Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juliawita Andrieni
"Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang disebabkan oleh faktor yang bersifat konteks dan penyebab langsung yang akan tampak pada usia 2 tahun. Stunting mencerminkan kekurangan gizi kronis yang pada jangka pendek berdampak pada meningkatnya kesakitan dan kematian, hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak, adanya ketidak seimbangan dari fungsi-fungsi tubuh, rendahnya kemampuan kognitif, motorik dan bahasa serta dampak jangka panjang berupa postur tubuh yang pendek, obesitas, menurunnya kesehatan reproduksi dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. ASI merupakan zat gizi sempurna untuk bayi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui hubungan antara riwayat mendapatkan ASI eksklusif terhadap kejadian stunting setelah di kontrol variabel jenis kelamin, status BBLR, status PBLR, status mendapatkan Vitamin A pada anak, dan status gizi pada anak pada usia 24-59 bulan di Kota Cilegon. Penelitian menggunakan desain studi kasus-kontrol pada 273 anak stunting (kasus) dan 546 anak tidak stunting (kontrol). Data diperoleh dari e-PPGBM Kota Cilegon bulan Agustus tahun 2022. Analisis multivariat pada hubungan ASI eksklusif terhadap kejadian stunting diperoleh nilai aOR 2,55 pada 95% CI 1,337-4,879 setelah dikontrol variabel jenis kelamin, status BBLR, status PBLR, status mendapatkan Vitamin A pada anak, status gizi, interaksi ASI eksklusif dengan jenis kelamin, dan interaksi ASI eksklusif dengan status gizi. Kandungan zat gizi pada ASI perlu diperhatikan agar anak memperoleh ASI yang cukup secara kualitas dan kuantitas untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Stunting is still a health problem in Indonesia caused by contextual factors and direct causes that will appear at the age of 2 years. Stunting reflects chronic malnutrition which in the short term has an impact on increasing morbidity and mortality, hinders the growth and development of children, there is an imbalance of bodily functions, low cognitive, motoric and language abilities as well as long term impacts in the form of short stature, obesity, decline in reproductive health and will further affect work productivity thereby affecting the quality of human resources. Breast milk is the perfect nutrient for babies according to their growth and development. WHO recommends exclusive breastfeeding in the first 6 months of life. The purpose of this study was to determine the relationship between a history of exclusive breastfeeding and the incidence of stunting after controlling for variables such as gender, LBW status, LBL status, status of getting Vitamin A in children, and nutritional status in children aged 24-59 months in Cilegon City. The study used a case-control study design in 273 stunted children (cases) and 546 non-stunted children (controls). Data were obtained from the Cilegon City e-PPGBM in August 2022. Multivariate analysis on the relationship of exclusive breastfeeding to stunting events obtained an aOR value of 2,55 at 95% CI 1,337-4,879 after controlling for the variables gender, LBW status, PBLR status , status of getting Vitamin A in children, nutritional status, interaction of exclusive breastfeeding with gender, and interaction of exclusive breastfeeding with nutritional status. It is necessary to pay attention to the nutritional content of breast milk so that the child obtains sufficient quality and quantity of breast milk for growth and development."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami seorang anak. Pengasuhan yang memadai sangat penting untuk memastikan perkembangan fisik dan mental anak yang optimal. Peran dan fungsi kedua orang tua perlu ditingkatkan dalam pencegahan terjadinya stunting. Penelitian ini pendekataan cross sectional bertujuan melihat hubungan antara efikasi diri orang tua dan faktor perawatan pelayanan kesehatan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Kota Tangerang. Sampel berjumlah 403 ibu balita yang dipilih melalui multistage/cluster sampling di 13 kecamatan di Kota Tangerang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang sudah diuji validtas dan reliabilitasnya. Hasil univariat variabel dilihat menggunakan distribusi frekuensi sedangkan analisis bivariat yaitu uji T independent, Mann Whitney dan Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua (p=0,004), efikasi diri orang tua (p=0,025), pemeriksaan antenatal (0,001), status imunisasi balita (0,001), faktor perawatan dan pelayanan kesehatan (p=0,018) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Kota Tangerang. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistic berganda ditemukan bahwa variabel yang paling berhubungan dengan kejadian stunting yaitu pendapatan orang tua (p=0,009 OR: 5,042; 95%CI 1,486–17,110). Berdasarkan hasil tersebut perlunya keterlibatan aktif dari perawat komunitas dalam mencegah terjadinya masalah stunting dengan meningkatkan promosi kesehatan melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Stunting is a growth and development disorder experienced by a child. Adequate parenting is essential to ensure optimal physical and mental development of children. The role and function of both parents need to be improved in preventing stunting. This cross-sectional study aims to see the relationship between parental self-efficacy and care and health service factors with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Tangerang City. The sample amounted to 403 mothers of toddlers who were selected through multistage/cluster sampling in 13 sub-districts in Tangerang City. The instrument used was a questionnaire that had been tested for validity and reliability. Univariate results of variables were seen using frequency distribution while bivariate analysis, namely independent T test, Mann Whitney and Chi Square, showed that there was a significant relationship between parental income (p=0.004), parental self-efficacy (p=0.025), antenatal examination (0.001), immunization status of toddlers (0.001), care factors and health services (p=0.018) with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Tangerang City. The results of multivariate analysis with multiple logistic regression found that the variable most associated with the incidence of stunting was parental income (p=0.009 OR: 5.042; 95%CI 1.486-17.110). Based on these results, there is a need for active involvement from community nurses in preventing stunting problems by increasing health promotion through primary, secondary and tertiary prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Yuliana
"Stunting merupakan pertumbuhan tinggi badan anak yang tidak normal yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terlihat sejak balita usia 24 bulan. Angka prevalensi kasus stunting di Provinsi Banten menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (2021) mencapai 294.862 balita dan masuk lima besar daerah dengan angka stunting tertinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi, hubungan, interaksi dan colinearitas ASI eksklusif dengan kejadian stunting dikontrol oleh factor determinan stunting. Disain studi penelitian yaitu cross sectional dengan mengambil data Riskesdas 2018 mengenai stunting dan faktor determinan stunting. Dari hasil penelitian diperoleh kasus stunting di Provinsi Banten pada baduta usia 6-23 bulan sebanyak 29,2%. Baduta yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif 1,2 kali lebih berisiko mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI secara eksklusif setelah dikontrol oleh BBLR, MP-ASI dan panjang badan lahir. Berdasarkan penelitian ini program pemeriksaan kesehatan pra-menikah bekerjasama dengan KUA dan fasilitas kesehatan setempat perlu dilakukan guna mencegah terjadinya BBLR dan panjang badan lahir tidak normal. Serta melakukan penyuluhan berupa praktik pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI pada calon orang tua bayi dan keluarga besar bayi (nenek, kakek, paman, bibi), supaya pengaruh budaya tidak mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif.

Stunting is an abnormal growth in children's height caused by chronic malnutrition and recurrent infections that have been seen since the age of 24 months. The prevalence rate of stunting cases in Banten Province according to the Indonesian Toddler Nutrition Status Survey (2021) reached 294,862 toddlers and is included in the top five regions with the highest stunting rate in Indonesia. The purpose of this study was to determine the frequency distribution, relationship, interaction and colinearity of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting being controlled by the determinants of stunting. The research study design is cross sectional by taking the 2018 Riskesdas data regarding stunting and the determinants of stunting. From the results of the study, it was found that stunting cases in Banten Province in children aged 6-23 months were 29.2%. Under-fives who are not exclusively breastfed are 1.2 times more at risk of experiencing stunting compared to toddlers who are exclusively breastfed after being controlled by low birth weight, complementary foods, and birth length. Based on this research, a pre-marital health check-up program in collaboration with the Office of Religious Affairs and local health facilities needs to be carried out to prevent low birth weight and abnormal birth length. As well as conducting counseling in the form of the practice of exclusive breastfeeding and complementary foods for prospective baby parents and the baby's extended family (grandmothers, grandparents, uncles, aunts), so that cultural influences do not affect exclusive breastfeeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Fatimah
"Stunting atau perawakan pendek pada anak merupakan suatu ?tragedi yang tersembunyi? dan dampaknya menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang irreversibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 24 ? 59 bulan di Kelurahan Harapan Mulya Kota Bekasi tahun 2013. Disain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 143 sampel yang diambil dengan sampel acak sederhana. Status stunting dinilai berdasarkan Z-score TB/U menurut klasifikasi WHO. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice, berat badan menggunakan timbangan digital, asupan makanan (energi, protein, vitamin A, zink) menggunakan FFQ semikuantitatif. ASI, berat lahir, penyakit infeksi, pendidikan ayah dan ibu, status ekonomi didapatkan melalui wawancara.
