Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Sondang Sagala
"Implementasi EMR merupakan kewajiban bagi setiap fasilitas pelayanan kesehatan, namun implementasi EMR masih menemui banyak kendala sehingga evaluasi menjadi hal yang penting untuk dilakukan, salah satunya dari sisi pengguna. Untuk itu RSUI merupakan salah satu rumah sakit yang telah menerapkan EMR dan belum ada penelitian yang dilakukan di rumah sakit ini. tujuan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan EMR berdasarkan perspektif tenaga kesehatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis deskriptif-kuantitatif, dengan pengumpulan data primer melalui pengisian kuesioner oleh responden terpilih dengan cara purposive sampling dengan sampel 68 tenaga kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas informasi, kualitas sistem dan kualitas layanan berada pada kategori baik. Akan tetapi, terdapat beberapa indikator pada dimensi penelitian yang memiliki persentase kurang baik yang cukup tinggi yaitu kemudahan penggunaan (32,3%), keamanan (35,3%) dan kecepatan waktu respon (67,7%) pada kualitas sistem dan dukungan teknis berkaitan dengan panduan (57,3%) dan dukungan infrastruktur (30,9%) pada kualitas layanan. Sehingga, walaupun sudah berada pada kategori baik akan tetapi masih perlu dilakukan perbaikan khususnya pada indikator persepsi kurang baik dengan persentase cukup tinggi.

EMR implementation is an obligation for every health care facility, but EMR implementation still encounters many challenges so that evaluation becomes an important thing to do, one of which is from the user's perspective. For this reason, RSUI is one of the hospitals that has implemented EMR and no studies have been conducted at this hospital. The purpose of the study was to evaluate the implementation of EMR based on the perspective of health professionals at the University of Indonesia Hospital outpatient installation. This study used a descriptive quantitative analysis research design, with primary data collection through filling out questionnaires by selected respondents by purposive sampling with a sample of 68 health professionals. The results of this study indicate that information quality, system quality and service quality are in the good category. However, there are several indicators in the research dimensions that have a fairly high percentage of unfavorable, namely ease of use (32.3%), security (35.3%) and speed of response time (67.7%) in system quality and technical support related to guidance (57.3%) and infrastructure support (30.9%) in service quality. Thus, although it is already in the good category, improvements still need to be made, especially in the unfavorable perception indicator with a fairly high percentage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Intan Atthahirah
"Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komponen kesiapan RSUD Cileungsi dalam implementasi rekam medis elektronik pada tahun 2023. Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan metode survei menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 42 responden. Responden adalah staf yang berperan dan terlibat dalam implementasi rekam medis elektronik dan menggunakan teknik total sampling. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi menjadi tabel distribusi frekuensi dan dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling Partial Least Square untuk membentuk model kesiapan sebagai variabel laten. Hasil penelitian menunjukkan RSUD Cileungsi telah cukup siap dalam implementasi rekam medis elektronik berdasarkan skor total kesiapan dan dengan rincian sebanyak 66% responden memberikan nilai cukup siap. Pada persamaan struktural model yang dibentuk, komponen budaya kerja organisasi dan komponen sumber daya manusia berhubungan signifikan pada kesiapan rekam medis elektronik sedangkan komponen infrastruktur dan komponen tata kelola memiliki hubungan yang tidak signifikan. Hasil penelitian menujukkan masih tersedianya ruang untuk perbaikan dan pengembangan RME dengan fokus pada komponen budaya kerja organisasi dan komponen sumber daya manusia.

