Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaskia Hana Ayesha
"Dengan sektor konstruksi mengalami kebangkitan pertumbuhan, pasti memiliki dampak lingkungan yang merugikan. Permintaan energi selama umur bangunan sangat penting, karena dampaknya berlangsung sepanjang umur bangunan. Ada dua jenis dampak yang perlu diperhatikan selama tahap penggunaan; diwujudkan dan dampak operasional. Cladding memainkan peran penting dalam mengurangi dampak lingkungan bangunan. Jadi, memilih bahan kelongsong dengan dampak lingkungan yang rendah sangat penting. Di Indonesia, material komposit daur ulang kayu-plastik mulai tumbuh menanggapi permintaan material yang berdampak rendah dan masalah limbah. Studi ini menyelidiki dampak lingkungan dari kelongsong komposit plastik daur ulang kayu selama tahap penggunaan, dari perspektif daya tahan material dan konduktivitas termal dalam konteks tropis. Tinjauan daya tahan dan kinerja termal pertama kali dilakukan untuk memahami sifat material. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis dampak lingkungan dari komposit daur ulang kayu-plastik selama tahap penggunaan dengan menggunakan teori-teori sebelumnya pada bab dua dan hasil review durabilitas dan konduktivitas termal pada bab 3 sebagai acuan. Hasilnya menunjukkan bahwa komposit daur ulang kayu-plastik memiliki dampak lingkungan yang rendah. Hal ini disebabkan daya tahan material yang tinggi terhadap faktor degradasi tropis dan konduktivitas termal yang rendah. Ketahanan yang tinggi dan konduktivitas termal yang rendah berkontribusi pada perawatan & penggantian material yang minimal dan mendorong pengurangan beban pendinginan, sehingga menurunkan kebutuhan energi yang menghasilkan emisi dan limbah.

With the construction sector experiencing a resurgence in growth, it is bound to have a detrimental environmental impact. The energy demand during the building service life is crucial, as the impact lasts throughout the building’s life. There are two types of impact that needs to considered during the use stage; the embodied and the operational impact. Cladding plays an important role in reducing the environmental impact of buildings. Thus, choosing a cladding material with a low environmental impact is essential. In Indonesia, Wood-plastic recycled composite material is starting to grow responding to the low-impact material demand and waste problem. This study investigates the environmental impact of wood-recycled plastic composite cladding during the use stage, from the perspective of material durability and thermal conductivity within a tropical context. A review of the durability and thermal performance is first conducted to understand the material's properties. Then, it is followed by analyzing the environmental impact of the wood-plastic recycled composite during the use stage using the former theories in chapter two and the result of the durability and thermal conductivity review in chapter 3 as a reference. The result shows that wood-plastic recycled composite has a low environmental impact generation. This is due to the material's high durability to tropical degradation factors and low thermal conductivity. High durability and low thermal conductivity contribute to minimal maintenance & replacement of the material and encourages the reduction of cooling load, thus lowering the energy demand that results in emission and waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farel Muhammad
"Limbah aspal reclaimed asphalt pavement (RAP) merupakan hasil dari pengerukan jalan aspal tersebut sudah tidak bisa digunakan, selain hal tersebut terdapat limbah sampah plastik juga merupakan salah satu limbah yang sulit diuraikan. Limbah reclaimed asphalt pavement (RAP) dan plastik merupakan limbah yang masih bisa didaur ulang, untuk penggunaan material perkerasan. Maka dari itu di dalam penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk melihat hasil modifikasi aspal berdasarkan nilai kekuatan sisa (IKS) dari stabilitas hasil pengujian sampel aspal modifikasi hasil pencampuran aspal murni penetrasi 60/70 dengan reclaimed asphalt pavement (RAP) beserta plastik LDPE. Penelitian ini diawali dengan pembuatan benda uji dengan spesifikasi ACWC, yang dilakukan pengujian marshall standard untuk mendapatkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO). Dengan penambahan aspal pen 60/70 dengan variasi kadar 5.5%, 6%, 6.5%, 7%, dan 7.5% ke dalam campuran aspal modifikasi RAP, sebelum dilakukan pencampuran material RAP terlebih dahulu diberikan oli bekas untuk meningkatkan nilai penetrasi aspal RAP. Lalu dilakukan pengujian marshall standar dan marshall immersion untuk mendapatkan nilai kadar plastik LDPE Optimum, dengan kadar penambahan plastik LDPE berada pada kadar 0%, 5%, 6%, dan 8%. Hasil dari pengujian tersebut didapatkan untuk nilai penambahan aspal optimum berada di 6%, sedangkan untuk hasil dari kadar plastik optimum berada di kadar 6%. Berdasarkan nilai indeks kekuatan sisa yang didapatkan, didapatkan kadar yang memenuhi standar spesifikasi berada di 6%, dan nilai indeks kekuatan sisa dari hasil pencampuran dengan plastik LDPE menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa penambahan plastik LDPE.

