Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tuhfah Hanifah
"Material konvensional yang digunakan pada bangunan saat ini terbukti berdampak buruk pada lingkungan dengan turut berperan dalam 40% limbah di pembuangan akhir. Hal tersebut meningkatkan urgensi untuk membangun bangunan yang sesuai dengan parameter sustainable pada bangunan, khususnya parameter material. Dalam industri fashion, permasalahan limbah tekstil diatasi dengan penggunaan tekstil biodegradable. Bangunan dan fashion sebenarnya memiliki persamaan, yaitu keduanya merupakan selubung dalam dimensi sosial yang berbeda. Oleh karena itu, penggunaan tekstil biodegradable untuk mengatasi masalah limbah dapat digunakan pula untuk bangunan sustainable. Namun, penggunaan tekstil pada bangunan masih didominasi tekstil non biodegradable, sehingga tekstil biodegradable masih kurang di studi performa nya pada bangunan. Padahal untuk membangun bangunan sustainable, elemen yang perlu diperhatikan salah satunya adalah performa material untuk indoor quality environment. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menguji tekstil biodegradable berdasarkan parameter indoor quality environment jika digunakan pada selubung bangunan. Beberapa inovasi tekstil biodegradable dalam fashion memiliki performa baik dalam menyeimbangkan thermal comfort pada pemakainya dan memiliki transparansi material yang bervariasi, karena tekstil biodegradable memiliki karakteristik berpori yang tinggi nilai transmisi nya. Oleh karena itu, studi ini akan menguji nilai transmisi cahaya dan infrared thermal terhadap standar visual dan thermal comfort. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa tekstil biodegradable yang diuji tidak sesuai dengan thermal comfort ASHRAE karena thermal transmittance yang terlalu tinggi. Akan tetapi, tekstil biodegradable memiliki performa yang lebih baik daripada tekstil non biodegradable untuk menurunkan suhu ruang. Sedangkan, nilai light transmittance pada tekstil biodegradable sudah sesuai dengan standar visual comfort SNI. Meskipun begitu, potensi tekstil biodegradable masih perlu dikembangkan lebih lanjut untuk penggunaanya pada selubung bangunan.

Conventional materials used in buildings are currently proven to have a negative impact on the environment by contributing to 40% of waste in landfills. This increases the urgency to build buildings that comply with sustainable parameters in buildings, especially by the use of material. In industry fashion, the problem of textile waste is overcome by the use of biodegradable textiles. Building and fashion actually have similarities, both are envelopes or enclosures in different social dimensions. Hence, the use of biodegradable textiles to overcome the problem of waste can also be used for sustainable building. However, the use of textiles in buildings is still dominated by non-biodegradable textiles, so biodegradable textiles are still lacking in studies on their performance in buildings. In fact, to build a sustainable building, one of the elements that need to be considered is the performance of the material for an indoor quality environment. This writing aims to test biodegradable textile performances based on indoor quality environment parameters when used on building envelopes. Several innovations in fashion of biodegradable textile have good balancing thermal comfort performance on the wearer and have varying transparency, due to the characteristics of biodegradable textile that is porous with a high transmission value. Therefore, this study will examine the light transmittance values and infrared thermal against visual and thermal comfort standards. From the test results it was found that the biodegradable textile which is tested does not conform to thermal comfort ASHRAE due to too high thermal transmittance. However, biodegradable textile has better performance than non-biodegradable textile to lower the room temperature. Meanwhile, light transmittance value on biodegradable textile does conform to the visual comfort standard SNI. Even so, the potential for biodegradable textiles still needs to be further developed for its use on building enclosures."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. DArwis Mirza
"Green computing sering diartikan sebagai studi praktik tentang komputer yang ramah lingkungan, efisiensi pemaksimalan energi, syarat pemanasan dan pendinginan, serta penggunaan kembali komponen komputer dengan mendaur ulang untuk dijadikan komponen yang baru untuk dapat digunakan kembali pada komputer. Salah satu implementasi green computing adalah Biodegradable Laptop yaitu suatu rancangan laptop yang sangat memperhatikan lingkungan dari sisi konsep, desain, dan implementasi penggunaannya.