This study aims to analyze of RSUD Cileungsi’s readiness of each component in implementing electronic medical records in 2023. This study is a quantitative analytic study with a survey method using a questionnaire distributed to 42 respondents. Respondents are staff who play a role and are involved in the implementation of electronic medical records and sample are chosen using the total sampling technique. The collected data were then tabulated into a frequency distribution table and analyzed using the Structural Equation Modeling Partial Least Square method to form a readiness model as a latent variable. The results showed that RSUD Cileungsi was quite ready in implementing electronic medical records based on the total readiness score and with details as many as 66% of respondents gave a score of quite ready. In the structural equation model formed, the organizational work culture component and the human resources component have a significant relationship to the readiness of electronic medical records while the infrastructure component and the governance component have an insignificant relationship. The results indicate that there is still room for improvement and development of RME with a focus on the organizational work culture component and the human resources component."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Litriane Rispa Widhy
"Revolusi industri 4.0 yang terjadi menuntut sektor pelayanan kesehatan untuk dapat beradaptasi. Sebagai bentuk adaptasi, pelayanan kesehatan menginisiasi e-Health dangan tujuan peningkatan dukungan pelayanan kesehatan melalui sarana elektronik. Salah satu bentuk penerapan e-Health yaitu pelaksanaan rekam medis elektronik pada pelayanan kesehatan. Beberapa negara telah dianggap sukses dalam mengimplementasikan rekam medis elektronik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan implementasi rekam medis elektronik pada rumah sakit dengan model pendekatan HOT-fit (Human Organization Technology). Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan menggunakan database Scopus, EBSCO dan Garuda menghasilkan 15 artikel sesuai kriteria inklusi yang dipublikasikan pada tahun 2011-2021. Hasil dari penelitian ini adalah adanya 13 artikel dengan faktor manusia, sembilan artikel dengan faktor organisasi dan 14 artikel dengan faktor teknologi. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang hamprir selalu mempengaruhi kesuksesan implementasi rekam medis elektronik adalah faktor teknologi dengan faktor manusia sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam implementasinya.

The industrial revolution 4.0 that occurred requires the health service sector to be able to adapt. As a form of adaptation, health services have initiated e-Health with the aim of increasing support for health services through electronic means. One of the form of application of e-Health is the implementation of electronic medical records in health services. Several countries have been considered successful in implementing electronic medical records. The purpose of this study was to determine the factors that influence the successful implementation of electronic medical records in hospitals with the HOTfit (Human Organization Technology) approach model. This study uses a literature review method using the Scopus, EBSCO and Garuda databases to produce 15 articles according to the criteria covering the years 2011-2021. The results of this study are 13 articles with human factors, nine articles with organizational factors and 14 articles with technological factors. It can be said that the inhibiting factor always affects the success of the implementation of electronic medical records is the technological factor with the human factor as the most influential factor in its implementation. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hibban Arasy
"RSUI (Rumah Sakit Universitas Indonesia) adalah rumah sakit pendidikan kelas B yang terletak di kampus Universitas Indonesia. Dibangun pada tahun 2009 dan beroperasi sejak 2018, RS UI memiliki visi untuk menjadi rumah sakit pendidikan kelas dunia pada tahun 2030. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan penaggung jawab Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI, masih ditemukannya obat maupun BMPH yang mengalami dead stock atau tidak ada transaksi selama 3 bulan berturut-turut Depo Farmasi Rawat jalan. Masalah ini berpotensi menurunkan efisien kerja antar depo farmasi yang ada di RSUI karena akan ada beban kerja tambahan dan waktu tunggu apabila harus melakukan order tranfer barang antar depo farmasi. Dead stock obat dan BMHP yang ada di Depo Rawat Jalan seharusnya dapat di distribusikan lebih efisien ke depo farmasi lain yang membutuhkannya melalui gudang farmasi RSUI. Laporan ini akan berfokus terhadap tahapan analisis dan pembaharuan kategori Dead Stock terhadap obat dan BMHP yang digunakan di Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan januari sampai dengan maret 2023.

