Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wanda Gautami
"Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gagal tumbuh. Penelitian prospektif ini melibatkan subyek bayi dengan usia koreksi 0−24 bulan dengan riwayat prematur dan berat lahir rendah di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Dilakukan identifikasi status gizi dan identifikasi perlambatan pertumbuhan dan faktor risikonya, kemudian dinilai luaran pertumbuhan pada satu bulan pasca intervensi nutrisi satu bulan. Total subyek yaitu 146 bayi usia koreksi 0−24 bulan dengan riwayat prematur dan BBLR, didapatkan status gizi berupa 84,9% gizi baik, 4,1% gizi kurang, 0,7% gizi buruk, 9,2% gizi lebih, dan 0,7% obesitas; 83,6% BB normal, 11,0% BB kurang, 4,8% BB sangat kurang, dan 0,7% BB lebih; dan 69,9% perawakan normal, 21,9% perawakan pendek, dan 8,2% perawakan sangat pendek. Perlambatan pertumbuhan dijumpai pada 23,3% dengan menggunakan kriteria peningkatan berat badan (BB) di bawah persentil 15 dari peningkatan BB yang diharapkan berdasarkan WHO 2006, dengan median usia koreksi 4,2 bulan, dan pada populasi late premature. Perlambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi yaitu sebesar 41,1%, dan sisanya ditemukan penyebab yang mendasarinya. Faktor risiko yang terkait dengan perlambatan pertumbuhan pada bayi prematur yaitu kurangnya asupan nutrisi sesuai dengan angka kecukupan gizi, usia koreksi 3−6 bulan, dan usia gestasi yang tergolong late premature. Dibandingkan dengan kelompok yang nonadherent, kelompok yang adherent terhadap intervensi nutrisi menunjukkan perbaikan yang bermakna pada seluruh indeks antropometri, baik BB/U, BB/PB, PB/U, maupun LK/U. Sebagai simpulan, dijumpai angka perlambatan pertumbuhan yang tinggi pada populasi bayi prematur khususnya pada usia koreksi 3−6 bulan dan late premature, dengan salah satu faktor risiko yang penting diperhatikan yaitu kurangnya asupan harian. Kepatuhan yang baik terhadap intervensi nutrisi dapat memperbaiki status gizi dan pertumbuhan.

Preterm and low birth weight (LBW) infants have a higher risk of growth failure. This prospective study involved infants with a corrected age of 0−24 months with a history of prematurity and LBW at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Identification of nutritional status and growth faltering and identification of risk factors were conducted at initial visit, then growth outcomes data was obtained at follow up visit after nutritional interventions. The nutritional status of 146 preterm and LBW infants with corrected age of 0−24 months were 84.9% well nourished, 4.1% undernourished, 0.7% severely undernourished, 9.6% overweight and 0.7% obese; 83,6% normal weight, 11,0% underweight, and 4,8% severely underweight; 69.9% normal stature, 21.9% short stature and 8,2% very short stature. Growth faltering was found in 23.3% infants using the criteria for weight increment below the 15th percentile based on WHO 2006, with median of corrected age of 4.2 months, and mostly happened in late preterm infants. Pure nutritional growth faltering was found in 41.1%, while the rest have underlying causes. Risk factors associated with growth faltering in premature infants are insufficiency of nutritional intake in accordance with recommended dietary allowance, corrected age of 3−6 months and late preterm. Compared with the nonadherent group, children who were adherent with standard behavioral and nutritional interventions showed a higher positive change in z scores for weight-for-age, weight-for-length, length-for-age, and head circumference-for-age. In conclusion, there is a high incidence of growth faltering in preterm and LBW infants, especially at the corrected age of 3−6 months and late preterm population, with an important risk factor is insufficiency of daily nutritional intake. Adherence to standardized nutritional interventions leads to improved nutritional status and growth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Dwi Insani
"Latar Belakang: Bayi sangat prematur adalah kelompok bayi risiko tinggi yang rentan terhadap luaran neurodevelopmental yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian nutrisi secara dini dan agresif dapat mengurangi kejadian malnutrisi pada bayi sangat prematur. Saat ini, RSUP Fatmawati belum mempunyai protokol nutrisi yang standar untuk bayi prematurnya dan ingin melakukan perubahan dengan menerapkan protokol standar nutrisi bayi prematur dari RSCM. Tujuan: Untuk mengetahui beda waktu kembali ke berat lahir dan pola pemberian nutrisi bayi sangat prematur/BBLSR yang lahir dan dirawat di Unit Neonatologi RSUP Fatmawati sebelum dan sesudah penerapan protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM. Metode: Dilakukan penelitian quasi eksperimental terhadap 23 bayi sangat prematur/berat lahir sangat rendah di Unit Neonatologi RSUP Fatmawati pada bulan Juli – November 2019. Bayi dieksklusi bila