Biodegradable Laptop dirancang sesuai dengan konsep green computing yang maknanya mengurangi polusi dan konsumsi energi dari komputer. Dalam skripsi ini dilakukan perancangan dengan memperhatikan konsep green computing yang mengacu pada mengurangi pencemaran terhadap lingkungan dengan menghilangkan monitor yang biasa terdapat pada setiap laptop, sekaligus tidak menggunakan video graphics adapter card (VGA card).
Pemilihan rancangan untuk menghilangkan monitor dan VGA card ini berdasarkan studi tentang komponen yang terdapat pada monitor yang dapat mencemari lingkungan tempat tinggal kita, seperti timah hitam pada monitor Cathode Ray Tube (CRT) dan juga merkuri dalam tabung cahaya. Pemilihan untuk menghilangkan VGA card, dipicu ole ide untuk mengurangi konsumsi daya dikarenakan VGA card mengkonsumsi daya cukup besar. Rancangan biodegradable laptop menggunakan casing dari kayu jati landa yaitu merupakan kayu bekas dari peti kemas yang diolah kembali. Penggunaan casing dari kayu merupakan konsep green computing yaitu pemilihan desain yang ramah lingkungan.
Pada skripsi ini selain membuat rancangan biodegradable laptop, juga dibandingkan kinerja, panas yang dihasilkan, dan juga konsumsi daya biodegradable laptop terhadap laptop standar yang memiliki spesifikasi hardware yang sama. Hasil dari pengukuran menunjukkan bahwa biodegradable laptop mampu mereduksi panas yang dihasilkan sampai 50%, sedangkan konsumsi daya biodegradable laptop lebih stabil.

This final project review green computing which often interpreted as a study of the practice of environmentally friendly computers, maximizing energy efficiency, heating and cooling requirements, and reuse of computer components to be recycled for new components to be used again on the computer. One of the implementation of green computing is biodegradable Laptop which a laptop design that really care for the environment in terms of concept, design, and implementation of its use.
Biodegradable laptops are designed in accordance with the concept of green computing with the purpose to reduce pollution and energy consumption of the computer. We designed a biodegradable laptop to reduce the pollution of the environment by eliminating the usual monitor exists in every laptop and video graphics adapter card (VGA card).
The design to eliminate the monitor and VGA card is based on the study of the components contained in the monitor that can contaminate our environment, such as black lead on the Cathode Ray Tube monitor (CRT) and mercury in the tube light. The elimination of the VGA card is to reduce power consumption as the VGA cards consume considerable high power. The design of biodegradable laptop casing uses landa teak wood processed from recycled container. The use of wooden casing is due to the concept of green computing that is environmentally friendly materials.
In addition to the design of biodegradable laptop, we also compared the performance, the heat generated, and also the power consumption of the biodegradable laptop to the standard laptop that has the same hardware specification. It could be concluded that biodegradable laptop reduce the heat generated up to 50% and biodegradable laptop power consumption is more stable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51210
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muchlishah
"Secara geografis Indonesia dilalui oleh 18 garis lintang yang berkolerasi kuat dengan potensi radiasi matahari untuk implementasi teknologi energi surya. Hal inilah yang menjadi dasar asumsi untuk membuat model Feed In Tariff (FIT) proporsional dimana nilai FIT tersebut akan bervariasi diberbagai lokasi di Indonesia. Variabel lain seperti garis bujur, jumlah radiasi matahari, Levelized Cost of Electricity (LCOE), dan faktor sosial ekonomi juga dipertimbangkan. Tiga puluh empat ibu kota provinsi di seluruh wilayah Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok FIT asumsi berdasarkan potensi radiasi matahari dengan mengacu nilai FIT pada PERMEN ESDM No.17 tahun 2013 dengan kapasitas total 34 MW. FIT asumsi tersebut disimulasikan dengan metode principal component regression (PCR) dengan menambahkan enam variabel bebas C1-C6 yang menghasilkan tiga model FIT. Model FIT ke-2 kemudian dipilih karena memiliki nilai residual yang kecil dan memiliki nilai finansial lebih tinggi dari model yang lain. Dari penelitian ini diperoleh bahwa penetapan nilai FIT yang bervariasi terkait dengan potensi energi matahari pada masing-masing wilayah, dapat menurunkan total FIT yang harus dibayarkan oleh negara lebih dari 80 milyar rupiah dengan pengoperasian sistem photovoltaic selama 10 tahun.