Hasil analisis menunjukkan sebanyak 32,9% balita usia 24-59 bulan tergolong stunting. Uji chi-square menunjukkan berat lahir, asupan energi dan protein, asupan zink, pendidikan ayah dan status ekonomi berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Analisis regresi logistik menghasilkan berat lahir sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting setelah dikontrol pendidikan ayah dan asupan energi (p=0,003;OR=6,663;CI=1,87? 23,5). Untuk mencegah kejadian stunting pada balita, disarankan pemeriksaan kehamilan yang teratur, memberikan makanan bergizi seimbang untuk balita sesuai AKG yang dianjurkan, mempersiapkan status kesehatan dan gizi yang baik untuk remaja perempuan sebelum kehamilan.

Stunting or short stature is a ?hidden tragedy? and its impact causes disorder to a irreversible child?s development. The aim of this study were to determine the dominant factor of stunting among children aged 24-59 months at Harapan Mulya sub-district in Bekasi city 2013. Design was a cross sectional study on 143 children whom chosen by simple random sampling. Status of stunting were expressed by height for age z-score (HAZ) according to the WHO classification. Children?s height were measured using microtoise, body weight was measured with digital scales, nutrients intake (energy, protein, vitamin A and zink) were collected throught semiquantitative FFQ. Breastfeeding, birthweight, infection disease, education of father and mother and economic status were collected through interview.
The analysis result showed 32,9% children aged 24-59 months were stunting. Chi-square test showed birthweight , energy and protein intake, zinc intake, father education and economic status were significant correlate with stunting. Logistic regression analysis showed birthweight variable as a dominant factor which related to stunting after being controlled by father education and energy input (p=0,003;OR=6,663;CI=1,8723,5). Suggestion for deterrence of stunting is the regular pregnancy inspection, giving nutritious wellbalanced under five years food input as according to AKG suggested, preparing good nutrient and health status for woman adolescent before pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Joellyn Sherapine
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai yang ditandai dengan indeks TB/U < -2 SD. Stunting dapat menghambat seorang anak dalam mencapai potensi fisik dan kognitifnya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 mencatat penurunan prevalensi stunting sebesar 2,8% dari tahun 2021 menjadi 21,8%. Prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong kategori tinggi. Sulawesi Barat merupakan provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi kedua. Terdapat peningkatan prevalensi secara khusus pada kelompok usia 24-59 bulan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian stunting dan faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan adalah 2479 sampel menggunakan total sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder SSGI tahun 2022 yang diperoleh sesuai prosedur yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,8% anak usia 24-59 bulan di Provinsi Sulawesi Barat tergolong stunting. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan lahir (p <0,001; OR = 2,537), panjang badan lahir (p <0,001; OR = 2,355), jumlah anggota keluarga (p = 0,037; OR = 1,194), akses air minum (p = 0,004; OR = 1,382), akses sanitasi (p <0,001; OR = 1,942), dan wilayah tempat tinggal (p = 0,003; OR = 1,333) dengan kejadian stunting. Namun, tidak ditemukan adanya hubungan antara riwayat penyakit infeksi, jumlah anak umur 0-59 bulan, ketahanan pangan, status imunisasi dasar, pemanfaatan posyandu, suplementasi vitamin A, dan pemberian obat cacing dengan kejadian stunting. Penelitian ini menemukan bahwa faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di Provinsi Sulawesi Barat adalah panjang badan lahir.

