Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pattinaya Irene Francine Debora
"Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh sektor energi menurut pendekatan kategori sumber emisi adalah sebanyak 638.452 Gigagram (Gg) CO2e pada tahun 2019. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, emisi pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 7,13%. Bersamaan dengan visi Ibu Kota Nusantara, ditetapkan dalam salah satu key performance indexnya bahwa instalasi kapasitas energi terbarukan akan memenuhi 100% kebutuhan energi Ibu Kota Nusantara dan target net zero emission untuk Ibu Kota Nusantara di 2045. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi energi terbarukan di Ibu Kota Nusantara tersebut menuju Net Zero Emission berikut dengan biaya siklus hidupnya. Penelitian ini akan dilakukan dengan studi literature dan benchmarking dan akan dianalisis dengan perangkat lunak LEAP untuk mengakomodir simulasi. Strategi yang dihasilkan untuk mencapai net zero emission pada penelitian ini adalah berupa roadmap pengembangan energi terbarukan, berawal dari 27% energi terbarukan pada tahun 2022 oleh pembangkit listrik eksisting di Pulau Kalimantan, 80% energi terbarukan pada 2034, dan 100% energi terbarukan pada 2045, dengan biaya siklus hidup mencapai 9.161 juta USD.

According to the category approach of emission source, in 2019, greenhouse gas emission released by the energy sector has reached 600 giga grams of CO2e. Compared to the previous year, emission in 2019 has increased by 7,13%. Along with the vision of Ibu Kota Nusantara, it is stipulated in one of its key performance index that the installation of renewable energy capacity must meet 100% of energy need of Ibu Kota Nusantara, and net zero emission in Ibu Kota Nusantara by 2045. This research aims to develop a renewable energy strategy in Ibu Kota Nusantara towards Net Zero Emissions along with their life cycle costs. This research will be carried out by means of literature and benchmarking studies and will be analyzed with LEAP software to accommodate simulations. The resulting strategy to achieve net zero emissions in this study is in the form of a roadmap for developing renewable energy, starting with 27% renewable energy in 2022 by existing power plants on Kalimantan Island, 80% renewable energy in 2034, and 100% renewable energy in 2045, with a life cycle cost of USD 9,161 million."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Fathinah
"Penelitian ini menguji hubungan antara emisi karbon dioksida dari penggunaan energi (CO2), efisiensi energi, dan konsumsi energi terbarukan di ASEAN periode 2000-2011. Dengan menggunakan model STIRPAT dan estimasi data panel random-effects, efisiensi energi dan konsumsi energi terbarukan berhubungan negatif dan signifikan dengan emisi CO2. Peningkatan efisiensi energi sebesar 1% akan menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 0,59% secara signifikan, sedangkan peningkatan 1 percentage point proporsi konsumsi energi terbarukan akan menurunkan emisi CO2 sebesar 1,46% secara signifikan, ceteris paribus. Energi terbarukan memberikan efek lebih besar kepada penurunan emisi CO2, sehingga pemerintah dapat lebih fokus kepada pengembangan konsumsi energi terbarukan.

