Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deshtareyta Nur Aulia Haq
"Penelitian ini mengkaji kondisi psikis tokoh Koplak dalam novel Koplak karya Oka Rusmini. Kondisi psikis tokoh utama ditafsirkan dapat mengisyaratkan tanda-tanda semiotika yang mengonstruksi potret satire dalam novel. Oka Rusmini sebagai pengarang seakan-akan mewakilkan pikiran dan perasaan beberapa individu yang dirasa relevan dengan tokoh utama dalam novelnya tersebut. Relevansi tersebut dapat dinilai dari cara adaptasi tokoh utama atas segala kemajuan dan perubahan yang terjadi di dunia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif digunakan untuk meneliti kondisi psikis tokoh utama dan potret satire yang terkandung dalam novel. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa konflik batin dan kontemplasi yang sering kali dilakukan tokoh Koplak menggambarkan kondisi psikis dirinya. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa kondisi id, ego, dan super ego tokoh Koplak menghasilkan tanda-tanda semiotika yang mengonstruksi beragamnya potret satire di dalam novel.

This research examines the psychological condition of the character Koplak in the novel Koplak by Oka Rusmini. The psychological condition of the main character is interpreted to signify semiotic signs that construct a satirical portrait in the novel. Oka Rusmini, as the author, seems to represent the thoughts and feelings of several individuals that are deemed relevant to the main character in the novel. The relevance can be assessed through the main character's adaptation to all the progress and changes happening in the world. The method used in this research is qualitative research with a descriptive approach. The descriptive approach is employed to investigate the psychological condition of the main character and the satirical portrait contained in the novel. The results of this research explain that the internal conflicts and contemplation frequently performed by the character Koplak depict his psychological condition. Furthermore, this research also demonstrates that the id, ego, and super ego of the character Koplak generate semiotic signs that construct a diverse range of satirical portraits within the novel.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nuraini
"Perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai manusia merupakan perjuangan yang tidak kenal henti, karena dalam perkembangan peradaban yang sangat pesat ini, apapun mungkin dapat terjadi. Termasuk pengeksploitasian perempuan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, terutama yang bersifat mendukung kekuasaan yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki. Hal ini berkaitan erat dengan nilai-nilai tradisional dan budaya yang dikuasai oleh kaum laki-laki yang disebut dengan budaya patriarkat. Salah satu daerah di Indonesia yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya adalah Bali. Selain budaya patriarkat, sistem kasta juga tumbuh dengan subur di Bali. Tema seperti ini diangkat ke dalam sebuah novel oleh wanita pengarang yang berasal dart Bali bernama ?ka Rusmini. Novel tersebut berjudul Tarian Bumi. Pola pikir, perilaku dan perbuatan para tokoh di dalam novel ini dipengaruhi oleh sistem kasta, dan tentunya didukung oleh budaya patriarkat Bali. Bila dipandang melalui pola sebab-akibat, sistem kasta menjadi penyebab utama timbulnya konflik dalam kehidupan para tokoh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kehidupan tokoh-tokoh perempuan di dalam Tarian Bumi. Dengan mengetahui gambarannya, dapat dilihat pengaruh yang mereka dapat dari kasta dan budaya patriarkat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Penelitian deskriptif_-analitis terhadap novel dilakukan dengan menggunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang terkait dengan konsep gender. Budaya patriarkat di Bali telah memperhitungkan supaya akibat pernikahan beda kasta yang mengakibatkan terjadinya peristiwa naik dan turun kasta seorang perempuan tetap saja membuat posisi laki-laki berada di atas perempuan. Peraturan tersebut seperti ingin mengatakan bahwa semuanya harus berpusat pada laki-laki. Jadi perempuan yang harus mengikuti apa yang menjadi keputusan laki-laki (pusat) . Adanya sistem kasta di Bali membuat kaum perempuan menjadi tersiksa. Perempuan bangsawan maupun sudra akan tetap menjadi pihak yang kalah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Keberanian mereka untuk keluar dari pakem memang merupakan suatu kemajuan bagi perempuan. Akan tetapi, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk kepada sistem kasta itu sendiri. Setelah membaca dan memahami hasil dari analisis penelitian, maka disimpulkan bahwa budaya patriarkat di Indonesia bersumber dari beberapa aspek yaitu aspek sosiologis yang mencakup pembagian kerja dan fungsi dalam masyarakat, dan aspek kebudayaan yang mencakup feodalisme dan ajaran agama, tradisi atau adat. Dari sini dapat dilihat bahwa kedua aspek tersebut sangat menentukan bisa atau tidaknya kesetaraan gender dicapai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelisa Putri Agustina
"Diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh perempuan muncul akibat perbedaan bidang sosial ekonomi. Perbedaan status sosial di antara masyarakat yang tergolong kelas atas serta kelas bawah inilah menjadi penyebab utama terjadinya ketidakadilan pada perempuan. Hal tersebut terlihat pada tulisan dalam novel berjudul Jerum karya Oka Rusmini. Kajian  ini ditujukan untuk menjelaskan berbagai bentuk dari diskriminasi pada tokoh perempuan serta berbagai bentuk perlawanan tokoh perempuan dalam novel Jerum karya Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra karena mengangkat permasalahan kondisi sosial masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan tiga bentuk diskriminasi gender, yaitu subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Selain itu, ada juga berbagai perlawanan yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh perempuan akibat budaya patriarki. Bentuk-bentuk perlawanan itu terdiri atas menjadi perempuan mandiri, menjadi perempuan kuat, menjadi perempuan pintar, serta melalui tindakan seksual perempuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan, budaya patriarki secara tidak langsung merugikan pihak perempuan. Atas dasar itulah mereka melakukan perlawanan.