Stunting is a growth and development disorder experienced by children due to poor nutrition, recurrent infections, and inadequate psychosocial stimulation which is characterized by a HAZ index < -2 SD. Stunting can prevent a child from reaching his physical and cognitive potential, not only in the short but also in the long term. The 2022 Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) recorded a reduction in stunting prevalence of 2.8% from 2021 to 21.8%. The prevalence of stunting in Indonesia is still in the high category. West Sulawesi is the province with the second-highest prevalence of stunting. There is a particular increase in prevalence in the 24-59 months age group. Therefore, this study aims to determine the description of stunting and the dominant factor in the incidence of stunting in children aged 24-59 months in West Sulawesi Province in 2022. This research is a quantitative study with a cross-sectional approach. The number of samples used was 2479 samples using total sampling. This research uses SSGI secondary data for 2022 which was obtained according to applicable procedures. The research results show that 34.8% of children aged 24-59 months in West Sulawesi Province are classified as stunted. Bivariate analysis showed that there was a significant relationship between birth weight (p < 0.001; OR = 2.537), birth length (p < 0.001; OR = 2.355), number of family members (p = 0.037; OR = 1.194), access to water (p = 0.004; OR = 1.382), access to sanitation (p < 0.001; OR = 1.942), and area of ​​residence (p = 0.003; OR = 1.333) with the incidence of stunting. However, no relationship was found between the history of infectious diseases, number of children aged 0-59 months, food security, basic immunization status, use of integrated service post (posyandu), vitamin A supplementation, and administration of deworming drug (p > 0,05) with the incidence of stunting. This research found that the dominant factor in the incidence of stunting in children aged 24-59 months in West Sulawesi Province is birth length."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dhani Yustika
"Anak dengan kondisi stunting mengalami pertumbuhan yang tidak optimal, daya tahan tubuh rendah dan rentan terhadap penyakit, dan kemampuan kognitif yang rendah, meningkatkan risiko kegemukan dan penyakit degeneratif sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan asupan zat gizi, riwayat ASI eksklusif, riwayat infeksi penyakit, berat lahir, panjang lahir, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018 dengan jumlah sampel 134 responden yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji chisquare menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan pendidikan ibu terhadap kejadian stunting (p= 0,040; OR= 2,986; 95%, CI: 1,128-7,903). Diperlukan peran aktif Dinas Kesehatan untuk mensosialisasikan pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak serta puskesmas dan posyandu untuk melakukan pengukuran tinggi badan minimal 6 bulan sekali.

Stunting causing non-optimal growth, low endurance, susceptibility to disease and low cognitive abilities and increase the risk of obesity and degenerative diseases which affected human resources quality. This study aims to determine the relationship between nutrient intake, history of exclusive breastfeeding, history of disease infection, birth weight, length of birth, paternal education and maternal education with stunting. This cross-sectional study using secondary data in Babakan Madang District, Bogor in 2018 with a sample of total 134 children obtained by purposive sampling technique. Bivariate analysis with the chi-squared test showed that there was significant relationship between maternal education and the incidence of stunting (p = 0.04; OR = 2.986; 95%, CI: 1,128-7,903). This study gives us empirical evidence for Ministry of Health to increasing campaign and promotion regarding the importance of balanced nutrition for children under five and Puskesmas and Posyandu should be used to measure height for age at least once in six months.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Safitri
"Gagal tumbuh selama ini menggunakan pengukuran antropometri menurut indeks konvensional yang diukur terpisah, sementara kekurangan gizi tidak dapat berdiri sendiri. Pengukuran gagal tumbuh menggunakan CIAF diperlukan untuk melengkapi kegagalan antropometri yang lebih komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gagal tumbuh dengan perkembangan anak usia 24-59 bulan di desa lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Sungai Limau. Menggunakan desain studi cross sectional dengan teknik simple random sampling, analisis chisquare dan regresi logistik model faktor risiko dengan sampel 105 anak usia 24-59 bulan. Anak mengalami perkembangan meragukan sebanyak 31,4%, perkembangan sesuai 68,6%, gagal tumbuh sebanyak 29,5% dan normal 70,5%. Hasil bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara gagal tumbuh dengan perkembangan anak(p=0,028), gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan motorik kasar (p=0,002) dan kemampuan bicara bahasa (p=0,050).Variabel lain yang berhubungan dengan perkembangan anak yaitu pendidikan ibu (p=0,002), pekerjaan ibu (p=0,003), pendapatan(p=0,003), ASI ekslusif (p=0,0034), dan stimulasi (p=0,0005). Analisis multivariat menunjukkan gagal tumbuh tetap konsisten berhubungan dengan perkembangan anak (p=0,002). Gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan meragukan setelah dikontrol beberapa variabel kovariat. Pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang anak memerlukan kerjasama dan komitmen lintas sektor kesehatan dan pendidikan yaitu mengintegrasikan kegiatan posyandu dan Pendidikan Anak Usia Dini.

