Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitinjak, Maria Alga Palla
"Munculnya influencer media sosial yang membagikan berbagai aspek kehidupan pribadi mereka menunjukkan perubahan dalam mekanisme influencer endorsement di platform media sosial. Influencer memberikan pengikutnya banyak informasi tentang kehidupan pribadi mereka. Biasanya mereka merekomendasikan produk yang mereka pakai sehari-hari. Pola seperti ini digunakan influencer secara strategis agar bisa menyajikan realita pada pengikut mereka. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana online self-disclosure dalam konteks influencer endorsement berdasarkan lima dimensi self-disclosure, yaitu amount, valence, honesty, intent, dan depth. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus kualitatif dengan single case design atau studi kasus tunggal dengan menggunakan dokumen dan observasi konten influencer yang melakukan endorsement secara online atau non participant observation. Self-disclosure seorang influencer di Instagram memiliki peran penting dalam membangun intimasi dengan audiens dan menarik perhatian mereka terhadap pesan endorsement produk. Penting bagi para influencer dan pemasar untuk memperhatikan dimensi self-disclosure seperti amount, depth, honesty, intent, dan valence dalam strategi pemasaran mereka untuk mencapai hasil yang lebih efektif.

The emergence of social media influencers who share various aspects of their personal lives demonstrates a shift in the mechanism of influencer endorsement on social media platforms. Influencers provide their followers with a lot of information about their personal lives, often recommending products they use in their daily lives. This pattern is strategically used by influencers to present a sense of reality to their followers. The purpose of this study is to analyze online self-disclosure in the context of influencer endorsement based on five dimensions of self-disclosure: amount, valence, honesty, intent, and depth. The method employed in this study is a qualitative single case design approach, utilizing literature review and non-participant observation of influencer content endorsing products online. The self-disclosure of an influencer on Instagram plays a crucial role in building intimacy with the audience and capturing their attention towards product endorsement messages. It is important for influencers and marketers to consider dimensions of self-disclosure such as amount, depth, honesty, intent, and valence in their marketing strategies to achieve more effective results."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Seiring perkembangan teknologi, online dating menjadi semakin marak dilakukan dan caranya semakin beragam. Tinder, merupakan sebuah aplikasi online dating yang sedang di puncak popularitas. Penggunanya tersebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Penelitian dengan metode kualitatif ini mengambil lima informan dan meneliti tentang bagaimana perempuan muda Indonesia (mahasiswi) sebagai pengguna Tinder, melakukan dan menanggapi self-disclosure dalam dinamika hubungan yang ia jalani dengan pria yang dikenal melalui Tinder. Melalui wawancara semi terstruktur, didapatkan hasil yang cenderung mirip antar informan. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa perempuan muda enggan melakukan self-disclosure lebih dahulu, tapi memegang kontrol akan berlanjut tidaknya hubungan. Selain itu, self-disclosure yang dilakukan mahasiswi atau ditanggapi mahasiswi cenderung luas, namun tidak mendalam.

