Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77561 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahra Ramdhania Dewi
"Tidak jarang dalam drama menggunakan simbol untuk memaknai kehidupan manusia. Salah satu drama yang menggunakan simbol di dalam ceritanya adalah drama Korea berjudul Little Women (2022). Objek yang digunakan adalah simbol bunga anggrek biru atau bunga anggrek Epipogium aphyllum. Bunga anggrek biru yang muncul dalam drama ini seringkali memunculkan makna yang mengandung pesan di dalamnya.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ragam makna simbol bunga anggrek biru yang muncul dalam drama Little Women.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Roland Barthes. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan data lalu menganalisis dialog antar tokoh, sikap dan perilaku para tokoh, serta adegan-adegan yang memperlihatkan anggrek biru. Hasil penelitian menunjukkan makna yang terdapat dalam simbol anggrek biru ditemukan sebanyak 3 makna, yaitu kematian, kesetiaan, dan harapan kehidupan baru.

It is not uncommon in drama to use symbols to interpret human life. One of the drama that uses symbols in its story is the Korean drama Little Women (2022). The object is the symbol of a blue orchid or Epipogium aphyllum. The blue orchids that appear in this drama often bring out meanings that contain messages in them. The purpose of this study is to analyze the various meanings of the blue orchid symbol that appears in the drama Little Women. This study uses a descriptive qualitative method by collecting data and after that analyzing the dialogue between characters, the attitudes and behavior of the characters, as well as scenes showing blue orchids. The results showed that the meaning contained in the blue orchid symbol found as many as 3 meanings, such as death, loyalty, and hope for a new life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stanley Satria Utama
"Konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan isu global yang sarat akan sejarah dan budaya. Selama berjalannya konflik, angkatan bersenjata Rusia menggunakan berbagai simbol yang dipakai pada alat tempur mereka. Penelitian ini secara khusus membahas simbol “Z” pada perang antara Rusia dan Ukraina. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes, dengan tujuan penelitian untuk memahami makna konotasi dan denotasi pada simbol “Z”. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analisis. Sumber yang didapatkan berasal dari laman resmi instagram Kementrian Pertahanan Rusia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa makna konotasi pada simbol “Z” memberikan sebuah pesan bermuatan propaganda yang terwujud dari afirmasi kepentingan Rusia dalam konflik di kawasan.

The conflict between Russia and Ukraine is a global issue embedded in history and culture. During the conflict, the Russian armed forces used various symbols on their combat equipment. This research specifically discusses the "Z" symbol in the war between Russia and Ukraine. This research uses Roland Barthes' semiotic theory, with the research objective to understand the connotation and denotation meaning of the "Z" symbol. The research method used in this research is descriptive analysis. The results of this study show that the connotation meaning of the "Z" symbol provides a propaganda message that comes from the affirmation of Russia's interests in the conflict in the region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mellysa Pia Beauty
"“The Blue Kite” (藍風箏 Lán fēngzheng) adalah sebuah film yang diproduksi tahun 1993 dan disutradarai oleh Tian ZhuangZhuang. Film yang dibintangi oleh Lu Liping dan Pu Quanxin mengambil latar pada kehidupan sebuah keluarga dan masyarakat pada Masa Revolusi Kebudayaan. Film yang diceritakan dari sudut pandang Tietou ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Ayah, Paman,dan Ayah Tiri. Hal yang menarik dalam film ini adalah pemilihan simbol “Layang-Layang Biru” sebagai judul film dan memiliki keterkaitan antara beberapa adegan dalam film yang bila dianalisis dengan pendekatan semiotic menyimbolkan suatu makna tertentu.
The Blue Kite” (藍風箏 Lán fēngzheng) is a 1993 film directed by Tian Zhuangzhuang. This film, starring Lu Liping and Pu Quanxin, was set in a family during the Cultural Revolution era. The story was narrated from the viewpoint of Tietou, and was divided into three parts: that of the Father, the Uncle, and the Stepfather. This paper focuses on this film's choice of the "Blue Kite" symbol as its title, as well as this title's connection to a few scenes in the film that can be analyzed using semiotics to reveal certain meanings"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Vernanda Riviere
"Peningkatan dukungan terhadap partai sayap kanan di Eropa, salah satunya Alternative für Deutschland (AfD) di Jerman, telah memicu berbagai respons masyarakat. Pada Januari 2024 terungkap rencana AfD untuk melakukan deportasi massal imigran di Jerman yang memicu penolakan dari masyarakat Jerman dalam bentuk demonstrasi #gegenrechts hingga dalam bentuk lagu. Penelitian ini menganalisis lagu "Für immer Frühling" karya Soffie, yang viral di media sosial sehingga dianggap sebagai himne perlawanan terhadap AfD. Metode penelitian kualitatif deskriptif diterapkan untuk menerjemahkan dan menganalisis lirik lagu. Lirik lagu dianalisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes (1957 dan 1977) dengan fokus pada denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil analisis menunjukkan bahwa lagu ini menggambarkan utopia negeri dengan inklusivitas, kemakmuran, keamanan, dan optimisme. Selain itu, lagu ini ditemukan mengkritisi eksklusivitas dan diskriminasi serta refleksi kondisi sosial dan politik di Jerman saat ini. Penelitian ini juga menemukan bahwa lagu ini menciptakan gambaran ideal akan negeri yang inklusif, aman, dan makmur.