This study examines the relationship between energy-related carbon (CO2) emission, energy efficiency, and renewable-energy consumption in ASEAN during 2000-2011. By using STIRPAT model and panel data estimation random-effects, energy efficiency and renewable-energy consumption have negative impact to CO2 emission significantly. The increase of 1% energy efficiency will reduce CO2 emission by 0,59%, whereas the increase of 1 percentage point of proportion of renewable-energy consumption will reduce CO2 emission by 1,46%. Therefore, government should focus on renewable-energy, since it has greater impact to CO2 emission.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markus Aminius Gielbert
"Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) menargetkan dunia untuk membatasi kenaikan temperatur secara global hingga 1,5°C diatas level era praindustri pada tahun 2050. Untuk mencapai target tersebut, dunia harus mengurangi emisi CO2 hingga mencapai Net Zero Emission (NZE). Indonesia berkomitmen untuk mencapai NZE pada tahun 2060 yang dinyatakan COP 26. Penelitian ini bertujuan membangun model bottom-up dari sistem energi Indonesia, mencakup sektor pembangkit listrik dan sektor pengguna untuk mengembangkan perencanaan jangka panjang dekarbonisasi melalui optimisasi single objective menggunakan piranti lunak TIMES. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa strategi dekarbonisasi sektor pengguna meliputi: elektrifikasi untuk seluruh sektor pengguna, penggunaan teknologi yang lebih efisien, penggunaan hidrogen pada sektor transportasi dan industri, dan penerapan CCS serta penggunaan bahan bakar biomassa untuk sektor industri. Untuk sektor pembangkit listrik diperlukan pembangunan PLTS utilitas sebesar 495 GW yang didampingi dengan penggunaan power-to-gas dan baterai. Disamping itu teknologi BECCS juga diperlukan untuk dapat mencapai NZE 2060. Penurunan emisi GRK pada NZES mencapai 33.882,1 Mt CO2 – eq atau sebesar 69% dari baseline CPS. Untuk mencapai NZE 2060, biaya investasi yang harus disiapkan untuk sektor pembangkit listrik adalah sebesar 1.187 miliar USD dan untuk sektor industri adalah sebesar 1.056 miliar USD.

The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) targets the world to limit global temperature increase to 1.5°C above pre-industrial level by 2050. To achieve this target, the world needs to reduce CO2 emissions to reach Net Zero Emission (NZE). Indonesia is committed to achieving NZE by 2060, as stated in COP 26. This research aims to develop a bottom-up model of Indonesia's energy system, including the power generation sector and the demand sector, to develop long-term decarbonization planning through single-objective optimization using the TIMES software. The results of this research show that the decarbonization strategies for the demand sector include electrification across all user sectors, adoption of more efficient technologies, utilization of hydrogen in the transportation and industrial sectors, and the implementation of CCS and biomass fuel use in the industrial sector. For the power generation sector, the development of utility-scale solar PV installations of 495 GW is required, accompanied by the use of power-to-gas and battery . In addition, BECCS technology is also necessary to achieve NZE 2060. The GHG emissions reduction in the NZES amounts to 33,882.1 Mt CO2-eq, or 69% reduction from the CPS baseline. To achieve NZE by 2060, an investment cost of 1,187 billion USD is needed for the power generation sector and 1,056 billion USD for the industrial sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Rahmat
"ABSTRAK
Makalah ini menyajikan analisis mengenai efektivitas kebijakan energi
terbarukan dan praktek kebijakannya di Indonesia, dengan mengacu kepada
praktek kebijakan energi terbarukan di Uni Eropa, negara-negara anggota OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development) dan negara-negara
BRICS (Brazil, Russia, India, China dan South Africa). Tulisan ini membahas
factor-faktor kunci penentu keberhasilan kebijakan pengembangan energi
terbarukan dalam konteks Indonesia. Secara keseluruhan, makalah ini
memberikan kontribusi untuk memahami kebijakan RE secara umum dan faktorfaktor
yang mendorong keberhasilan pelaksanaan RE di Indonesia pada
khususnya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun berbagai kebijakan
dan program pengembangkan energi terbarukan telah dibuat oleh Pemerintah
Indonesia, namun realisasinya masih di bawah target yang ditetapkan, sehingga
hal ini membawa implikasi serius terhadap keamanan energi nasional.
Berdasarkan identifikasi, faktor utama yang menghambat program pengembangan
energi terbarukan di Indonesia adalah hambatan non-ekonomi.

