Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Villa Jabbar
"Tulisan ini akan menggambarkan bentuk-bentuk perubahan sosial budaya yang terjadi pada Orang Papua pasca lebih dari 10 tahun proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) diimplementasikan di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Perubahan sosial budaya yang terjadi berawal dari proses adaptasi yang dilakukan oleh Orang Papua Asli ketika menanggapi ancaman proyek MIFEE. Proses adaptasi tersebut dilakukan melalui mengenal dan mempraktikkan cara-cara bertani sebagai upaya untuk menjaga eksistensi mereka disaat hutan dideforestasi dan dialihfungsikan menjadi lahan pertanian. Analisis yang akan dilakukan akan melihat relevansi antara proses adaptasi yang orang Papua lakukan dengan kemungkinan terjadinya perubahan sosial budaya dalam kehidupan mereka. Tulisan ini akan menggunakan studi data dokumen sebagai basis analisis dan penulisan untuk melihat bagaimana proyek pembangunan yang dilakukan secara masif, perubahan lingkungan alam, serta sistem pertanian sebagai suatu “penemuan” bagi orang Papua dapat mendorong mereka beradaptasi dan menimbulkan perubahan sosial budaya bagi kehidupan mereka. Dari studi ini telah ditemukan bahwa bentuk perubahan sosial yang terjadi pada orang Papua di Kabupaten Merauke meliputi perubahan sektor perekonomian dengan timbulnya keberagaman mata pencaharian, perubahan pada sistem pangan lokal, dan perubahan pada pola pikir yang transaksional.

This paper will describe the forms of socio-cultural change that have occurred to Papuans after more than 10 years of the Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) project being implemented in Merauke Regency, Papua Province. The socio-cultural changes that occurred began with the adaptation process carried out by indigenous Papuans when responding threats from the MIFEE project. The adaptation process is carried out through recognizing and practicing of farming methods as an effort to maintain their existence when the forest is deforested and converted into agricultural land. The analysis will look at the relevance of the Papuans adaptation process to the possibility of socio-cultural change in their lives. This paper will use document data studies as the basis for analysis and writing to see how massive development projects, changes in the natural environment, and agricultural systems as an "invention" for Papuans can encourage them to adapt and cause socio- cultural changes in their lives. From this study, it has been found that the forms of socio-cultural changes that occur to Papuans in Merauke Regency include changes in the economic sector with the emergence of livelihood diversity, changes in the local food system, and changes in transactional mindsets."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Charris Zubair
"An Indonesian identity of multiculturalism in the reality of pluralism. Building Indonesia has to be based on the principles of nationhood which emphasizes on justice, and not on religious hegemony, ethic, or a certain cultural background. Ethics on Pluralism and Multiculturalism are crucial for a new Indonesia with Pancasila as its ideology and Diversity in Unity as a national paradigm, besides the rich national culture within the various socio-cultural backgrounds. They have to be defended and framed in a mutual-interest dialogue."
Depok: Departemen kewilayaan FIB Universitas Indonesia, 2009
360 JUET 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Alvita Diera
"Tugas akhir ini membahas dampak sosial dan budaya penutupan Lokalisasi Sunan Kuning tahun 2019. Sunan Kuning merupakan lokalisasi yang didirikan pada 1966 oleh Pemerintah kota Semarang sebagai upaya mengontrol penyebaran prostitusi di Semarang. Lokalisasi Sunan Kuning mengalami berbagai dinamika dalam perjalannya. Pada 1983, ada upaya pemindahan lokalisasi ke Pudakpayung, Semarang Selatan, namun mengalami kemacetan. Pasca upaya pemindahan tersebut, wacana penutupan penutupan lokalisasi mulai muncul pada tahun 2003, 2005, 2010, namun belum ada yang terealisasi. Wacana penutupan kembali menguat pada tahun 2014 yang akhirnya berhasil dilakukan pada tahun 2019. Dari latar belakang tersebut, memunculkan masalah penelitian yaitu faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya dinamika dalam upaya penutupan lokalisasi Sunan Kuning. Upaya penutupan itu disebabkan oleh wilayah sekitar SK yang mulai ramai pemukiman. Kemudian faktor-faktor apa yang menyebabkan Sunan Kuning berhasil ditutup pada tahun 2019. Polemik penutupan ini menarik untuk dikaji dengan menggunakan perspektif sejarah dengan mengangkat bagaimana kebijakan penutupan Pemerintah Kota Semarang terhadap lokalisasi ini. Berkaitan dengan masalah penelitian itu, dengan menggunakan metode sejarah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikator-indikator keberhasilan dan kegagalan dalam dinamika penutupan Sunan Kuning. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan lebih mengenai prostitusi, terutama sejarah lokalisasi Sunan Kuning serta mengenai regulasi pemerintah Semarang terhadap Sunan Kuning. Selain itu, diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi baik bagi pemerintah pusat dan pemerintah Kota Semarang kedepannya untuk menangani kasus prostitusi.