Asphalt waste reclaimed asphalt pavement (RAP) is the result of dredging the asphalt road which can no longer be used, besides that there is plastic waste which is also one of the wastes that is difficult to decompose. Reclaimed asphalt pavement (RAP) and plastic waste is waste that can still be recycled, for the use of pavement materials. Therefore, in this study, the purpose of this research is to see the results of asphalt modification based on the residual strength value (IKS) from the stability of the modified asphalt sample test results from mixing 60/70 penetration pure asphalt with reclaimed asphalt pavement (RAP) along with LDPE plastic. This research begins with the manufacture of specimens with ACWC specifications, which is carried out by standard Marshall tests to obtain the Optimum Asphalt Content (KAO) value. With the addition of asphalt pen 60/70 with varying levels of 5.5%, 6%, 6.5%, 7%, and 7.5% into the modified RAP asphalt mixture, before mixing the RAP material, used oil is first given to increase the penetration value of the RAP asphalt. Then the standard marshall and marshall immersion tests were carried out to obtain the Optimum LDPE plastic content value, with the addition of LDPE plastic at 0%, 5%, 6%, and 8% levels. The results of these tests were obtained for the optimum asphalt addition value was at 6%, while for the results of the optimum plastic content was at 6%. Based on the residual strength index value obtained, the content that meets the specification standard is at 6%, and the residual strength index value from mixing with LDPE plastic shows better results than without the addition of LDPE plastic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robbih Rizky Yudianto
"Jumlah penduduk yang terus meningkat di Indonesia menyebabkan penumpukan sampah limbah padat, dimana salah satu jenis sampah padat yang paling banyak dihasilkan adalah plastik. Sampah plastik yang tidak diolah telah terbukti dapat merusak lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan sifat sampah plastik yang sulit untuk diurai. Sehingga ketika sampah plastik masuk kedalam suatu lingkungan hidup, sampah plastik ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama karena tidak dapat terdekomposisi oleh bakteri. Selain itu, sampah plastik ini juga sifatnya berbahaya bagi hewan-hewan jika secara tidak sengaja masuk kedalam sistem pencernaan hewan tersebut. Dalam beberapa kasus, sudah ada hewan yang mati karena tersedak sampah plastik. Pada dasarnya tujuan dibuatnya plastik adalah karena sifatnya yang mudah dibuat, murah, dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu plastik tidak dapat lepas pada kehidupan modern ini. Dalam mengatasi permasalahan ini dibutuhkan sebuah solusi yang dapat mengolah sampah plastik yang dapat membandingi laju produksi sampah. Beberapa dari solusi yang dapat dijadikan pilihan adalah mechanical recycling, insinerasi, dan pyrolysis. Mechanical recycling adalah suatu proses yang dapat mengubah plastik dari wujud benda jadi kembali menjadi biji plastik mentah, dengan metode ini biji plastik mentah dapat digunakan kembali untuk membuat produk berbahan dasar plastik lainnya. Dari aspek lingkungan, metode ini memiliki keunggulan ramah lingkungan karena dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang terbuang ke lingkungan hidup. Namun metode ini memiliki kelemahan karena tidak cost efficient, dan produk yang dihasilkan sifatnya lebih murah dibandingkan dengan biaya produksinya. Metode insinerasi memiliki aspek yang baik dari sisi cost efficient dan produk yang dihasilkan juga memiliki nilai manfaat yang tinggi. Karena dengan menggunakan metode insinerasi, sampah-sampah plastik digunakan sebagai bahan bakar untuk sistem pembangkit listrik. Namun, metode ini memiliki aspek yang tidak baik dari segi lingkungan. Karena walau metode ini dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang terbuang ke lingkungan, namun plastik yang digunakan sebagai bahan bakar tidak diproses terlebih dahulu. Sehingga plastik yang dijadikan bahan bakar akan menghasilkan gas-gas yang sifatnya karsinogenik terhadap makhluk hidup. Metode pyrolysis memiliki keuntungan dari aspek cost efficient, harga produk yang tinggi, serta aspek lingkungan yang baik. Hal ini dikarenakan metode pyrolysis dapat mengubah plastik menjadi bahan bakar minyak. Dimana bahan bakar minyak dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari transportasi hingga pembangkitan listrik. Secara aspek lingkungan bahan bakar minyak yang diproduksi juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan plastik yang dibakar pada metode insinerasi. Bahan baku yang digunakan pada penelitian pyrolysis ini adalah HDPE (high density polyethylene). Bahan baku ini dipilih karena merupakan salah satu tipe plastik yang paling banyak diproduksi. Selain itu, sudah banyak penelitian yang mengkaji HDPE sebagai bahan baku pyrolysis dan menyatakan