In these modern days, people are getting easier to find their date. Internet just let them know faster and meet each other at the soonest. One of the bloomest ways nowadays is through online dating via smartphone application. Tinder, is one of the most popular online dating applications in recent years especially in Indonesia. This phenomenon encourages the writer to do some qualitative survey with five informants and observe how Indonesian young women, as Tinder users, demonstrate and respond self-disclosure in a relationship to the man whom they know from Tinder. Through semi-structured interviews, it has been found that there are likely some similarities among informants. The final results show that young women do not want to denote self disclosure at the first time, but take the control and let them decide whether it is worth to continue the relationship or not. Furthermore, the way of young women (students) act or show self disclosure tends to be broad but not deep."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ayu Maharani
"Perkembangan media sosial sebagai salah satu medium untuk membangun hubungan baru memunculkan fenomena baru di Indonesia yaitu, layanan sewa pacar daring, yang juga disebut sebagai boyfriend/girlfriend rent. Dalam jasa layanan tersebut, terbangun hubungan romantis daring antara penyedia dan pengguna jasa yang melibatkan aspek waktu dan juga biaya di dalamnya, dan bagaimana hubungan tersebut berkembang juga berkaitan dengan aktivitas self-disclosure atau pengungkapan diri oleh kedua pihak. Dengan menggunakan analisis studi kasus kualitatif melalui wawancara mendalam dengan empat informan, hasil penelitian menunjukkan adanya dinamika strategi self-disclosure, di mana faktor seperti kenyamanan diri, koneksi yang dirasakan, dan sifat transaksional dari layanan tersebut memainkan peran penting. Penelitian ini juga membahas bagaimana perempuan menyikapi interaksi romantis yang terkomodifikasi dan memberikan perspektif bagaimana implikasi sosial dari layanan ini bagi perempuan, serta berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam mengenai keintiman digital dan sifat hubungan romantis modern yang terus berkembang.

The evolving use of social media to facilitate new relationships has led to the emergence of a new phenomenon in Indonesia: online boyfriend or girlfriend rental services, also known as boyfriend/girlfriend rent. These rental services establish an online romantic relationship between the service provider and the user that involves aspects of time and cost, and the way that the relationship develops links to self-disclosure activities by both sides. Through qualitative case study analysis of in-depth interviews with four informants, the study reveals diverse strategies of self-disclosure, where personal comfort, perceived connection, and the transactional nature of the service play significant roles. The research highlights how women navigate these commodified romantic interactions, offering insights into the social implications of these services for women, and contributes to a deeper understanding of digital intimacy and the evolving nature of modern romantic relationships."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernaldi Anggadha
"Perkembangan influencer social media saat ini sangat lah pesat. Potensi pajak dari kegiatan endorsement yang dilakukan oleh influencer juga sangat besar, maka dibutuhkan pengawasan yang tepat untuk mengawasi kegiatan endorsement yang dilakukan influencer social media. Penelitian ini menggunakan metode post-posivist, disusun berdasarkan penelitian menggunakan pendektan kualitatif pengumpulan data untuk keperluan analisis diperoleh melalui penelitian dokumen, studi kepustakaan dan wawancara dengan pihak terkait. Hasil Penelitian menyatakan pengawasan PPh atas kegiatan endorsement di Indonesia masih bersifat manual dan dipersamakan dengan pengawasan WP OP. Hambatan yang bersumber dari WP, Infrastruktur, dan Peraturan membuat Pengawasan tidak berjalan dengan optimal. Oleh karena itu DJP diharapkan dapat memperluas basis data influencer social media dan juga membuat ketentuan perpajakan dan juga pengawasan atas kegiatan endorsement.
.....The development of social media influencers is currently very fast. The potential tax from endorsement activities carried out by influencers is also very large, so proper supervision is needed to oversee endorsement activities carried out by social media influencers. This study uses a post-posivist method, compiled based on research using a qualitative approach to data collection for the purposes of analysis obtained through document research, literature study and interviews with related parties. The results of the study stated that the supervision of income tax on endorsement activities in Indonesia was still manual and equated with the supervision of WP OP. Obstacle originating from WP, Infrastructure, and Regulations make Supervision not run optimally. Therefore, DGT is expected to expand the database of social media influencers and also make tax provisions as well as oversight of endorsement activities."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Ramadhan Purbokusumo
"Munculnya platform investasi baru berjenis Binary Option Trading dimana pada platform tersebut, penggunanya bisa mendapatkan keuntungan dari memprediksi naik atau turunnya harga suatu komoditas dan mata uang dalam waktu yang singkat. Hal ini menjadi berbahaya ketika platform Binary Option menggunakan jasa influencer untuk mempromosikan platform mereka kepada pengikut di sosial media dengan janji bisa mendapatkan keuntungan yang besar dengan modal yang kecil dalam jangka waktu yang singkat. Tulisan ini menganalisis bagaimana kedudukan influencer sebagai afiliator binary option berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan serta peran otoritas perlindungan konsumen produk investasi berupa binary option berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Tulisan ini dususun dengan menggunakan metode pendekatan doktrinal. Kedudukan influencer sebagai afiliator binary option berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, berkaitan dengan kegiatan merekomendasikan saham, sebenarnya terdapat suatu profesi dalam pasar modal bernama Penasihat Investasi. Penasihat Investasi diatur pula dalam Pasal 34 ayat (1) yang menjelaskan bahwa penasihat investasi wajib telah memperoleh izin dari OJK dalam menjalankan usahanya. Influencer pada praktiknya sebagai affiliator tidak memiliki izin sebagai Penasihat Investasi serta mempromosikan platform investasi ilegal yang telah dilarang oleh Bappebti yang dapat merugikan masyarakat luas sehingga kedudukannya dapat dikatakan ilegal dan melawan hukum.