RSUI (Rumah Sakit Universitas Indonesia) is a class B educational hospital located on the campus of Universitas Indonesia. Established in 2009 and operational since 2018, RSUI has a vision to become a world-class educational hospital by 2030. Based on observations and interviews with the the person on charge of the Outpatient Pharmacy Depot at RSUI, it has been found that there are still drugs and BMPH (Disposable Medical Supplies) experience dead stock, meaning no transactions have occurred for three consecutive months at the Outpatient Pharmacy Depot. This issue has the potential to decrease the efficiency of inter-pharmacy depot operations at RSUI, as it would lead to additional workload and waiting time if orders for inter-pharmacy tranfers are required. The dead stock of medicines and BMPH at the Outpatient Pharmacy Depot should ideally be distributed more efficiently to other pharmacy depots in need through the RSUI pharmacy warehouse. This report will focus on the analysis and updating of the Dead Stock category for drugs and BMPH used in the Outpatient Department of Rumah Sakit Universitas Indonesia from January to March 2023."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zayyinatul Fathonah
"Perubahan lingkungan bisnis yang menekankan pada penggunaan transformasi digital dapat menjadi peluang dan tantangan baru yang harus dihadapi dalam layanan kesehatan. Rumah Sakit X menanggapi hal tersebut melakukan trasformasi digital pada penggunaan rekam medis elektronik (RME). Proses implementasi RME perlu dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja sistem informasi yang lebih baik salah satunya dengan menggunakan HOT-Fit Model. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran implementasi RME dan hubungan human, organization dan technology terhadap net benefit RME pada pelayanan rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross-sectional. Pemilihan sampel menggunakan sampel total sejumlah 49 orang pengguna RME pada pelayanan rawat jalan yang datanya akan diambil menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran implementasi RME berdasarkan human, organization, technology dan net benefit sudah berjalan dengan baik. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara human (kepuasan pengguna dan penggunaan sistem), organization (struktur organisasi) dan technology (kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan) terhadap net benefit. Sementara itu ditemukan bahwa organization (struktur organisasi) tidak memiliku hubungan terhadap net benefit.

In healthcare, changes in the business environment that emphasize the use of digital transformation can become new opportunities and challenges that must be faced. Hospital X responded to this by carrying out digital transformation in the use of electronic medical records (EMR). The EMR implementation process needs to be evaluated to improve better information system performance, one of which is by using the HOT-Fit Model. The purpose of this study was to determine the description of EMR implementation and the relationship between human, organization and technology to the net benefits of EMR in outpatient services. This research is a quantitative study using a cross-sectional study design. The sample selection uses a total sample of 49 EMR users in outpatient services whose data will be taken using a questionnaire. The results of this study indicate that the description of EMR implementation based on human, organization, technology and net benefits has gone well. This study also shows the relationship between human (user satisfaction and system usage), organization (organizational structure) and technology (system quality, information quality and service quality) to net benefits. Meanwhile, it was found that organization (organizational structure) has no relationship to net benefits."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Indra Wijaya
"Rekam medis elektronik (RME) telah diimplementasikan di Rumah Sakit Khusus BIMC sejak tahun 1998. Pada tahun 2005, BIMC berganti status dari sebuah sentra medis menjadi sebuah rumah sakit khusus. RME dimodifikasi sesuai kebutuhan. Hingga tahun 2011, belum pernah dilakukan evaluasi terhadap RME. Metode penelitian ini adalah explanatory sequential yang merupakan kombinasi metode kuantitatif dengan metode kualitatif, dengan metode kuantitatif dilakukan terlebih dahulu.
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan self-assessment questionnaire kepada seluruh pengguna RME yaitu dokter, perawat, administrator, staf radiologi, staf farmasi, dan staf teknologi informasi (TI), sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan peran peneliti sebagai human instrument.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut RME berpengaruh terhadap kinerja RME dengan atribut presentation sebagai atribut RME yang paling berpengaruh. Penelitian juga mendapatkan adanya faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja RME, yaitu kemampuan pengguna RME dan perangkat keras. Untuk meningkatkan kinerja RME perlu dilakukan peningkatan terhadap semua faktor yang berpengaruh terhadap kinerja RME.