bahwa produksi bahan bakar minyak dari bahan baku ini cukup banyak. Penelitian ini juga menggunakan HPHE (heat pipe heat exchanger) sebagai condenser karena kemampuannya untuk membuang kalor secara pasif, sehingga dapat lebih menghemat biaya produksi bahan bakar minyak dengan HDPE sebagai bahan baku dalam pyrolysis.....The increase of urban population in Indonesia contributed in the raise of solid waste, where one of these solid waste types are plastik. Unmanaged plastik waste has proven to be harmful to the environment. This was cause by plastik characteristics which is hard to be decomposed, thus when a plastik waste contaminated an ecosystem, these plastiks waste will last for a long time because it can’t be decomposed by bacteria. Moreovers these plastiks waste has a harmful characteristic to the animal that lives around the ecosystem if somehow these plastiks were to enter its digestive or respiratory system. In some casses there are animals that dies because its respiratory system were clogged by plastiks. Basically plastiks were meant to be cheap, easy to produce, and durable. That is the reason why plastik cannot be remove from a modern life trend. In order to resolve this case, a solution that could manage plastik waste that could even its production are needed. Some of these methods are mechanical recycling, insinerating, and pyrolysis. Mechanical recycling are a processed which converts plastik waste into a raw plastik pellet. From environmental aspect, mechanical recycling are a good choice to reduce plastik waste, but this method and its cost inefficient because the value of the product that is produce are low. Insineration is method which make use of a plastik waste as a fuel for generating an electricity. This methods have good cost efficiency and a high value of its product, but it is quite harmful to the environment. Despite the fact that this method can reduce plastik waste, but during the combustion process, a plastik may produce a gas that has a carsinogenic properties to living creature. Pyrolysis on the other hand have and good advantage at cost efficiency and high product value, because during pyrolysis plastiks are converted to a form of liquid oil. This oil may be used as a fuel for transportation to electric generator. The oil derived from a pyrolysis are more eco-friendly compare to burning a plastiks. The material which will be used in this research are high density polyethylene. HPDE are used because it is one of the most produce plastiks in the world. Also, some research have proven that HDPE have a high liquid yield in pyrolysis. A heat pipe heat exchanger are also used as a condenser as a means to reduce the cost for cooling because of its ability to passively cooled heat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Hapsari Priyono
"Masalah mengenai sampah plastik di wilayah perkotaan Indonesia sudah semakin memburuk, dilihat dari jumlah serta dampak buruknya bagi lingkungan. Salah satu cara yang sederhana dan relatif ekonomis untuk mengelola sampah plastik adalah dengan melakukan daur ulang mekanikal. Namun pada prakteknya, sampah kemasan plastik berwujud lembaran yang didaur ulang masih sangat minim, dan belum terkelola dengan baik. Penelitian ini meninjau masalah tersebut dari sisi stakeholder yang memiliki pengaruh besar pada sistem rantai proses material plastik. Penelitian ini mengidentifikasi peran-peran stratejik stakeholder, serta menatanya menjadi sebuah kerangka kerja berdasarkan pendapat para pakar dengan menggunakan metode Interpretive Structural Modeling ISM.

The problem of plastic waste in urban Indonesia is getting worse, measured by its number and bad impact to the environment. One simple and relatively economical way to manage plastic waste is to perform mechanical recycling. However, the number of plastic film packaging waste recycled is still very low, and has not been well managed. This study reviewed the problems from the stakeholders point of view who have big influence on the system of plastic material process chain. This study identified the strategic roles of stakeholders, and assemble them into a framework based on experts opinion using the Interpretive Structural Modeling ISM."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S67768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Keumala Banaget
"Sampah yang dihasilkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia sebagian besar berasal dari gedung perkuliahan dan administrasi, sampah kantin, dan sampah halaman dari setiap fakultas. Karakteristik sampah yang dihasilkan dari gedung kuliah dan administrasi berbeda dengan sampah yang dihasilkan dari kantin dan halaman sehingga dalam proses pengumpulannya sebaiknya sampah-sampah tersebut dipisahkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah yang dihasilkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia dengan studi kasus FISIP, FE, dan FT.