orangtua menolak berpartisipasi atau mempunyai kelainan kongenital yang mempengaruhi status nutrisi. Sampel pada kelompok intervensi diberikan nutrisi sesuai protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM dan diikuti hingga kembali ke berat lahir dan mencapai fullfeed. Pola pemberian nutrisi yang juga dievaluasi sebagai luaran sekunder (waktu dimulainya nutrisi enteral dan mencapai fullfeed, waktu dimulainya pemberian protein dan lipid, waktu tercapainya protein, lipid dan kalori tertinggi serta jumlah protein, lipid, kalori dan GIR tertinggi). Data pasien pada kelompok kontrol diambil dari data rekam medik bayi sangat prematur/berat lahir sangat rendah yang sudah pulang dari RSUP Fatmawati dari Januari 2016 – Juni 2019 dan dibandingkan dengan kelompok intervensi. Hasil: Penerapan protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM dapat mempercepat waktu kembali ke berat lahir (kontrol vs intervensi: 16,7 (5,1) vs 7,4(3,5) hari, p= 0,00) dan mempercepat growth velocity (kontrol vs intervention: 8,9 (6,9) vs 14,6 (6,0), p=0,002) pada bayi sangat prematur/BBLSR yang dirawat di Unit Neonatologi di RSUP Fatmawati. Kesimpulan: Penerapan protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM dapat mempercepat waktu kembali ke berat lahir dan growth velocity pada bayi sangat prematur/BBLSR yang dirawat di Unit Neonatologi RSUP Fatmawati. Kata kunci: nutrisi bayi prematur, nutrisi agresif dini, waktu kembali ke berat lahir, growth velocity.
.....Background: Very premature infants are a group of high-risk infants who are vulnerable to poor neurodevelopmental outcomes. Research shows that early and aggressive nutrition can reduce the incidence of malnutrition in very premature infants. At present, Fatmawati Hospital does not yet have a standard nutritional protocol for premature infants and want to make changes by implementing a standard protocol for preterm infant nutrition from RSCM. Objective: To determine the difference in days to regain birth weight and the pattern of nutrition for very premature/very low birth weight infants who were born and hospitalized in the Neonatology Unit of RSUP Fatmawati before and after the application of the standard protocol of premature infant nutrition of RSCM. Methods: A quasi-experimental study of 23 very preterm/very low birth weight infants in the Neonatology Unit of Fatmawati Hospital from July to November 2019. Infants were excluded if parents refused to participate or had congenital abnormalities that affects nutritional status. Samples in the intervention group were given nutrition according to RSCM premature infant nutrition protocol and followed until they return to birth weight and achieve fullfeed. Nutritional patterns were also evaluated as secondary outcome (day to begin enteral nutrition, growth velocity, days to reach fullfeed, days to start protein and lipid, days to reach the highest protein, lipid and calorie intake and the highest amount of protein, lipid, calories and GIR given). Data of samples in the control group were taken from medical records of very premature/very low birth weight babies discharged from Fatmawati Hospital from January 2016 - June 2019 and compared with the intervention group. Results: The application of RSCM premature infant nutrition protocol can shorten the days to regain birth weight (control vs intervention: 16.73 vs 7.43 days, p = 0.00) and fasten growth velocity (control vs intervention: 8,9 (6,9) vs 14,6(6,0), p=0,002) in very premature/low birth weight infant who were treated in the Neonatology Unit of Fatmawati. Conclusion: The application of RSCM premature infant nutrition standard protocol can accelerate time to regain birth weight and growth velocity in very premature/low birth weight infant in the Neonatology Unit, Fatmawati Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Irianti
"Masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh bayi prematur adalah masalah sistem pencernaan sehingga peningkatan berat badan sesuai target tidak dapat tercapai. Tujuan dari studi kasus ini adalah melakukan analisis peranan jenis nutrisi terhadap peningkatan berat badan bayi prematur dengan masalah defisit nutrisi melalui pendekatan Teori Konservasi Levine. Lima kasus terpilih menunjukkan terjadi masalah keperawatan defisit nutrisi. Pendekatan Teori Konservasi Levine dilakukan dengan menggunakan prinsip konservasi energi, konservasi integritas struktural, konservasi integritas personal, dan konservasi integritas sosial. Hasil pemberian asuhan keperawatan menunjukkan bahwa Teori Konservasi Levine mempengaruhi peningakatan berat bayi prematur. Bayi prematur yang diberikan ASI terjadi peningatan berat badan 10-15 gram per hari, sedangkan bayi prematur yang diberikan susu formula terjadi peningatan berat badan 5-10 gram per hari. Perawat anak dapat mengoptimalkan pemberian ASI kepada bayi prematur untuk meningkatkan berat badan.