Geographically, Indonesia is through by 18 latitudes that correlated strongly with the potential of solar radiation for the implementation of solar energy technologies. This is became the basis assumption to create a model in a proportional Feed In Tariff (FIT) that will vary FIT value in different locations in Indonesia. Other variables such as longitude, the amount of solar radiation, Levelized Cost of Electricity (LCOE), and socio-economic factors are also considered. Thirty-four provincial capitals throughout Indonesia are divided into three groups FIT assumption based on potential of solar radiation with reference to the value of FIT on PERMEN ESDM No.17 in 2013 with a total capacity of 34 MW. FIT assumptions are simulated with Principal Component Regression (PCR) method by adding six independent variables C1-C6 which produce three models of FIT. Model FIT-2 is chosen because it has a small residual value and has higher financial value than the other models. From this research, determining the value of variable FIT associated with solar energy potential in each region, can lower the total FIT to be paid by the state more than 80 billion rupiah with operation of photovoltaic systems for 10 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ahmad Indra Sakti
"ABSTRAK
Fabrikasi mikro merupakan teknologi advanced untuk manufaktur produk ukuran kecil yang kini telah diaplikasikan luas dalam berbagai bidang termasuk kesehatan. Tissue engineering adalah salah satu bidang dari aplikasi teknologi ini dengan berfokus pada rekayasa fabrikasi scaffold. Scaffold yang ideal dipersyaratkan memiliki konstruksi yang mirip dengan lingkungan jaringan target dengan struktur 3D, biodegradable, berpori dan vaskularis. Saat ini, hidrogel gelatin merupakan salah satu material biomatriks yang tepat untuk fabrikasi scaffold. Gelatin tersebut dibentuk dengan metode photo-patterning menggunakan sensitizer rose bengal pada panjang gelombang cahaya tampak. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan merealisasikan bentuk scaffold 2D sebagai dasar pembentukan struktur jaringan 3D. Karakterisasi hasil photo-patterning dilakukan dengan mengukur dimensi pattern width, ketebalan resolusi dan intensitas. Proses ini menghasilkan daerah kerja optimum pada konsentrasi 2% dengan waktu 3 menit.

ABSTRACT
Microfabrication is an advanced technology for manufacturing products of small size that has now been widely applied in various fields including health area. Tissue engineering becomes ones application of this technology focused on engineering scaffold fabrication. The ideal scaffold required to have a construction similar to the target network environment with a 3D structure, biodegradable, porous and vaskularize. At present, the gelatin hydrogel is appropriate biomatrix material for fabricating the scaffold. Gelatin is formed by photo-patterning method using the sensitizer rose bengal at visible light’s wavelength. This study aims to develop and realize the basic shape of the scaffold 2D as 3D tissue structure formation. Characterization results of photo-patterning is done by measuring the dimensions of the pattern width, thickness and intensity resolution. This process resulted in optimum working area at a concentration of 2% with a time of 3 minutes."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Skila Mardotilah
"Parameter utama yang dapat menggambarkan kinerja sinar-X terhadap kualitas citra mamografi yaitu resolusi dan noise. Parameter ini dapat dievaluasi oleh parameter Fourier, yaitu MTF, NPS dan DQE. MTF (Modulation Transfer Function) berguna untuk menganalisis detail dan kontras secara bersamaan. NPS (Noise Power Spectrum) berguna untuk menganalisis komposisi frekuensi spasial noise pada gambar. DQE (Detective quantum efficiency) adalah ukuran efek gabungan dari sinyal (terkait dengan kontras gambar) dan kinerja noise dari sistem pencitraan. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dari data QC yang bertujuan untuk mempelajari dan mengevaluasi MTF, NPS dan DQE terhadap variasi kualitas berkas radiasi dan tipe detektor. Data yang digunakan merupakan citra DICOM dengan variasi kombinasi anode/filter, variasi tegangan dan variasi tipe detektor. Pengukuran MTF, NPS dan DQE dilakukan dengan menggunakan software Imagej dengan plugin COQ mengacu pada pedoman European Guidelines dan IEC-62220-1-2. Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi kualitas berkas radiasi tidak menunjukan pengaruh signifikan pada parameter Fourier. Sementara tipe detektor dapat mempengaruhi parameter Fourier berdasarkan teknologi yang digunakan.