Electronic medical record (EMR) has been implemented in BIMC since 1998. In 2005, BIMC developed into a hospital from a mere medical center. EMR was adjusted to the needs then. Up to 2011, EMR has not been formally evaluated. This study is a mixed methods research, namely explanatory sequential design, in which quantitative research was performed previously followed by qualitative one.
Quantitative data was derived by distributing self-assessment questionnaires to the EMR users consists of doctors, nurses, administrators, radiology staff, pharmacy staff, and IT staff. Qualitative data was obtained from interview, observation, and documentation with researcher as the human instrument.
The results showed that EMR attributes influenced its performance with presentation as the most influential attribute. Research revealed that there are two other factors influencing EMR performance. They are EMR users? ability and hardware. EMR performance can be increased by improving those three factors mentioned above.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31801
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dewi Lestari
"Waktu pelayanan resep obat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan farmasi yang diatur dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal, standar waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan ditetapkan £30 menit, sementara untuk obat racikan £60 menit. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif yang berfokus untuk mengkaji indikator mutu waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu dengan mengambil sampel data yang terdapat di lapangan secara langsung dalam satu waktu. Berdasarkan hasil evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI pada periode Mei – Agustus 2022, rata-rata waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah 45,25 menit ± 0,064. Terdapat sebanyak 40,43% resep obat jadi yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 59,57% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai. Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah 66,75 menit ± 0,037. Terdapat sebanyak 63,12% resep obat racikan yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 36,68% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai Standar Pelayanan Minimal.

Prescription service time is an indicator of the quality of pharmaceutical services regulated in the Hospital Minimum Service Standards. Based on the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 129 of 2008 concerning Minimum Service Standards, the standard waiting time for non-concoction drugs service at outpatient pharmacy depots is set at £30 minutes, while for concoction drugs it is £60 minutes. This research is a descriptive non-experimental study that focuses on examining quality indicators of waiting time for prescription services at the Outpatient Pharmacy Depot at the University of Indonesia Hospital. Data collection in this study used a cross-sectional approach, by taking samples of data contained directly at one time. Based on the results of an evaluation of the waiting time for drug prescription services at the University of Indonesia Hospital Outpatient Pharmacy Depot in the period May – August 2022, the average waiting time for non-concoction drug services is 45.25 minutes ± 0.064. There were 40.43% of non-concoction drug prescriptions that were by the Minimum Service Standards and 59.57% of prescriptions with inappropriate service waiting times. The average waiting time for concoction drug service is 66.75 minutes ± 0.037. There were 63.12% of prescriptions for the concoction of drugs that met the Minimum Service Standards and 36.68% of prescriptions with service waiting times that did not comply with the Minimum Service Standards."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lowly Cania Armys
"Dalam menjalankan operasional rumah sakit, diperlukan peran yang sangat penting dari Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK). Ketersediaan dan kompetensi tenaga kesehatan yang memadai sangat penting untuk memastikan pelayanan kesehatan yang efektif, aman, dan berkualitas. Tingginya tingkat pengajuan lembur di Unit Farmasi bisa menjadi salah satu tanda beban kerja yang tinggi, ketidakefisienan proses kerja, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor kerja lembur dan hubungannya dengan jam kerja lembur pegawai Unit Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada pegawai Unit Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia secara daring dengan metode pengisian self-administered questionnaire. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pegawai kerja lembur karena beban kerja yang tinggi, hal ini tidak sesuai dengan perhitungan analisis beban kerja yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil uji univariat dalam penelitian ini menyatakan bahwa pegawai bekerja lembur karena beban kerja yang tinggi, menyukai pekerjaan, dan untuk pengembangan diri. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja yang tinggi dan faktor kerja lembur untuk pengembangan diri terhadap jam kerja lembur pegawai.