The most common health problems experienced by premature infants is the problem of the digestive system so that weight gain on target cannot be achieved. The purpose of this case study is to analyze the role of nutrients to premature infant weight gain with nutritional deficits through the Levine Conservation Theory approach. Five selected cases indicate a nutritional deficit nursing problem. The Levine Conservation Theory Approach is conducted using energy conservation principles, structural integrity conservation, conservation of personal integrity, and conservation of social integrity. The results of nursing care show that Levine Conservation Theory influences the weighting of premature infants. Premature infants given breastfeeding weight 10 15 grams per day, whereas premature infants given formula milk occured weight gain 5 10 grams per day. Child nurses can optimize breastfeeding for premature babies to gain weight.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ngurah Sugitha Adnyana
"Latar Belakang: Bayi berat lahir rendah(<2500 gram) atau prematur merupakan salah satu kondisi bayi risiko tinggi. Keterlambatan perkembangan bahasa dan kognitif merupakan salah satu gangguan yang sering dijumpai pada anak dengan riwayat berat lahir rendah/prematur. Bayi berat lahir rendah lebih sering disertai dengan kondisi medis yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Tujuan: Mendapatkan prevalens dan faktor risiko keterlambatan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak usia 12-18 bulan dengan riwayat berat lahir rendah.
Metode: Rancangan penelitian adalah potong lintang untuk menilai perkembangan bahasa dan kognitif dengan menggunakan alat skrining Capute scales pada anak usia 12-18 bulan yang mempunyai riwayat berat lahir rendah. Sampel diambil secara konsekutif di poliklinik anak RSUP Sanglah Denpasar, Agustus 2015-April 2016.
Hasil Penelitian: Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini sebanyak 160 orang. Usia rerata subyek adalah 15,69 (SB 2,19) bulan. Prevalens keterlambatan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan riwayat berat lahir rendah sebesar 28,1%. Analisis multivariat didapatkan berat lahir <1500 gram merupakan faktor risiko terjadinya keterlambatan perkembangan bahasa dan kognitif (visio-motor) sebesar 10,2 kali lebih banyak dibandingkan berat lahir 1500-<2500 gram (RP 10,260; IK95% 2,265-46,478; P 0,003).
Simpulan: Prevalens keterlambatan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak usia 12-18 bulan dengan riwayat berat lahir rendah sebesar 28,1%. Bayi berat lahir <1500 gram sebagai faktor risiko keterlambatan perkembangan bahasa dan kognitif.

Background: Low birth weight (LBW) (<2500 g) or premature baby is one of thehigh-risk conditions. Language and cognitive developmental delay is one of the disorders are often found in children with low birth weight/preterm. Infant with low birth weight more frequently accompanied by a medical condition that affects growth and development.
Objective: To find the prevalence and risk factors of language and cognitive developmental delay in children aged 12-18 months with low birth weight.
Methods: A cross-sectional study design was to assess language and cognitive development by using Capute scales screening tool in children aged 12-18 months who have low birth weight. Samples are taken consecutively in a child outpatient clinic Sanglah Hospital Denpasar, August 2015-April 2016.
Results: Subjects who meet the inclusion and exclusion criteria in the study of 160 people. The average age of the subjects was 15.69 (SD 2.19) months. Prevalence of language and cognitive developmental delay in children with low birth weight was 28.1%. On multivariate analysis, obtained birth weight <1500 g is a risk factor for language and cognitive (visio-motor) developmental delay of 10.2 times more often than the birth weight 1500 to <2500 g (PR 10.260; 95%CI from 2.265 to 46.478; P 0.003).