This final assignment discuss about social and culture effect caused by closing of Sunan Kuning localization. Sunan Kuning is localization which build in 1966 by Semarang City Goverment for controlling spread of prostitution in Semarang. Sunan Kuning face many dynamics. Especially in 1983, when this localization will moved to Pudakpayung, South Semarang, but fail. After the government trying to move localization, the government efforts to close it were implemented starting from 2003, 2005, 2010, but have never been successful. The closing discourse strengthened again in 2014 which was finally closed in 2019. From that background, the main topic of this research is what are the factors which caused the dynamics in the efforts to close the localization of Sunan Kuning and what are the factors caused Sunan Kuning to be successfully closed in 2019. This closure polemic is interesting to study using a historical perspective by raising the policy of the Semarang City Government's closure of this localization. Connected with the main topics, by using Historical Method Research, the purpose of this research is to find out what are the indicators that made successfully also fail in the dynamics of closing Sunan Kuning. This research is expected to provide more knowledge about prostitution, especially the history of the localization of Sunan Kuning and the Semarang government's regulation of Sunan Kuning. In addition, it is expected to be able to become an evaluation material for both the central government and the Semarang City government in the future to handle prostitution cases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lio Kurniawan
"Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana Festival Cap Go Meh Singkawang dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama dan bagaimana peran aktor sosial budaya dalam mempertahankan Cap Go Meh sebagai strategi menjaga ketahanan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ditentukan objek penelitian adalah Festival budaya Cap Go Meh sedangkan subjek dari penelitian adalah para tokoh tokoh yang berperan terhadap suksesnya festival Cap Go Meh dan bagaiamana peran masing masing menciptakan ketahanan sosial dan budaya seperti Walikota dan Anggota DPRD, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Ketua MABM, Ketua MABT, Ketua DAD, Ketua paguyuban Jawa, Panitia Cap Go Meh. Dalam penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dan tehnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Festival Cap Go Meh Singkawang adalah unik dikarenakan Festival Budaya Cap Goh Mes Singkawang Melibatkan seluruh Etnis yang ada di Kota Singkawang, Masyarakat etni tionghoa sangat mempertahankan budayanya, Festival Cap Go Meh Singkawang terbukti sebagai pariwisata unggulan karena banyak mendatangkan Wisatawan manca negara, Festival Cap Go Meh Singkawang menjadi faktor pendorong terciptanya ketahanan sosial budaya.

The purpose of the research is want to know Cap Go Meh Festival in Singkawnag can survive in long time dan how the influence of socio cultural actors to do keep Cap Go Meh as a strategy mantain social resilience. To Achieve to goal than determined the object research is Capp Go Meh Festival and subject reasearch is there person have influnce to success Cap Go Meh Festival and how to there take role to create social reselience and culture like Walikota Singkawang, DPRD Singkawang, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Ketua MABM, Ketua MABT, Ketua DAD, Ketua paguyuban Jawa, Panitia Cap Go Meh. The research to using methode kualitative dan date collection technigue with observation, interview, documentation. The research result that Cap Go Meh Festival involve all etnic in Singkawang City. Etnic Tiong Hoa very maintain the culture, Cap Go Meh Festival to proven can be leading tourism because can be to come foreign tourists Cap Go Meh Festival Singkawang can be driving factor become to create social reselience"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novita Rusdiyani
"Penelitian ini membahas mengenai penerapan sistem merit terutama dalam konteks sosial budaya lokal dalam pelaksanaan seleksi terbuka pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaksanaan seleksi terbuka. Kebijakan sistem merit pada seleksi terbuka dalam penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpanrb) Nomor 15 Tahun 2019. Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dengan menggunakan pendekatan penelitian post-positivis dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan metode wawancara dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek sosial budaya lokal tidak menjadi faktor determinan dalam pelaksanaan pengisian JPT di Kabupaten Manggarai Timur. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya kepemimpinan transformasional dan komitmen dari manajemen tengah untuk menjalankan proses seleksi terbuka sesuai dengan prosedur dan memilih kandidat terbaik berdasarkan prinsip sistem merit. Proses seleksi dilaksanakan secara terbuka, sistematis dan kompetitif namun belum sepenuhnya transparan dan belum berdasarkan standar kompetensi jabatan serta rencana suksesi, terdapat perbedaan persyaratan administrasi dengan peraturan terkait yakni adanya penambahan beberapa berkas administrasi. Proses penelusuran rekam jejak hanya dilakukan berdasarkan dokumen dan tidak dilakukan secara langsung kepada lingkungan kerja peserta. Proses monitoring dan evaluasi atau pemetaan kembali bagi pejabat terpilih dilaksanakan secara berkala. Sedangkan pada konteks sosial budaya lokal seperti etnisitas, kekerabatan, status sosial dan adat tidak mempengaruhi dan tidak menjadi pertimbangan dalam proses seleksi. Pejabat yang terpilih merupakan kandidat dengan perolehan akumulasi nilai paling tinggi, memiliki kompetensi yang sesuai dengan jabatan dengan latar belakang yang beragam.