Failure to thrive so far using anthropometric measurements according to conventional indices measured separately, while malnutrition cannot stand alone. Measurement of failure to thrive using CIAF is needed to complement more comprehensive anthropometric failures. This study aims to determine the relationship between failure to thrive and the development of children aged 24-59 months in the stunting locus village of the Sungai Limau Health Center work area. Using a cross-sectional study design with simple random sampling techniques, chisquare analysis and logistic regression risk factor models with a sample of 105 children aged 24-59 months. Children experienced dubious development as much as 31.4%, corresponding development 68.6%, failure to grow as much as 29.5% and normal 70.5%. Bivariate results showed an association between failure to thrive with child development (p = 0.028), failure to thrive was associated with gross motor development (p = 0.002) and speech skills (p = 0.050). Other variables related to child development were maternal education (p = 0.002), maternal employment (p = 0.003), income (p = 0.003), exclusive breastfeeding (p = 0.0034), and stimulation (p = 0.0005). Multivariate analysis showed failure to thrive remained consistently associated with child development (p = 0.002). Failure to thrive was associated with dubious development after controlling for several covariate variables. The implementation of early detection programs for child growth and development requires cooperation and commitment across the health and education sectors, namely integrating posyandu and Early Childhood Education activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Farhanah
"Latar Belakang: Underweight merupakan masalah gizi yang dapat dialami oleh anak berusia di bawah 5 tahun yang jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan wasting dan stunting (WHO, 2019). Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan ketahanan pangan dan faktor lainnya dengan kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan menggunakan pengumpulan data primer pada Juni 2023 dan teknik simple random sampling dengan total sampel sebanyak 184 anak usia 24-59 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran antropometri, wawancara kuesioner, Semi Quantitative Food Frequency dan food recall 1x24 jam. Analisis data yang dilakukan berupa analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Ganda. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 17,4% anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok mengalami underweight. Berdasarkan analisis bivariat, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 6 variabel yang berhubungan signifikan dengan underweight pada anak usia 24-59 bulan, yaitu asupan energi (p-value = 0,001), asupan lemak (p-value = 0,000), asupan karbohidrat (p-value = 0,011), riwayat BBLR (p-value = 0,010), ketahanan pangan rumah tangga (p-value = 0,023), dan pengetahuan gizi ibu atau pengasuh (p-value = 0,026). Selain itu, hasil multivariat menunjukkan bahwa riwayat BBLR (OR=5,1; 95%CI=1,564 – 16,866) sebagai faktor dominan kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok. Kesimpulan: Secara analisis statistik, asupan energi, asupan lemak, asupan karbohidrat, ketahanan pangan rumah tangga dan pengetahuan ibu atau pengasuh berhubungan signifikan dengan kejadian underweight anak usia 24-59 bulan.