Conclusions: The prevalence of language and cognitive developmental delay in children aged 12-18 months with low birth weight is 28.1%. Birth weight <1500 g is risk factor of language and cognitive developmental delay.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa
"Bayi prematur dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lahir dengan berbagai masalah kesehatan. Masalah yang sering terjadi adalah terkait dengan lemahnya refleks hisap dan menelan sehingga mengakibatkan masalah pada pemberian nutrisi. Masalah pemberian nutrisi pada kelahiran bayi prematur akan menyebabkan nutrisi tidak adekuat sehingga terjadi malnutrisi, gagal tumbuh, dan kegagalan perkembangan otak. Karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis intervensi Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) untuk meningkatkan kemampuan menghisap dan menelan pada bayi Ny. A I. PIOMI merupakan salah satu metode baru dengan metode pijitan untuk meningkatkan kemampuan motorik pada bayi prematur. PIOMI bertujuan untuk meniru pengalaman oral in-utero yang memperkuat dan mengembangkan mekanisme makan. Delapan langkah memberikan gerakan yang dibantu untuk mengaktifkan kontraksi otot dan memberikan gerakan melawan resistensi untuk membangun kekuatan pada area yang dibutuhkan untuk minum secara oral. Hasil dari intervensi ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menghisap dan menelan setelah 2 kali diberikan intervensi. Oleh karena itu, karya tulis ini merekomendasikan intervensi PIOMI pada bayi prematur dengan BBLR yang memiliki masalah menghisap.

Premature babies with Low Birth Weight (LBW) are born with various health problems. Problems that often occur are related to weak sucking and swallowing reflexes, resulting in problems with feeding. Problems with nutrition in premature babies will cause inadequate nutrition, resulting in malnutrition, failure to thrive, and failure of brain development. This paper aims to analyze the Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) intervention to improve the sucking and swallowing ability of Ny. A I. PIOMI is a new method with massage method to improve motor skills in premature babies. PIOMI aims to mimic the in-utero oral experience that reinforces and develops feeding mechanisms. Eight steps provide assisted movement to activate muscle contractions and provide movement against resistance to build strength in the areas required for oral drinking. The results of this intervention showed an increase in the ability to suck and swallow after 2 times the intervention was given. Therefore, this paper recommends PIOMI intervention in premature infants with low birth weight who have sucking problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Dwi Astuti
"Intoleransi pemberian minum enteral merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi berat lahir rendah. Tujuan dari studi kasus ini adalah melakukan analisis optimalisasi pemenuhan kebutuhan nutrisi enteral pada bayi berat lahir rendah melalui pengaturan posisi dengan pendekatan Teori Konservasi Levine. Lima kasus terpilih menunjukkan terjadi masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pendekatan Teori Konservasi Levine dilakukan dengan menggunakan prinsip konservasi energi, konservasi integritas struktural, konservasi integritas personal, dan konservasi integritas sosial. Hasil penerapan intervensi pengaturan posisi dengan pendekatan Teori Konservasi Levine dapat menurunkan kejadian desaturasi, distensi abdomen, dan frekuensi muntah. Perawat dapat menjadikan intervensi tersebut sebagai standar prosedur operasional pada bayi berat lahir rendah yang mengalami intoleransi pemberian minum enteral.