The emergence of a new investment platform called Binary Option Trading where users can profit from predicting the rise or fall of commodity and currency prices in a short period of time. This becomes dangerous when Binary Option platforms use the services of influencers to promote their platform to followers on social media with the promise of being able to earn huge profits with small capital in a short period of time. This paper analyzes how the position of influencers as binary option affiliates based on Law Number 4 of 2023 concerning Development and Strengthening of the Financial Sector and the role of the authority for consumer protection of investment products in the form of binary options based on Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection. This paper is compiled using the doctrinal approach method. The position of influencers as binary option affiliators based on Law Number 8 of 1995 concerning Capital Markets, related to the activity of recommending shares, there is actually a profession in the capital market called Investment Advisors. Investment Advisors are also regulated in Article 34 paragraph (1) which explains that investment advisors must have obtained a license from OJK in carrying out their business. Influencers in practice as affiliators are not licensed as Investment Advisors and promote illegal investment platforms that have been banned by Bappebti which can harm the wider community so that their position can be said to be illegal and against the law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Aliya Putri Subiyandono
"Celebrity endorsements have been heavily used by brands, including luxury fashion brands, to create brand identity and value for a stronger connection with their consumers. With the sustained growth of the luxury goods market in the Asia Pacific region, the younger asian market will be an even more important target for luxury brands. This prompted major fashion houses to work with Asian celebrities, such as the case of Chanel with BLACKPINK’s Jennie Kim. This study will use qualitative methods of secondary research and content analysis, more specifically data from Instagram, Youtube, and official websites. By using Keller’s Brand Resonance Model, this study aims to find the effectiveness of celebrity endorsement as a marketing strategy and whether or not it can create resonance or active and loyal relationships between a brand and its customers. Through the analysis of Jennie Kim’s endorsement with Chanel using the Brand Resonance Model, this study found that celebrity endorsements are especially effective in creating salience and brand imagery and that in order to create stronger resonance more quickly it should be mixed with other marketing strategies. Overall this study is held in order to give insight on celebrity endorsements as a marketing strategy for brands.

