahun 1988 di empat belas stasiun pencatat cuaca yang menyebar dari bagian barat sampai timur wilayah pantai utara dengan ketinggian 50 meter atau kurang di atas permukaan laut.
Dari hasil analisa grafis tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Adanya variabilta curah hujan akan lebih jelas terlihat secara grafis dengan menggunakan pendekatan pengamatan jangka waktu yang lebih pendek
b. Ada kecenderungan jumlah curah hujan rata-rata tahunan dan juga bulanan menurun
c. Tidak nampak adanya kecenderungan pergeseran awal mulainya musim kemarau maupun hujan, tetapi ada indikasi perubahan lamanya curah hujan maksimum dan minimum yaitu menjadi semakin lama."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia
"Dengue adalah salah satu penyakit endemik yang terjadi pada banyak daerah sub tropis dan tropis. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit dengue. Jumlah insiden dengue telah meningkat secara drastis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembapan, dan arah udara, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangbiakan hidup nyamuk Aedes. Pada skripsi ini, penulis mengimplementasikan algoritma ­K-Medoids dan Fuzzy C-Means Clustering menggunakan jarak Euclidean pada data insiden dengue dan cuaca yang diambil dari kelima wilayah di DKI Jakarta pada tahun 2009 hingga 2016. Variabel yang digunakan terdiri atas rata-rata temperatur, rata-rata kelembapan udara relatif, curah hujan, dan insiden dengue. Proses implementasi dalam skripsi ini dibedakan atas 2 skenario penelitian, yaitu menggunakan 4 variabel yang telah disebutkan di atas dan 3 variabel (variabel yang sama seperti sebelumnya, namun tanpa variabel insiden dengue). Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah menganalisis keterkaitan antara variabel cuaca tersebut dan insiden dengue dari kelima wilayah di DKI Jakarta. Untuk menentukan jumlah klaster yang digunakan, pada metode K-Medoids Clustering dilakukan perhitungan Silhouette Coefficient dan pada metode Fuzzy C-Means Clustering dilakukan perhitungan Modified Partition Coefficient. Hasil menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang cenderung positif antara insiden dengue dengan rata-rata kelembapan udara relatif dan jumlah curah hujan di DKI Jakarta. Sementara itu, terdapat korelasi yang cenderung negatif antara jumlah insiden dengue dengan rata-rata temperatur di DKI Jakarta. Hasil dari kedua skenario menunjukkan bahwa terdapat kemiripan nilai rata-rata temperatur yang terjadi antara Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, serta antara Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat. Kemiripan nilai rata-rata kelembapan udara relatif juga terjadi pada wilayah-wilayah seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil dari kedua skenario juga menunjukkan bahwa insiden dengue yang terjadi di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara cenderung lebih rendah dari Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pembentukan klaster pada skenario pertama cenderung dipengaruhi oleh jumlah insiden dengue. Sementara itu, pembentukan klaster pada skenario kedua cenderung dipengaruhi oleh jumlah curah hujan.

Dengue is an endemic disease prevalent in sub-tropical and tropical regions. The Aedes aegypti mosquito is the main vector of dengue. Dengue incidence has been rising dramatically throughout the last few decades. Climate change may lead to changes in rainfall, temperature, humidity, and wind direction, so that it can affect the breeding of Aedes mosquitoes. In this study, we employ K-Medoids Clustering and Fuzzy C-Means (FCM) Clustering algorithms using Euclidean distance on five regions in DKI Jakarta every year from 2009 to 2016. The variables used consist of average temperature, average relative humidity, rainfall, and dengue incidence. The implementation process in this study is divided into 2 research scenarios. Firstly using the 4 variables that was mentioned above, and secondly using 3 variables (the same variables as before, but without the dengue incidence variable). The purpose of this study is to analyze the relationships between these weather variables and dengue incidence in the five regions in DKI Jakarta. In order to determine the number of clusters used, for K-Medoids Clustering we determine the Silhouette Coefficient, and for Fuzzy C-Means Clustering we determine the Modified Partition Coefficient. The results show that there tends to be a positive correlation between the number of dengue incidence with average relative humidity and the amount of rainfall. On the other hand, there tends to be a negative correlation between the number of dengue incidence with the average temperature. The results of the two scenarios show that there are similarities in the average temperature between Central Jakarta and North Jakarta, as well as between the East Jakarta, South Jakarta, and West Jakarta. Similarities in the average relative humidity also occur in the areas mentioned before. The results of both scenarios also show that the dengue incidence in Central Jakarta and North Jakarta tend to be lower than in East Jakarta, West Jakarta, and South Jakarta. Based on the results, cluster formation in the first scenario tends to be influenced by the number of dengue incidence. Meanwhile, cluster formation in the second scenario tends to be influenced by the amount of rainfall."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muki Trenggono Wicaksono
"Skripsi ini mengkaji pembelajaran petani melalui pembelajaran agrometeorologi dalam Warung Ilmiah Lapangan (WIL). Tujuan pembelajaran itu adalah untuk mendorong pembentukan kapasitas petani yang tanggap terhadap perubahan iklim. Beberapa literatur sebelumnya telah mengangkat kajian tentang pembelajaran petani pengukur curah hujan di Indramayu. Namun, ulasan-ulasan itu belum memperlihatkan sejauhmanakah pembelajaran melalui pengukuran curah hujan membantu petani dalam mengonseptualisasikan "kerentanan" sebagai konsekuensi perubahan iklim yang mereka hadapi.
Berbeda dengan penulis sebelumnya, saya memfokuskan pada respons individu petani pengukur curah hujan pada asosiasi Klub Pengukur Curah Hujan Kabupaten Indramayu dengan pendekatan rasionalitas pilihan (rational choice). Saya memilih pendekatan itu untuk menjelaskan alasan petani dalam membentuk respons berdasarkan pembelajaran agrometeorologi, membantu mereka dalam mempersepsikan kerentanan. Selain itu, cara petani mempersepsikan kerentanan menjadi perhatian utama pada tulisan ini, khususnya dalam kerangka pengambilan keputusan kegiatan bercocok tanam.
Skripsi ini dilakukan dengan menggunakan etnografi multi-lokasi (multiple sited ethnography). Dengan menggunakan metodologi etnografi membantu saya dalam meneliti diversitas strategi petani pada kondisi ekosistem dan musim yang beragam. Saya menemukan beberapa temuan terkait dengan pengalaman petani dalam membentuk respons.
Pertama, adalah perubahan pada persepsi petani mengenai kerentan ekosistem saat mereka membentuk respons bercocok tanam.
Kedua melalui modifikasi persepsi yang membantu mereka dalam mengantisipasi konsekuensi perubahan iklim.
Ketiga, pembelajaran agrometeorologi dalam Warung Ilmiah Lapangan menolong petani dalam mempersepsikan kembali kerentanan yang mereka rasakan. Dengan membentuk strategi bercocok tanam yang mempertimbangkan ketidakpastian atas risiko dan kesempatan, membantu mereka dalam menentukan strategi terbaik pada suatu arena ekosistem dan kondisi musim.
Keempat, selain perubahan persepsi strategi, terdapat unsur-unsur Revolusi Hijau yang masih bertahan pada kegiatan bercocok tanam petani. Hal itu muncul berupa budaya nyemprot pestisida dan menggunakan paket pertanian sebagai bentuk intensifikasi pertanian yang terus direproduksi dalam respons petani terhadap konsekuensi perubahan iklim.