Gender discrimination experienced by female characters arises due to differences in the socio-economic field. The difference in social status between people who belong to the upper class and the lower class is the main cause of injustice to women. This can be seen in the writing in the novel Jerum by Oka Rusmini. This study aims to explain the various forms of discrimination against female characters and the various forms of resistance of female characters in Oka Rusmini's Jerum novel. This study uses a qualitative method with a literary sociology approach because it raises the issue of the social conditions of society. The results of the study show three forms of gender discrimination, namely subordination, stereotypes, and violence. In addition, there are also various resistances shown by female figures due to patriarchal culture. These forms of resistance consist of being an independent woman, being a strong woman, being a smart woman, and through women's sexual acts. Based on the results of this study, it can be concluded that patriarchal culture indirectly harms women. It was on this basis that they fought back."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Anita Dhewy
"Tesis ini bertujuan untuk menjelaskan subjektivitas perempuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini dengan memaparkan tampilan subjektivitas perempuan dalam bentuk deskripsi fisik, perilaku dan pandangan tokoh-tokoh perempuan serta persepsi tokoh utama terhadap tubuh dan otonomi dalam pembentukan subjektivitasnya. Dalam bahasan saya menggunakan pendekatan kritik sastra dengan perspektif feminis.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh perempuan dalam Tempurung memersepsi tubuhnya sebagai bagian penting subjektivitasnya. Selain itu, subjektivitas perempuan bukanlah proyek perempuan itu sendiri melainkan suatu bentuk dialog dengan elemen-elemen lain, termasuk diantaranya adalah hubungannya dengan suaminya, anaknya, tubuhnya dan konstruk sosial budaya yang melingkupinya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Oka Rusmini melakukan perlawanan terhadap gagasan subjektivitas dalam pemikiran konvensional/tradisional dengan merepresentasikan narasi tentang subjektivitas perempuan yang tidak mengabaikan tubuh, tidak individual, tidak selalu rasional, tidak tunduk pada gagasan `universal` tentang subjek dan tidak selesai.

This thesis aims to explain woman subjectivity reflected in Tempurung novel by Oka Rusmini by describing female subjectivity in the form of physical description, behavior and views of women characters as well as main character perception toward body and autonomy in the formation of female subjectivity. In discussion I use feminist literary criticism approach.
This study reveals that woman characters in Tempurung perceiving her body as a significant part of her subjectivity. Furthermore, woman subjectivity isn`t her own project but a form of dialogue with other elements including her relationship with husband, children, body and social culture construction which surrounding her.
The conclusion of this study is Oka Rusmini makes resistance to the notion of subjectivity on conventional/traditional thought by representing narrative of woman subjectivity which doesn`t neglect body, doesn`t individual, doesn`t always rational, doesn`t subject to `universal` notion of subject and doesn`t finish.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jung Hyun Jin
"Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini ini menceritakan seorang wanita cantik dari kasta Sudra, yaitu kasta terendah dalam struktur perkastaan masyarakat Bali yang menikah dengan lelaki dari kasta yang lebih tinggi, yaitu kasta Brahmana. Tujuan perkawinan itu, agar si wanita dapat mencapai impiannya akan status dan menjadi penari terbaik di Bali. Pada akhirnya, ia memenuhi mimpinya. Di tengah ketidakmampuan suami dan ibu mertuanya, ia berusaha membesarkan satu-satunya putrinya, Telaga sebagai bagian kaum bangsawan. Dalam konteks itu, novel Tarian Bumi ini dipandang sebagai pemberontakan terhadap adat-istiadat Bali. Penelitian ini akan mengungkapkan gambaran sistem kekerabatan keluarga Bali dalam novel Tarian Bumi menurut perspektif orang Korea. Oleh karena itu, sistem kekerabatan keluarga masyarakat Bali akan diperbandingkan juga dengan sistem kekerabatan keluarga Korea.

Dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik untuk membandingkan sistem kekerabatan di Bali dalam novel itu dengan sistem kekerabatan masyarakat Korea, terungkap bahwa dalam beberapa hal terdapat perbedaan, tetapi dalam hal lain ada persamaannya. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya patriakat di Bali dan patriakat di Korea, terutama berkaitan dengan sistem kekerabatan dalam pohon keluarga di Bali dan di Korea. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan novel Tarian Bumi dapat dikatakan merupakan representasi  budaya patriakat dan sistem kasta yang tidak terdapat dalam masyarakat Korea.


The novel Tarian Bumi by Oka Rusmini tells the story of a beautiful woman from the Sudra caste, the lowest caste in the structure of Balinese society who is married to a man from a higher caste, the Brahmin caste. The purpose of the marriage is so that the woman can achieve her dream of status and become the best dancer in Bali. In the end, he fulfilled his dream. In the midst of the inability of her husband and mother-in-law, she tried to raise her only daughter, Telaga as part of the nobility. In that context, this Tarian Bumi novel is seen as a rebellion against Balinese customs. This research will reveal a picture of the Balinese family system in the novel Tarian Bumi from the perspective of the Korean people. Therefore, the Balinese family kinship system will also be compared with the Korean family kinship system.

Using an extrinsic approach to compare the kinship system in Bali in the novel with the Korean kinship system, it was revealed that in some respects there were differences, but in other respects there were similarities. The theoretical framework used in this study is patriarchal culture in Bali and patriarch in Korea, especially with regard to the kinship system in family trees in Bali and in Korea. Based on this research it can be concluded that the Tarian Bumi novel can be said to represent a patriarchal culture and caste system that is not found in Korean society."

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper aims to explain female subjectivity reflected in Tempurung novel by Oka Rusmini by describing main character perception toward body and autonomy in the formation of female subjectivity ..."
305 JP 20 (3) 2015
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ariqoh Marwa Rohadatul’aisy Firdausy
"Stratifikasi sosial tertutup seperti kasta merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang hingga kini bertahan dan salah satunya pada masyarakat Bali. Dalam kasta ini pembagian kelas dan status sosial sangat tegas dan jelas yakni dari kaum bangsawan (Brahmana dan Ksatria), kaum menengah (Waisya), dan kaum rendah (Sudra). Pembagian status sosial tersebut disesuaikan dengan peran sosial yang dimiliki. Peran sosial yang berbeda sering kali mengakibatkan konflik dan memengaruhi eksistensi mereka. Hal tersebut tergambarkan dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini yang menjadi objek penelitian. Menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan sosiologi sastra, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan eksistensi perempuan Sudra dalam kehidupan perkawinan dengan keluarga Brahmana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi perempuan Sudra memiliki perbedaan yakni ketika sebagai perempuan Sudra dan menjadi bagian dari keluarga Brahmana. Ketika berada di keluarga Sudra, eksistensinya sebagai pribadi diakui. Berbeda ketika dia menikah dan masuk di keluarga Brahmana, eksistensi sebagai perempuan Sudra itu melebur bahkan hilang.  