Celebrity endorsement telah banyak digunakan oleh merek dan perusahaan, termasuk merek fashion mewah, untuk menciptakan identitas merek dan nilai-nilai untuk hubungan yang lebih kuat dengan konsumen mereka. Dengan pertumbuhan stabil dari pasar barang mewah di kawasan Asia Pasifik, pasar anak muda di Asia akan menjadi target yang lebih penting bagi merek-merek mewah. Ini mendorong rumah mode besar untuk bekerja dengan selebriti Asia, seperti kasus Chanel dengan Jennie Kim BLACKPINK. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif berupa penelitian sekunder dan analisis konten, lebih spesifiknya dengan data dari Instagram, Youtube, dan situs resmi. Dengan menggunakan Model Resonansi Merek milik Keller, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan celebrity endorsement sebagai strategi pemasaran dan dapat tidaknya strategi ini menciptakan resonansi atau hubungan aktif dan loyal antara suatu merek dan pelanggannya. Melalui analisis kasus Jennie Kim dengan Chanel menggunakan Model Resonansi Merek, penelitian ini menemukan bahwa dukungan selebriti sangat efektif dalam menciptakan arti-penting (resonance) dan citra merek (brand imagery), dan untuk menciptakan resonansi yang lebih kuat dengan lebih cepat, sebaiknya celebrity endorsement dicampur dengan strategi pemasaran lainnya. Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan untuk memberikan wawasan tentang celebrity endorsement sebagai strategi pemasaran merek."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Kharis Abdurrahman
"Perempuan memiliki self disclosure yang lebih tinggi dari pada pria. Hasil penelitian Nielsen yang dikutip oleh Kompas menunjukkan bahwa wanita menjadi “Raja” di media sosial. Self disclosure yang dilakukan Marshanda yang diunggah di Youtube, seakan memberikan sebuah pembenaran atas hasil Nielsen tersebut. Yang menjadi pernyataan penulis : self disclosure seperti apa yang dilakukan Marshanda di Youtube? Data dikumpulkan melalui data sekunder dari video yang diunggah di Youtube. Dari hasil analisis terungkap bahwa self disclosure yang dilakukan Marshanda memperlihatkan adanya ketidakseimbangan psikologis yang terjadi dalam diri Marshanda baik atas peristiwa yang dialami dengan teman-temanya maupun ibu kandungnya. Hal tersebut memberikan dampak terhadap terjadinya respon, baik respon positif maupun negatif dari pengguna Youtube lainnya. Kesimpulannya, ternyata masyarakat belum memiliki nettiquette yang memadai.

It is known that women has self-disclosure more frequently than men. A study conducted by Nielsen and quoted by Kompas showed women are the ‘queen’ of social media. As if justified Nielsen’s finding, Marshanda disclosed her-‘self’ by uploaded some videos in Youtube. What kind of self disclosure reflected by Marshanda is the author’s main question. The data are collected from uploaded video in Youtube as secondary data. It is revealed that Marshanda’s self disclosure signals psychologic inbalance for occurence related to her mother and friends in past. In result, comes a huge amount response either positive or negative remarks by Youtube users. As conclusion, society haven’t yet qualify a proper nettiquette.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Syahvita Ananda Bustaman
"Akun pseudonim menjadi fenomena unik dalam penggunaan anonimitas di media sosial. Berdasarkan penelitian sebelumnya, anonimitas dapat diikuti dengan peningkatan self disclosure. Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anonimitas dan self disclosure pada akun pseudonim di Twitter pada populasi kelompok usia generasi Z. Penelitian ini diikuti oleh 246 partisipan pengguna akun pseudonim di Twitter yang merupakan bagian dari generasi Z. Anonimitas diukur menggunakan Skala Anonimitas dan self disclosure diukur menggunakan Revised Self Disclosure Scale. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan negatif antara anonimitas dan self disclosure (r(246)=-0,233, p=0,001, r2=0,054).