The main parameters that can describe the performance of X-rays on the quality of mammography images are resolution and noise. This parameter can be evaluated by Fourier parameters, namely MTF, NPS and DQE. MTF (Modulation Transfer Function) is useful for analyzing detail and contrast simultaneously. NPS (Noise Power Spectrum) is useful for analyzing the spatial frequency composition of noise in an image. DQE (Detective quantum efficiency) is a measure of the combined effect of the signal (related to image contrast) and noise performance of an imaging system. This research is a retrospective study of QC data which aims to study and evaluate MTF, NPS and DQE against variations in radiation beam quality and detector type. The data used are DICOM images with anode/filter variations, voltage variations, and detector type variations. MTF, NPS and DQE measurements were carried out using Imagej software with the COQ plugin referring to European Guidelines and IEC-62220-1-2. The results showed that the variation of the radiation beam quality did not show a significant effect on the Fourier parameter. While the type of detector can affect the Fourier parameters based on the technology used.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hidayat
"Tersebar luasnya bangunan-bangunan yang menggunakan tipologi ruko di Jakarta dapat dimaknai sebagai dampak pertumbuhan pesat ekonomi. Kecendrungan tersebut mendorong masyarakat untuk membangun lebih banyak lagi ruko, yang dinilai sebagai asset dan investasi bernilai, namun hal ini dilakukan dengan mengesampingkan pentingnya fungsi ruang yang tepat. Hal ini menurunkan minat masyarakat untuk tinggal di ruko, yang menjadii masalah karena ruko memfokuskan dirinya pada dualsime antara ruang tinggal (residensial) dan ruang kerja (komersil).
Melalui konsep simulakra, skripsi ini mencoba memperjelas fenomena ini, secara sederhana pada realitas dan miniaturnya, yang pada konteks ini adalah hubungan antara bangunan dengan istilah “ruko” yang melambanginya. Gagasan Baudrillard (1994) bahwa terdapat fase-fase pada proses tersebut yang menjadi metode untuk mempelajari keberadaan masalah ruko ini di proses simulacra.
Dalam hal dualism, studi kasus di Bekasi menemukan bahwa komponen bangunan yang berfungsi sebagai ruang tinggal telah hilang sepenuhnya, untuk memberi ruang pada fungsi komersil. Bangunan tersebut bahkan tidak punya ruang apapun yang mengandung nilai kerumahan. Kondisi ini menantang kesalahpahaman kita pada pemberian nama bangunan tersebut.
Suatu peninjauan ulang untuk menilai ketepatan pemberian nama menjadi sesuatu yang penting, karena sang nama tidak lagi merepresentasikan realita. Hal ini berpotensi menyebabkabkan ambiguitas dan bahkan mengubah realitas itu sendiri.

The widespread distribution of new and existing ruko in Jakarta has been seen as one of the indications in the city’s economic growth. Such tendency pushes the public toward building more rukos as part of asset and investment strategy, which may rule out the basic spatial use that the building mass provides. This phenomenon encourages public hesitation toward dwelling in the ruko. This is a problem because ruko emphasizes its function toward the duality between residency and commerciality.
Through concept of Simulacra, this thesis tries to highlight the phenomenon as it is simply the study between reality and its miniaturization, which in this context is between building with the term ruko that is supposed to represent it. Baudrillard’s (1994) idea of simulacra is that there are phases in in such process, the study tries to see in which phase that the ruko problem resides.