The rise in support for right-wing parties in Europe, including Alternative für Deutschland (AfD) in Germany, has led to various responses from the public. In January 2024, AfD's plan to deport many immigrants in Germany was revealed, causing public protests like #gegenrechts and even song. This study analyzed the song "Für immer Frühling" by Soffie, which went viral on social media and is seen as a protest anthem against AfD. A qualitative descriptive method was used to translate and analyze the song's lyrics. The lyrics were studied using Roland Barthes' semiotic theory (1957 and 1977), focusing on denotation, connotation, and myth. The analysis shows that the song describes a utopian land with inclusivity, prosperity, security, and optimism. It also finds that the song criticizes the exclusivity and discrimination happening in Germany today, reflecting current social and political conditions. This study also shows that the song creates an ideal image of an inclusive, safe, and prosperous land."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azarine Zhafirah Zahra
"Pada dasarnya manusia tidak lepas dari sistem simbol karena simbol digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan sebuah makna atau pesan sehari-hari. Sistem simbol sangat penting bagi manusia, hal ini tercermin dalam karya sastra drama yang menunjukkan betapa pentingnya sistem simbol. Extraordinary Attorney Woo adalah salah satu drama yang menghadirkan simbol ikan jeda di beberapa adegannya. Drama ini mengisahkan Woo Young Woo, seorang pengacara masalah yang bekerja di sebuah firma hukum terkemuka di Korea Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna simbol ikan jeda dalam drama Extraordinary Attorney Wooserta menganalisis pesan yang disampaikan oleh tokoh utama melalui simbol jeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol ikan jeda dalam drama ini dimaknai sebagai 'kekeluargaan', 'ketidakbebasan', dan 'kesepian'. Dari ketiga makna tersebut, pesan yang disampaikan tokoh utama adalah ikan jeda dan manusia memiliki beberapa kesamaan sebagai makhluk hidup. Seperti halnya manusia, ikan paus memiliki sifat kekeluargaan yang selalu hidup bersama keluarganya. Ikan jeda memiliki hak sebagai makhluk hidup, yakni hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu pun dengan ikan jeda yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa berpisah dari kelompoknya.

Manusia dan sistem simbol pada dasarnya saling terkait karena simbol digunakan sebagai media untuk menyampaikan makna dan pesan sehari-hari. Sastra drama yang menunjukkan pentingnya sistem simbol bagi manusia, menunjukkan betapa pentingnya sistem simbol itu. Salah satu drama yang menggunakan simbol ikan paus dalam beberapa sekuennya adalah Extraordinary Attorney Woo. Protagonis dari drama ini adalah Woo Young Woo, seorang pengacara disabilitas yang bekerja di sebuah firma hukum ternama di Korea Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi signifikansi simbol paus yang digunakan dalam drama Extraordinary Attorney Woo dan untuk mengkaji pesan yang direpresentasikan oleh simbol paus untuk tokoh utama. Sebagai acuan dalam penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna paus dalam drama ini adalah "kekeluargaan", "kurangnya kebebasan", dan "kesepian". Pesan tokoh utama dapat ditemukan dari ketiga interpretasi tersebut. Paus dan manusia memiliki banyak kesamaan sebagai makhluk hidup. Seperti halnya manusia, paus memiliki kekerabatan yang selalu hidup berkelompok. Paus memiliki hak sebagai makhluk hidup, yaitu hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu juga paus yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa harus berpisah dari kelompoknya padahal paus sudah terbiasa hidup bersama kelompoknya. yaitu hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu juga paus yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa harus berpisah dari kelompoknya padahal paus sudah terbiasa hidup bersama kelompoknya. yaitu hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu juga paus yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa harus berpisah dari kelompoknya padahal paus sudah terbiasa hidup bersama kelompoknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainy Sucianti Marundha
"Tesis ini membahas pembentukan makna dalam unggahan media sosial Instagram minuman beralkohol lokal bernama Anggur Orang Tua, @Anggur_ot. Dari semua unggahan di akun tersebut, dipilih tiga belas gambar dan caption yang diunggah dalam periode Januari–Desember 2020 berdasarkan jumlah likes dan comment terbanyak. Kemudian, dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana pembentukan makna pada unggahan yang memiliki jumlah interaksi terbanyak dalam periode tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem tanda digunakan untuk membentuk makna pada objek-objek yang ditayangkan pada unggahan @Anggur_ot. Beberapa unggahan mengandung perbedaan makna antara tanda visual di unggahan gambar dan tanda bahasa pada narasi caption. Selain itu, beberapa unggahan lainnnya menggunakan tanda bahasa pada caption untuk memperjelas pesan pada tanda visual.