Enteral feeding intolerance is a problem that often occurs in low birth weight infants. The objective of this case study was to analyze the optimization of the fulfillment of enteral nutrition in low birth weight infants through positioning with Levine`s Conservation Theory. Five cases were selected due to nursing problems in nutrition which is less than body requirements. Levine`s Conservation Theory was used by applying the principle of energy conservation, structural integrity conservation, personal integrity conservation, and social integrity conservation. The results showed that implementation of positioning with Levine`s Conservation Theory can reduce the incidence of desaturation, abdominal distension, and frequency of vomiting. Nurses can make the intervention as a standard operating procedure in low birth weight infants who experience enteral feeding intolerance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yorenva Cahaya
"Latar Belakang : Penyakit periodontal pada ibu hamil memberikan risiko untuk terjadinya bayi prematur dan BBLR. Hal ini terjadi karena selama masa kehamilan hormon tubuh meningkat, khususnya estrogen dan progesteron. Peningkatan hormon tersebut menyebabkan manifestasi pada rongga mulut seperti gusi bengkak dan mudah berdarah karena penumpukkan bakteri dan plak. Edukasi yang diberikan perlu menggunakan media yang efektif. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang risiko penyakit periodontal terhadap bayi prematur dan BBLR dengan menggunakan dua media yaitu flipchart dan kartu puzzle. Metode : Desain studi adalah kuasi eksperimental. Subjek penelitian terdiri dari 44 ibu hamil di daerah sekitar Pulogadung,
Jakarta Timur yang di edukasi oleh 10 kader posyandu. Dari total 44 ibu hamil, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 22 kelompok flipchart dan 22 kelompok kartu puzzle. Hasil: Terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil dari sebelum sampai setelah di edukasi dengan menggunakan masing-masing media. Di antara kedua media, media yang paling efektif yaitu media flipchart Kesimpulan: Adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang risiko penyakit periodontal terhadap bayi prematur dan BBLR setelah diberi edukasi dengan media flipchart maupun kartu
puzzle.
Background: Periodontal disease in pregnant women poses a risk for premature and low birth weight babies. This happens because during pregnancy the body's hormones increase, especially estrogen and progesterone. The increase in these hormones causes manifestations in the oral cavity such as swollen gums and easy bleeding due to the buildup of bacteria and plaque. The education provided needs to use effective media. Objective: To increase the knowledge of pregnant women about the risk of periodontal disease to premature and low birth weight babies by using two media, namely flipcharts and puzzle cards. Methods: The study design was quasi-experimental. The research subjects consisted of 44 pregnant women in the area around Pulogadung, East Jakarta, which was educated by 10 posyandu cadres. From a total of 44 pregnant women, they were divided into two groups, namely 22 groups of flipcharts and 22 groups of puzzle cards. Results: There was an increase in knowledge of pregnant women from before to after being educated by using each media. Among the two media, the most effective media is flipchart media Conclusion: There is an increase in knowledge of pregnant women about the risk of periodontal disease to premature and low birth weight babies after being educated with flipchart media and cards
puzzle"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra
"Disertasi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya deviasi positif pertumbuhan sampai usia lima bulan dan mengali perilaku penyimpang positif pada keluarga dengan status ekonomi rendah. Jenis penelitian adalah perpaduan penelitian kuantitatif (kohort prospektif) dengan penelitian kualitatif (Rapid Assesment Procedure). Besar sampel adalah 61 bayi BBLR (2000-2499 gram) yang lahir cukup bulan. Sampel diperoleh dari 5 rumah sakit 7 klinik bidan di Kota Pekanbaru. Hasil menunjukkan bahwa pada usia lima bulan terjadi deviasi positif pertumbuhan sebesar 65,6%. Faktor yang berpengaruh adalah pemberian ASI, kesehatan bayi dan lingkungan pengasuhan. Perilaku positif deviants adalah frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam lebih dari 12 kali, memeriksa kesehatan bayi setelah satu minggu dilahirkan, ibu menjaga kebersihan rumah, ayah turut mengasuh bayi, keputusan bersama ibu dan nenek dalam pemberian makanan pada bayi.