In the case of the duality, case study in Bekasi found that the building element that functions to serve the activity of dwelling, elements that are residential has demised entirely, to make room for the commercial. The building provides absolutely no space for the dwelling activity. This condition challenges our misconception toward its name.
A review in a way that the building is labelled is necessary to be taken, because the name does no longer represent reality. This can potentially cause ambiguity, and even changes the reality itself.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pael Desen Thesa Lonika
"Saat sekarang label biodegradable merupakan salah satu kriteria dalam pemilihan sebuah produk. Kertas tisu biodegradable dalam penelitian ini dibuat dari selulosa yang dikombinasikan dengan kitin dan kitosan. Selulosa, kitin, dan kitosan bersifat biodegradable. Selain itu, selulosa memiliki gugus hidroksil yang melimpah sehingga meningkatkan hidrofilisitas kertas tisu. Masing-masing kitin, kitosan sintesis dan kitosan komersial divariasikan dengan konsentrasi 0,1, 0,3, 0,5, 0,7, dan 1% terhadap selulosa. Perlakuan dalam proses isolasi selulosa, kitin dan kitosan serta kertas tisu yang dihasilkan dikarakterisasi FTIR, XRD, dan FESEM. Hasil uji SNI 0103:2008 Kertas Tisu Toilet menunjukkan bahwa kertas tisu yang dihasilkan memiliki penampakan yang bersih, lembut, dan tidak berlubang. Kertas tisu memiliki warna putih dan tidak luntur, dapat hancur dalam air, serta dapat menyerap air melebihi standar yang ditentukan. Tiga kriteria utama dalam penilaian kertas tisu terbaik dalam penelitian ini meliputi daya hancur dalam air, daya serap, dan laju degradasi. Kertas tisu terbaik berdasarkan uji mudah hancur yaitu kertas tisu dengan 1% kitin. Hasil uji daya serap kertas tisu menunjukkan bahwa kertas tisu terbaik yaitu kertas tisu dengan 1% kitin, 0.1% kitosan sintesis, 0.1% kitosan komersial yang memiliki daya serap sebesar 131 mm, 141 mm, dan 92 mm masing-masingnya. Sedangkan berdasarkan uji biodegradabilitas, kertas tisu terbaik yaitu kertas tisu dengan 1% kitosan komersial dengan lau degradasi sebesar 11.35%. Berdasarkan uji mudah hancur, uji daya serap, dan uji biodegradabilitas, kertas tisu terbaik yang dihasilkan yaitu kertas tisu dengan 1% kitin.

Currently, the biodegradable label is one of the criteria in selecting a product. The biodegradable tissue paper in this study was made from cellulose combined with chitin and chitosan. Cellulose, chitin, and chitosan are biodegradable. In addition, cellulose has abundant hydroxyl groups which increase the hydrophilicity of tissue paper. Each chitin, synthesis chitosan and commercial chitosan were varied with concentrations of 0.1, 0.3, 0.5, 0.7, and 1 w/v% to cellulose. The treatments in the isolation process of cellulose, chitin and chitosan and the resulting tissue paper were characterized by FTIR, XRD, and FESEM. The SNI 0103:2008 Toilet Tissue Paper test results showed that the tissue paper produced had a clean, soft, and had not perforated appearance. Tissue paper has a white color and does not fade, can be destroyed in water, and can absorb water beyond the specified standards. The three main criteria in assessing the best tissue paper in this study include crushability in water, water absorption, and degradation rate. The best tissue paper based on the crushability test is tissue paper with 1 w/v% chitin. The tissue paper absorption test results showed that the best tissue paper was tissue paper with 1 w/v% chitin, 0.1 w/v% synthetic chitosan, 0.1 w/v% commercial chitosan which had an absorption capacity of 131 mm, 141 mm, and 92 mm respectively. Meanwhile, based on the biodegradability test, the best tissue paper was tissue paper with 1 w/v% commercial chitosan with degradation rate was 11.35%. Based on the crushability test, absorption test, and biodegradability test, the best tissue paper produced was tissue paper with 1w/v% chitin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayfa Farhah
