Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jufitriani Ismy
"Latar Belakang: Epilepsi resisten terhadap obat adalah salah satu permasalahan pada epilepsi sehingga terjadi kejang berulang dan diperlukan pengobatan polifarmasi obat anti epilepsi. Kedua kondisi ini menyebabkan semakin meningkatkan stres oksidatif yang merugikan bagi otak dalam menjalankan fungsi fisiologis, terutama pada penderita epilepsi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran pemberian vitamin C dan E dalam menurunkan stres oksidatif dan frekuensi kejang pada pasien epilepsi resisten obat.
Metode: Penelitian dengan uji klinis acak tersamar ganda dengan plasebo, desain paralel dan dilakukan randomisasi blok. Subjek penelitan adalah pasien epilepsi resisten obat usia 1-18 tahun yang mendapat pengobatan rutin di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Randomisasi dilakukan pada 100 subjek yang terbagi menjadi kelompok perlakuan dan plasebo. Subjek mendapatkan vitamin C dosis 100 mg/hari , vitamin E dosis <5 tahun 200 IU/hari, ≥5 tahun 400 IU/hari dan plasebo yang diberikan selama 8 minggu. Pemeriksaan malondialdehida dan penilaian frekuensi kejang dilakukan sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil penelitian: Sebanyak 100 orang subjek pasien epilepsi resisten obat berpartisipasi dalam penelitian ini. Pemantauan sampai akhir penelitian pada kelompok perlakuan 42 subjek dan kelompok plasebo 46 subjek. Kadar MDA sebelum diberikan intervensi tidak berbeda bermakna pada kelompok perlakuan dan plasebo (p=0,920). Kadar MDA sesudah intervensi tidak berbeda bermakna antara kelompok perlakuan dan plasebo (p=0,880). Kadar MDA sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan bermakna pada kelompok perlakuan (p= <0,001) dan plasebo (p= 0,028). Perubahan kadar sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,181). Tidak terdapat hubungan yang bermakna perubahan kadar MDA dengan frekuensi kejang baik di kelompok perlakuan (p=0,967) dan plasebo (0,065). Penurunan frekuensi kejang didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,001).
Simpulan: Pemberian vitamin C dan E dapat menurunkan frekuensi kejang pada pasien epilepsi resisten obat.

Background: Drug-resistant epilepsy is one of the problems in epilepsy resulting in recurrent seizures and polypharmacy treatment of anti-epileptic drugs is needed. Both of these conditions lead to further increase in oxidative stress which is detrimental to the brain in carrying out its physiological functions, especially in people with epilepsy.
The purpose of this study was to determine the role of vitamins C and E in reducing oxidative stress and seizure frequency in drug-resistant epilepsy patients.
Methods: This study was a double-blind randomized clinical trial with a placebo, parallel design and block randomization. The research subjects were drug-resistant epilepsy patients aged 1-18 years who received routine treatment at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Randomization was performed on 100 subjects which were divided into treatment and placebo groups. Subjects received a vitamin C dose of 100 mg/day, a vitamin E dose of <5 years 200 IU/day, ≥5 years 400 IU/day and a placebo given for 8 weeks. Examination of malondialdehyde and assessment of seizure frequency was carried out before and after the intervention.
Results: A total of 100 subjects of drug-resistant epilepsy patients participated in this study. Monitoring until the end of the study in the treatment group of 42 subjects and the placebo group of 46 subjects. MDA levels before being given the intervention were not significantly different in the treatment and placebo groups (p=0.920). MDA levels after the intervention did not differ significantly between the treatment and placebo groups (p=0.880). There were significant differences in MDA levels before and after treatment in the treatment (p=<0.001) and placebo (p=0.028) groups. There was no
significant difference in the changes in levels before and after the intervention in the two groups (p=0.181). There was no significant relationship between changes in MDA levels and seizure frequency in both.
Conclusion: Administration of vitamins C and E can reduce the frequency of seizures in drug-resistant epilepsy patients.