This paper discusses the application of the merit system in the implementation of open selection for high leadership positions in the context of a local socio-cultural setting with the aim of finding out the factors that influence the implementation of open selection. The merit system policy in this open selection in this research refers to the Regulation of the Minister of Administrative Reform and Bureaucratic Reform (Permenpanrb) Number 15 of 2019. This research was conducted in the East Manggarai Regency Government utilizing a post-positivist research approach with qualitative data collection techniques using interview methods and document analysis. The research results show that local socio-cultural aspects are not a determining factor in the implementation of JPT filling in East Manggarai Regency. This is influenced by the existence of a transformational leadership style and commitment from middle management to carry out an open selection process in accordance with procedures and select the best candidates based on the principle of a merit system. The findings showed that the implementation of open selection for filling JPT in East Manggarai Regency was conducted openly, systematically, in addition to competitively, however not entirely transparent, not based on job competency standards and succession plans. there were differences in administrative requirements with relevant regulations; the addition of several administrative files. The background checking process is only carried out based document-driven and conducted indirectly to the participants’ work environment. The process of monitoring and evaluation or re-mapping for elected officials is carried out periodically. In the context of local socio-cultural aspects such as ethnicity, kinship, social status, in addition to customs, they do not influence or become considerations in the selection process. The selected officials currently are candidates with the highest cumulative scores, possessing competencies suitable for the position with diverse backgrounds."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atun Raudotul Ma`rifah
"Infertilitas merupa.kan masalah yang cukup komplek dan dapat dipengaruhi banyak variabel, salah satunya adalah faktor sosial budaya Tesis ini bertujuan untuk mengembangkan konsep mengenai respon dan koping perempuan yang mengalami masalah infertilitas yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya Banyumas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan grounded theory. Sepuluh partisipan dalam penelitian ini didapatkan dengan cara theoritical sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan respon psikologis partisipan malu, sedih, stress, menerima Partisipan menggunakan mekanisme koping adaptif dan maladaptif. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi adalah nilai dan kepercayaan masyarakat Banyumas tentang infertil serta adanya budaya nrimo ing pandum dan konco wingking. Hasil penelitian ini memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

Infertility was caused by many factors, one of which was socio-cultural. The aim of study was to determine the coping and responses concept of women whose infertility caused by socio-cultural of Banyumas. Research design was qualitative with grounded theory approach. Number of participants was ten people were taken with theoretical sampling.
The results showed that participants had responses of shame, sadness, stress, and accepting. Participants used adaptive and maladaptive coping mechanisms. Socio-cultural factor which influence were values and beliefs of Banyurnas society about infertility and the existence of nrimo ing pandum (whole hearted for accepting) and konco wingking (assistant) cultural. The study provides description for nurse to deliver a comprehensive nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Yayasan Pengembangan Studi Budaya Betawi, 1987
JALI 1:7(1987)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Soetarman Mahayana
"Sejarah panjang hubungan sosial budaya Indonesia dan Malaysia telah memperlihatkan bahwa kedua bangsa ini memiliki akar tradisi sosial-budaya yang sama. Ikatan emosional itu ternyata sama sekali tidak terganggu selepas Perjanjian London tahun 1824 yang disepakati pemerintah kolonial Inggris dan Belanda. Meskipun perjanjian ini secara politik telah membelah Kerajaan Melayu ke dalam dua wilayah politik yang berbeda, yaitu Singapura (Temasek) dan Johor berada di bawah kekuasaan Inggris sedangkan Riau dan Lingga berada di bawah kekuasaan Belanda, hubungan sosio-kultural masyarakat di wilayah semenanjung itu tetap berlangsung baik dan sama sekali tidak terganggu oleh keputusan politik kedua pemerintah kolonial itu. Bahkan, ketika terjadi konfrontasi Indonesia-Malaysia, masyarakat di wilayah itu tetap mondar-mandir melakukan hubungan sosial, budaya, dan perdagangan. Gerakan budaya ternyata begitu penting bagi masyarakat di kawasan ini. Hal itu pula yang terjadi menjelang kedua negara memperoleh kemerdekaan.

For a long period, the Indonesian and Malaysia relationship has proved the single root of socio-cultural tradition. Yet, the London Treaty 1824, an agreement between the British and Dutch colonials, failed to split the emotional bond between the two nations. Although this treaty successfully divided the Malay Kingdom into two different political region, where Singapore (Temasek) and Johor was politically put under British rule while Riau and Lingga was put under the Dutch, the socio-cultural communication among the people in those areas remained undisturbed by the political decision of the two colonial rulers. Even, during the Indonesia-Malaysia confrontation period, the people were persistently busy keeping their own business in the social, cultural and trade affairs. Hence, specifically since the day prior to their independence, the cultural movement is considerably significant for the people in this region."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amir M.S.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1997
306.095 981 AMI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>