Pemilihan fakultas-fakultas tersebut didasarkan pada jumlah mahasiswa pada fakultas tersebut yang paling banyak diantara fakultas lainnya dan juga ketiga fakultas ini memiliki masalah terkait sampah kantin yang dihasilkan. Dari data timbulan dan komposisi sampah yang didapat kemudian dapat diketahui banyaknya sampah yang dapat didaur ulang dari sampel sampah gedung dan kantin. Dari hasil pengukuran timbulan dan komposisi diketahui bahwa persentase sampah yang didaur ulang sebesar untuk 29% untuk sampah gedung dan 10% untuk sampah kantin FISIP; 38% untuk sampah gedung dan 9% untuk sampah kantin FE; dan 37% untuk sampah gedung dan 10% untuk sampah kantin FT.

Solid waste generation in Universitas Indonesia campus largely derived from the lecture and the administration buildings, canteen, and yard from each faculty. Characteristics of waste generation from the lecture and administration buildings were different from waste generation from the canteen and yard, so in collecting process, solid waste should be separated. This study aims to determine the solid waste generation and composition in University Indonesia campus, with case study Faculty of Social and Political Science (FISIP), Faculty of Economics (FE), and Faculty of Engineering (FT).
The selection of these faculties is based on the number of students which are the most among other faculties and also these faculties have problems related to canteen waste generation. From solid waste generation and composition data, we can find the amount of waste that can be recycled from the building and canteen waste. The results of composition and percentage of recycled waste measurements shows that 29% building waste and 10% canteen waste can be recycled in FISIP; 38% for building waste and 9% for canteen waste can be recycled in FE; and 37% for building waste and 10% for canteen waste can be recycled in FT."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defiana Darmastuti
"Timbulan sampah di Tempat Rekreasi terus meningkat akibat pertambahan jumlah pengunjung wisata yang semakin meningkat setiap tahunnya. Ancol merupakan tempat rekreasi yang telah memiliki Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu TPST sebagai upaya mengurangi timbulan sampah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi daur ulang serta alur perjalanan material sampah daur ulang di TPST Ancol. Untuk pemerolehan data dapat dilakukan dengan pemilahan sampah sesuai SNI 19-3964-1994, wawancara serta survey lapangan. Dari pelaksaan penelitian diperoleh recovery rate berdasarkan literatur US EPA, 1994 adalah 89,94 , dan untuk nilai recycling rate berdasarkan literatur US EPA, 1994 adalah 20,17 walaupun nilai recycling rate dari penjualan material daur ulang mencapai 5,89. Keuntungan ekonomi yang diperoleh setiap harinya adalah Rp 131.900,- namun tidak termasuk keuntungan kompos. Perjalanan material daur ulang sampah, dimulai dari TPST Ancol, lapak besar, dan indsutri daur ulang. Residu sampah yang diperoleh di TPST Ancol, terdiri dari popok bayi, pembalut, tekstil, sterefoam, plastik kemasan, tisu, debu, kayu, serta ayakan kompos. Sedangkan upaya peningkatan daur ulang adalah dari segi kinerja TPST Ancol, pelaku daur ulang dan kualitas sampah yang dijual. Melalui nilai recycling rate eksisting menunjukkan TPST Ancol belum optimum mencapai nilai recycling rate yang seharusnya bisa diperoleh, sehingga pencapaiaan nilai ekonomi belum maksimum.