Dalam unggahan-unggahan tersebut ditemukan konsistensi penggunaan tanda bahasa ‘kawan’. Tanda ini berkonotasi pada minuman beralkohol yang dapat menemani konsumen saat melakukan kegiatannya. Selain itu, tanda ini juga berkonotasi pada pertemanan yang dapat terjalin antarkonsumen produk Anggur Orang Tua. Pada unggahan ditemukan visualisasi yang mewakili kegiatan kaum muda, hiburan berupa permainan dengan reward bagi partisipator, tampilan produk sebagai objek dengan tanda bahasa yang mendukung, serta unggahan yang menginformasikan partisipasi brand dalam acara musik. Penggambaran ini cenderung menyembunyikan fakta mengenai bahaya dan masalah yang dapat ditimbulkan akibat mengonsumsi minuman beralkohol. Hal ini bertujuan untuk memperluas upaya pemasaran kepada pasar kaum muda.

This thesis discusses the formation of meaning through Instagram social media uploads for a local alcohol brand, named Anggur Orang Tua with the account @Anggur_ot. Thirteen image uploads and captions for the January-December 2020 period with the most likes and comments were selected on @Anggur_ot account, to find out how the meaning of the uploads with the most interactions in that period was formed. This study found that the sign system is used in uploads contain different meanings regarding the object in the visual sign in the image uploads and the language sign in the caption narrative. Some other uploads, use language signs in the caption to highlight the message from the visual image. In the uploads, it is found that the consistency of the use of the sign language 'kawan', which implies that alcoholic drinks can become friends for consumers in their activities and also friendships that can be made between fellow consumers of Anggur Orang Tua products.
In the uploads of @Anggur_ot, there are visualization representing youth activities, entertainment in the form of games with rewards for participants, display of products as objects with supporting language signs, as well as posts informing the brand's participation in music events. These depictions tend to hide facts about the dangers and problems that alcohol consumption can cause, to expand the marketing target to youth market.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Sekar Sastimayang
"Simbol kupu-kupu sering kali digunakan di dalam pembuatan karya sastra Korea sejak dulu. Salah satu drama Korea yang menggunakan simbol kupu-kupu adalah drama Korea tahun 2021 yang merupakan drama berbasis cerita webtoon dengan judul Nevertheless. Di dalam drama Nevertheless peneliti melihat banyak simbol kupu-kupu yang dihadirkan, baik dalam bentuk penamaan tokoh, hewan peliharaan, patung, tato, dan kalimat ajakan. Bentuk-bentuk simbol kupu-kupu itu memiliki makna yang beragam. Terkait dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna simbol kupu-kupu yang dihadirkan di dalam drama Nevertheless. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotik Roland Barthes. Dari kajian ini disimpulkan bahwa terdapat keragaman makna simbol kupu-kupu di dalam drama Nevertheless. Makna tersebut adalah kebahagiaan, perempuan, laki-laki, ketidakbebasan, dan ajakan untuk bercinta. Dari keberagaman makna simbol kupu-kupu yang ditemukan, terdapat makna umum kupu-kupu yang berlaku di Korea, yaitu kebahagiaan dan perempuan. Di samping terdapat makna umum, terdapat makna khusus yang menyatakan bahwa kupu-kupu merupakan simbol laki-laki, ketidakbebasan, dan ajakan untuk bercinta.