Background: Underweight is a nutritional problem that can be experienced by children under 5 years old. If it persists for a long time and not treated immediately,underweight can result in wasting and stunting (WHO, 2019). Objective: This study aims to determine the relationship between food security and other factors with the incidence of underweight in children aged 24-59 months in Tanjung Priok Subdistrict, North Jakarta. Method: This research uses a cross-sectional study design with primary data collection in June 2023. The sampling technique used is simple random sampling with a total sample of 184 children aged 24-59 months in Tanjung Priok Subdistrict. Data collection is conducted through anthropometric measurements, questionnaire interviews, Semi Quantitative Food Frequency and 24-hour food recall. The data analysis includes univariate analysis, bivariate analysis using the Chi-Square test, and multivariate analysis using the Multiple Logistic Regression test. Results: This research show that 17,4% of children aged 24-59 months in Tanjung Priok Subdistrict experience underweight. Based on bivariate analysis, this study indicates that there are six variables significantly associated with underweight in children aged 24-59 months, namely energy intake (p-value = 0,001), fat intake (p-value = 0,000), carbohydrate intake (p-value = 0,011), history of low birth weight (p-value = 0,010), household food security (p-value = 0,023), and maternal or caregiver nutrition knowledge (p-value = 0,026). Furthermore, the multivariate results show that a history of low birth weight (OR=5,1; 95%CI=1,564 – 16,866) is the dominant factor for underweight in children aged 24-59 months in Tanjung Priok Subdistrict. Conclusion: Based on statistical analysis, energy intake, fat intake, carbohydrate intake, household food security, and maternal or caregiver nutrition knowledge are significantly associated with underweight in children aged 24-59 months."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizla Syabanni
"Stunting merupakan keadaan status gizi anak yang ditandai dengan tinggi badan yang pendek dan nilai TB/U < -2 SD. Prevalensi stunting di Indonesia terbilang cukup tinggi dan berstatus masalah menurut batasan WHO. Untuk menurunkan prevalensinya perlu mengetahui faktor risiko yang mungkin. PHBS merupakan serangkaian perilaku yang mempengaruhi status kesehatan setiap anggota keluarga, khususnya status gizi seorang anak yang masih bergantung pada orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penelitian cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan uji chi-square ini bertujuan untuk mengetahui hubungan PHBS dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk. Sampel penelitian ini berjumlah 97 pasangan ibu dan balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara PHBS dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan p>0.05, ?=0.05 . Perlu untuk dikembangkan kembali cara penilaian pelaksanaan PHBS yang baku dan asupan nutrisi balita terhadap kejadian stunting perlu untuk diteliti pada penelitian selanjutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metia Ariyanti
"ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu permasalahan malnutrisi yang berdampak pada kegagalan pertumbuhan dan dapat berhubungan dengan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian stunting dengan status perkembangan anak usia 24 ndash;59 bulan. Design penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 responden anak stunting usia 24-59 bulan dan orang tuanya yang diambil dengan menggunakan metode probability sampling yaitu jenis stratified random sampling. Status perkembangan diidentifikasi menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan KPSP , data stunting mengacu pada height of age z-score HAZ , dan stimulasi memakai kuesioner stimulasi berdasarkan kelompok usia. Hasil penelitian ini diuji dengan menggunakan chi-square. Anak stunting dan severe stunting memiliki status perkembangan meragukan sebesar 37 dan 14 p=0,044 . Dapat disimpulkan bahwa kejadian stunting dengan status perkembangan usia 24-59 bulan memiliki korelasi yang signifikan. Status perkembangan anak sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau masyarakat terlatih, selain itu stimulasi perkembangan yang sederhana sesuai kemampuan ekonomi masyarakat perlu diajarkan kepada masyarakat terutama ibu. Kata kunci :stunting, status perkembangan anak, stimulasi

ABSTRACT
Stunting is one of the malnutrition problem. The incident of stunting in worldwide is 162 million and it will impact to growth failturing and children development WHO, 2014 . The aim of this research is to know the associated between stunting and children development of age 24 59 months. The design of this study is cross sectional. Total sample is 100 children and parents and used a probability sampling with stratified random sampling. This research used Kuesioner Pra Skreening Perkembangan KPSP for the children development, height for age z score to knew stunted or severe stunted and questionnare stimulating development for the parents. This study used chi square to analysis it. There were 37 children has stunted and 14 severe stunted who has ldquo meragukan rdquo for the children development. The result of this study said that there was associated between stunting and development children of age 24 59 months. Child development is very important, so nurses must examine it and give some solution about a simple stimulating development. Keyword stunting, development of age 24 59 months, stimulation"
2017
T46940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>