Solid waste generation amusement park continues to increase due to the increasing number of visitors are increasing every year. Ancol is a recreation place that has owned Material Recovery Facility MRF as an effort to reduce solid waste generation. This research was conducted to find out recycling rate with recycling of recycle waste material at Ancol s MRF. To obtain data can be done by sorting waste according to SNI 19 3964 1994, interview and observation. From the research, the recovery rate based on US EPA literature, 1994 was 89,94 , and for the recycling rate based on US EPA literature, 1994 was 20,17 although the recycling rate of recycled material sales reached 5,89. Economic profit earned per day is Rp 131.900, but excludes compost benefits. Flow of waste recycling materials, starting from Ancol s MRF, large stalls, and recycling industries. The waste residue obtained at the Ancol s MRF, consisting of baby diapers, bandages, textiles, sterefoam, plastic packaging, tissue, dust, wood, and compost sieve. While efforts to increase recycling is from the aspect of performance of Ancol TPST, recycling agents and quality of waste sold. Through the existing recycling rate, the Ancol TPST is not yet optimum to reach the recycling rate that should be obtained, so that the economic value is also not maximized.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Fred Andi
"ABSTRAK
Masalah limbah di kota-kota besar sudah merupakan persoalan lingkungan yang sangat serius yang harus ditangani secara serius pula. Di Jakarta dihasilkan sekitar 5.000 sampai dengan 6.000 ton limbah rumah tangga dan sekitar 500 ton limbah non-rumah tangga (kantor, pabrik dan pasar) setiap harinya. Sebagian besar (74%) dari limbah tersebut merupakan limbah organik yang dapat dihancurkan atau diserap oleh alam dan sisanya tergolong limbah nonorganik yang tidak dapat diserap oleh alam yang menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang serius, seperti plastik, kaca/beling, dan jenis metal lainnya. (Surindo Utama 1992, Studi Potensi Limbah Kertas dan Plastik).
Penanganan limbah sebanyak itu harus melibatkan semua pihak khususnya masyarakat yang memproduksi limbah itu sendiri (masyarakat konsumen, pabrik, perkantoran dan rumah tangga). Pada umumnya limbah nonorganik dapat diproses kembali (recycle) untuk dijadikan barang-barang yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi.
Program PEDULI'92 direncanakan sebagai upaya memecahkan masalah lingkungan hidup yang sekaligus mengangkat kemiskinan. Gagasan program ini sebenarnya adalah penerapan berbagai intervensi terhadap sistem daur ulang tradisional yang telah lama ada di Indonesia.
Atas dasar hal tersebut di atas maka permasalahan yang diteliti adalah : 1. Bagaimana dampaknya terhadap mata rantai distribusi limbah daur ulang (limbah padat); 2. Apakah peran serta ibu-ibu rumah tangga secara aktif berdampak terhadap pendapatan keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Apakah adanya penyuluhan dan pembagian kantong-kantong plastik dapat menumbuhkan peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah limbah.
Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui dampak program Peduli '92 terhadap mata rantai distribusi limbah daur ulang (limbah padat) limbah padat; 2. Untuk mengetahui dampak Program Peduli terhadap pendapatan keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Untuk mengetahui dampak Program Peduli '92 terhadap peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam pemilahan limbah.
Hipotesis Kerja 1. Diduga bahwa mata rantai sistem distribusi limbah padat semakin pendek, volume dan mutu limbah padat akan semakin tinggi; 2. Diduga bahwa program Peduli dapat memperbaiki tingkat pendapatan Keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Diduga terdapat korelasi positif program Peduli terhadap peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah limbah.
Dalam penelitian ini ada dua macam jenis data yang diperlukan, yakni data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu tahapan pengamatan lapangan dan survei. Metode pengambilan data primer dilakukan terhadap responden penelitian yang diambil secara sampel dari populasi ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak. Pengambilan data secara sampel ini dilakukan dengan pertimbangan adanya keterbatasan tenaga, biaya dan waktu.
Dalam populasi (1.137 ibu rumah tangga) terdapat kelompok ibu-ibu rumah tangga yang pernah dapat penyuluhan dan yang tidak pernah dapat penyuluhan. Dengan keadaan populasi seperti itu, maka metode pengambilan sampel yang tepat terhadap populasi dilakukan dengan stratified random sampling (acak berstrata), sehingga diperoleh 41 orang yang pernah mengikuti penyuluhan dan 19 orang yang tidak pernah mengikuti penyuluhan. Jadi jumlah sampel ibu-ibu rumah tangga sebanyak 60 orang.
Untuk melihat dampak program peduli diteliti 30 orang pemulung dan 3 pelapak yang berada di RW 07 Kelurahan Sunter Jaya yang selain diwawancarai juga diberi kuesioner untuk meneliti persepsi, peran serta dan sampai berapa jauh dampak program peduli mempengaruhi pendapatan dan kewiraswastaan mereka. Metode pengambilan sampel untuk pemulung dan pelapak adalah dengan Random Sampling.
Untuk analisis ada tidaknya pengaruh program peduli terhadap mata rantai distribusi, ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak dipergunakan analisis deskriptif dengan menggambarkan keterkaitan/hubungan masing-masing pelaku dalam suatu jaringan mata rantai distribusi. Untuk analisis perbedaan pendapatan ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak sebelum dan sesudah program peduli digunakan uji dua rata-rata, dengan bantuan perhitungan komputer menggunakan program SPSS. Untuk analisis ada tidaknya hubungan serta tingkat hubungan antara program peduli dengan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah-milah limbah padat dipergunakan analisis deskriptif dengan pendekatan persentase.