This thesis examines the learning activities of Indramayu farmers with regards to the introducing agrometeorological learning in Science Field Shops (SFS). The aim of this approach is to encourage farmers’ ability in order to "response farming to climate change". Some previous literatures have been concerning on the similar issue. However, I have to admit that it is still necessary to bring up the issue, since there is no previous research that has a strong concern on the extent to the which learning by measuring rainfall would assist farmers in order to conceptualizing the idea of "vulnerability" as major consequence of climate change.
Unlike the previous writers or researchers, I am more concerned on the idea of Indramayu Rainfall Observers Club members to within rational choice approach. I have chosen this approach in order to explain the farmers reasons of their response based on agrometeorological learning helping them to perceive their "vulnerability". Moreover, how the farmer perception about vulnerability would be their main concern, particularly in order to make their decisions on agriculture activity.
The thesis was conducted by using multiple sited ethnography. In ethnographic fieldwork by using multiple sited approach in order to examine farmers diverse strategies within varied ecosystem and seasonal conditions. My study discovered several realities related to their experiences responses.
First, there is a change of farmers perception about ecosystems vulnerability of their ecosystem as well as their own use responses.
Second, the modified of perception help them anticipating the consequences of climate change.
Third, the agrometeorological learning in SFS help the changing their perception of vulnerability. By doing that farmer strategies by referring to their assessment on the uncertain future risk and opportunites and choose the right strategy on particular ecosystem and seasonal condition.
Fourth, despite changing the perception strategies, farmers have also sustained Green Revolution schema in rice farming activity. It would come in the form of cultural forces such as spraying pesticide and use agriculture package as intensification agricultural in the response of farmers in Indramayu to the potential consequences of climate change.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratignyo Arif Budiman
"Timbulnya redaman propagasi pada komunikasi sangat mempengaruhi kualitas sinyal, demikian pula pada sistem komunikasi satelit. Dalam tugas tests ini, satelit Ku Band JCSAT-3, khususnya fluktuasi level sinyal beacon dan data curah hujan digunakan sebagai sumber data. Analisa dan prediksi redaman propagasi yang tersusuri dari redaman cerah dan redaman hujan dilakukan dengan bantuan program simulasi sebagai alat bantu analisa yang direalisasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab 5.3 dan Microsoft Exel.
Analisa redaman propagasi dilakukan untuk mendapatkan pernaharnan sifat masing-masing redaman dan selanjutnya dimodelkan untuk prediksi di masa depan. Pemodelan pada redaman hujan menggunakan pemodelan distribusi dan pembandingannya dengan model prediksi CCIR 1992, sedangkan redaman cerah menggukan pemodelan ARMA.
Hasil pemodelan redaman hujan menunjukkan Bandung lebih mendekati model CCIR zone N, sedangkan pemodelan redaman cerah dapat dilakukan dengan pemodelan metode ARMA orde 6 dengan panjang frame 8 sampling. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan pijakan dalam perencanaan komunikasi satelit di Indonesia, khususnya pada daerah frekuensi Ku.

Loss propagation consist of rain. Attenuation and clear sky attenuation occurred could influence the quality of the satellite communication. In this paper, the fluctuation of beacon signal level and meteorological parameters as source of data will be analysis. Simulation programs as analysis rolls that realized with using Mat/dab 5.3 and Microsoft Exel do analysis and prediction of loss propagation.
Loss propagation analysis is done to understand each attenuation characteristic and further modeled for prediction. The rain attenuation uses cumulative models and compared to CCIR'92 prediction model, and clear sky attenuation use ARAM model.
The result of rain attenuation model shows Banding is close to CCIR zone N model, whereas clear sky attenuation model can be done by ARMA orde 6 model with 8 sampling each frame length. The result of data analysis of the JCSAT-3 earth station in Bandung for rain attenuation and clear sky attenuation prediction describes the loss propagation character in the Ku band satellite communication. This result could be used for reference in the planing and implementation of the Ku band satellite communication system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T1058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>