In carrying out hospital operations, a very important role is needed from Health Human Resources (HRK). The availability and competence of adequate health personnel is very important to ensure effective, safe and quality health services. The high rate of overtime applications in the Pharmacy Unit can be a sign of high workload, inefficiency in work processes, and so on. This research aims to determine the factors of overtime work and their relationship with overtime working hours for employees of the Pharmacy Unit at the University of Indonesia Hospital using quantitative research methods. This research was carried out by distributing questionnaires to employees of the Pharmacy Unit at the University of Indonesia Hospital online using the self-administered questionnaire method. The results of this research showed that employees worked overtime because of the high workload, this was not in accordance with the workload analysis calculations that had been carried out previously. The results of the univariate test in this study stated that employees worked overtime because of the high workload, liked the job, and for self-development. In this research it can be concluded that there is a significant relationship between high workload and overtime work factors for self-development towards employee overtime working hours."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Maryati
"Rekam medis manual (kertas) mempunyai beberapa kelemahan, penggunaan rekam medis elektronik merupakan sebuah solusi mengatasinya. Rumah Sakit Husada mulai ujicoba penerapan Electronic Medical Record (EMR) di Klinik Spesialis pada September 2019, sampai Juni 2021 diketahui penggunaan EMR belum 100%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik, persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan, dan minat perilaku terhadap penggunaan EMR. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan populasi adalah tenaga Kesehatan yang terlibat dalam penggunaan EMR yang berjumlah 288 orang yang terdiri dari Dokter, Perawat, Petugas Rekam Medis, Petugas Radiologi, Petugas Laboratorium, Petugas Farmasi dan Admission. Sampel dalam penelitian sebanyak 80 orang yang dihitung menggunakan rumus Lemeshow dan kemudian dilakukan stratifikasi berdasarkan profesi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan EMR tertinggi pada unit Admission dengan skor 24,10 dan terendah pada dokter dengan skor 19,04. Pada hasil uji diketahui tidak terdapat hubungan persepsi kemudahan dengan penggunaan EMR, dan terdapat hubungan persepsi kemanfaatan dan minat perilaku dengan penggunaan EMR dengan nilai signifikansi 0,000. Kemanfaatan yang dirasakan oleh pengguna dengan adanya EMR adalah lebih efisien waktu dan tenaga. Pada persepsi kemudahan rata-rata skornya adalah 36,79, masih ditemukan beberapa kendala diantaranya jaringan yang error atau data pasien tidak muncul. Skor minat perilaku penggunaan EMR adalah 20,55 artinya minat untuk menggunakan EMR cukup baik. Saran terhadap Rumah Sakit Husada adalah perlunya perbaikan jaringan secara menyeluruh untuk mengurangi terjadinya gangguan sistem. Back up data secara rutin dan server cadangan merupakan upaya menghindari masalah jika terjadi down sistem.

Manual medical records (paper) have several weaknesses, the use of electronic medical records is a solution to overcome them. Husada Hospital started testing the implementation of Electronic Medical Record (EMR) at the Specialist Clinic in September 2019, until June 2021 it was found that the use of EMR was not 100%. This study aims to determine the effect of characteristics, perceived usefulness, perceived comfort, and behavioral interest on the use of EMR. This type of research is quantitative with a population of 288 Health Workers involved in the use of ESDM consisting of Doctors, Nurses, Medical Record Officers, Radiology Officers, Laboratory Officers, Pharmacists and Admissions Officers. The sample in this study was 80 people who were calculated using the Lemeshow formula and then stratified by profession. The results showed the highest use of EMR in the Admissions Unit with a score of 24.10 and the lowest in doctors with a score of 19.04. In the test results, it is known that there is no relationship between perceived comfort and the use of EMR, and there is a relationship between perceived usefulness and behavioral interest with the use of EMR with a significance value of 0.000. The benefits that users feel with EMR are that it saves time and effort. In the perception of ease of average score of 36.79, there are still several obstacles, including the network that does not appear error or patient data. The behavioral interest score in the use of ESDM is 20.55, which means that the interest in the use of ESDM is quite good. Suggestions for Husada Hospital are the need for a comprehensive network improvement to reduce the occurrence of system disturbances. Backing up data regularly and server backups is an effort to avoid problems if the system goes down."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Gunawan
"Latar Belakang: Pemerintah sejak tahun 2022 telah mendorong seluruh rumah sakit di Indonesia untuk menerapkan RME guna memberikan layanan kesehatan yang lebih baik melalui digitalisasi sistem kesehatan. Penerapan RME di unit rawat inap MRCCC Siloam Hospitals Semanggi telah berjalan sekitar 6 bulan sejak awal tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi formatif terhadap penerapan RME di unit tersebut melalui parameter kepuasan dan cakupan penggunaan RME serta penelusuran faktor-faktor individu dan organisasi yang berperan.