Hasil penelitian ini di dapat kesimpulan I. Adanya Program Peduli telah merubah status sebagian pemulung, dari pemulung yang memungut limbah di tempat-tempat pembuangan limbah menjadi pemulung yang berfungsi sebagai pedagang keliling. Sedangkan sebagian lagi tetap sebagai pemulung yang memungut limbah di tempat pembuangan limbah; 2. Adanya Program Peduli telah meningkatkan pendapatan ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak; 3. Adanya Program Peduli berdampak positif terhadap masyarakat (ibu rumah tangga) terhadap lingkungan, hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu-ibu rumah tangga secara meyakinkan menyatakan bersedia dan bersedia sekali masing-masing sebesar 66,7% dan 6,7%, serta cukup bersedia sebesar 20,0%. Sisanya yang hanya 6,7% menyatakan kurang bersedia dan tidak bersedia. Kesediaan berperan serta dalam pemilahan limbah oleh ibu-ibu rumah tangga. Sebagian besar ibu-ibu rumah tangga menyatakan aktif melakukan pemilahan limbah, sebanyak 58,3% dan yang menyatakan cukup aktif sebesar 23,3%, sisanya 18,3% menyatakan kurang dan tidak aktif.

ABSTRACT
Waste issue in big cities has become a very serious environmental problem which must be handled seriously as well.
Jakarta generates about 5000 till 6000 tonnes household waste and about 500 tonnes other waste (office, industry and market) each day.
A greater part (74t) of the waste is organic waste which can be deteriorated and volatilize by nature and the rest, comprised of inorganic waste which is unbiodegradable by nature and it will cause a serious environmental pollution problem as plastic, glass/porcelain, other sort of metal (Surindo Utama, 1992).
Dealing with such a lot of waste should invole all parties especially people who produce waste themselves (consumers, factories, offices and households).
In general, inorganic waste could be recycled to make useful things and has economic value. Peduli Programme'92 was planned as an effort to solve out the environmental problem and at the same time to eliminate poverty.
Actually the concept of this program is applying many kinds of interventions on the traditional recycling system which has already exist for along time in Indonesia.
Based on the case above, the problems which were investigated are: 1. What is the impact towards the distribution system of solid waste. 2. Do the participation and the activities of housewives influence income of the family, scavengers and pelapak. 3. Could enlightment and distribution of plastic bags develop the participation and the activities of housewives in selecting waste.
The purpose of the research is to know the impact of Peduli Programme 92 on: the distribution system of solid waste the income of the family, scavengers and pelapak the participation and the activities of housewives in selecting waste.
Work Hypothesis: 1 It is assumed that the distribution system, becomes shorter, volume and quality of solid waste will raise. 2. It is assumed that Peduli Programme could improve family income, scanvengers and pelapak. 3 It is assumed that there's a positive correlation between Peduli Programme, participation and the activities of housewives in selecting solid waste..
This research, required two kind of data's, the primary and secondary data's. The collecting method was done in two stages, field observation, and survey. The method of collecting primary data was done towards research respondent by sampling from the respondents housewives, scanvengers and pelapak. The sampling method was done in consideration of the lack of energy, cost and time. In the population (1,137 housewives), there was a group of housewives who was enlighted and a group who has never been enlighted. in such a population, the right sampling method was stratified random sampling, so there are 41 persons who had attended the training and were enlighted and 19 persons were not enlighted. So the housewives sample were 60 persons.
Two evaluate the impact of Peduli Programme, 30 scavengers and 3 pelapak in RW 07 Kelurahan Sunter Jaya were investigated. Besides being interviewed, they also allowed to fill the questionnaire in order to know their perception, participation and how far the impact of Peduli Programme influenced their income and enterpreneurship.
The sampling method for scavengers and pelapak was random sampling. To analyze the impact of Peduli Programme towards the distribution system of solid waste, the housewives, scavenger and pelapak. Descriptive analyzes is done to evaluate the relationship of each party in the distribution system. To analyze the difference incomes of housewives, scavengers and pelapak before and after Peduli Programme is used average test by means computer programme, using SPSS.
To analyze the relationship and the gradation of relationship between Peduli programme providinginformation and facilities with the activities of housewives in selecting solid waste is used descriptive analyzes through percentage approach.