Social stratification, the caste system, is an ancestral legacy in Indonesia that persists to this day, particularly evident in Balinese society. Within this caste system, the divisions of classes and social statuses are distinct and clear, namely among the noble class (Brahmins and Kshatriyas), the middle class (Vaishyas), and the lower class (Shudras). These social statuses correspond to the social roles individuals hold. Different social roles often lead to conflicts and impact their existence. This is depicted in the novel 'Tarian Bumi' by Oka Rusmini, which serves as the subject of study. Using qualitative research methods and a sociological literary approach, this study aims to elucidate the existence of Shudra women in marital life within Brahmin families. The research findings indicate that the existence of Shudra women differs when they are within their own Shudra families compared to being part of Brahmin families. While their existence as individuals is recognized within their Shudra family, it often dissolves or even disappears when they marry into a Brahmin family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Hendra Mustaqim
"ABSTRACT
The main objective of this research is mapping and exploring how the oppression and resistance of the main character (Kekayi) in Oka Rusminis short story Pohon Api are manifested through the strategic use of her own intellectuality, not only her beauty, her focus on future visions, and her attempt to garner support from the higher authority to win the competition. This research applied the qualitative approach with content analysis method. This research reveals that Kekayi, the main character in Oka Rusminis short story Pohon Api, is an individual who is at an intersection. She faces a series of oppression, discrimination, harassment, and unpleasant events which comes from all directions of the intersection. Then, when a bad treatment is given, it will form a particular pattern that becomes habitual and eventually becomes an ideology. Furthermore, Kekayi possesses the capital to become a strong woman. That power is something given by the Almighty. However, she is also a female learner who always wants to be equal with men."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
907 UI-PJKB 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Dharmawati Kurnia
"Disertasi ini bertujuan untuk mengkonkretisasi ruang kosong teks Bali dalam dua fiksi Oka Rusmini, Tarian Bumi (2000) dan Sagra (2001). Ruang kosong merupakan teks abstrak yang tidak tertulis di samping ruang isis yang konkret dengan teks tertulis. Dengan memfungsikan pengetahuan lokal yang dilandasi oleh tradisi sastra wiraga-wirama-wirasa mabebasan pada ruang kosong teks tarian bumi dan sagra diperoleh temuan bahwa budaya Bali sarat dengan harmoni dalam sebaran keseimbangan dualistik poleng rwa bhineda, dua unsur bertolak belakang dan saling melengkapi yang hadir bersamaan. Ruang kosong teks tarian bumi mengkonkretisasi harmoni sebaran keseimbangan poleng ' yang lain' dengan 'yang umum' dengan komposisi dualistik wiraga aturan brahmana-sudra, hiburan cinta birahi pasangan heteroseks-nonheteroseks, alur progresi-digresi pengisahan, latar juba-jero, wirama bernuansa tegar-longgar dan liar-hening, dan wirasa yang menyatukan isi dan jiwa teks dalam cita dualistik sekala-niskala. Ruang kosong teks Sagra mengkokretisasi harmoni sebaran keseimbangan "kematian" dan "kehidupan" dengan komposisi dualistik wiraga bertipografi cetak tegak-miring, jeda-subjeda, aturan brahmana-sudra dengan hiburan cinta birahi pasangan heteroseks-nonheteroseks, alur progresi-digresi pengisahan, latar jaba-jero, wirama bernuansa tegang-longgar dan liar-hening, dan wirasa yang menyatukan sebaran keseimbangan isi dan jiwa teks dalam cita dualistik sekala-niskala kematian-kehidupan pertanyaan-pertanyaan rahasia keberadaan manusia. Harmoni dualistik unsur 'yang lain' dan 'yang umum' dalam ruang kosong teks TB dan unsur 'kematian' dan 'kehidupan' dalam ruang kosong teks S memiliki keselarasan dngan dualistik 'barong-rangda' dalam teks nasihat GC. Konsistensi harmoni dualistik pada teks fiksi dan teks nasihat merupakan pengejawantahan dinamika kearifan lokalbudaya Bali dalam harmoni sebaran keseimbangan dualistik paleng rwa bhineka. Generalisasi keselarasan temuan tesis lokal teks TB dan S dengan panduan umum pada teks GC menunjukkan bahwa antara konsep lokal dengan yang umum terdapat harmoni hubungan keseimbangan, yang umum memiliki sifat lokal dan sebaliknya yang lokal juga memiliki sifat umum. Dengan demikian dinyatakan bahwa temuan aspek lokal dualistik poleng rwa bhineda memiliki sifat universal dalam harmoni sebaran keseimbangan sehingga dapat dimunculkan sebagai teori umum. Teori umum harmoni dualistik sebaran keseimbangan bidang sastra ini melengkapi teori harmoni sebaran biner komplementer yang merupakan analogi dari sebaran unit dalam bidang linguistik, dan oleh karena itu, keberadaannya selanjutnya dinyatakan sebagai sumbangan penelitian ini bagi perkembangan dunia sastra indonesia.