"
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prisca Gisella Wibowo
"ABSTRACT
Keloid scars commonly occur due to abnormal wound healing of injured cutaneous dermis. As one of the characteristics of keloid, hyperproliferation of fibroblasts may lead to the state of hypoxia due to increased needs of oxygen. Moreover, the overproduction of reactive oxygen species (ROS), which can lead to oxidative stress, is evident in the fibroblasts and may be exacerbated by prolonged hypoxia in keloid tissue. The knowledge regarding to keloid formation is still limited, therefore, this experiment aims to explore more about keloid tissue, specifically regarding to the effect of oxidative stress inside the tissue to the endogenous antioxidant system by measuring the glutathione peroxidase (GPX) activity. The samples consist of keloid and preputium tissue, which act as control. Both tissues were weighed until it reached approximately 100 mg, after which it would be homogenized and centrifuged. The supernatant, then, was used to examine total protein concentration and GPX activity (Ransel method) that were measured in order to determine the specific GPX activity. The parametric data showed higher specific GPX activity in preputium tissue (0.088 U/ mg) than in keloid tissue (0.056 U/ mg), with significant difference between the two groups of samples (p<0.05), as determined in the independent T-test. In conclusion, decrease of specific GPX activity against oxidative stress induced by hypoxic state was evident in keloid tissue in comparison to the control. center" Keywords: antioxidant; hypoxia; glutathione peroxidase;

ABSTRACT
Keloid merupakan bekas luka yang umum terjadi jika terdapat penyembuhan luka yang abnormal. Sebagai salah satu karakteristik dari keloid, proliferasi jaringan fibroblas yang berlebihan dapat menyebabkan  kondisi hipoksia karena kebutuhan oksigen yang meningkat. Produksi berlebihan spesies oksigen reaktif (ROS), yang dapat menyebabkan stress oksidatif, terdapat pada jaringan fibroblas dan produksi dapat diperparah oleh kondisi hipoksia pada jaringan keloid. Pengetahuan mengenai pertumbuhan keloid masih belum terlalu jelas, oleh karena itu, penelitian ini diadakan untuk memperluas informasi mengenai jaringan keloid, terutama perihal efek stress oksidatif yang dapat disebabkan oleh hipoksia dalam jaringan keloid terhadap sistem antioksidan jaringan dengan mengukur aktivitas Sampel yang digunakan merupakan jaringan keloid dan prepusium, yang bertindak sebagai kontrol. Kedua jaringan tersebut ditimbang sekitar 100 mg dan setelah itu dijadikan homogenat. Supernatan yang didapat akan dianalisis untuk pemeriksaan konsentrasi protein total, aktivitas GPX (metode Ransel), serta aktivitas spesifik GPX. Data parametrik yang diperoleh menunjukkan aktivitas spesifik GPX yang lebih tinggi pada jaringan prepusium (0.088 U/ mg) dibanding jaringan keloid (0.056 U/ mg) dengan perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok sampel (p<0.05) menurut independent T-test. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan aktivitas spesifik GPX jaringan keloid terhadap stress oksidatif yang disebabkan oleh keadaan hipoksia dibandingkan dengan kontrol.
ABSTRACT
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Dewi
"Daun teh hijau segar kaya akan polifenol yang merupakan komponen bioaktif pada tanaman dan baik untuk kesehatan manusia. Komponen polifenol dalam daun teh hijau segar diidentifikasi sebagai katekin dan derivatnya yang tergolong dalam sub-kelas flavonoid.