Pseudonym accounts are a unique phenomenon in the use of anonymity on social media. Previous research shows anonymity can be followed by increased self-disclosure. This study aims to determine the relationship between anonymity and self-disclosure on pseudonym accounts on Twitter among generation Z. This study was followed by 246 user of pseudonym accounts on Twitter who are part of generation Z. Anonymity’s measured using the Anonymity Scale and self disclosure’s measured using the Revised Self Disclosure Scale. Spearman correlation technique result showed a significant and negative relationship between anonymity and self-disclosure (r(246) =-0,233, p = 0.001, r2= 0.054)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Nisrina Listiani
"ABSTRACT
Penggunaan situs jejaring sosial SJS kini semakin marak di dunia dan bahkan sudah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Instagram merupakan salah satu SJS yang paling banyak digunakan saat ini sehingga terbentuklah urgensi untuk meneliti mengenai Instagram. Penelitian terdahulu mengenai Instagram menghasilkan bahwa Instagram memberikan efek negatif terutama terhadap subjective well-being seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa Instagram tidak hanya memberikan dampak negatif bagi penggunanya melainkan juga dampak positif, tergantung pada cara penggunaannya. Penulis menguji sebuah model yang mencakup self-disclosure, social support, online social well-being, dan continuance intention pada Instagram, mereplikasi penelitian Huang 2016 yang dilakukan pada konteks Facebook. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 429 orang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model yang diajukan berhasil teruji kualitasnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada Instagram, self-disclosure yang dilakukan oleh individu memberikan dampak positif terhadap online social well-being -nya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui social support, yang kemudian memberikan dampak positif pula terhadap continuance intention-nya untuk menggunakan SJS tersebut.
ABSTRACT
The usage of social network sites SNSs increased in the past few years and it is now an integral part of our lives. There is an urgency to do a research on Instagram, because it is one of the most used SNSs. Past researches on Instagram found that Instagram has a negative effect on an individual rsquo s subjective well being. The aim of this research is to prove that Instagram doesn rsquo t only affect its users negatively but also positively, depending on how it rsquo s being used. This research tested a model with self disclosure, social support, online social well being, and continuance intention as the variables on an Instagram context, replicating Huangs 2016 research on a Facebook context. There are 429 participants in this research. The result of this research is that the model is qualified and this indicates that on Instagram, an individuals self disclosure has a positive effect on their online social well being both directly and nondirectly through social support, where then the individuals online social well being will also have a positive effect on their continuance intention to use the SNS. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Natasha Liestia
"Banyaknya trend yang muncul akibat kemajuan teknologi internet dan media sosial memberikan dampak terhadap perubahan gaya hidup. Oleh karena itu pemasar perlu memperhatikan strategi dan media yang digunakan dalam memasarkan produknya. Instagram banyak digunakan sebagai alat pemasar online yang efektif. Fitur pada Instagram memampukan pemasaran untuk melakukan electronic word of mouth. Electronic word of mouth merupakan proses berbagi, merekomendasikan, atau memberikan ulasan tentang produk, layanan, atau merek melalui platform digital. eWOM dapat dibagi dari berbagai sumber seperti eWOM dari endorsement, customer dan brand. Penelitian ini fokus pada pengaruh electronic word of mouth dari endorsement, customer, dan brand terhadap minat beli pada produk katering sehat Less Salt Diet, baik secara langsung maupun menggunakan mediator brand trust. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel non-probabilitas sebanyak 400 responden sesuai dengan rumus Slovin. Hasilnya adalah eWOM dari endorsement dan customer memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap minat beli. Sedangkan eWOM dari brand memiliki pengaruh tidak langsung melalui brand trust terhadap minat beli namun tidak memiliki pengaruh langsung terhadap minat beli.

The emergence of various trends due to the advancement of internet technology and social media has significantly impacted lifestyle changes. Consequently, marketers need to carefully consider their strategies and media used to promote their products. Instagram has become a widely used platform for effective online marketing. Its features enable marketers to engage in electronic word of mouth (eWOM), which involves sharing, recommending, or reviewing products, services, or brands through digital platforms. eWOM can stem from different sources, such as endorsements, customers, and brands. This study focuses on the influence of eWOM from endorsements, customers, and brands on purchase intentions for the healthy catering product "Less Salt Diet." Additionally, it examines both direct and indirect effects using brand trust as a mediator. The sample for this research consists of 400 respondents, selected through a non-probability sampling technique, based on the Slovin formula. The findings suggest that eWOM from endorsements and customers has both direct and indirect effects on purchase intentions. On the other hand, eWOM from the brand has only an indirect influence on purchase intentions through brand trust and does not directly affect purchase intentions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>