"Warna merupakan elemen yang digunakan oleh arsitek dan desainer interior dalam mendesain suatu ruang. Warna menjadi penting karena warna ditemukan dalam setiap objek termasuk pada permukaan ruang. Jika digunakan secara tepat, warna pada permukaan ruang tidak hanya memberikan nilai estetis tetapi juga dapat memberikan dampak bagi pencahayaan dan kondisi termal sebuah ruangan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui performa warna permukaan ruang yang memenuhi standar kualitas ruang dalam berdasarkan Indoor Environmental Quality (IEQ). Penilaian IEQ dinilai berdasarkan kenyamanan visual, termal, dan kualitas udara. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu eksperimen dan pengolahan data. Eksperimen yang dilakukan dalam penulisan ini berupa suatu model ruang dalam berupa kotak. Warna permukaan di dalam kotak tersebut dapat divariasikan dengan intensitas cahaya yang terkontrol. Data nilai yang didapatkan dari eksperimen kemudian diolah berdasarkan poin-poin yang disesuaikan dengan parameter kenyamanan visual, termal, dan kualitas udara. Hasil eksperimen dan pengolahan data menunjukkan bahwa warna terbaik yang memenuhi standar IEQ tidaklah terdiri dari satu warna saja, tetapi performa suatu warna sangat bergantung pada kondisi kebutuhan ruang serta berdasarkan parameter apa warna tersebut dinilai. Warna permukaan ruang yang tepat dapat diketahui dengan melengkapi beberapa informasi pengguna seperti kegiatan yang dilakukan dalam ruang, jenis ruang, iklim ruangan tersebut berada, serta informasi mengenai keberadaan tanaman dalam ruangan tersebut. 

Color is an element used by architects and interior designers in designing a space. Color is important because color is found in every object, including on the surface of a room. If used properly, the color on the surface of the room not only provides aesthetic value but can also have an impact on lighting and temperature of a room. This thesis aims to determine the performance of the surface color of a room that meets the quality standards based on Indoor Environmental Quality (IEQ). The IEQ assessment is based on visual comfort, thermal comfort, and air quality. The method used in this paper is experimentation and data processing. The experiment is in the form of a room model in the form of a box. The color of the surface inside the box can be varied with controlled light intensity. The value data obtained from the experiment was processed based on the points adjusted for the parameters of visual comfort, thermal comfort, and air quality. Experimental results and data processing show that the best color that meets IEQ standards does not consist of just one color, but the performance of a color is very dependent on the conditions of space requirements and based on what parameters the color is assessed. The exact color of the surface of the room can be known by completing some user information such as the activities in the room, the type of room, the climate the room is in, as well as information about the presence of plants in the room."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Advendio Desandros
"Transmitansi dan reflektansi merupakan dua metode pengukuran yang umum digunakan untuk melakukan investigasi terhadap sifat kimia zat cair berdasarkan spektrum optis. Dalam kasus karakterisasi madu, penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan perbandingan dari kedua metode pengukuran tersebut pada prediksi parameter kualitas madu seperti Total Soluble Solids (TSS), pH, dan Electrical Conductivity (EC) berdasarkan sistem pencitraan hiperspektral. Sistem terdiri atas kamera hiperspektral SPECIM FX10 dengan 224 kanal (400-1000 nm), tiga buah lampu halogen 150 W, sebuah kotak diffuser cahaya, sebuah slider bermotor, dan sebuah PC. Kemudian, algoritma Partial Least Square-Support Vector Regression (PLS-SVR) dengan Gaussian Kernel untuk memprediksi nilai referensi berdasarkan spektrum transmitansi dan reflektansi yang telah didapatkan. Performa dari setiap metode diuji dengan tenfold Cross Validation, yang akan mengelompokkan data menjadi 10 partisi. Sampel diperoleh dari 30 varian madu dengan warna yang bervariasi, ditempatkan pada cawan Petri berdiameter 5 cm dengan volume 5 mL. Performa dari setiap metode diukur berdasarkan nilai koefisien determinasi R2 dan Root Mean Square Error (RMSE). Evaluasi model yang diperoleh dari metode transmitansi menghasilkan R2 sebesar 0,75, 0,87, dan 0,83, RMSE sebesar 3,62, 0,03, dan 0,01 untuk prediksi nilai TSS, pH, dan EC berdasarkan testing data. Untuk prediksi parameter yang sama, metode reflektansi menghasilkan R2 sebesar 0,82, 0,91, dan 0,94, RMSPE dan 2,72, 0,02, and 4,98×10-3 berdasarkan testing data. Pada penelitian ini, metode reflektansi memiliki kinerja yang lebih baik daripada metode transmitansi dalam prediksi parameter kualitas madu.