The butterfly symbol has been used in Korean literature for a long time. One of the Korean dramas that uses the butterfly symbol is the 2021 drama based on a webtoon with the title Nevertheless. In the drama, the researcher saw many butterfly symbols presented in the form of character’s name, pet, statue, tattoo, and invitation words. The shapes of the butterfly symbols have various meanings. Related to that, this study aims to reveal the meaning of the butterfly symbols which are presented in the drama Nevertheless. To achieve this goal, this study uses a qualitative descriptive method with Roland Barthes’s semiotic approach. From this study, it can be concluded that there are various meanings for the butterfly symbol in the drama Nevertheless. The meanings are happiness, women, men, freedom, and an invitation to make love. From the variety of meanings found, there are general meanings of butterfly that apply in Korea, namely happiness and women. In addition to those general meanings, there are also special meanings that state that butterfly is a symbol of man, freedom, and an invitation to make love."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alsya Salsabila Putri Feydra
"Penelitian ini membahas mengenai penggunaan simbol-simbol dengan citra Islam oleh grup musik asal Korea Selatan NCT U (Neo Culture Technology United) pada akhir tahun 2020. NCT U terlihat menggunakan simbol-simbol dengan citra Islam seperti masjid dan sajadah dalam rangka mempromosikan lagu mereka: “Make A Wish (Birthday Song)”. Tagar #SMStopDisrespectingIslam kemudian beredar dan masuk ke dalam daftar trending dunia di Twitter sebagai respon dari para penggemar. Teori semiotika Roland Barthes digunakan untuk menganalisis makna denotasi, makna konotasi, serta mitos dari penggunaan simbol-simbol ini. Hasil penelitian menemukan tiga simbol yang mengandung citra Islam yakni simbol kubah, simbol aksara bahasa Arab dan simbol sajadah. Ketiga simbol tidak memiliki makna denotasi yang sakral namun memiliki makna konotasi (yang kemudian beredar di masyarakat dan menjadi mitos) yang lekat dengan sosok ‘Islam’ beserta umatnya. Peneliti menyimpulkan bahwa NCT U menggunakan simbol-simbol tersebut dengan tujuan estetika atau dekorasi belaka. Bagi NCT U, ketiga simbol tersebut mengandung citra Timur Tengah dan bukan citra Islam, sehingga pemakaiannya dalam lagu “Make A Wish (Birthday Song)” (yang terinspirasi dari kisah ‘Aladdin’) tidaklah menjadi masalah. Peneliti juga menyimpulkan bahwa grup NCT U melakukan apropriasi akan simbol-simbol dengan citra Islam dalam rangka mempromosikan lagu “Make A Wish (Birthday Song)” berdasarkan hasil penelitian ini.

This research focuses on the use of Islamic imagery by NCT U (Neo Culture Technology United), a South Korean music group. In late 2020, they were seen using islamic imagery such as mosques and prayer mats in their single “Make A Wish (Birthday Song)” promotional activities. As a response, the global K-Pop community on Twitter trended the hashtag #SMStopDisrespectingIslam worldwide. Roland Barthes’ theory on semiotics was used to analyze the denotation, connotation, and myth of the symbols in question. Three symbols that contained Islamic imagery was found: the dome, the Arabic script, and the sajadah. These symbols does not hold religious denotations in Islam, although they do hold special connotations (which then spread and become myths) to Muslims. The researcher concluded that NCT U used the symbols for aesthetic or decorative purposes. To the group, the symbols didn’t contained Islamic imagery but instead contained Middle Eastern imagery; so their use in the song’s promotional activities wasn’t inappropriate, seeing that the single’s main theme and concept was inspired by the tale of ‘Aladdin’. The researcher further concluded NCT U was found appropriating islamic imagery for “Make A Wish (Birthday Song)” promotional activities based on the result of this research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiana Dwi Mayasari
"Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw merupakan agama yang yang membawa kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat sekalian alam. Egalitarianisme dan kesadaran hukum telah dipraktekkan oleh Nabi dalam misi kepemimpinannya untuk mengembangkan komunitas negara yang konstitusional. Kedamaian dan kesejahteraan umat adalah dasar utama yang diajarkan dalam Islam. Namun saat ini banyak kita jumpai berbagai macam propaganda guna memecah belah umat Islam, yang menyebabkan pertikaian antar agama, dan pelabelan terhadap Islam sebagai agama kekerasan melalui berbagai cara. Salah satunya ialah melalui film baik dalam skala nasional maupun international. Stigma Islam sebagai agama teroris yang semakin melekat pada setiap muslim, disebabkan karena pemberitaan media terutama film yang tidak proporsional. 'Phantom' adalah salah satu film yang dinilai menampilkan citra negatif terhadap Islam.Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti melakukan analisis guna mengetahui bagaimana Islam dan terorisme dimaknai dalam film ini.