Dalam penelitian ini, daun teh hijau segar dimaserasi dengan dua jenis pelarut, yaitu air-metanol dan air-etil asetat untuk mengekstrak komponen katekin, kemudian diidentifikasi dengan KLT. Isolat daun teh hijau yang dimaserasi dengan air-etanol menghasilkan empat komponen katekin, sedangkan yang dimaserasi dengan air-etil asetat menghasilkan dua komponen katekin. Fe- MMT disintesis dari bentonit Jambi yang difraksinasi, kemudian fraksi yang memiliki kandungan MMT tertinggi digunakan untuk sintesis berikutnya. Pertama-tama, MMT disintesis menjadi Na-MMT, kemudian disintesis menjadi Fe-MMT dengan proses impregnasi menggunakan larutan NaCl 1M dan larutan FeCl3 0,3M. Katalis Fe-MMT dikarakterisasi menggunakan metode XRD, FTIR untuk mengiidentifikasi struktur MMT. Metode AAS mengidentifikasi Na+ dan Fe3+ yang terkandung dalam katalis. Reaksi kopling oksidatif katekin dikondisikan pada suhu 115oC dan waktu 24 jam, identifikasi produk menggunakan metode KLT dan LC-MS/MS. Hasil analisis produk menunjukkan dimer katekin yang terdiri dari epikatekin, epigalokatekin, epikatekin galat dan epigalokatekin galat dengan nilai m/z 580, 612, 884 and 912. Aktivitas peredaman radikal produk dimer katekin menggunakan radikal bebas 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil (DPPH), menunjukkan dimer katekin memiliki nilai IC50 57,583 μg/mL lebih tinggi dibanding monomernya dengan nilai IC50 65,899 μg/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Arsianti
"Antioksidan diperlukan untuk melindungi lemak dan minyak dari kerusakan akibat proses oksidasi. Penelitian dan pengembangan antioksidan yang berasal dari alam kini sedang giat-giatnya digalakkan, dikarenakan penggunaan antioksidan sintetik saat ini perlu ditinjau kembali sebab ada yang bersifat merugikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan senyawa yang terdapat dalam kulit buah kandis (Garcinia parvifolia). Fraksi etil asetat G. parvifolia yang diperoleh dari proses maserasi dan fraksionasi dengan celite, dipekatkan, ekstrak hasil pemekatan diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode penimbangan dan metode Lea. Aktivitas antioksidan ekstrak fraksi etil asetat ini dibandingkan dengan hasil uji aktivitas antioksidan sintetik BHA dan BHT.
Hasil uji aktivitas antioksidan baik dengan metode penimbangan maupun dengan metode Lea menunjukkan bahwa fraksi etil asetat G. parvifolia memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar daripada BHA dan BHT, dengan urutan aktivitas antioksidan : ekstrak fraksi etil asetat G. parvifolia > BHA > BHT. Sedangkan hasil analisis kualitatif ekstrak kasar etil asetat G. parvifolia dengan Kromatografi Lapis Tipis, menunjukkan bahwa ekstrak kasar etil asetat terdiri dari tiga komponen senyawa kimia dengan Rr masing-masing adalah 0,556, 0,288 dan 0,067."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rahman
"Lemak dan minyak mudah mengalami kerusakan akibat proses oksidasi. Untuk memperlambat proses oksidasi tersebut, diperlukan penambahan anti-oksidan. Namun, penggunaan anti-oksidan sintetik dewasa ini mulai mendapat perhatian serius karena ada yang bersifat merugikan. Oleh karena itu pengembangan anti-oksidan yang berasal dari alam, yang relatif lebih mudah didapat dan aman, tengah digalakkan saat ini.
Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) yang telah dipekatkan dari hasil maserasi dalam metanol, kemudian difraksionasi menghasilkan fraksi etil asetat dan butanol. Sebanyak 20 mg dari masing-masing sampel diuji aktivitasnya dengan menggunakan minyak kedelai. sebagai (500 mg) sebagai substrat dan FeC13.6H20 (0,02 mg) sebagai katalis. Metodenya yaitu dengan proses inkubasi pada suhu konstan 60 °C selama 30 hari. Ukuran aktivitasnya dinyatakan sebagai waktu inkubasi yang diperlukan sampel untuk mencapai penambahan berat 2% (10 mg). Uji aktivitas awal ini menunjukkan bahwa hanya fraksi butanol yang tidak mempunyai kemampuan aktivitas anti-oksidan.
Pemisahan lebih lanjut terhadap fraksi etil asetat, diperoleh fraksi asam kuat, fraksi asam lemah, dan fraksi netral. Urutan aktivitas dari ketiga fraksi tersebut, pada penambahan 20 mg, yaitu : Fraksi asam kuat > fraksi asam lemah jika dibandingkan terhadap BHA, BHT, dan Tokoferol. Sedangkan fraksi netral tidak menunjukkan aktivitas anti-oksidasi. Pemurnian fraksi asam lemah dengan kolom kromatografi, dihasilkan Zat A (7,6% ), Zat B (3,8% ), dan Zat C (3% ). Aktivitas Zat B lebih baik dibandingkan dengan Zat A dan Zat C, jika dibandingkan terhadap BHA dan Tokoferol.