This dissertation aims to determine the factors that influence the occurrence of a positive deviation of growth until the age of five months and experience the positive deviant behavior in families with low economic status. The research type is a combination of quantitative research (prospective cohort) with qualitative research (Rapid Assessment Procedure). The sample size was 61 infants of low birth weight (2000-2499 g) were born at term. Samples were obtained from 5 hospitals 7 midwife clinics in the city of Pekanbaru. The results showed that at the age of five months of positive growth deviation of 65.6%. Factors that influence breastfeeding, infant health and caring environment. Positive Deviants behavior is the frequency of breastfeeding within 24 hours more than 12 times, check the health of babies born after one week, mother to keep the house, father helped care for infants, a decision with his mother and grandmother in infant feeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayah
"Neonatus prematur seringkali mengalami gagal napas dan gangguan ventilasi spontan akibat dari kegagalan adaptasi ekstrauterin, sehingga membutuhkan bantuan ventilasi mekanik. Extremely preterm, very preterm, dan kondisi klinis yang kompleks dapat mengakibatkan perlunya dukungan ventilasi mekanis yang berkepanjangan, kadangkadang membutuhkan trakeostomi. Tujuan karya ilmiah ini untuk mengaplikasikan Model Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pada neonatus dengan gangguan ventilasi spontan. Desain yang digunakan adalah studi kasus terhadap lima neonatus prematur yang mengalami gangguan ventilasi spontan dengan pendekatan proses keperawatan. Aplikasi Model Adaptasi Roy diimplementasikan untuk meningkatkan respons adaptif dan menurunkan respons inefektif pada empat mode adaptasi fisiologisfisik, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Intervensi keperawatan berdasarkan evidence-based nursing practice seperti manajemen ventilasi mekanik, pemantauan respirasi, dan perawatan rutin trakeostomi dengan menggunakan bundel TRACHE-T, serta intervensi lainnya. Pada evaluasi, dua neonatus menunjukkan respons adaptif meningkat dan gangguan ventilasi spontan teratasi. Tiga neonatus lainnya menunjukkan respons inefektif. Respons inefektif tersebut dipengaruhi oleh imaturitas dengan PMA kurang dari 28 minggu pada dua neonatus, dan satu neonatus dengan BPD berat dengan trakeostomi. Edukasi perawatan trakeostomi neonatal dengan menggunakan game terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat di ruang perinatologi.

Premature neonates often experience respiratory distress and spontaneous ventilation disorders due to the failure of extrauterine adaptation, which requires mechanical ventilation. Extremely preterm, very preterm, and medically complex infants need prolonged mechanical ventilation support, sometimes tracheostomy. This study aims to apply Roy's Adaptation Model in nursing care for neonates with impaired spontaneous ventilation. We adopted a case study of five premature neonates who experience impaired spontaneous ventilation through a nursing process approach. The application of Roy's Adaptation Model is implemented to increase adaptive responses and reduce ineffective responses there are four adaptation modes: physiological-physical mode, self-concept mode, role function mode, and interdependence mode. Nursing interventions are based on evidence-based nursing practice such as mechanical ventilation management, respiratory monitoring, and routine tracheostomy care using the TRACHE-T bundle, and other interventions. On evaluation, two neonates showed an increased adaptive response and resolved impaired spontaneous ventilation. Three neonates had ineffective responses to impaired spontaneous ventilation that have not resolved. The ineffective response was caused by immaturity at Post-menstrual Age (PMA) less than 28 weeks in two neonates, one neonate with severe BPD, and tracheostomy. Neonatal tracheostomy care education using games has been proven effective in improving the knowledge and skills of nurses in the perinatology ward."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Antarini Idriansari
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh developmental care terhadap fungsi fisiologis (saturasi oksigen dan denyut nadi) dan perilaku tidur-terjaga bayi berat lahir rendah (BBLR). Rancangan penelitian ini adalah quasi experimental dengan self-controlled study design. Sampel penelitian sebanyak 15 BBLR yang dirawat di ruang perinatologi RSUP Fatmawati Jakarta dan dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan paired t test dan wilcoxon test.
Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian developmental care terhadap perilaku tidur-terjaga yaitu peningkatan tidur tenang (p=0,002) dan penurunan tidur aktif (p=0,003) serta penurunan denyut nadi (p=0,020), namun tidak signifikan terhadap peningkatan saturasi oksigen (p=0,234). Developmental care dapat memfasilitasi pencapaian fase istirahat yang lebih baik (yang ditandai dengan keteraturan fungsi fisiologis dan pencapaian perilaku tidur tenang), sehingga perlu diimplemetasikan dalam perawatan BBLR di ruang rawat perinatologi.

The purpose of this study was to identify the impact of developmental care on physiological function (oxygen saturation and heart rate) and sleep-awake behavior of low birth weight (LBW) infants. This study used quasi experimental with selfcontrolled study design. The samples size were 15 LBW infants in neonatal unit in RSUP Fatmawati Jakarta and whom were choosen by purposive sampling technique. Collected data were analyzed by using paired t test and wilcoxon test.
There were significant differences of developmental care on increasing quiet sleep (p=0.002), decreasing active sleep (p=0.003) and decreasing heart rate (0.020), but there was no significant difference on increasing oxygen saturation (p=0.234). This study recommend that developmental care can be implemented in caring for LBW infants in neonatal unit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>