ABSTRACT
This paper presents an analysis of the effectiveness of RE policy and policy
practice in Indonesia. It is based on RE policy practices in European Union,
OECD and BRICS countries. Discussing key important factors of RE policy in
Indonesian context, the study reveals that despite various policies and programs
which the Government of Indonesia has made, the realization of RE deployment
is still under the stated target, which can have implication for the national energy
security. This might be attributed to non-economic barriers. Overall, this paper
contributes to the understanding of RE policies in general and factors encouraging
successful implementation of RE in particular."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Dwi Aprilliana Pusparany
"ABSTRAK
Dua permasalahan utama yang di hadapi oleh seluruh penduduk dunia adalah
kelangkaan bahan bakar dan perubahan iklim global yang diakibatkan akumulasi
emisi karbondioksida. Untuk mengatasi masalah tersebut penelitian mengenai
sumber energi alternatif semakin gencar di seluruh dunia. Salah satu sumber yang
paling menjanjikan dan sesuai dengan kondisi Indonesia adalah bahan bakar
nabati yang berasal dari algae, atau yang lebih dikenal dengan third generation
biofuel. Indonesia memiliki panjang garis pantai 95.181 km serta sinar matahari
melimpah yang sangat sesuai dengan kondisi yang diperlukan alga untuk tumbuh.
Selain itu algae juga menyerap CO2 sehingga dapat mengurangi kadar CO2 di
udara dan dapat dipertimbangkan dalam Carbon Trading, Penelitian ini
membahas mengenai potensi energi terbarukan dari algae di Indonesia

ABSTRACT
Two main problems faced by the entire population in the world is fuel scarcity
and global climate change caused by the accumulation of carbon dioxide
emissions. To solve the problem of research on alternative energy sources has
intensified around the world. One source of the most promising and in accordance
with the conditions of Indonesia are biofuels derived from algae, or better known
as the third generation biofuels. Indonesia has a long coastline of 95,181 km and
abundant sunshine that is in accordance with the conditions needed to grow algae.
Besides algae absorb CO2 as well thus reducing levels of CO2 in the air and can
be considered in Carbon Trading, this research discusses the renewable energy potential of algae in Indonesia
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2012
T48971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhel Muhammad
"ABSTRAK
Energi di Indonesia merupakan sektor yang sangat vital, semakin bertambah tahun kebutuhan energi semakin meningkat. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Kondisi di dunia saat ini bahwa persediaan energi renewable semakin menipis, memicu pengembangan energi renewable. Indonesia menargetkan pengembangan energi renewable padaa tahun 2025 sebesar 23 bauran energi nasional. Penelitian ini memberikan alternatif proporsi bauran dan pemilihan lokasi EBT yang bertujuan untuk meminimumkan biaya total energi bauran. Hasil yang diperoleh dari metode MINLP yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan energi air dan panas bumi yang memiliki porsi pengembangan terbesar.

ABSTRACT
Energy in Indonesia is an important sector that electricity demand always increasing every year. This condition is also influenced by economic and population growth. In fact, non renewable energy is declining and will be vanished in several decades. This condition triggers development of renewable energy to replace it. Indonesia have made a development target of renewable energy become 23 of all energy mix. This paper give an alternative plan of development and site selection to reach minimum cost of all renewable energy mix in Indonesia. The result is hydro and geothermal are dominant in this energy mix."
2017
T47598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dannya Maharani Putri Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek teknis dan ekonomi perencanaan green data center. Berdasarkan parameter downtime dan availibility sesuai standar TIA-942, skema green data center dengan konfigurasi PLN-PV-Baterai, mampu bersaing dengan data center konvensional, memanfaatkan energi matahari yang lebih ramah lingkungan dengan nilai NPC dan LCOE paling rendah, namun sistem ini andal terhadap gangguan listrik PLN. Hasil simulasi emisi, skema green data center menghasilkan emisi gas rumah kaca paling rendah. Dengan penetrasi RF pada skema ini, sebesar 49.5% untuk tier 1, tier 2 sebesar 50%, tier 3 sebesar 51.9% dan tier 4 sebesar 53%, berpengaruh secara signifikan mengurangi 49% emisi gas rumah kaca pada skema data center konvensional. Penghematan tagihan listrik PLN pada green data center yaitu rata-rata sebesar 52% pada masing masing tier menggunakan Permen ESDM No. 49 Tahun 2018. Sedangkan dengan Permen ESDM No. 26 Tahun 2021 dengan statusnya masih tertangguhkan, rata-rata penghematan dapat mencapai 55.7%.