Transmittance and reflectance modes are the two most common measurement methods used for investigating liquid chemical properties based on optical spectrum. In the case of honey characterization, this research performed to show a comparison between both measurement methods to predict honey quality parameters, such as Total Soluble Solids (TSS), pH, and Electrical Conductivity (EC) based on the Vis-NIR hyperspectral imaging system. The system consists of Specim FX10 hyperspectral camera with 224 bands (400-1000 nm), three 150 W halogen lamps, a light diffuser box, a motorized slider, and a PC. Then, Partial Least Square-Support Vector Regression (PLS-SVR) with Gaussian Kernel algorithm applied to predict reference values based on the acquired transmittance and reflectance spectrum. Performance of each method tested by tenfold Cross Validation, which randomly grouping the dataset into ten partitions. Samples is obtained from 30 different honey variant with varied colors, placed in 5 cm diameter Petri dishes at 5 mL volume. Performance of each tmethod measured by coefficient of determination R2 and a Root Mean Square Error (RMSE) score. Model evaluation of transmittance mode results in R2 of 0.75, 0.87, and 0.83, RMSE of 3.62, 0.03, and 0.01 for TSS content pH, and EC prediction based on testing data. For similar predicted parameters, reflectance mode results in R2 of 0.82, 0.91, and 0.94, RMSPE of 2.72, 0.02, and 4,98×10-3 based on testing data. In this research, reflectance mode performs better than transmittance mode in the prediction of honey quality parameters.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilianta Abdalla Raliaji
"ABSTRAK
Kerupuk merupakan makanan ringan pendamping lauk pauk yang dikenal masyarakat luas serta merupakan komoditas pangan yang mampu diekspor ke luar negeri. Pengeksporan kerupuk dilakukan dalam bentuk mentah untuk mencegah kerusakan sehingga membutuhkan pemasakan kembali sebelum dapat dikonsumsi. Pengolahan konvensional dengan penggorengan merupakan pilihan utama untuk memasak kerupuk, namun aspek kesehatan, gizi, biaya, dan lainnya membuat metode ini kurang disegani. Alternatif pemasakan yang memiliki aspek yang lebih baik adalah dengan menggunakan microwave oven. Microwave oven menggunakan gelombang mikro untuk menghasilkan panas yang akan mematangkan kerupuk. Penelitian ini akan melakukan pengamatan lebih terhadap parameter-parameter yang memengaruhi pengembangan kerupuk melalui microwave oven seperti penambahan wadah, penambahan jumlah, penambahan cairan, dan simulasi dengan lsquo;COMSOL rsquo;. Hasil data yang didapatkan akan dibandingkan dengan metode konvensional untuk mengetahui pengaruh dari setiap pengujian terhadap pengembangan kerupuk serta hasil terbaiknya.

ABSTRACT
Kerupuk is a snack or companion side dishes known to the wider community and is a food commodity that can be exported abroad. Kerupuk exporting is done in raw form to prevent damage so it needs cooking before it can be cosumed. Conventional processing by frying is the main choice for cooking crackers, but health, nutrition, cost, and other aspects make this method less desireable. A cooking alternative that has a better aspect is a microwave oven. Microwave ovens use microwaves to generate heat that will cook the kerupuk. This study will make more observations on the parameters that affect the development of crackers through microwave ovens such as adding containers, adding quantities, adding fluids, and simulating with 39 COMSOL 39 . The results of the data obtained will be compared with conventional methods to determine the effect of each test on the expansion of kerupuk and the best results."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>