The conclusion of the result of this research is: The intervention of Peduli Programme has changed the status of part of the scavengers, from scavengers who picked up waste from the disposal place and become a street vendor, a part of them were still? scavenger who picked up waste from the disposal place. The intervention of Peduli Programme had raised the income of housewives, scavengers and pelapak.The intervention of Peduli Programme has a positive impact on the society's attention (housewives) to the environment, it could be seen that most of housewives undoubtedly stated ready and very ready each 66,7% and 6,7% and fair ready 20,0%.The rest wich was only 6,7% stated less ready and not ready participate in selecting waste.Most of the housewives stated active in selecting waste (58,3%) and some stated fair active (23,3%) the rest (18,3%) stated less,and not active.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlinsyah
"Sampah atau limbah padat menghasilkan leachate, cairan yang berwarna hitam akibat dari proses dekomposisi atau penguraian sampah. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya leachate adalah kadar air yang terdapat di dalam sampah, ketersediannya air hujan dan air tanah. Sedangkan kualitas leachate dipengaruhi oleh karakteristik dan jenis sampah, ketersediaan air yang masuk, proses dekomposisi dan cara pengelolaan TPA.
Bila tidak ditangani dengan baik, leachate dapat mencemari air tanah dan air permukaan, oleh karenanya perlu diketahui bagaimana kuantitas dan kualitas leachale yang dihasilkan oleh sampah tersebut dengan tepat sehingga pengelolaan leachate pada fase bentukannya dapat diatasi dengan baik. Keseimbangan air dalam sampah dapat digunakan untuk menghitung pembentukan leachate di tempat pengumpulan sampah Kampus Universitas Indonesia, Depok, yaitu dengan menghitung air yang digunakan dalam reaksi pembentukan gas, menghitung air yang menguap selama proses penguraian sampah, menghitung pembentukan volume leachate, dan mengevaluasi kualitas leachate selama proses dekomposisi sampah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium, dengan cara membuat kotak percobaan tembus pandang yang diisikan dengan sampah padat dari FTUI. Leachate yang ke luar ditampung dan diukur lalu dianalisis. Hasil perhitungan percobaan menginformasikan bahwa air yang digunakan dalam pembentukan gas pada proses dekomposisi sampah adalah sebesar 0.017 lb H2O/ft3 (0.271 kg H20/m3) hingga 0.025 lb H20/ft3 (0.399 kg H20/m3), selama percobaan. Sedangkan perkiraan air yang menguap adalah 0,0074 lb H2O/ft3 (0,1189 kg H2O /m3) sampai dengan 0,0049 lb H2O/ft3 (0,0784 kg H2O/m3). Volume pembentukan leachate cenderung menurun (decay), sejalan dengan pertambahan waktu. Total volume leachate yang terbentuk di awal percobaan sebesar 1.745 mili liter atau setara dengan 12 persen. Pada akhir percobaan volume leachale yang terbentuk sebanyak 5.143 mililiter atau setara dengan 34 persen. Hasil percobaan tersebut mengindikasikan bahwa fluktuasi volume leachate dipeugaruhi oleh air yang masuk. Proses pembentukan gas dan uap-air sangat kecil pengaruhnya dalam pembentukan volume leachate.
Kualitas leachate berupa pH, suspended solid dan COD yang dihasilkan meugindikasikan bahwa percobaan yang dilakukan sudah berada di antara fase ke-2 (anaerobic-acid phase) dengan fase ke-3 (anaerobic-intermediate methanogenic phase). Secara umum parameter kualitas yang dihasilkan masih dalamn taraf ideal atau masih di bawah standar Baku Mutu Limbah Cair, Keputusan KABAPEDAL, nomor. Kep-04/Bapedal/90/1995.

Garbage and solid waste produce leachate, a black liquid formed from its decomposition process. The leachate needs to be managed properly because if it didn't handled carefully it may polluted the water body. The principle of determination the leachate water by using water balancing system during composting process of garbage, determination of water balanced by measuring the sum of water used in gas formating process, the water evaporate in the process, leachate volume establishment and evaluating leachate quality along the process. The garbage used in this research comes from Faculty of Engineering, University of Indonesia, Depok.
This research was experimental research by using several box fill with garbage and measured by pH, suspended solid and COD produced. The type and characteristic of garbage, availability of the water inflow, decomposition process, garbage disposal management method and the period of garbage accumulation are assumed to influence water disappearance and leachate quality. It means there is an interrelation between the length of the time with leachate and vapor debit forming.