Metode: Kuesioner daring dibagikan kepada 140 dokter dan perawat di unit rawat inap yang terpilih melalui simple random sampling. Kuesioner memuat pertanyaan mengenai data demografis, pengukuran kepuasan yang diadaptasi dari End User Computing Satisfaction (EUCS), dan cakupan penggunaan RME. Wawancara mendalam dilakukan kepada 7 informan terpilih (direktur utama, direktur medis, direktur keperawatan, 2 dokter, dan 2 perawat). Analisis data kuantitatif dilakukan di SPSS 25 menggunakan uji T tidak berpasangan dan One-way ANOVA. Analisis konten dilakukan pada hasil wawancara mendalam.
Hasil: Rerata skor kepuasan responden penelitian ini adalah 3,43 ± 0,88 sementara cakupan penggunaan mencapai 74,7%. Aspek RME yang mendapatkan skor kepuasan terendah adalah kemudahan penggunaan yang sesuai dengan hasil wawancara mendalam, yaitu banyaknya pengeklikan yang harus dilakukan. Manajemen rumah sakit telah berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur meskipun masih terdapat ruang untuk perbaikan ke depannya.
Simpulan: Implementasi RME di unit rawat inap MRCCC Siloam Hospitals Semanggi tahun 2023 cukup berhasil di tingkat individu, namun belum di tingkat organisasi. Diperlukan perbaikan sistem RME dan peningkatan sumber daya IT guna meningkatkan keberhasilan implementasi RME di unit tersebut.

Background: The implementation of EMR at the inpatient units in MRCCC Siloam Hospitals Semanggi has been going on for around 6 months since the beginning of 2023. This study aimed to conduct a formative evaluation of the implementation using parameters such as users’ satisfaction and adoption of EMR, as well as individual and organizational factors which influenced the outcome.
Method: Online questionnaire was given out to 140 doctors and nurses at inpatient units, selected through simple random sampling method. The questionnaire contained demographic characteristics, agreement statements about satisfaction adapted from EUCS (End User Computing Satisfaction), and question about EMR adoption. In-depth interviews were conducted with 7 chosen informants (general director, medical director, nursing director, 2 doctors, and 2 nurses). Quantitative data analysis was conducted in SPSS 25 using unpaired T-test or One-way ANOVA. Qualitative data was analysed using content analysis.
Results: The mean satisfaction score of the respondents was 3,43 ± 0,88 while the overall adoption rate was 74,7%. Ease of use received the lowest satisfaction score, which was supported by findings from the interviews, i.e. the system required too many clicks. The hospital managers had attempted to improve the quality and quantity of infrastructure although there was still room for improvement.
Conclusion: The implementation of EMR at the inpatient units in MRCCC Siloam Hospitals Semanggi was successful at the individual level, but unsuccessful at the organizational level. It would be beneficial to make constant improvements on the EMR itself and increase the number of staff at the IT department.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>