Roman Ingarden's spots of indeterminacy initiate the role of the concretization in two of Oka Rusmini's fictions of Bali, Tarian Bumi (TB, 2000) and Sagra (S,2001). The concretization itself is an act of reading in which Wolfgang Iser postulates as the interaction between the reader and the text. The text has a mixture of determinacy and indeterminacy and such a two-way communication can be conceived interms of harmony when the reader makes use of the texture of the text as aguide for actualization as he simultaneously has to free himself from what he is and to escape from the restrictions of his own social life while actively incorporating the text into his treasure-house of experience. ANd to incorporate with the text, Geertz mobilizes the native's point of view. From this native's point of view, the Balinese execises the notion of rwabhineda - a cultural enactment of Hindu Balinese balance, originating in the classic Geguritan Calonarang (GC,1873) - the Barong-Rangda deities in which each symbolizes the struggle to maintain balance, to maintain an equilibrium of opposites powers. The Balinese has the tradition of mabebasan-reading classic lontars in religious ceremonies to accentuate spiritual life. Mabebasan in GC embodies the aspects of wiraga-wirama-wirasa 'form-atmosphere-spirits' of the traditional brahmana-brahmani norms. The connectability of the respective reception theory, native's point of view and local concept rwa bhineda in TH dan S makes use of mabebasan in GC as an illustration. TB unfolds the indeterminacy of poleng rwa bhineda in distributional equivalence within the harmony of the 'otherness' with the traditional norms in holistic composition; those of the wiraga between the law of brahmana-sudra, the love in sexual drive entertainment of heterosexual-non-heterosexual pair, progressive-digression plot action in a setting of desa-kala-patra - 'space-time pattern' of jaba-jero - 'laymen-lords': the wirama brings about tense-loose and wild-serene atmosphere; and the wirasa united the aspects of the content and spirits of the text in dualistic sekala-niskala, the tangible-intangible' universe. The analysis of mabebasan in S unfolds the indeterminacy of poleng rwa bhineda in distributional equivalence within the harmonyof death and life in holistic composition; those of the wiraga between the typographical printing initalics-erective layout as death-life access imbued in narrator-sub narrator episodes as found in the law of brahmana-sudra, the love in sexual drive entertainment of heterosexual-non-heterosexual pair, progressive-digressive plot action in a setting of desa-kala-patra of jaba-jero; the wirama brings about tense-loose and wild-serene atosphere, and the wirasa united the aspects of the content and spirits of the text in dualictic universe of sekala-niskala in deathlife, rhetorically questioning he secret of human existence. The consistent dualistic concept of brahmana-sudra harmony in the two fictions coincides with the dualistic concept of Barong-Rangda brahmana-brahmani in GC. Such harmony in manifested in the dynamic poleng rwa bhineda equilibrium, asyntheses of the local theses. And such collateral process sets for an acknowledgement of wide access in literary practice, and, therefore, as its earlier theory of the distributional units - i.e. the complementary distribution units; the distributional equivalence unit in harmoni of the Balinese poleng rwa bhineda concretizes the indeterminaciess in Oka Rusmini's two fictions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
D642
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamela Allen
"Starting out as a column in the Bali Post, Oka Rusmini’s alter ego Men Coblong offers, among other things, a feminist perspective on mothers and women and the social relations and cultural practices that confine them. Men Coblong fearlessly voices her view on religious sensitivities, culture, politics and, especially, everyday life. In Men Coblong, the self-titled collection of her columns, the (re) claiming of power operates on two levels. First, we have the journalist Oka Rusmini using words as power to challenge the injustices and absurdities she witnesses in contemporary Indonesia. Second, Oka’s alter ego Men Coblong engages in acts of everyday agency, using a range of strategies, to assert her
power as a woman. This analysis of Men Coblong is informed by notions of power, resistance, and agency as conceived by James Scott, Anthony Giddens, and Laura Ahearn. The power that Oka Rusmini is (re)claiming through Men Coblong is the right to confront, protest, and resist through words. Men Coblong reclaims power not through political activism but through enacting everyday agency."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
909 UI-WACANA 24:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>