This study aims to analyze the technical and economic aspects of green data center planning. Based on the downtime and availability parameters according to the TIA-942 standard, the green data center scheme with the PLN-PV-Battery configuration, is able to compete with conventional data centers, utilizing solar energy which is more environmentally friendly with the lowest NPC and LCOE values, but this system is reliable against PLN power failure. The emission simulation results show that the green data center scheme produces the lowest greenhouse gas emissions. With RF penetration in this scheme, 49.5% for tier 1, 50% for tier 2, 51.9% for tier 3 and 53% for tier 4, it significantly reduces 49% greenhouse gas emissions in conventional data center schemes. Savings on PLN electricity bills at the green data center is an average of 52% for each tier using the Minister of Energy and Mineral Resources No. 49 of 2018. Meanwhile, with the Minister of Energy and Mineral Resources No. 26 of 2021 with the status still pending, the average savings can reach 55.7%."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilkis Mukhlisoti
"Meningkatnya penetrasi Energi Baru Terbarukan Intermittent akan berpotensi mengganggu kestabilan sistem, terutama pengaturan frekuensi sistem. Hal tersebut dikarenakan sifat karakteristik unik yaitu intermittency daya, variability output, dan reduksi inersia. Sistem pengaturan frekuensi sekunder, Automatic Generator Control, yang terinstall pada sistem kelistrikan Jawa Madura Bali membutuhkan sebuah pengembangan design sebagai langkah mitigasi respon frekuensi terhadap fenomena EBT Intermittent. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan perbaikan sistem AGC dengan merancang design kontrol baru yaitu Proportional Integral Derivative dan menambahkan faktor EBT Intermittent dalam simulasi. Hal tersebut memberikan hasil peningkatan kinerja dinamis AGC sehingga diperoleh peningkatan kecepatan respon sistem menuju frekuensi nominal yaitu sebesar 9.504 detik lebih cepat dan meredam undershoot sebesar 0.72 Hz dari pada menggunakan design kontrol eksisting. Peningkatan kinerja dinamis AGC tersebut sangat penting untuk mendapatkan manajemen energi sistem Kelistrikan JAMALI yang sesuai dengan kriteria operasi, yaitu andal, mutu dan ekonomis.

The increasing penetration of Variable Renewable Energy (VRE) sources has the potential to disrupt system stability, especially in frequency control systems. This is caused by the unique characteristics, namely the inability of the generator to produce power continuously (intermittent), variations in the output power of the generator on different time scales based on the energy source (variability), and a decrease in system inertia. The existing Automatic Generator Control (AGC) secondary frequency control system installed on the Java Madura Bali electrical system requires design development as a frequency response mitigation measure for the VRE phenomenon. This research proposes an AGC using a Proportional Integral Derivative control design with the addition of VRE factor. This approach results in improved dynamic performance of AGC leading to faster system response towards the nominal frequency by 9.504 seconds and an increased undershoot of 0.72 Hz compared to using the existing control design. Enhancing the dynamic performance of AGC is crucial to achieve effective energy management in the Java Madura Bali power system system in accordance with the operational criteria of reliability, quality and economy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Respitawulan
"

Kebijakan pengembangan energi terbarukan sebagai upaya mewujudkan ketahanan energi bertujuan untuk mencapai target 23% energi terbarukan pada tahun 2025. Lambatnya laju peningkatan bauran dan pembangunan infrastruktur berbasis energi terbarukan ditengarai karena tidak terakomodirnya kepentingan pelaku usaha dalam kebijakan. Kepentingan politis menjadi penyebab belum adanya undang-undang energi terbarukan. Keraguan akan komitmen pemerintah terlihat dari alokasi sumber daya yang dialokasikan pada Direktorat Jenderal ini untuk melaksanakan kebijakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengembangan energi terbarukan pada Direktorat Jenderal EBTKE menggunakan teori Knoepfel et al (2007) dan Mallon (2006) melalui pendekatan post positivisme dengan metode kualitatif. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam terhadap narasumber kompeten, sedangkan data sekunder diambil dari studi literatur. Panalitian ini dilakukan pada kurun waktu Desember 2018 – Agustus 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pengembangan energi terbarukan belum berjalan baik dilihat dari variabel rencana aksi yang dinilai belum mencerminkan kepentingan pengembang dengan dalam kebijakan dan keterbatasan kompetensi sumber daya pendukung. Untuk variabel proses terdapat keterbatasan situasi dengan belum adanya konsensus pada konsep keadilan energi. Sedangkan untuk variabel aturan implementasi terkait pelayanan publik sudah menunjukkan arah perbaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan adalah belum adanya tujuan yang jelas dan terukur, belum terpenuhinya kecukupan investasi, kebijakan yang tidak stabil dengan seringnya revisi regulasi serta kerangka kontekstual dalam hal belum adanya regulasi undang-undang yang mengatur dan ketidakselarasan regulasi pada tataran peraturan teknis.