Semiotika Roland Barthes digunakan sebagai pisau analisis melalui pemaknaan denotasi, konotasi, dan mitos.Hasil penelitian menunjukkan bahwa jihad dalam film Phantom digambarkan sebagai tindakan anarkis, yang menghalalakan segala cara untuk mendapatkan tujuan utamanya yaitu berdirinya Negara Islam. Sedangkan terorisme digambarkan sebagai sebuah gerakan terorganisir yang dilakukan oleh muslim. Jihad dan terorisme adalah dua hal yang sama, dan mempunyai tujuan akhir yang serupa, penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan politik. Diproduksinya film Phantom ini bertujuan untuk menggiring opini masyarakat India khususnya untuk mengerucutkan pelaku pada kasus pengeboman 9/11, dan untuk membuka mata seluruh penonton dibelahan dunia manapun mengenai kekejaman Islam yang dibalut dengan nama jihad.

Islam had been taught and spread widely by The Prophet Muhammad SAW. It is a religion which brings prosperity and peace to all people in this world. Egalitarianism and legal awareness has been used by the Prophet to develop a constitutional community state. Peacefulness and social welfare is the main basis in Islam. However, there are various kinds of propaganda which divided Muslims. It has been leading controversy between religions and labeling on Islam as a violence religion over any methods. One of them is coming from movie industry, nationally and internationally. Stigma of Islam as a terrorist religion attached to every Muslim, caused by the media, especially from disproportionately movies. Phantom is one of the movies which considered showing a negative image of Islam. Using a qualitative approach, the researcher conducted an analysis to determine how was Islam and terrorism interpreted in this film.
Semiotics Roland Barthes used as an analysis method to know the meaning of denotation, connotation, and myth.The results of the research showed that jihad in Phantom described as anarchy action, which justifies anything to get its main purpose, to establish Islamic State. While terrorism described as an organized movement carried out by Muslims. In this movie, Jihad and terrorism is the same things and have the same purpose, using force to achieve political goals. Phantom movie produced to lead Indian public opinion on 9 11 bombing incident, and to open people's perspective about the Islamic cruelty wrapped with the name of jihad.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Shinta Larasati
"ABSTRAK
Budaya Indo merupakan hasil percampuran antara budaya Eropa (Belanda) dan Timur (Indonesia). Pada jejaring instagram, terdapat sebuah akun untuk orang-orang Indo (indos be like), yang berisi hal-hal yang berhubungan dengan Indo dalam bentuk meme. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap ciri budaya Indo yang dimunculkan dalam meme tersebut dan melihat unsur bahasa yang digunakan pada meme. Teori yang dipakai ialah denotasi konotasi Roland Barthes. Penelitian menggunakan metode kualitatif, dengan hasil pembahasan berupa deskripsi dari temuan analisis. Ditemukan bahwa ciri orang Indo sebagian besar lebih condong mengikuti budaya orang Indonesia. Pada analisis unsur bahasa meme, ditemukan adanya peminjaman istilah-istilah bahasa Indonesia serta pengejaan kosakata bahasa Belanda yang mengikuti pelafalan orang Indonesia. Kesimpulannya, meme indos be like mencirikan budaya Indo dengan cara memunculkan stereotip-stereotip orang Indo di dalamnya. Penggunaan bahasa pada meme menunjukkan identitas kaum Indo yang merupakan hasil dari percampuran budaya Belanda dan Indonesia.

ABSTRACT
Indo culture is the result of a mixture of European (Dutch) and Eastern (Indonesian) cultures. On instagram, there is an account for Indo people (indos be like), which contains things related to Indo in the form of memes. This study aims to uncover the characteristics of the Indo culture that was raised in the meme and see the elements of language used in memes. Roland Barthes semiotic theory, which includes the denotation and connotation of a sign was used to analyze the memes. This study used a qualitative method, with the results in the form of a description of the findings from the analysis. It was found that the characteristics of Indo people were mostly more inclined to follow the culture of the Indonesian people. In the analysis of the language elements, it was found that there are some terms borrowed from Indonesian language and there are some vocabulary spellings in Dutch that follow Indonesian pronunciation. In conclusion, indos be like memes characterizes Indos culture by giving Indos stereotypes in it. The use of language in memes shows the Indos culture identity which is the result of a mixture of Dutch and Indonesian cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>