The empirical result inform that the water used in gas forming on decomposition process in the range of 0.017 lb H2O/ft3 (0.271 kg H20/m3) until 0.025 lb H20/ft3 (0.399 kg H20/m3), and evaporate water in the process is between 0.0074 lb H20/ ft3 (0.1189 kg H20/m3) and 0.0049 lb H20/ft3 (0.0784 kg H20/ m3). Leachate forming volume has a tendency to decrease decay along time. The study indicates diet leachate volume fluctuation determined by water- feeding. The water used in vapor and gas-forming process is not significant to determine leachate-forming process. Leachate quality, measured as pH, suspended solid and COD produced indicate that the study was between the second (anaerobic-acid) phase and the third (anaerobic-intermediate methanogenic) phase. Generally, quality parameter produced still in an ideal stage of KABAPEDAL indicators.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Eugenia Gandasasmita
"Indonesia merupakan negara kedua terburuk dalam hal pengelolaan limbah plastik di dunia. Kebanyakan plastik di Indonesia dibakar secara terbuka dan ditimbun begitu saja. Pemerintah Indonesia sudah memiliki rencana penanganan yakni dengan melipatgandakan laju daur ulang. Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa besar dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang yang dilakukan di Indonesia. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang plastik polyethylene terephthalate dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua faktor terbesar yang menyebabkan dampak lingkungan pada proses daur ulang PET yakni, penggunaan maupun pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi serta pengelolaan limbah air dan bahan kimia sisa produksi yang kurang baik. Kedua faktor tersebut merupakan masalah utama yang harus diperbaiki untuk dapat menghasilkan potensi dampak lingkungan seminimal mungkin. Sehingga, perbaikan proses daur ulang PET dapat dimulai dengan memitigasi kedua faktor tersebut.

Indonesia is the second worst country in the world in terms of plastic waste management. Most plastic waste in Indonesia ended up being openly burned and in landfill. Indonesian government already made a strategic plan in handling this problem by doubling the recycling rate. Therefore, it is important to know how big does recycling process in Indonesia will impact the environment. Thus, this study is conducted to analyse the environmental impact of recycling polyethylene terephthalate plastic using the life cycle assessment method. It has been found that there are two main factors causing mostly of the environmental impact from PET recycling. Those factors are due to the combustion of fossil fuel as an energy source and the poorly managed waste water and chemical residues treatment. These two factors indicate that a corrective action must be made in order to produce minimum amount of environmental impact. Hence, improvement of the recycling process can start with mitigating these two factors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Adiraga Digjaya
"Seiring dengan pertumbuhan dan penggunaan plastik yang terus meningkat setiap tahun, diperlukan pengelolaan sampah plastik yang menjadi lebih baik pula. Karena sifatnya yang sulit terurai secara alami, daur ulang merupakan salah satu cara terbaik untuk menanggulangi isu limbah plastik yang semakin parah. Maka dari itu, penelitian ini dilaksanakan dengan objek penelitian sebuah pabrik pengolahan limbah plastik PET menjadi PET flakes. Sistem persediaan yang belum optimal menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih untuk menjaga produksinya terus berjalan. Penelitian tentang sistem persediaan telah banyak dilakukan dan dapat menjadi solusi untuk mengurangi total biaya yang terkait dengan persediaan pada suatu perusahaan. Model persediaan berbasis Economic Order Quantity (EOQ) akan dijadikan sebagai dasar dari penelitian ini. Penelitian ini akan mencoba untuk membandingkan biaya persediaan dari kondisi perusahaan saat ini menggunakan model persediaan (R,S) dengan model EOQ (s,Q) dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Hasil dari model persediaan yang telah dibuat mampu menghemat biaya penyimpanan material hingga sebesar Rp 36 juta atau dengan efisiensi sebesar 31%.

As the growth and use of plastic continues to increase every year, better management of plastic waste is needed. Due to its nature which is difficult to decompose naturally, recycling is one of the best ways to tackle the increasingly issue of plastic waste. Therefore, this research was carried out with a research object of a PET plastic waste processing factory into PET flakes. Inventory systems that are not yet optimal cause the company to pay more in order to kept the production running. Research on inventory systems has been carried out a lot and can be a solution to reduce the total costs associated with inventory in a company. Inventory model based on Economic Order Quantity (EOQ) will be used as the basis of this research. This research will try to compare inventory costs from the current condition of the company using the inventory model (R,S) with the EOQ model (s,Q) using Monte Carlo simulation. The results of the inventory model that has been made are able to save material storage costs of up to IDR 36 million or with an efficiency of 31%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>