Kata Kunci :

Kebijakan energi terbarukan, implementasi kebijakan, faktor pengaruh kebijakan


Renewable energy development policy is an effort to reach energy security aims to achieve the target of 23% renewable energy by 2025 The slow pace of increasing the mix and development of renewable energy is indicated that stakeholders interest are not accommodated in policies. Political interests makes the absence of renewable energy laws. Doubts about the government's commitment can be seen from the allocation of resources to this Directorate General. This study aims to analyze the implementation and factors that influence the implementation of renewable energy development policies at the Directorate General NREE using the theory of Knoepfel et al (2007) and Mallon (2006) through post positivism approach with qualitative methods. Primary data were derived from in-depth interviews, secondary data were taken from literature studies. This research was conducted in December 2018 - August 2019. The results of this study indicate that the implementation of the renewable energy development policy has not gone well as seen from the action plan variables which are considered not to reflect the interests of the developer with regard to policies and limited competency of supporting resources. For the process variable there are limitations to the situation with the lack of consensus on the concept of energy equity. As for the variable implementation rules related to public services have shown the direction of improvement. Factors influencing the implementation of policies are the absence of clear and measurable objectives, insufficient investment fulfillment, unstable policies with frequent revisions of regulations and contextual frameworks in the absence of regulatory regulations that govern and non-alignment of regulations at the level of technical regulations.

"
2019
T55141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wicitra Diwasasri
"Penelitian kualitatif ini membahas mengenai hambatan pengembangan energi terbarukan panas bumi di Indonesia dalam kurun waktu 2010-2017. Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah 'Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab hambatan pengembangan energi terbarukan geothermal panas bumi di Indonesia tahun 2010-2017?'. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut penulis menggunakan teori utama yakni barrier renewable energy penetration serta dibantu dua konsep Multi-Level Governance MLG dan Central-Local Relation, dimana Barrier renewable energy penetration dan MLG lebih banyak digunakan untuk melihat permasalahan institusional yang menjadi kendala bagi pengembangan energi panas bumi di tingkat pusat, sementara central-local relation akan lebih ditekankan untuk menganalisis pengaruh desentralisasi dalam menghambat pengembangan energi terbarukan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat empat faktor yang dominan menjadi penyebab hambatan pengembangan energi terbarukan panas bumi yakni institusional, posisi ekonomi energi terbarukan yang marjinal, kebutuhan jangka pendek yang mendesak dari proyek listrik nasional dan desentralisasi menjadi faktor yang menghambat energi terbarukan panas bumi dalam kurun waktu 2010-2017.

This qualitative research discusses challenges implementation of geothermal energy 2010 2017. The main question which is raised in this research is what are the factors which obstacled the implementation of geothermal energy in Indonesia 2010 2017. To answer this question, renewable energy penetration theory is used. Another framework which is used in this research are Multi Level Governance and Central Local relation. Barrier to renewable energy penetration and MLG are mostly focused to see the institutional problem of geothermal in the central government, while central local relation discusses how decentralization detain the implementation of renewable energy.
This research concluded that there are four main factors which detained the implementation of geothermal as renewable energy in Indonesia in 2010 2017, formal institution, marginal economy needs, electrification government program and decentralization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>