Uji kualitatif awal terhadap zat A, zat B, dan zat C dengan metode Spray menunjukkan adanya senyawa fenol, sedangkan untuk uji golongan alkaloid dan flavanoid memberikan hasil yang negatif, ini berarti bahwa anti-oksidan yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis adalah golongan fenolik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yemirta
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Budiarso
"Keseimbangan radikal bebas dan antioksidan sangat penting dalam kehidupan manusia. Radikal bebas yang melebihi antioksidan dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif dan dapat menimbulkan berbagai penyakit, antara lain penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit neurodegeneratif. Tubuh manusia memerlukan antioksidan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Jeruk mandarin adalah jeruk impor yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan dilaporkan memiliki kandungan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antioksidan yang ada pada komponen jeruk mandarin. Komponen yang diperiksa adalah kulit buah, kulit buah yang dikeringkan, daging, dan air perasan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif eksploratif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013 di laboratorium Departemen Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jeruk mandarin dipisahkan komponennya menjadi kulit, daging, dan air perasan. Kulit dan daging jeruk diekstraksi dengan metanol, sedangkan air perasan tidak dicampur metanol. Komponen jeruk kemudian dicampur dengan larutan DPPH. Campuran tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometri. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan nilai EC50 ekstrak daging, ekstrak kulit, dan air perasan jeruk mandarin adalah 0,1316, 0,0079, dan 0,0758. Semakin kecil nilai EC50 berarti aktivitas antioksidan dalam komponen tersebut semakin tinggi.

The balance of free radicals and antioxidants is very important in human body. The free radicals excess will make oxidative stress to our body and it will cause a lot of disease, such as cardiovascular disease, cancer, neurodegenerative disease, etc. Our body needs antioxidant to prevent oxidative stress. Tangerine is an import orange that consume highly in Indonesia and reported that it has abundant antioxidants. This study planned to know antioxidant activity on tangerine's components. The tangerine?s components which are checked are peels, dried peels, tissues, and juices. This is experimental descriptive-explorative study. This study was held in May-June 2013 in laboratorium of Medical Pharmacy Department Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. The tangerine?s components were separated to peels, tissue, and juice. The tangerine's peel and tissue were extracted by methanol, but the juice wasn?t. The tangerine's components mixed with DPPH solution. The absorbants of the mixtures were checked with spectrophotometry. In the end of the study, we got the EC50 of extract tissues, extract peel, and juice are 0,1316, 0,0079, dan 0,0758. The lower the EC50, the higher antioxidant activity on the components."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
"Antioxidant activity and identification of antioxidative compounds of Callyspongia sponge from Seribu Island (Kepulauan Seribu) were investigated. The sponge was extracted with acetone and the extract was concentrated using rotary vacuum evaporator. DPPH and tiocyanate methods were used to examine the antioxidant activity of the extract. The extract exhibited strong antioxidant activity in DPPH method with IC50 of 41.21 μg/ml. Chemical analysis indicated that the antioxidative compound in the sponge was alkaloid group."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ashri Nadhira Farizal
"Pada kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah diketahui mengandung senyawa aktif berupa xanthone. Pada penelitian ini kandungan total fenolik, total flavonoid, aktivitas antioksidan dan uji sitotoksisitas dari fraksi etil asetat, n-butanol dan air dibandingkan dengan produk komersial obat ekstrak yang ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Kandungan total fenolik di dalam hasil fraksinasi berkisar 1,69 – 15,87 mg ekivalen asam galat/g sampel fraksi, dinyatakan setara asam galat. Konsentrasi total flavonoid bervariasi 8,98 – 165,17 mg/ g ekstrak, dinyatakan setara quercetin. Aktivitas antioksidan dan uji sitotoksisitas fraksi etil asetat menunjukkan nilai sebesar 55.75 μg/mL dan 0.0029 μg/mL sebagai nilai IC50 dan LC50.
Hasil analisis total fenolik dan total flavonoid menunjukkan nilai tertinggi pada sampel yang berasal dari fraksi etil asetat. Nilai IC50 dan LC50 menunjukkan bahwa sample dari fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas tertinggi dan terkuat.
Hasil uji bioaktivitas maupun analisis fitokimia pada fraksi- fraksi yang mengandung xanthone ini dapat digunakan untuk menyeleksi sampel yang akan digunakan dalam pembuatan sistem pelepasan obat yang terkendali (controlled drug release).

Pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana Linn) has been known one of the active compounds contained is Xanthone. In this study, total phenolic content, total flavonoid, antioxidant activity and cytotoxicity assay of fraction ethyl acetat, n-butanol and water compared to commercial product extracts in pericarp of mangosteen was determined using the spectrophotometric method.
The total phenolic content ranged from 1,69 - 15,87 mg/g extract, expressed as gallic acid equivalents. The total flavonoid concentrations varied from 8,98 - 165,17 mg/g extract, expressed as quercetin equivalents. Antioxidant activity and cytotoxicity assay ethyl acetat fraction showed a value of 55.75 μg/mL dan 0.0029 μg/mL were expressed as IC50 and LC50.
From the analysis it was found that ethyl acetate fraction showed the highest total phenolic content and flavonoid concentration also antioxidant activity and cytotoxicity assay ethyl acetate fraction a strong.
The test results on the bioactivity and phytochemical analysis of fractions containing xanthones can be used to select a sample that will be used in the manufacture of a controlled drug release.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Rusdi
"Saat ini, paparan berbagai zat yang berbahaya bagi tubuh manusia cenderung meningkat, termasuk di antaranya radikal bebas, yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan suplemen antioksidan. Banyak penelitian membuktikan berbagai sumber antioksidan alami. Salah satu sumber makanan yang telah lama menjadi bahan makanan di Indonesia dan berpotensi memiliki fungsi protektif terhadap stres oksidatif adalah jengkol (Archidendron pauciflorum). Struktur asam jengkolat, salah satu kandungan jengkol, mirip dengan sistin sehingga secara teori dapat dipecah dan menghasilkan molekul sistein.
Penelitian eksperimental ini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak biji jengkol dapat melindungi hati tikus galur Sprague Dawley dari kerusakan yang diakibatkan oleh CCl4. Sebagai indikator, digunakah kadar GSH, suatu antioksidan endogen. 32 tikus Sprague Dawley dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberikan sari biji jengkol 10 mg/kgBB selama 8 hari, kelompok yang mendapatkan CCl4 2,75 mg/gBB dosis tunggal dua hari sebelum dibedah, dan kelompok yang mendapatkan sari biji jengkol dan CCl4.
Dari hasil pengukuran kadar GSH hati tikus dengan teknik Ellman, didapatkan peningkatan kadar GSH kelompok yang mendapat jengkol hingga 1,7 kali lipat kontrol (p=0,000). Selain itu, kadar GSH hati tikus yang mendapatkan jengkol dan CCl4 lebih tinggi 8,6 kali lipat dibandingkan yang mendapat CCl4 saja (p=0,000). Dari bukti ini dapat dikatakan bahwa sari biji jengkol dapat menunjang fungsi antioksidan endogen dan meminimalisasi kerusakan hati yang diakibatkan CCl4.

This time, exposure to a variety of substances that are harmful to the human body, including free radicals, is likely to increase. This led to increased need for antioxidant supplementation. Many studies try to prove the various sources of natural antioxidants. One food source in Indonesia, jengkol (Archidendron pauciflorum), potentially have a protective function against oxidative stress because the structure of djenkolic acid, found in jengkol, is similar to cystine so that in theory it can be broken down and produce cysteine molecules.
This experimental study was conducted to determine whether jengkol bean extract may protect Sprague Dawley rat liver from damage caused by CCl4. As an indicator is GSH, an endogenous antioxidant. Sprague Dawley rats were divided into four groups, namely control group, the group given jengkol bean extract 10 mg / kg BW for 8 days, the group receiving CCl4 2,75 mg / g BW single dose two days before surgery, and the group who received both jengkol bean extract and CCl4.
The result of measurements of rat liver GSH levels with Ellman technique, shows elevated levels of GSH in the group receiving jengkol, up to 1.7 times compared to the control (p = 0.000). In addition, liver GSH levels in rats receiving both CCl4 and jengkol are 8.6-fold higher than ones that received CCl4 alone (p = 0.000). From this evidence, we can say that jengkol bean extract can support the endogenous antioxidant function and minimize liver damage caused by CCl4.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>